KISAH SAYYIDAH MARIYAH
AL-QIBTHIYYAH BINTI SYAMA'UN
ISTRI RASULULLAH
WANITA YANG DICEMBURUI ISTRI NABI
Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Jumat 26 Feb 2021 12:45 WIB
Orientasi
Mariyah adalah seorang hamba sahaya yang diberikan oleh penguasa Mesir.
Mariyah Al-Qibthiyyah atau Mariyah binti Syama’un Radiyallahu anha (RA) adalah salah seorang istri Nabi Muhammad SAW. Dia merupakan istri Nabi yang sebelumnya seorang hamba sahaya yang diberikan oleh penguasa Mesir, Muqauqis. Rasulullah kemudian membebaskan Mariyah lalu menikahinya.
Pergi dari Mesir ke Yatsrib
Mariyah banyak dikisahkan terlahir di dataran tinggi Mesir yang dikenal dengan nama Hafn. Ayahnya berasal dan Suku Qibti, dan ibunya adalah penganut agama Masehi Romawi. Setelah dewasa, bersama saudara perempuannya, Sirin, Mariyah dipekerjakan pada Raja Muqauqis.
Saat Nabi Muhammad SAW mengirim surat kepada Muqauqis untuk mengajaknya masuk Islam melalui Hatib bin Baltaah, Raja tersebut menerima Hatib dengan hangat. Meskipun dia menolak memeluk Islam dan justru memberikan hamba sahaya, yakni Mariyah, Sirin, dan Maburi serta hadiah lain hasil kerajinan Mesir untuk Rasulullah.
Mengetahui akan pergi jauh dari kampung halaman, terlihat jelas raut kesedihan Mariyah. Namun, Hatib menghibur mereka dengan menceritakan akhlak Rasulullah dan Islam dan mengajak mereka memeluk Islam.
Sesampainya di Yatsrib, Rasulullah mengambil Mariyah untuk dirinya dan menyerahkan Sirin kepada sahabatnya yang lain. Namun, melihat Mariyah yang cantik, dikisahkan istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir ini.
Mariyah mengandung seorang putra yang kelak diberi nama Ibrahim. Mendengar berita kehamilan Mariyah, tampak kegembiraan Nabi Muhammad, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.
Kehamilan ini membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak. Mariyah lalu melahirkan Ibrahim pada tahun kedelapan hijrah. Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Nabi ini dengan gembira.
Kendati demikian, ada kecemburuan di hati istri Rasul lainnya yang biasa juga terjadi di semua wanita. Seringnya Nabi mengunjungi Mariyah membuat istri nabi yang lain, Hafshah RA dan Aisyah RA cemburu. Mengetahui hal ini, Rasulullah mengharamkan Mariyah atas dirinya yang kemudian ditegur Allah SWT:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَۖ تَبۡتَغِي مَرۡضَاتَ أَزۡوَٰجِكَۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
1. Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ." (QS. At-Tahriim: 1)
Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Shalih bin Abdullah bin Humaid menjelaskan ayat ini ditujukan kepada Rasul-Nya. Allah menegurnya ketika beliau melarang dirinya menggauli budak wanitanya karena telah bersumpah tidak akan menggaulinya, demi menjaga kasih sayang Aisyah dan Hafshah. Rasulullah berpesan kepada Hafshah untuk tidak menceritakan kepada siapa pun tentang sumpah ini.
Beberapa orang munafik menuduh Mariyah telah melahirkan anak hasil dari lelaki lain. Akan tetapi, Allah membukakan kebenaran atas masalah itu sehingga jelas Ibrahim adalah putra Rasulullah.
Pada usianya yang kesembilan belas bulan, Ibrahim jatuh sakit. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan perasaan sedih Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersama Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Mariyah.
Rasulullah lalu bersabda, “Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.”
Meninggalnya Ibrahim membuat sedih Nabi. Air matanya bercucuran. Beliau kembali bersabda,
“Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan perintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim. Mata kami menangis, hati kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang menyebabkan murka Allah.”
Mariyah wafat lima tahun setelah Rasulullah meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Umar sendiri yang mensholatkan jenazah Mariyah dan memakamkannya di Baqi’.
oooooooooo o0o ooooooooo
MARIYAH AL-QIBTIYAH HAMBA YANG MENJADI UMMUL MUKMININ
Red: Agung Sasongko
Selasa 30 Jul 2019 10:22 WIB
Mariyah Al-Qibtiyah berasal dari Mesir
Orientasi
Siapa sebenarnya Mariyah al-Qibtiyah? Dia adalah budak yang dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW. Dia satu-satunya istri Rasulullah yang berasal dari Mesir.
Kedatangannya dari Mesir ke Madinah merupakan hadiah dari penguasa Mesir Muqauqis. Saat itu Rasulullah mengirim surat melalui Hatib bin Balta’ah menyerukan Raja Mesir tersebut untuk memeluk Islam.
Raja Muqauqis menerima kedatangan Hatib dengan baik. Namun, dia menolak ajakan Rasulullah memeluk Islam. Ketika Hatib kembali ke Yatsrib, Muqauqis memberi banyak hadiah untuk Rasulullah. Ada keledai dan kuda putih, pakaian pilihan, serta kerajinan dari Mesir. Dia juga menyertakan tiga hamba sahaya, yakni Mariyah, dan saudara perempuannya Sirin serta Maburi.
Di tengah perjalanan, ketiga hamba sahaya itu terlihat sangat sedih. Mereka seakan tidak rela meninggalkan kampung halamannya, Mesir. Hatib menghibur dengan menceritakan tentang Rasulullah dan keindahan agama Allah, Islam. Lalu, dia mengajak Mariyah, Sirin, dan Maburi memeluk Islam. Ketiga budak asal Mesir itu pun menerima dengan ikhlas memeluk Islam.
Di Madinah, Rasulullah teläh menerima kabar tentang penolakan dari Muqauqis. Namun, beliau tidak menduga mendapat kiriman tiga budak. Nabi mengambil Mariyah sebagai budaknya, dan menyerahkan Sirin kepada penyairnya, Hasan bin Tsabit. Sedangkan Maburi diberikan kepada Abu Hudzaifah al-‘Adawi.
Mariyah berbeda dengan hamba sahaya lainnya. Diriwayatkan dia dari kalangan Koptik yang memiliki kulit putih, cantik, dan ramah. Menurut Imam al-Baladziri, “Sebenarnya ibunda dari Mariyah adalah keturunan bangsa Romawi. Mariyah mewarisi kecantikan ibunya sehingga memiliki kulit yang putih, berparas cantik, berpengetahuan luas, dan berambut ikal.’’
Masa kecil dan remajanya dihabiskan di Mesir sehingga sedikit sekali mengetahui riwayat Mariyah. Hanya diketahui nama lengkapnya Mariyah binti Syama’un. Lahir di Hafn, wilayah yang berada di dataran tinggi Mesir. Ayahnya berasal dari Suku Qibti, sedangkan ibunya penganut agama Masehi Romawi. Setelah dewasa, Mariyah bersama saudara perempuannya, Sirin dipekerjakan di Istana Raja Muqauqis.
Rasulullah membebaskan, lalu menikahi Mariyah al-Qibtiyah. Walaupun bekas budaknya, Nabi Muhammad SAW tidak membedakan Mariyah dengan istri-istrinya yang lain. Dia menempatkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah masjid. Mariyah pun menjadi ibu dari orang-orang beriman (ummul mukminin).
Setahun di Madinah, Allah menghendaki perempuan yang sopan dan ramah ini hamil. Rasulullah SAW sangat bahagia mendengar kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia. Mariyah adalah istri Rasulullah setelah Khadijah yang bisa memberi Rasulullah anak.
Bulan Dzulhijjah tahun kedelapan Hijrah, Mariyah melahirkan bayi laki-laki. Kelahiran anaknya menjadikan Mariyah sebagai budak yang merdeka sepenuhnya. Kehadiran bayi dari Mariyah ini mendapat sambutan gembira dari masyarakat Madinah. Pada hari ketujuh, Rasulullah mengaqiqah kan anak laki-lakinya dengan menyembelih dua ekor domba besar.
Lalu, mencukur rambut dan bersedekah kepada orang miskin dengan harta senilai perak sesuai dengan timbangan rambut si bayi yang telah dicukur. Selanjutnya, Nabi Muhammad mengubur potongan rambut anaknya dan menamai bayinya dengan nama yang indah.
Rasulullah SAW memberi nama anak laki-lakinya yakni Ibrahim bin Muhammad. Harapannya kelak Ibrahim kecil mendapat berkah sebagai mana nama bapak para nabi, Nabi Ibrahim AS. Ibrahim kecil disusui oleh seorang istri tukang pandai besi bernama Abu Saif yang tinggal di perbukitan Madinah.
Ketika berusia 19 bulan, Ibrahim sakit. Kondisi ini membuat Rasulullah SAW dan Mariyah sedih. Mariyah ditemani saudara perempuannya Sirin menunggui Ibrahim yang kondisinya semakin parah. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.”
Tanpa disadari Rasulullah yang ditemani Abdurrahman bin Auf menangis bercucuran air mata. Kondisi nya semakin parah dan atas kehendak-Nya Ibrahim kecil meninggal dunia. Rasulullah SAW kembali bersabda, “Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan perintah yang hak, janji yang benar, dan masa akhir kita yang menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim .… Mata kami menangis, hati kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang menyebabkan murka Allah.”
Begitulah ungkapan kesedihan Rasulullah SAW saat menghadapi kepergian putra yang dicintainya. Walaupun perasaannya sangat sedih, beliau tidak meratapi, apalagi berteriak mengucapkan kata-kata yang berlebihan. “Menangis adalah bukti kasih sayang, sedangkan teriakan itu dari setan.” Hal ini sebagai contoh bagi umatnya ketika menghadapi musibah, walaupun demikian berat tidak berlebihan.
Rasulullah mengurus sendiri jenazah Ibrahim dan menshalati dengan takbir empat kali. Ibrahim dimakamkan di Baqi bertepatan dengan terjadinya gerhana matahari. Orang lalu menghubungkan kematian Ibrahim dengan gerhana. Namun Rasulullah meluruskan, “Gerhana bulan dan matahari tidak terjadi karena kematian atau hidupya seseorang.”
Setelah Rasulullah wafat, Mariyah hidup menyendiri. Setelah kematian anaknya, Ibrahim, dan Rasulullah, beliau menghabiskan hidupnya dengan beribadah. Mariyah wafat lima tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW, yaitu bulan Muharram tahun ke-46 H. Saat itu masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Khalifah Umar yang menshalati jenazah istri Rasulullah tersebut, kemudian dimakamkan di Baqi.
Sumber : Google Wikipedia
oooooooooo o0o ooooooooo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar