PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BER-IBU KOTA DI KOTA PONTIANAK
Orientasi
Kalimantan Barat (disingkat Kalbar) adalah sebuah provinsi di Indonesia, yang berada di pulau Kalimantan, dengan ibu kota atau pusat pemerintahan berada di kota Pontianak. Luas wilayah provinsi Kalimantan Barat adalah 147.307,00 km² (7,53% luas Indonesia). Kalimantan Barat merupakan provinsi terluas keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Pada tahun 2020, penduduk Kalimantan Barat berjumlah 5.414.390 jiwa, dengan kepadatan 37 jiwa/km2.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Sejarah
Provinsi Borneo saat masa awal kemerdekaan, tahun 1945.
Bakulapura atau Tanjungpura merupakan taklukan Kerajaan Singhasari. Wilayah kekuasaan Tanjungpura membentang dari Tanjung Dato sampai Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah negara kerajaan induk: Borneo (Brunei), Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin (Bumi Kencana). Tanjung Dato adalah perbatasan wilayah mandala Borneo (Brunei) dengan wilayah mandala Sukadana (Tanjungpura), sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin). Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana. Perbatasan di pedalaman, perhuluan daerah aliran sungai Pinoh (Lawai) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin).
Daerah-daerah di Kalbar yang terkenal pada zaman dahulu diantaranya Tanjungpura dan Batang Lawai. Loue (Lawai) oleh Tomé Pires digambarkan daerah yang banyak intan, jarak dari Tanjompure empat hari pelayaran. Tanjungpura maupun Lawai masing-masing dipimpin seorang Patee (Patih). Patih-patih ini tunduk kepada Patee Unus, penguasa Demak. Kesultanan Demak juga telah berjasa membantu raja Banjar Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa Kerajaan Negara Daha terakhir untuk memperebutkan hegemoni atas wilayah Kalimantan Selatan.
Menurut naskah Hikayat Banjar dan Kotawaringin, negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar atau pernah mengirim upeti sejak zaman Hindu. Kerajaan Banjar menamakan kerajaan-kerajaan di Kalbar ini dengan sebutan negeri-negeri di bawah angin. Kerajaan Banjar memiliki prajurit Dayak Biaju-Ot Danum dan Dayak Dusun-Maanyan-Lawangan yang sering memenggal kapala musuh-musuhnya (ngayau). Pada masa pemerintahan Raja Maruhum Panambahan seorang Adipati Sambas/Panembahan Ratu Sambas telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama Si Giwang dan Si Misim.
Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana. Tahun 1609, di Sambas pada saat itu ada ketakutan yang sangat besar akan serangan bermusuhan oleh Brunei, sehingga penguasa wilayah itu, Saboa Tangan Pangeran ay de Paty Sambas (Pangeran Adipati Sambas), membuat aliansi dengan VOC-Belanda pada 1 Oktober 1609, dengan harapan menentangnya, untuk memperkuat terhadap musuh-musuhnya. Sementara itu serangan itu tidak memiliki tempat; Walaupun, sultan Brunei telah turun ke laut dengan 150 perahu, tetapi badai telah memaksanya untuk mundur. Tahun 1672, Sultan Banjar mengesahkan Raja Sintang sebagai Sultan.
Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali
daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi), sedangkan
daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas. Menurut
akta tanggal 26
Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar)
diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang
mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas
Pada tahun itu pula Syarif Abdurrahman Alkadrie yang dahulu telah dilantik di Banjarmasin sebagai Pangeran yaitu Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui oleh VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut. Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah dan kemudian menaklukan Sanggau.
Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo. Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri.
Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan Sebelumnya menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849 No. 40, ada 14 daerah (Sambas, Mampawa, Pontianak, Koeboe, Simpang, Soekadana, Matan, Landak, Tajan, Meliou, Sangouw, Sekadouw, Blitang, Sintang) di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling van Borneo berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, per tanggal 27 Agustus 1849, No. 8. Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Keresidenan Sambas.
Menurut Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibu kota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu di antaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibu kota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Kondisi Alam
Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0 dan kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%.
Hutan dan hutan adat
Hutan di Kalimantan Barat tinggallah bersisa 8,2 juta hektar, dan —sebagaimana dilansir oleh WALHI Provinsi Kalbar— mengalami deforestasi sebesar 124.956 hektar atau hampir 2 kali luas Jakarta pada periode 2015-16. Ia terdiri atas 124.657 hektar hutan primer dan sekunder, serta hutan tanaman 299 hektar. Laju deforestasi hutan di sini 42.000 hektar pertahun. Angka ini, termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya akibat alih fungsi lahan untuk investasi.
Kalimantan Barat baru memiliki hutan adat yang baru disahkan oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo pada 20 Agustus 2018 menyerahkan surat keputusan pengesahan atas hutan adat Desa Tae, Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau seluas 2.189 hektar, hutan adat Tembawang Tampun Juah di Dusun Segumon, Desa Lubuk Sabuk, Kecamatan Sekayam, masih dari Sanggau, seluas 651 hektar, dan 100 hektar hutan adat Pikul di Desa Sahan, Seluas, di Kabupaten Bengkayang.
Batas Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara |
|
Timur |
Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah |
Selatan |
|
Barat |
Pemerintahan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Barat
DPRD Kalimantan Barat beranggotakan 65 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Kalimantan Barat terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Kalimantan Barat yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 30 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak di Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Barat. Komposisi anggota DPRD Kalimantan Barat periode 2019-2024 terdiri dari 12 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 15 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar dan Partai NasDem yang masing-masing meraih 8 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kalimantan Barat dalam tiga periode terakhir.
Partai Politik |
Jumlah Kursi dalam Periode |
||
2009-2014 |
2014-2019 |
2019-2024 |
|
1 |
|||
1 |
|||
1 |
|||
2 |
|||
0 |
2 |
5 |
|
2 |
7 |
7 |
|
10 |
15 |
15 |
|
10 |
9 |
8 |
|
5 |
2 |
3 |
|
5 |
4 |
3 |
|
3 |
6 |
5 |
|
4 |
3 |
2 |
|
10 |
9 |
7 |
|
1 |
0 |
0 |
|
0 |
3 |
1 |
|
(baru) 5 |
8 |
||
(baru) 1 |
|||
Jumlah Anggota |
55 |
65 |
65 |
Jumlah Partai |
13 |
11 |
12 |
Kabupaten dan Kota
Ibu kota Provinsi Kalimantan Barat adalah Kota Pontianak.
No |
Kode Wilayah |
Kabupaten/Kota |
Ibu Kota Kabupaten |
Luas Wilayah (km2) |
Luas Wilayah (%) |
1 |
61.07 |
Kabupaten Bengkayang |
Bengkayang |
5075,48 |
3,45% |
2 |
61.06 |
Kabupaten Kapuas Hulu |
Putussibau |
29842,00 |
20,26% |
3 |
61.11 |
Kabupaten Kayong Utara |
Sukadana |
4568,26 |
3,10% |
4 |
61.04 |
Kabupaten Ketapang |
Ketapang |
31240,74 |
21,21% |
5 |
61.12 |
Kabupaten Kubu Raya |
Kubu |
6958,22 |
4,72% |
6 |
61.08 |
Kabupaten Landak |
Ngabang |
8915,10 |
6,05% |
7 |
61.10 |
Kabupaten Melawi |
Nanga Pinoh |
10640,80 |
7,22% |
8 |
61.02 |
Kabupaten Mempawah |
Sungai Pinyuh |
2797,88 |
1,90% |
9 |
61.01 |
Kabupaten Sambas |
Sambas |
6716,52 |
4,56% |
10 |
61.03 |
Kabupaten Sanggau |
Sanggau |
12857,80 |
8,73% |
11 |
61.09 |
Kabupaten Sekadau |
Sekadau |
5444,20 |
3,70% |
12 |
61.05 |
Kabupaten Sintang |
Sintang |
21638,20 |
14,69% |
13 |
61.71 |
Kota Pontianak |
– |
107,80 |
0,07% |
14 |
61.72 |
Kota Singkawang |
– |
504,00 |
0,34% |
Provinsi Kalimantan Barat |
147.307,00 |
100,00% |
Kecamatan, desa dan kelurahan
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari 12 kabupaten, 2 kota, 174 kecamatan, 99 kelurahan dan 2.031 desa. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 5.414.390 jiwa dengan total luas wilayah 147.307,00 km².
No. |
Kode |
Kabupaten/Kota |
Luas Wilayah |
Penduduk |
2020 |
||
Kecamatan |
Kelurahan |
Desa |
|||||
1 |
61.07 |
5.075,48 |
286.366 |
17 |
2 |
122 |
|
2 |
61.06 |
29.842,00 |
252.609 |
23 |
4 |
278 |
|
3 |
61.11 |
4.568,26 |
126.571 |
6 |
43 |
||
4 |
61.04 |
31.240,74 |
570.657 |
20 |
9 |
253 |
|
5 |
61.12 |
6.958,22 |
609.392 |
9 |
117 |
||
6 |
61.08 |
8.915,10 |
397.610 |
13 |
156 |
||
7 |
61.10 |
10.640,80 |
228.270 |
11 |
169 |
||
8 |
61.02 |
2.797,88 |
301.560 |
9 |
7 |
60 |
|
9 |
61.01 |
6.716,52 |
629.905 |
19 |
193 |
||
10 |
61.03 |
12.857,80 |
484.836 |
15 |
6 |
163 |
|
11 |
61.09 |
5.444,20 |
211.559 |
7 |
87 |
||
12 |
61.05 |
21.638,20 |
421.306 |
14 |
16 |
390 |
|
13 |
61.71 |
107,80 |
658.685 |
6 |
29 |
||
14 |
61.72 |
504,00 |
235.064 |
5 |
26 |
||
TOTAL |
147.307,00 |
5.414.390 |
174 |
99 |
2031 |
Kesehatan
Daftar rumah sakit di Kalimantan Barat
No. |
Kode RS |
Nama Rumah Sakit |
Jenis RS |
Kelas RS |
Pemilik |
Total Ranjang |
1 |
6107026 |
RS Pratama Serawai |
RSU |
D PRATAMA |
Pemkab |
46 |
2 |
6101137 |
RS Pratama Teluk Keramat Kabupaten Sambas |
RSU |
D PRATAMA |
Pemkab |
0 |
3 |
6105031 |
RS Umum Daerah Temenggung Gergaji Balai Karangan |
RSU |
D |
Pemkab |
45 |
4 |
6108014 |
RS Umum Daerah Semitau |
RSU |
D |
Pemkab |
0 |
5 |
6111002 |
RS Umum Daerah Sultan Muhammad Jamaludin I |
RSU |
D |
Pemkab |
0 |
6 |
6107025 |
RS Umum Assyifa Sintang |
RSU |
D |
Perusahaan |
40 |
7 |
6107024 |
RSIA Bujang Dara Sintang |
RSIA |
C |
Perusahaan |
22 |
8 |
6105028 |
RS Umum Sentra Medika Sanggau |
RSU |
D |
Perusahaan |
35 |
9 |
6172002 |
RS Ibu dan Anak Wempe Singkawang |
RSIA |
C |
Swasta |
24 |
10 |
6106021 |
RSIA Permata Bunda |
RSIA |
C |
Perusahaan |
33 |
11 |
6110015 |
RS Umum Kasih Bunda Jaya Nanga Pinoh |
RSU |
D |
Perusahaan |
36 |
12 |
6110013 |
RS Umum Citra Husada Nanga Pinoh |
RSU |
D |
Perusahaan |
55 |
13 |
6171141 |
RS Mitra Medika Pontianak |
RSU |
C |
Perusahaan |
103 |
14 |
6171140 |
RS Umum Kharitas Bhakti |
RSU |
D |
Swasta |
59 |
15 |
6171139 |
RS Universitas Tanjungpura |
RSU |
C |
Kementerian Lain |
66 |
16 |
6107022 |
RS Tk. IV 12.07.02 Sintang |
RSU |
D |
TNI AD |
35 |
17 |
6171138 |
RS Umum Daerah Sultan Syarif Mohammad Alkadri |
RSU |
C |
Pemkot |
115 |
18 |
6105027 |
RS Bergerak Balai Karangan |
RSU |
Belum Ditetapkan |
Pemkab |
10 |
19 |
6108012 |
RS Bergerak Badau Kapuas Hulu |
RSU |
D PRATAMA |
Pemkab |
0 |
20 |
6112002 |
RS Ibu dan Anak Anugrah |
RSIA |
C |
Perorangan |
37 |
21 |
6171136 |
RS Bersalin Nabasa Pontianak |
RSIA |
C |
Swasta |
29 |
22 |
6171085 |
RS Bersalin Jeumpa Pontianak |
RSIA |
C |
Perusahaan |
20 |
23 |
6171078 |
RS Pro Medika Pontianak |
RSU |
D |
Swasta |
54 |
24 |
6171067 |
RS Anton Soedjarwo Pontianak |
RSU |
C |
POLRI |
59 |
25 |
6112135 |
RS Angkatan Udara dr. Mohammad Sutomo |
RSU |
C |
TNI AU |
32 |
26 |
6171124 |
RS Anugerah Bunda Khatulistiwa |
RSU |
C |
Swasta |
81 |
27 |
6171113 |
RS Islam Yarsi Pontianak |
RSU |
C |
Organisasi Islam |
93 |
28 |
6171044 |
RS Jiwa Daerah Sei Bangkong Pontianak |
RSK Jiwa |
B |
Pemprop |
123 |
29 |
6171033 |
RS Umum St. Antonius Pontianak |
RSU |
B |
Organisasi Sosial |
239 |
30 |
6171022 |
RS Tk.II Kartika Husada Kes.Dam XII Tanjungpura |
RSU |
C |
TNI AD |
137 |
31 |
6171011 |
RS Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak |
RSU |
B |
Pemprop |
341 |
32 |
6110012 |
RS Umum Daerah Kabupaten Melawi |
RSU |
C |
Pemkab |
73 |
33 |
6109012 |
RS Umum Daerah Kabupaten Sekadau |
RSU |
C |
Pemkab |
110 |
34 |
6108011 |
RS Umum Daerah dr. A. Diponegoro Putussibau |
RSU |
C |
Pemkab |
104 |
35 |
6107010 |
RS Umum Daerah Ade Muhammad Djoen Sintang |
RSU |
C |
Pemkab |
124 |
36 |
6106020 |
RS Fatima Ketapang |
RSU |
C |
Organisasi Katholik |
156 |
37 |
6106016 |
RS Umum Daerah Dr. Agoesdjam Ketapang |
RSU |
C |
Pemkab |
177 |
38 |
6105026 |
RS Parindu |
RSU |
C |
Perusahaan |
90 |
39 |
6105015 |
RS Umum Daerah M. Th. Djaman Sanggau |
RSU |
C |
Pemkab |
91 |
40 |
6104014 |
RS Umum Daerah Dr. Rubini Mempawah |
RSU |
C |
Pemkab |
132 |
41 |
6103013 |
RS Umum Daerah Kabupaten Landak |
RSU |
C |
Pemkab |
104 |
42 |
6102012 |
RS Umum Daerah Bengkayang |
RSU |
C |
Pemkab |
108 |
43 |
6101135 |
RS Santa Elizabeth |
RSU |
D |
Organisasi Katholik |
37 |
44 |
6172124 |
RS Umum Harapan Bersama Singkawang |
RSU |
C |
Perusahaan |
153 |
45 |
6172113 |
RS Umum Santo Vincentius Singkawang |
RSU |
C |
Organisasi Katholik |
143 |
46 |
6172070 |
RS Kusta Alverno Singkawang |
RSK KUSTA |
C |
Organisasi Sosial |
44 |
47 |
6172066 |
RS Jiwa Provinsi Kalimantan Barat |
RSK Jiwa |
B |
Pemprop |
534 |
48 |
6102055 |
RS Umum Bethesda Serukam |
RSU |
C |
Organisasi Protestan |
73 |
49 |
6172044 |
RS Tk. IV 12.07.01 Singkawang |
RSU |
D |
TNI AD |
66 |
50 |
6101033 |
RS Umum Daerah Pemangkat |
RSU |
C |
Pemkab |
127 |
51 |
6101022 |
RS Umum Daerah Sambas |
RSU |
C |
Pemkab |
108 |
52 |
6172011 |
RS Umum Daerah Dr. Abdul Aziz Singkawang |
RSU |
B |
Pemkot |
255 |
Demografi
Berdasarkan sensus tahun 2010, suku bangsa paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak (34,93%) dan Melayu (33,84%). Suku Dayak mayoritas di daerah pedalaman seperti Landak, Bengkayang, Sanggau, Sintang, Sekadau dan Melawi. Sedangkan suku Melayu mayoritas di kawasan pesisir, seperti Sambas, Kayong Utara, Ketapang, Mempawah dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Kapuas Hulu, penduduk suku Dayak dan Melayu hampir seimbang jumlahnya.
Suku terbanyak ketiga di Kalimantan Barat yaitu suku Jawa (9,72%) yang memiliki basis pemukiman di daerah-daerah transmigrasi yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, terutama Sintang dan Kubu Raya yang sekitar 30% penduduknya merupakan warga transmigran asal Jawa. Di urutan keempat yaitu etnis Tionghoa (8,15%) yang banyak terdapat di perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Di Kota Singkawang, 37% penduduknya adalah keturunan Tionghoa dan 32% Melayu, sedangkan di Kota Pontianak 32% penduduknya suku Melayu dan 18% Tionghoa. Budaya dasar Kalimantan Barat dibentuk atas tiga tungku utama, yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa.
Kedatangan orang Tionghoa ke Kalimantan Barat diyakini terdapat tiga gelombang, yang terbesar saat penemuan emas di Monterado, Bengkayang. Saat itu, Sultan Sambas dan Mempawah mendatangkan orang Tionghoa untuk menjadi tenaga penambang disana. Walau demikian saat ini terdapat banyak suku bangsa dari seluruh Indonesia yang mendiami Kalimantan Barat, dan populasi suku Jawa sudah melebihi keturunan Tionghoa disebabkan banyaknya migrasi dari pulau Jawa, baik melalui transmigrasi maupun masuknya tenaga kerja dari berbagai sektor.
Berikutnya di urutan kelima yaitu etnis Madura (6,25%) yang memiliki basis pemukiman di Mempawah dan Kubu Raya, yaitu sekitar 20%. Berbeda dengan suku Jawa, kedatangan suku Madura ke Kalimantan Barat karena migrasi swakarsa atau dengan biaya sendiri. Di urutan keenam yaitu Bugis (3,12%) yang juga banyak terdapat di Mempawah (sekitar 10%). Setiap tahun di Mempawah diadakan upacara tradisi Robo'-Robo' untuk memperingati kedatangan Opu Daeng Manambon dari Kesultanan Luwu ke Kerajaan Mempawah.
Suku bangsa di Kalimantan Barat selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Nomor |
Suku Bangsa |
Jumlah |
% |
1 |
1.531.989 |
34,93% |
|
2 |
1.484.085 |
33,84% |
|
3 |
427.238 |
9,72% |
|
4 |
358.451 |
8,15% |
|
5 |
274.869 |
6,25% |
|
6 |
137.282 |
3,12% |
|
7 |
49.530 |
1,13% |
|
8 |
26.486 |
0,60% |
|
9 |
23.428 |
0,53% |
|
10 |
14.430 |
0,33% |
|
11 |
12.312 |
0,28% |
|
12 |
8.083 |
0,18% |
|
13 |
6.809 |
0,15% |
|
14 |
6.035 |
0,14% |
|
15 |
4.374 |
0,10% |
|
16 |
2.796 |
0,06% |
|
17 |
2.598 |
0,06% |
|
18 |
2.110 |
0,05% |
|
19 |
1.916 |
0,04% |
|
20 |
1.785 |
0,04% |
|
21 |
1.407 |
0,03% |
|
22 |
942 |
0,02% |
|
Suku bangsa lainnya |
6.401 |
0,15% |
|
Total |
4.397.162 |
100,00% |
Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di maksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uud Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosakata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).
Peta bahasa Kemendikbud menyebutkan ada 9 bahasa di Kalimantan Barat, diantaranya Bakatik, Bukat, Galik, Kayaan, Melayu, Punan, Ribun, Taman dan Uud Danum.
Bakatik
Bahasa Bakatik dituturkan oleh masyarakat terutama di wilayah Kabupaten Bengkayang, tersebar di wilayah Kecamatan Ledo, Sanggau Ledo, Teriak, dan Bengkayang. Sementara itu selain di Kabupaten Bengkayang, bahasa Bakatik juga dituturkan di Kota Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Kubu Raya yang ada di sekitar Kecamatan Sungai Ambawang serta di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Bahasa Bakatik terbagi atas 4 (empat) dialek. Pertama dialek Moro Betung dengan daerah sebarannya di Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak. Kedua dialek Ambawang Satu di Kabupaten Kubu Raya. Ketiga Sahan di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang. Keempat dialek Rodaya daerah sebarannya di Kecamatan Ledo dan Desa Bani Amas di Kabupaten Bengkayang.
Bukat
Bahasa Bukat dituturkan oleh masyarakat yang mendiami wilayah di sekitar hulu Sungai Kapuas, terutama di wilayah Kecamatan Putussibau, Kecamatan Putussibau Utara dan Desa Tanjung Jati, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Bahasa Bukat termasuk kelompok minoritas di Kalimantan Barat dan dapat dikatakan bahwa bahasa Bukat merupakan sebuah bahasa tersendiri di Kalimantan Barat.
Galik (Golik)
Bahasa Galik (Golik) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Mandong, Kampung Tayan Hulu dan Kampung Engkahan, Kecamatan Sekayam; di Kampung Kasro Mego, Kecamatan Beduwai; dan Kampung Tanap, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Bahasa Galik (Golik) terdiri atas empat dialek.Pertama dialek Mandong yang dituturkan di Kampung Mandong, Penutur menamakan bahasanya dengan bahasa Dayak Peruan. Kedua dialek Engkahan yang dituturkan di daerah Kecamatan Sekayam, penuturnya menamakan bahasa Dayak Karamai. Ketiga dialek Kasro Mego yang dituturkan di Desa Kasro Mego di Kecamatan Beduai, penuturnya menamakan bahasa Galik. Keempat dialek Tanap yang dituturkan di Desa Tanap, penuturnya menamakan bahasa Tanap.
Kayaan
Bahasa Kayaan dituturkan di wilayah Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, di wilayah hulu Sungai Kapuas. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayaan merupakan sebuah bahasa tersendiri.jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat.
Melayu
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang terbanyak penuturnya di Kalimantan Barat. Ada sebagian masyarakat di Kalimantan Barat yang menyebutnya bahasa Melayik. Penutur bahasa Melayu ini tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan kota serta di kampung-kampung pedalaman di Kalimantan Barat.
Punan
Bahasa Punan antara lain dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanjunglokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
Ribun (Rihun)
Bahasa Ribun (Rihun) dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanggung dan Desa Semirau, Kecamatan Jangkang; di Desa Gunam, Kecamatan Parindu; di Desa Empodis dan Desa Upe, Kecamatan Bonti; dan di Desa Semongan, Kecamatan Noyan. Daerah-daerah tersebut berada di Kabupaten Sanggau.
Taman
Bahasa Taman dituturkan oleh masyarakat di wilayah hulu Sungai Kapuas, antara lain di Engko’ Tambe, Kecamatan Putussibau Selatan; di Desa Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu; di Mensiau, Kecamatan Batang Lupar; di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah tutur bahasa Taman dikelilingi oleh wilayah tutur bahasa Melayu. Bahasa Taman tersebar di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu di wilayah Kecamatan Putussibau, Mandai, dan Batang Lupar. Bahasa Taman mempunyai tiga dialek. Pertama dialek Taman Kapuas,yang memiliki daerah sebaran di Ingko’ Tambe, Kecamatan Putussibau. Kedua dialek Taman Embaloh, yang memiliki daerah sebaran di Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu dan Mensiau di Kecamatan Batang Lupar. Ketiga dialek Kalis, yang memiliki daerah sebaran di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau.
Uud Daum (Ot Danum)
Bahasa Uud Danum (Ot Danum) dituturkan oleh masyarakat di Desa Nanga Keremoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, di daerah hulu Sungai Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.
Agama
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Barat tahun 2021, mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam yakni 60,07%. Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Melawi dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama Islam. Agama Islam juga dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di Kalimantan Barat.
Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat etnis Tionghoa seperti Kota Singkawang dan kota Pontianak, juga terdapat penganut Budha dalam jumlah cukup besar.
Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Barat tahun 2020, yaitu:
Nomor |
Agama |
Jumlah |
Konsentrasi |
Keterangan |
1 |
3.287.346 |
60,07% |
dipeluk oleh Suku Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Banjar, Minangkabau, Sunda dan sebagian kecil Suku Dayak, Tionghoa dan Batak |
|
2 |
1.212.516 |
22,16% |
dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa |
|
3 |
633.814 |
11,58% |
dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa |
|
4 |
320.083 |
5,85% |
dipeluk oleh keturunan Tionghoa |
|
5 |
14.160 |
0,26% |
dipeluk oleh keturunan Tionghoa |
|
6 |
2.848 |
0,05% |
dipeluk oleh Suku Bali |
|
7 |
Kepercayaan |
1.543 |
0,03% |
dipeluk oleh penduduk yang tinggal di pedalaman Kalimantan |
Pendidikan
Menurut gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, ia menyatakan bahwa indeks pembangunan manusia Kalimantan Barat masih di nilai 66,26. Sedangkan IPM nasional adalah 70,89. Nilai ini menempatkan Kalbar di nomor 29. Namun begitu, yang masih relatif lebih baik adalah harapan lama sekolahnya adalah 12,5 tahun. Rata-rata lama sekolah baru 7,5 tahun.
Perguruan Tinggi/Universitas yang ada di Kalimantan Barat antara lain:
3. Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak (STP St. Agustinus KAP)
4. Politeknik Negeri Pontianak
5. STIPER Panca Bhakti Pontianak
8. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak
10. ASMI Pontianak
11. ABA Pontianak
12. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma
13. Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma
14. Akademi Bahasa Asing Widya Dharma
15. Akademi Bumi Sebalo Bengkayang
16. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma
17. Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ)
18. STIE Pontianak
20. STIH Singkawang
21. Universitas Kapuas, Sintang
22. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
24. STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
25. AMIK Bina Sarana Informatika Pontianak
26. STKIP Singkawang
27. Sekolah Tinggi Theologia (STT) Berea, Ansang, Kabupaten Landak
28. Sekolah Tinggi Theologia Pontianak (STTP), Pontianak
29. Sekolah Tinggi Theologia Kalimantan (STK), Pontianak
30. Sekolah Tinggi Theologia Eklesia (STT Eklesia), Pontianak
31. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah (STIK Muhammadiyah) Pontianak
32. Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang
35. Sekolah Tinggi Teologi Borneo (STT Borneo), Sanggau
36. STKIP Melawi Nanga Pinoh; Perbatasan Entikong
37. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-Haudl), Ketapang.
Perekonomian
Pertanian, Perkebunan & Perikanan
Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian, perkebunan dan perikanan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat di antaranya adalah padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan di antaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dan lain-lain.
Kebun kelapa sawit sampai Oktober 2012 sudah mencapai 1.060.000 ha. Kebun-kebun tersebut sebagian besar dibangun pada kawasan budi daya (APL) dan ada juga yang dibangun pada kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) setelah melalui proses pelepasan kawasan dari Kementerian Kehutanan. Kebun-kebun sawit menguntungkan pengusaha dan penguasa. Para petani peserta menderita sengsara.
Pendapatan petani sawit binaan PTPN XIII hanya 6,6 ons beras per hari/orang. Sedangkan pengelolaan kebun dengan pola kemitraan hanya memberi 3,3 ons beras per hari/orang. Kondisi ini lebih buruk dari tanaman paksa (kultuurstelsel) zaman Hindia Belanda. Begitu juga dengan perikanan yang berada di wilayah Kalimantan Barat. Di mana untuk wilayah barat berbatasan dengan Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia dan wilayah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa sehingga masyarakat pesisir penghasilan utamanya adalah hasil laut.
Produksi perikanan tangkap di laut Provinsi Kalimantan Barat yang meliputi Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, dan Kota Pontianak.
Seni dan Budaya
Tarian Tradisional
Tari Monong/Manang/Baliatn, merupakan tari penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. Tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. Tarian ini hadir di saat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.
Tari Pingan merupakan tarian tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau di masa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).
Tari Pedang / Ajat Pedang, merupakan tarian tunggal terdapat pada Dayak Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela diri bagi seorang pemuda yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari melakukan gerakan-gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian tradisionalnya. tarian ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang ( Nyabor bahasa Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut Tebah Unop. tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir dan belitang hulu kampung sebetung.
Tari Jonggan, merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm) yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.
Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.
Tari Zapin pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan tarian Masyarakat Melayu Nusantara diadofsi dari timur tengah yaitu Hadramaut, selanjutnya menyebar ke Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.
Tari Menoreh Getah adalah tarian yang menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaan Kalimantan Barat. Tari Mandau, merupakan wujud semangat juang para pemuda suku dayak untuk membela hukum dan martabatnya.
Alat Musik Tradisional
1. Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai maskawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
2. Gambus, alat musik petik khas suku Melayu yang mendapat pengaruh dari arab.
3. Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
4. Hadrah, alat musik khas suku Melayu yang berbentuk seperti gendang tetapi memiliki gerincing-gerincing di sekelilingnya.
5. Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
6. Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
7. Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
8. Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek. Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
9. Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Melayu penggunaannya mirip dengan biola.
10. Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau.
11. Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
12. Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.
Senjata Tradisional
1. Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tetapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.
2. Tombak
3. Keris Melayu
4. Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
5. Senapang Lantak ( senjata Tradisional )
6. Duhung (Uut Danum)
7. Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
8. Lunjuk atau sejenis tombak untuk berburu (Uut Danum)
9. Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi dan ganggang, bilah besi berbentuk cembung sebelah.
10. Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas bilah besinya memiliki ketajaman yang sama )
Sastra lisan
Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:
1. Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban, Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
2. Bejandeh merupakan sejenis bekana tetapi objek ceritanya beda.
3. Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
4. Pantun Jepin yaitu syair-syair atau gurindam yang dilantunkan pada acara adat suku Melayu.
5. Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
6. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.
Tenun
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya:
1. Tenun Daerah Songket Sambas, kain tenun tersebut biasa disebut Kain Lunggi atau Kain benang Emas, di sebut demikian karena salah satu bahan yang di pergunakan adalah benang emas yang berwarna kuning emas. Kain tenun ini telah ada sejak kesultanan Sambas pada tahun 1675 yang mmeerintah kesultanan Sambas selama 10 tahun
2. Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik )
3. Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik)
4. Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik )
5. Sulam Kalengkang khas suku Melayu Kabupaten Sanggau,
6. Kerajinan Anyam Manik
7. Anyam Manik kelompok Dayak Banuaka Group: anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju Manik dan baju Burik)
8. Kerajinan Anyam Rotan atau bambu
9. Bakul, keranjang, Kelayak, Tudung Saji, ambinan, dsb. tersebar di Pontianak, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas hulu.
Kerajinan Tangan
Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:
1. Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang.
2. Bidai ( bahasa Ibanik ) atau bide (bahasa Kanayatn Group) tersebar hampir disebagian suku Dayak baik di Indonesia maupun di Serawak, bidai merupakan tikar tradisional Dayak, terdapat di Bengkayang, Sekadau, Kapuas Hulu, Serawak ( pada komunitas Dayak Iban)
3. Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.
4. Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
5. Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di maksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).
Khusus untuk rumpun Uud Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosakata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).
Peta bahasa Kemendikbud menyebutkan ada 9 bahasa di Kalimantan Barat, diantaranya Bakatik, Bukat, Galik, Kayaan, Melayu, Punan, Ribun, Taman dan Uud Danum.
Bakatik
Bahasa Bakatik dituturkan oleh masyarakat terutama di wilayah Kabupaten Bengkayang, tersebar di wilayah Kecamatan Ledo, Sanggau Ledo, Teriak, dan Bengkayang. Sementara itu selain di Kabupaten Bengkayang, bahasa Bakatik juga dituturkan di Kota Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Kubu Raya yang ada di sekitar Kecamatan Sungai Ambawang serta di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Bahasa Bakatik terbagi atas 4 (empat) dialek. Pertama dialek Moro Betung dengan daerah sebarannya di Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak. Kedua dialek Ambawang Satu di Kabupaten Kubu Raya. Ketiga Sahan di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang. Keempat dialek Rodaya daerah sebarannya di Kecamatan Ledo dan Desa Bani Amas di Kabupaten Bengkayang.
Bukat
Bahasa Bukat dituturkan oleh masyarakat yang mendiami wilayah di sekitar hulu Sungai Kapuas, terutama di wilayah Kecamatan Putussibau, Kecamatan Putussibau Utara dan Desa Tanjung Jati, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Bahasa Bukat termasuk kelompok minoritas di Kalimantan Barat dan dapat dikatakan bahwa bahasa Bukat merupakan sebuah bahasa tersendiri di Kalimantan Barat.
Galik (Golik)
Bahasa Galik (Golik) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Mandong, Kampung Tayan Hulu dan Kampung Engkahan, Kecamatan Sekayam; di Kampung Kasro Mego, Kecamatan Beduwai; dan Kampung Tanap, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Bahasa Galik (Golik) terdiri atas empat dialek.Pertama dialek Mandong yang dituturkan di Kampung Mandong, Penutur menamakan bahasanya dengan bahasa Dayak Peruan.
Kedua dialek Engkahan yang dituturkan di daerah Kecamatan Sekayam, penuturnya menamakan bahasa Dayak Karamai. Ketiga dialek Kasro Mego yang dituturkan di Desa Kasro Mego di Kecamatan Beduai, penuturnya menamakan bahasa Galik. Keempat dialek Tanap yang dituturkan di Desa Tanap, penuturnya menamakan bahasa Tanap.
Kayaan
Bahasa Kayaan dituturkan di wilayah Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, di wilayah hulu Sungai Kapuas. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayaan merupakan sebuah bahasa tersendiri.jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat.
Melayu
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang terbanyak penuturnya di Kalimantan Barat. Ada sebagian masyarakat di Kalimantan Barat yang menyebutnya bahasa Melayik. Penutur bahasa Melayu ini tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan kota serta di kampung-kampung pedalaman di Kalimantan Barat.
Punan
Bahasa Punan antara lain dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanjunglokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
Ribun (Rihun)
Bahasa Ribun (Rihun) dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanggung dan Desa Semirau, Kecamatan Jangkang; di Desa Gunam, Kecamatan Parindu; di Desa Empodis dan Desa Upe, Kecamatan Bonti; dan di Desa Semongan, Kecamatan Noyan. Daerah-daerah tersebut berada di Kabupaten Sanggau.
Taman
Bahasa Taman dituturkan oleh masyarakat di wilayah hulu Sungai Kapuas, antara lain di Engko’ Tambe, Kecamatan Putussibau Selatan; di Desa Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu; di Mensiau, Kecamatan Batang Lupar; di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah tutur bahasa Taman dikelilingi oleh wilayah tutur bahasa Melayu. Bahasa Taman tersebar di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu di wilayah Kecamatan Putussibau, Mandai, dan Batang Lupar. Bahasa Taman mempunyai tiga dialek. Pertama dialek Taman Kapuas,yang memiliki daerah sebaran di Ingko’ Tambe, Kecamatan Putussibau. Kedua dialek Taman Embaloh, yang memiliki daerah sebaran di Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu dan Mensiau di Kecamatan Batang Lupar. Ketiga dialek Kalis, yang memiliki daerah sebaran di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau.
Uud Daum (Ot Danum)Bahasa Uud Danum (Ot Danum) dituturkan oleh masyarakat di Desa Nanga Keremoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, di daerah hulu Sungai Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.
Agama
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Barat tahun 2021, mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam yakni 60,07%. Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Melawi dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama Islam. Agama Islam juga dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di Kalimantan Barat.
Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat etnis Tionghoa seperti Kota Singkawang dan kota Pontianak, juga terdapat penganut Budha dalam jumlah cukup besar
Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Barat tahun 2020, yaitu:
Nomor |
Agama |
Jumlah |
Konsentrasi |
Keterangan |
1 |
3.287.346 |
60,07% |
dipeluk oleh Suku Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Banjar, Minangkabau, Sunda dan sebagian kecil Suku Dayak, Tionghoa dan Batak |
|
2 |
1.212.516 |
22,16% |
dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa |
|
3 |
633.814 |
11,58% |
dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa |
|
4 |
320.083 |
5,85% |
dipeluk oleh keturunan Tionghoa |
|
5 |
14.160 |
0,26% |
dipeluk oleh keturunan Tionghoa |
|
6 |
2.848 |
0,05% |
dipeluk oleh Suku Bali |
|
7 |
Kepercayaan |
1.543 |
0,03% |
dipeluk oleh penduduk yang tinggal di pedalaman Kalimantan |
Pendidikan
Menurut gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, ia menyatakan bahwa indeks pembangunan manusia Kalimantan Barat masih di nilai 66,26. Sedangkan IPM nasional adalah 70,89. Nilai ini menempatkan Kalbar di nomor 29. Namun begitu, yang masih relatif lebih baik adalah harapan lama sekolahnya adalah 12,5 tahun. Rata-rata lama sekolah baru 7,5 tahun.
Perguruan Tinggi/Universitas yang ada di Kalimantan Barat antara lain:
3. Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak (STP St. Agustinus KAP)
4. Politeknik Negeri Pontianak
5. STIPER Panca Bhakti Pontianak
8. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak
10. ASMI Pontianak
11. ABA Pontianak
12. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma
13. Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma
14. Akademi Bahasa Asing Widya Dharma
15. Akademi Bumi Sebalo Bengkayang
16. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma
17. Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ)
18. STIE Pontianak
20. STIH Singkawang
21. Universitas Kapuas, Sintang
22. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
24. STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
25. AMIK Bina Sarana Informatika Pontianak
26. STKIP Singkawang
27. Sekolah Tinggi Theologia (STT) Berea, Ansang, Kabupaten Landak
28. Sekolah Tinggi Theologia Pontianak (STTP), Pontianak
29. Sekolah Tinggi Theologia Kalimantan (STK), Pontianak
30. Sekolah Tinggi Theologia Eklesia (STT Eklesia), Pontianak
31. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah (STIK Muhammadiyah) Pontianak
32. Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang
35. Sekolah Tinggi Teologi Borneo (STT Borneo), Sanggau
36. STKIP Melawi Nanga Pinoh; Perbatasan Entikong
37. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-Haudl), Ketapang.
Perekonomian
Pertanian, Perkebunan & Perikanan
Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian, perkebunan dan perikanan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat di antaranya adalah padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan di antaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dan lain-lain. Kebun kelapa sawit sampai Oktober 2012 sudah mencapai 1.060.000 ha. Kebun-kebun tersebut sebagian besar dibangun pada kawasan budi daya (APL) dan ada juga yang dibangun pada kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) setelah melalui proses pelepasan kawasan dari Kementerian Kehutanan. Kebun-kebun sawit menguntungkan pengusaha dan penguasa. Para petani peserta menderita sengsara.
Pendapatan petani sawit binaan PTPN XIII hanya 6,6 ons beras per hari/orang. Sedangkan pengelolaan kebun dengan pola kemitraan hanya memberi 3,3 ons beras per hari/orang. Kondisi ini lebih buruk dari tanaman paksa (kultuurstelsel) zaman Hindia Belanda. Begitu juga dengan perikanan yang berada di wilayah Kalimantan Barat. Di mana untuk wilayah barat berbatasan dengan Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia dan wilayah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa sehingga masyarakat pesisir penghasilan utamanya adalah hasil laut.
Produksi perikanan tangkap di laut Provinsi Kalimantan Barat yang meliputi Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, dan Kota Pontianak
Seni dan Budaya
Tarian Tradisional
1. Tari Monong/Manang/Baliatn, merupakan tari penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. Tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. Tarian ini hadir di saat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.
2. Tari Pingan merupakan tarian tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau di masa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).
3. Tari Pedang / Ajat Pedang, merupakan tarian tunggal terdapat pada Dayak Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela diri bagi seorang pemuda yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari melakukan gerakan-gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian tradisionalnya. tarian ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang ( Nyabor bahasa Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut Tebah Unop. tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir dan belitang hulu kampung sebetung.
4. Tari Jonggan, merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm) yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.
5. Tari merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.
6. Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.
7. Tari Zapin pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan tarian Masyarakat Melayu Nusantara diadofsi dari timur tengah yaitu Hadramaut, selanjutnya menyebar ke Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.
8. Tari Menoreh Getah adalah tarian yang menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaan Kalimantan Barat. Tari Mandau, merupakan wujud semangat juang para pemuda suku dayak untuk membela hukum dan martabatnya.
Alat Musik Tradisional
1. Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai maskawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
2. Gambus, alat musik petik khas suku Melayu yang mendapat pengaruh dari arab.
3. Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
4. Hadrah, alat musik khas suku Melayu yang berbentuk seperti gendang tetapi memiliki gerincing-gerincing di sekelilingnya.
5. Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
6. Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
7. Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
8. Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek. Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
9. Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Melayu penggunaannya mirip dengan biola.
10. Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau.
11. Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
12. Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.
Senjata Tradisional
1. Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tetapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.
2. Tombak
3. Keris Melayu
4. Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
5. Senapang Lantak ( senjata Tradisional )
6. Duhung (Uut Danum)
7. Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
8. Lunjuk atau sejenis tombak untuk berburu (Uut Danum)
9. Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi dan ganggang, bilah besi berbentuk cembung sebelah.
10. Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas bilah besinya memiliki ketajaman yang sama )
Sastra lisan
Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:
1. Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban, Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
2. Bejandeh merupakan sejenis bekana tetapi objek ceritanya beda.
3. Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayat
4. Pantun Jepin yaitu syair-syair atau gurindam yang dilantunkan pada acara adat suku Melay
5. Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
6. Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.
Tenun
Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya:
1. Tenun Daerah Songket Sambas, kain tenun tersebut biasa disebut Kain Lunggi atau Kain benang Emas, di sebut demikian karena salah satu bahan yang di pergunakan adalah benang emas yang berwarna kuning emas. Kain tenun ini telah ada sejak kesultanan Sambas pada tahun 1675 yang mmeerintah kesultanan Sambas selama 10 tahun
2. Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik )
3. Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik)
4. Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik )
5. Sulam Kalengkang khas suku Melayu Kabupaten Sanggau,
Kerajinan Anyam Manik
1. Anyam Manik kelompok Dayak Banuaka Group: anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju Manik dan baju Burik)
2. Kerajinan Anyam Rotan atau bambu
3. Bakul, keranjang, Kelayak, Tudung Saji, ambinan, dsb. tersebar di Pontianak, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas hulu.
Kerajinan Tangan
1. Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:
2. Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang.
3. Bidai ( bahasa Ibanik ) atau bide (bahasa Kanayatn Group) tersebar hampir disebagian suku Dayak baik di Indonesia maupun di Serawak, bidai merupakan tikar tradisional Dayak, terdapat di Bengkayang, Sekadau, Kapuas Hulu, Serawak ( pada komunitas Dayak Iban)
4. Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.
5. Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
6. Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Dan
-oooooooooo oOo oooooooooo-
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar