Asal-Usul Nabi Harun, a.s.
Harun (Bahasa Arab هارو, Inggris: Aaron) (sekitar 1531-1408 SM) adalah salah seorang nabi yang telah diminta oleh Nabi Musa pada Allah dalam membantu memperkembangkan agama Allah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1450 SM. Ia ditugaskan berdakwah kepada para FiraunMesir dan Bani Israil di Sinai, Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 19 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Tanah Tih.Harun adalah kakak kandung dari Musa, maka silsilahnya adalah sebagai berikut Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Yaʿqub bin Ishak bin Ibrahim. Menurut situs web scribd.com, silsilahnya adalah sebagai berikut, Harun bin Imran bin Fahis bin 'Azir bin Lawi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Dia ialah kakak Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke jalan yang benar.
Firman Allah bermaksud : “...dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi.”
Harun dilahirkan tiga tahun sebelum Musa. Harun merupakan putra sulung Amram dari suku Lawwy. Ia merupakan nabi yang diutus kepada Bani Israel ketika menggembara di Mesir, dengan menggantikan peran Musa untuk sementara ketika harus melarikan diri ke negeri Midian. Ia yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun.
Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih berbicara dan berdebat, seperti diceritakan al-Quran: “Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, sesungguhnya aku khawatir mereka akan berdusta.” Selama ditinggal Nabi Musa untuk bersemedi di Thur Sina, Harun juga diberikan amanah untuk mengawasi dan memimpin penduduk Bani Israel dari perbuatan mungkar, dan juga menyekutukan Allah dengan benda lain. Musa berkata kepada Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah, jangan kamu mengikuti jalan orang yang melakukan kerusakan.”
Bagaimanapun, selama kepergian Musa ke Thur Sina, berlaku ujian terhadap Bani Israel. Sebagian mereka menyekutukan Allah dengan menyembah anak lembu yang terbuat dari emas oleh Samiri. Mereka menyembah patung lembu itu setelah terpedaya dengan tipu muslihat Samiri yang menjadikannya bisa berbicara. Harun sudah mengingatkan mereka bahwa perbuatan itu adalah dosa besar, namun segala nasihat dan amaran berkaitan dengan itu tidak dipedulikan.
Selepas menyepi selama 40 hari untuk menerima panggilan Ilahi, Musa kembali kepada kaumnya dan sungguh terkejut dengan perbuatan menyembah patung sapi itu. Musa bukan saja marah kepada kaumnya, malah Harun sendiri turut ditarik kepala dan janggutnya. Musa bertanya kepada Harun: “Wahai Harun, apa yang menghalangi engkau dari mencegah mereka ketika engkau melihat mereka sesat? Apakah engkau tidak mengikuti aku atau engkau menduharkai perintahku?”.
Harun berkata: “Wahai saudaraku, janganlah engkau merenggut janggutku dan janganlah engkau menarik kepalaku, sesungguhnya aku takut engkau akan berkata, “engkau mengadakan perpecahan dalam Bani Israel dan engkau tidak memelihara perkataanku.” Kemudian Musa mendapatkan Samiri, lalu berkata: “Pergilah kamu dari sini bersama pengikutmu. Patung sapi itu yang menjadi tuhanmu akan aku bakar, kemudian aku akan hanyutkan ke dalam laut. Kamu dan pengikutmu pasti mendapat azab.”
Nabi Harun hidup selama 122 tahun. Dia wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, di daerah al Tiih, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani Israel, mereka memang keras kepala, banyak permasalahan dan sulit dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu.
Nabi Harun, a.s. juru bicara Nabi Musa, a.s.
Mengisahkan nabi Harun tidak lepas dari kisah nabi Musa, kerena ia adalah juru bicara nabi Musa ketika menghadap Fir”aun ataupun umat nabi Musa sendiri. Kisahnya ketika nabi Musa berhasil membawa umatnya keluar dari wilayah Mesir dan selamat dari kejaran Fir”aun yang ingin membunuh mereka.
Kini tibalah saatnya nabi Musa untuk menerima wahyu dari Allah swt, ia memerintahkan nabi Harun agar menjaga umatnya, jangan sampai mereka kufur, lalu nabi Musa naik gunung Thursina, untuk berkhalwat dan berpuasa sempat empat puluh hari. Diatas gunung nabi Musa kemudian memohon kepada Allah swt “ Ya Tuhan, dapatkah aku melihat Engkau ?”
Allah swt berfirman:”Engkau tidak akan sanggup melihat Ku, tetapi cobalah lihat bukit itu. Jika tetap berdiri tegak di tempatnya maka kau akan dapat melihat Ku”. Lalu nabi Musa menoleh kearah bukit atau gunung yang dimaksud, seketika gunung yang dilihat hancur luluh tanpa meninggalkan bekas, lalu masuk ke dalam perut bumi.
Nabi Musa terperanjat, gemetar seluruh tubuhnya dan jatuh pingsan, setelah itu sadar ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun atas kelancangannya itu, “ maha besar Engkau Wahai Tuhan, ampunilah aku dan terimalah taubatku dan aku akan menjadi orang pertama yang beriman kepada Mu”. Selanjutnya Allah swt menurunkan Kitab Taurat yang berupa kepingan – kepingan batu, di dalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah Swt.
Umat menyembah patung anak sapi
Ketika nabi Musa turun dari bukit Thursina ia terkejut, kaumnya lelah tersesat. Mereka berpesta pora dan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Sebelum matinya, naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, (di sisi timur sungai Yordan) yang di tentangan Yerikho, lalu Tuhan memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu.
Dan berfirmanlah Tuhan kepadanya [Musa]: "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana."
Lalu matilah Musa, hamba Tuhan itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman Tuhan Dan dikuburkan-Nyalah dia [Musa] di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.
Kepemimpinan Musa selanjutnya digantikan oleh Yosua bin Nun, seorang jenderal yang takut akan Tuhan
Nabi Musa menegur saudaranya yaitu Harun yang telah dititipi agar menjaga umatnya. Nabi Harun berkata bahwa ia sudah memperingatkan mereka, namun mereka tak menganggapnya sebelah mata. Nabi Harun dianggap orang yang lemah.
Setelah diselidiki ternyata Samiri-lah orang yang mengajak orang – orang itu membuat patung anak sapi dan menyembahnya. Nabi Musa marah sekali sehingga Samiri diusir, dan tidak boleh bergaul dengan masyarakat, sebab Samiri terkena kutukan, jika ia disentuh atau menyentuh manusia maka badannya akan menjadi demam panas itulah siksaan di dunia, adapun nanti di akhirat ia akan di masukkan ke dalam neraka.
Kemudian nabi Musa memerintahkan kaumnya yang telah tersesat menyembah patung anak sapi supaya bertaubat kepada Allah Swt dengan sebenar – benarnya taubat. Tujuh puluh orang diantara kaumnya diajak ke bukit Thursina, untuk mereka adalah orang – orang terbaik. Di ajak nabi Musa untuk memohonkan ampun buat kaumnya yang berdosa.
Setibanya diatas bukit, datanglah awan tebal yang meliputi seluruih bukit nabi Musa dan kaumnya masuk ke dalam awan itu dan mereka segera bersujud. Selagi bersujud mereka mendengar percakapan nabi Musa dengan Tuhan-Nya. Pada saat itu timbullah keinginan di benak mereka untuk melihat Allah Swt.
Setelah nabi Musa selesai bercakap – cakap dengan Allah Swt , mereka berkata kepada nabi Musa:”Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan terang dan nyata”.
Sebagai jawaban kontan atas kelancangan mereka itu Allah Swt mengirim halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus. Nabi Musa sedih melihat nasib kelompok tujuh puluh itu, mereka adalah orang – orang terbaik yang dikumpulkan dari kaumnya. Ia memohon kepada Allah Swt agar mereka diampuni dosa-dosa mereka dan dihidupkan lagi.
Allah Swt mengabulkan do”anya, tujuh puluh orang yang sudah mati itu dihidupkan kembali, nabi Musa kemudian menyuruh orang – orang itu bersumpah untuk berpegang teguh dengan kitab Taurat sebagai pedoman hidup. Melaksanakan perintah – Nya dan menjauhi larangan- Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar