KISAH ASMA BINTI YAZID,
JURU BICARA SAHABAT PEREMPUAN MASA NABI MUHAMMAD
Orientasi
Pada zaman Nabi Muhammad Saw, sahabat perempuan (shahabiyah) berbaur dan hidup bersama dengan kaum laki-laki. Dalam artian, mereka belajar Islam, mendakwahkan Islam, dan berhijrah bersama dengan kaum laki-laki. Mereka juga saling bahu-membahu dan saling melengkapi dalam menjalani kehidupan bersama dengan suaminya. Tidak sedikit pula shahabiyah yang ikut terjun ke medan perang, membantu pasukan umat Islam.
Terkadang mereka tidak hanya berfungsi sebagai tenaga medis dan penyuplai logistik, tetapi juga ikut memanggul senjata dan ikut berperang. Mereka di antaranya adalah Nusaibah binti Ka’ab, Rubayyi’ binti Muadz, Ummu Sulaim, Rufaidah al-Aslamiyah, Shafiyah (bibi Nabi), Sayyidah Fatimah (putri Nabi), dan Asma’ binti Yazid. Nama yang terakhir merupakan salah satu shahabiyah yang dikenal berani, kritis, dan piawai dalam berbicara. Asma binti Yazid bin al-Sakan al-Anshari menjadi wakil kaum perempuan jika mereka ingin menanyakan sesuatu kepada Nabi Muhammad Saw, namun mereka tidak berani atau sungkan mengutarakannya.
Suatu ketika, Asma binti Yazid mendatangi majelis Nabi Muhammad untuk menanyakan satu hal. Dia duduk di antara kaum laki-laki karena, ikut mendengarkan pengajaran Nabi Muhammad. Di tengah-tengah acara, Asma binti Yazid mengangkat tangan dan mengungkapkan isi pikirannya sebagaimana pikiran kaum hawa lainnya. Kepada Nabi Muhammad, dia protes karena merasa kaum laki-laki lebih diutamakan dalam hal beribadah dari pada kaum perempuan. Mereka shalat berjamaah di masjid, berperang di jalan Allah, menyaksikan jenazah, dan mengerjakan amal lainnya yang tidak dikerjakan perempuan.
Sementara perempuan, ‘hanya’ menjadi penunggu rumah, menjadi pelepas nafsu laki-laki, mendidik anak, dan menjaga harta benda suami. Padahal, bukan kah Nabi Muhammad diutus Allah untuk laki-laki dan perempuan. "Apakah kami mendapatkan pahala yang sama dengan mereka, wahai Rasulullah?" tanya Asma binti Yazid bertanya kepada Nabi Muhammad. Disebutkan Nizar Abazhah dalam Sejarah Madinah (2017), Nabi Muhammad kagum dengan ucapan, pikiran, dan pertanyaan Asma binti Yazid tersebut. Nabi menilai, apa yang disampaikan Asma itu sangat bagus. Kepada para sahabatnya, Nabi Muhammad kemudian bertanya; apakah mereka pernah mendengarkan seorang perempuan bertanya tentang agamanya dengan pertanyaan yang lebih baik dari pada Asma binti Yazid tersebut. Mereka menjawab: tidak. "Kembalilah Asma, katakana kepada wanita-wanita di belakangmu bahwa bergaul baik dengan suami, mencari ridhanya, dan mengikuti petunjuknya setara pahalanya dengan semua yang kau sebutkan tadi," jawab Nabi Muhammad.
Asma menjadi bahagia usai mendengar jawaban Nabi seperti itu. Ia kemudian meninggalkan majelis dan pulang dengan mengucapkan ‘La ilaha illa Allah’ dan takbir. Tidak hanya itu, Asma binti Yazid juga langsung mendatangi Nabi Muhammad manakala ada persoalan keagamaan yang dihadapinya atau kaum perempuan lainnya pada saat itu. Misalnya, dia pernah bertanya kepada Nabi Muhammad perihal tata cara bersuci dari dari haid bagi perempuan. Ia tidak malu menanyakan hal itu karena menganggapnya sebagai sebuah hak dan kesucian.
Di samping berani mengutarakan 'unek-unek’nya sendiri dan ‘unek-unek’ shahabiyah kepada Nabi, Asma binti Yazid juga seorang perempuan yang berani turun ke medan perang. Tercatat, dia menjadi salah satu shahabiyah yang ikut ambil bagian dalam Perang Yarmuk. Ketika itu, dia diriwayatkan berhasil membunuh sembilan tentara Romawi. Asma binti Yazid wafat pada tahun ke-30 H, atau 17 tahun setelah mengikuti Perang Yarmuk. Sepanjang hidupnya, dia berhasil meriwayatkan 81 hadits Nabi Muhammad. Di antara ulama hadits terkemuka yang meriwayatkan hadits dari Asma binti Yazid di antaranya Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah.
Senin, 10 Februari 2020 | 09:00 WIB
Penulis: Muchlishon Rochmat
Editor: Kendi Setiawan
oooooo o0o oooooo
ASMA’ BINTI YAZID, JUBIR MUSLIMAH ZAMAN NABI MUHAMMAD
Asma' Binti Yazid datang menemui Nabi Muhammad dan menyampaikan persoalan.
Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Asma’ binti Yazid merupakan sosok wanita yang pemberani dan tangguh. Beliau termasuk dari golongan kaum Anshar yang biasa disebut sebagai Ummu Salamah.
Asma’ semasa hidupnya dijuluki juru bicara (jubir) kaum wanita sebab tak ada satupun wanita Arab kala itu yang mampu menandingi kepiawaiannya dalam berkhutbah.
Pemilik nama lengkap As’a' binti Yazid bin Sukun bin Rafi ini pernah terjun langsung dalam perang Yarmuk dan berhasil membunuh sembilan orang tentara Romawi yang sedang dalam persembunyiannya.
Dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Syaikh Muhammad Sa’id Mursi disebutkan, Asma’ pernah mendatangi Rasulullah SAW bersama para sahabatnya.
Kemudian, beliau berkata kepada Rasulullah:
“Engkau bagaikan ibu dan sekaligus ayahku, wahai Rasulullah. Keberadaanku di sini adalah untuk mewakili para wanita. Bahwasannya Allah telah mengutusmu untuk segenap laki-laki dan perempuan. Kami mengimanimu dan juga TuhanMu. Aku akan memberitahukan kepadamu, bahwa kita kaum wanita tak mempunyai gerak yang leluasa tak sebagaimana laki-laki. Amal perbuatan kami hanya sebatas perbuatan yang bersifat rumah tangga saja, tempat pelampiasan nafsu kalian dan sekaligus untuk mengandung dan melahirkan anak-anak kalian pula.
Ini berbeda dengan kalan semua, wahai kaum laki-laki. Kalian melebihi kami dalam hal berjamaah, menjenguk orang sakit, mengantarkan mayat ke kuburan, haji, dan yang lebih utama lagi adalah kemampuan kalian untuk melakukan jijad di jalan Allah. Amal perbuatan kami di saat kalian pergi haji atau melakukan jihad hanya sebatas menjaga harta, mencuci pakaian, dan mendidik anak-anak kalian pula.
Oleh karena itu, kami ingin bertanya kepada kalian, apakah amal perbuatan kami itu pahalanya bisa disetarakan dengan amal perbuatan kalian?”
Mendengar perkataan tersebut, Rasulullah sempat tersentak dan seketika itu langsung menoleh kepada para sahabatnya seraya berkata: “Apakah kalian pernah mendengar sebuah perkataan yang lebih baik daripada perkataan seorang wanita yang sedang membahas permasalahan agamanya?”.
Mendengar pertanyaan Rasulullah SAW, para sahabat pun menjawab: “Wahai Rasulullah, kami sama sekali tidak menyangka kalau para wanita mempunyai keinginan mulia semacam itu,”.
Kemudian, Rasulullah pun menoleh kepada Asma’ bin Yazid dan berkata: “Engkau pahamilah dan sampaikanlah apa yang akan aku katakan nanti kepada wanita-wanita selainmu. Bahwa suami dengan baik merawatnya di saat ia sakit, mematuhi perintahnya, pahalanya setara dengan amal perbuatan yang hanya bisa dikerjakan oleh para laki-laki tersebut,”.
Maka mendengar jawaban Nabi inilah, Asma’ langsung beranjak dan meninggalkan tempat tersebut seraya mengucapkan kalimat: la illaha illallah.
Keberanian dan kecerdasan Asma’ binti Yazid ini merupakan hal yang jarang ditemui pada masa Nabi. Terlebih, beliau adalah seorang perempuan yang berbicara langsung di hadapan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Keberanian serta tutur kata yang terstruktur itu merupakan bukti kecerdasan serta ketulusan hati Asma’ dalam membela agama Allah SWT.
Dalam hidupnya, Asma’ binti Yazid mampu meriwayatkan sekitar 80 hadis Nabi Muhammad SAW. Adapun salah satu hadis yang ia riwayatkan adalah: “Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: berdusta dilarang kecuali pada tiga tempat. Pertama, seorang suami yang membohongi istinya demi keharmonisan rumah tangga. Kedua, mendustai musuh di saat melakukan perang. Dan ketiga, mendustai manusia demi misi perdamaian,”.
Hadis tersebut merupakan hadis shahih atas riwayat Imam Tirmidzi. Asma’ binti Yazid meninggal dunia pada tahun 30 Hijriah. Perjuangan serta kontribusinya dalam sejarah Islam sangat bermakna dan menjadi sebuah teladan yang terkumpul dalam khazanah Islam.
Teladannya membekas hingga menembus waktu. Bahwa sejatinya, Muslimah juga berhak bersuara, menyuarakan pendapat dan juga melemparkan argumentasi yang selaras dengan nilai-nilai kebaikan. Semoga, kontribusi yang diberikan beliau dapat dijadikan inspirasi bagi kaum Muslimah di seluruh dunia hari ini.
oooooo o0o oooooo
Asma binti Yazid, Sahabat Perempuan Nabi Paling Kritis
Asma’ binti Yazid merupakan salah satu shahabiyah yang dikenal kritisRep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada zaman Nabi Muhammad SAW, sahabat perempuan (shahabiyah) berbaur dan hidup bersama dengan kaum laki-laki. Mereka belajar, mendakwahkan Islam dan berhijrah bersama dengan kaum laki-laki, juga saling bahu-membahu dan melengkapi dalam menjalani kehidupan bersama dengan suaminya.
Tidak sedikit pula shahabiyah yang ikut terjun ke medan perang, membantu pasukan umat Islam. Terkadang mereka tidak hanya berfungsi sebagai tenaga medis dan penyuplai logistik, tetapi juga ikut memanggul senjata dan ikut berperang. Beberapa nama di antaranya adalah Nusaibah binti Ka’ab, Rubayyi’ binti Muadz, Ummu Sulaim, Rufaidah al-Aslamiyah, Shafiyah (bibi Nabi), Sayyidah Fatimah (putri Nabi), serta Asma’ binti Yazid.
Asma’ binti Yazid merupakan salah satu shahabiyah yang dikenal berani, kritis dan piawai dalam berbicara. Ia kerap menjadi wakil kaum perempuan jika ingin menanyakan sesuatu kepada Nabi Muhammad SAW, namun mereka tidak berani atau sungkan mengutarakannya.
Suatu ketika, Asma binti Yazid mendatangi majelis Nabi Muhammad untuk menanyakan suatu perkara.Di tengah-tengah acara, ia mengangkat tangan dan mengungkapkan isi pikirannya, sebagaimana pikiran kaum hawa lainnya.
Kepada Rasulullah SAW, ia mengajukan protes karena merasa kaum laki-laki lebih diutamakan dalam hal beribadah dari pada kaum perempuan. Mereka (laki-laki) dapat shalat berjamaah di masjid, berperang di jalan Allah, menyaksikan jenazah, maupun mengerjakan amal lainnya yang tidak dikerjakan perempuan.
Sementara, kala itu perempuan ‘hanya’ menjadi penunggu rumah, menjadi pelepas nafsu laki-laki, mendidik anak dan menjaga harta benda suami. Padahal, bukan kah Nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk laki-laki dan perempuan. "Apakah kami mendapatkan pahala yang sama dengan mereka, wahai Rasulullah?" tanya Asma binti Yazid saat itu.
Disebutkan Nizar Abazhah dalam Sejarah Madinah (2017), Nabi Muhammad kagum dengan ucapan, pikiran dan pertanyaan Asma binti Yazid tersebut. Nabi menilai, apa yang disampaikan Asma itu sangat bagus.
Kepada para sahabatnya, Nabi Muhammad lantas kembali bertanya, "Apakah mereka pernah mendengarkan seorang perempuan bertanya tentang agamanya dengan pertanyaan yang lebih baik dari pada Asma binti Yazid tersebut?". Mereka menjawab tidak.
"Kembalilah Asma, katakan kepada wanita-wanita di belakangmu bahwa bergaul baik dengan suami, mencari ridhanya dan mengikuti petunjuknya setara pahalanya dengan semua yang kau sebutkan tadi," jawab Nabi Muhammad.
Dituliskan dalam situs resmi PBNU, mendengar jawaban ini Asma pun menjadi bahagia usai mendengar. Ia kemudian meninggalkan majelis dan pulang dengan mengucapkan ‘La ilaha illa Allah’ dan takbir.
Tidak hanya saat itu, Asma binti Yazid juga langsung mendatangi Nabi Muhammad SAW manakala ada persoalan keagamaan yang ia atau kaum perempuan lainnya hadapi saat itu. Misalnya, dia pernah bertanya kepada Nabi Muhammad perihal tata cara bersuci dari dari haid bagi perempuan. Ia tidak malu menanyakan hal itu karena menganggapnya sebagai sebuah hak dan kesucian.
Tidak hanya dikenal berani mengutarakan pemikirannya sendiri dan ‘unek-unek’ shahabiyah kepada Nabi, Asma binti Yazid juga seorang perempuan yang berani turun ke medan perang. Dia tercatat menjadi salah satu shahabiyah yang ikut ambil bagian dalam Perang Yarmuk, yang ketika itu dia diriwayatkan berhasil membunuh sembilan tentara Romawi.
Asma binti Yazid wafat pada 30 H atau 17 tahun setelah mengikuti Perang Yarmuk. Sepanjang hidupnya, dia berhasil meriwayatkan 81 hadits Nabi Muhammad. Di antara ulama hadits terkemuka yang meriwayatkan hadits dari Asma binti Yazid di antaranya Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah.
Sumber : Google Wikipedia
oooooo
o0o oooooo
BIOGRAFI SAHABAT ASMA BINTI YAZID AL-ANSHARIYAH
DAFTAR ISI BIOGRAFI ASMA BINTI YAZID AL-ANSHARIYAH
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
1. Wafat
2. Kisah-kisah
2.1 Memeluk Islam
2.2 Juru Bicara Para Muslimah
3. Keistimewaan
4. Chart Silsilah
4.1 Chart Silsilah Sanad
5. Referensi
Asma binti Yazid Al-Anshariyah adalah seorang ahli hadis yang mulia, seorang mujahidah yang agung, memiliki kecerdasan, dan ahli argumen, sehingga beliau dijuluki sebagai “juru bicara wanita”.
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
Asma merupakan putrid dari Yazid bin Sakan bin Rafi’ bin Imri’il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris Al-Anshariyah. Kelahiran beliau tidak diketahui secara pasti karena minimnya sumber informasi.
1.2 Wafat
Asma binti Yazid Al-Anshariyah wafat pada akhir tahun 30 hijriyah.
2. Kisah-kisah
2.1 Memeluk Islam
Asma RA mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pada tahun pertama hijrah dan beliau berba’iat kepadanya dengan ba’iat Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memba’iat para wanita dengan ayat dalam surat Al-Mumtahanah, “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Mumtahanah: 12).
Bai’at Asma binti Yazid RA adalah jujur dan ikhlas, sebagaimana yang disebutkan riwayatnya dalam kitab-kitab sirah bahwa Asma’ mengenakan dua gelang emas yang besar, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tanggalkanlah kedua gelangmu wahai Asma’, tidakkah kamu takut jika Allah mengenakan gelang kepadamu dengan gelang dari neraka?”
Maka, segeralah beliau tanpa ragu-ragu dan tanpa argumentasi untuk mengikuti perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam, maka beliau melepaskannya dan meletakkan di depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Setelah itu Asma aktif untuk mendengar hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang mulia dan beliau bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan dia paham urusan dien. Beliau pulalah yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang tata cara thaharah (bersuci) bagi wanita yang selesai haidh. Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan tidak malu untuk menanyakan sesuatu yang hak. Oleh karena itu, Ibnu Abdil Barr berkata, “Beliau adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus diennya.”
2.2 Juru Bicara Para Muslimah
Beliau RA dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Pada suatu ketika Asma mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah yang di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sebagaiamana aku berpendapat. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudiaan kami beriman kepada anda dan memba’iat anda. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami.
Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka. Akan tetapi, kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat Jumat, mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menoleh kepada para sahabat dan bersabda, “Pernahkan kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!” Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,“Kembalilah wahai Asma dan beri tahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, saatnya ia untuk mendapat persetujuannya, itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki.”
Maka, kembalilah Asma sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
2.3 Perang Yarmuk
Dalam dada Asma terbetik keinginan yang kuat untuk ikut andil dalam berjihad, hanya saja kondisi ketika itu tidak memungkinkan untuk merealisasikannya. Akan tetapi, setelah tahun 13 Hijriyah setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam hingga perang Yarmuk beliau menyertainya dengan gagah berani.
Pada perang Yarmuk ini, para wanita muslimah banyak yang ikut andil dengan bagian yang banyak untuk berjihad sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wan-Nihaayah, beliau membicarakan tentang perjuangan mujahidin mukminin. Beliau berkata, “Mereka berperang dengan perang besar-besaran hingga para wanita turut berperang di belakang mereka dengan gagah berani.”
Dalam bagian lain beliau berkata, “Para anita menghadang mujahidin yang lari dari berkecamuknya perang dan memukul mereka dengan kayu dan melempari mereka dengan batu. Adapun Khaulah binti Tsa’labah RA berkata:
Wahai kalian yang lari dari wanita
yang bertakwa
Tidak akan kalian lihat tawanan
Tidak pula perlindungan
Tidak juga keridhaan
Beliau juga berkata dalam bagian yang lain, “Pada hari itu kaum muslimah berperang dan berhasil membunuh banyak tentara Romawi, akan tetapi mereka memukul kaum muslimin yang lari dari kancah peperangan hingga mereka kembali untuk berperang.”
Dalam perang yang besar ini, Asma binti Yazid menyertai pasukan kaum muslimin bersama wanita-wanita mukminat yang lain berada di belakang para mujahidin mencurahkan segala kemampuan dengan membantu mempersiapkan senjata, memberikan minum bagi para mujahidin dan mengobati yang terluka di antara mereka serta memompa semangat juang kaum muslimin.
Akan tetapi, manakala berkecamuknya perang, manakala suasana panas membara dan mata menjadi merah, ketika itu Asma RA lupa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Beliau hanya ingat bahwa dirinya adalah muslimah, mukminah, dan mampu berjihad dengan mencurahkan segenap kemampuan dan kesungguhannya. Hanya beliau tidak mendapatkan apa-apa yang di depannya melainkan sebatang tiang kemah, maka beliau membawanya kemudian berbaur dengan barisan kaum muslimin.
Beliau memukul musuh-musuh Allah ke kanan dan ke kiri hingga dapat membunuh sembilan orang dari tentara Romawi, sebagaimana yang dikisahkan oleh Imam Ibnu Hajar tentang beliau, “Dialah Asma binti Yazid bin Sakan yang menyertai perang Yarmuk, ketika itu beliau membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang kemah, kemudian beliau masih hidup selama beberapa tahun setelah peperangan tersebut.”
Asma keluar dari peperangan dengan membawa luka di punggungnya dan Allah menghendaki beliau masih hidup setelah itu selama 17 tahun karena beliau wafat pada akhir tahun 30 Hijriyah setelah menyuguhkan kebaikan bagi umat.
3. Keistimewaan
Di antara sesuatu yang istimewa yang dimiliki oleh Asma RA adalah kepekaan inderanya dan kejelian perasaannya serta ketulusan hatinya. Selebihnya dalam segala sifat sebagaimana yang dimiliki oleh wanita-wanita Islam yang lain yang telah lulus dalam madrasah nubuwwah, yakni tidak terlalu lunak (manja) dalam berbicara, tidak merasa hina, tidak mau dianiaya dan dihina, bahkan beliau adalah seorang wanita yang pemberani, tegar, mujahidah. Beliau menjadi contoh yang baik dalam banyak medan peperangan.
4. Chart Silsilah
4.1 Chart Silsilah Sanad
Asma binti Yazid Al-Anshariyah memeluk islam dan menuntut ilmu langsung dengan Nabi Muhammad SAW. berikut chart silsilah sanad beliau dapat dilihat DI SINI.
5. Referensi
Kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar