KABUPATEN BELITUNG TIMUR
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Orientasi
Kabupaten Belitung Timur adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan
Manggar. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Belitung. Kabupaten Belitung Timur pernah menjadi lokasi
pertambangan timah sejak masa kolonial Belanda hingga masa Orde Baru. Setelah
kemerdekaan, usaha pertambangan dijalankan oleh PN Timah.
Kabupaten Belitung Timur ini merupakan lokasi yang ada di film "Laskar Pelangi" yang ditulis Andrea Hirata, yang juga seorang tokoh asal Belitung Timur.
Sejarah Belitung
Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Pada akhir abad ke-7, Belitung tercatat sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya, kemudian ketika Kerajaan Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut kerajaan tersebut. Baru pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya. Tetapi itupun tidak lama, karena ketika Palembang diperintah oleh Cakradiningrat II, pulau ini segera menjadi taklukan Palembang.
Sejak abad ke-15 di Belitung telah berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Badau dengan Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama. Pusat pemerintahannya disekitar daerah Pelulusan sekarang ini. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, bahkan jauh sampai ke daerah Buding, Manggar dan Gantung. Beberapa peninggalan sejarah yang menunjukkan sisa-sisa kerajaan Badau, berupa tombak berlok 13, keris, pedang, gong, kelinang, dan garu rasul. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat ditemui dilihat di Museum Badau.
Kerajaan kedua adalah Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari Kerajaan Mataram Islam bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja’kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661. Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-1696), yang memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian dikenal dengan nama Balok Baru. Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kiai Agus Gending yang bergelar Depati Cakraningrat III.
Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat III ini,
Belitung dibagi menjadi 4 Ngabehi, yaitu :
1. Ngabehi Badau dengan gelar Ngabehi Tanah Juda atau Singa Juda;
2. Ngabehi Sijuk dengan gelar Ngabehi Mangsa Juda atau Krama Juda;
3. Ngabehi Buding dengan gelar Ngabehi Istana Juda.
Masing-masing Ngabehi ini pada akhirnya menurunkan raja-raja yang seterusnya lepas dari Kerajaan Balok. Pada tahun 1700 Depati Cakraningrat III wafat lalu digantikan oleh Kiai Agus Bustam (Depati Cakraningrat IV). Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat IV ini, agama Islam mulai tersebar di Pulau Belitung.
Gelar Depati Cakraningrat hanya dipakai sampai dengan raja Balok yang ke-9, yaitu Kiai Agus Mohammad Saleh (bergelar Depati Cakraningrat IX), karena pada tahun 1873 gelar tersebut dihapus oleh Pemerintah Belanda. Keturunan raja Balok selanjutnya yaitu Kiai Agus Endek (memerintah 1879-1890) berpangkat sebagai Kepala Distrik Belitung dan berkedudukan di Tanjungpandan.
Kerajaan ketiga adalah Kerajaan Belantu, yang merupakan bagian wilayah Ngabehi Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk Mempawah. Sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA. Umar.
Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding, yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib. Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di Pulau Belitung.
Masa pendudukan Belanda-Jepang
Pada abad ke-17, Pulau Belitung menjadi jalur perdagangan dan merupakan tempat persinggahan kaum pedagang. Dari sekian banyak pedagang, yang paling berpengaruh adalah pedagangn Cina dan Arab. Hal ini dapat dibuktikan dari tembikar-tembikar yang berasal dari Wangsa Ming abad ke-14 hingga ke-17, yang banyak ditemukan dalam lapisan-lapisan tambang timah di daerah Kepenai, Buding dan Kelapa Kampit. Pedagang-pedagang Cina tersebut masuk ke Pulau Belitung kira-kira tahun 1293. Hal ini berdasarkan catatan dari seorang sejarawan Cina bernama Fei Hsin tahun 1436. Sedangkan orang Cina mengenal Belitung disebabkan pada tahun 1293, sebuah armada Cina dibawah pimpinan Shi Pi, Ike Mise dan Khau Hsing yang sedang mengadakan perjalanan ke Pulau Jawa terdampar di perairan Belitung.
Selain bangsa Cina, bangsa lain yang banyak mengenal Pulau Belitung adalah bangsa Belanda. Pada tahun 1668, sebuah kapal Belanda bernama ‘Zon De Zan Loper’, dibawah pimpinan Jan De Marde, tiba di Belitung. Mereka merapat di sungai Balok, yang saat itu merupakan satu-satunya bandar di Pulau Belitung yang ramai dikunjungi pedagang asing.
Berdasarkan penyerahan Tuntang pada tanggal 18 September 1821, Pulau Belitung masuk dalam wilayah kekuasaan Inggris (meskipun secara de facto terjadi pada tanggal 20 Mei 1812). Oleh Residen Inggris di Bangka, diangkat seorang raja siak untuk memerintah Belitung, karena di pulau kecil ini sering terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh tetua adat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Kerajaan Inggris tanggal 17 April 1817, Inggris menyerahkan Belitung kepada Kerajaan Belanda. Selanjutnya atas nama Baginda Ratu Belanda, ditunjuk seorang Asisten Residen untuk menjalankan pemerintahan di Pulau Belitung.
Pada tahun 1823, seorang Kapten berkebangsaan Belgia bernama JP. De La Motte, yang menjabat sebagai Asisten Residen dan juga pimpinan tentara Kerajaan Belanda, berhasil menemukan timah. Selanjutnya seusai Traktat London tahun 1850, penambangannya diambil alih oleh Billiton Maatschapij, sebuah perusahaan penambangan timah milik Pemerintah Belanda di Belitung. Pada saat itu Belitung terbagi atas 6 daerah, yaitu :
1. Tanjungpandan dan Gantung/Lenggang yang berada langsung dibawah pemerintahan Depati;
2. Badau, Sijuk, Buding dan Belantu yang berada dibawah pemerintahan masing-masing Ngabehi.
3. Pada tahun 1890, pangkat Ngabehi dihapus dan digantikan dengan Kepala Distrik. Selanjutnya terdapat 5 distrik yaitu : Tanjungpandaan, Manggar, Buding, Dendang dan Gantung.
4. Tahun 1852 Belitung dipisahkan dari Bangka dalam urusan administrasi dan kewenangan penambangan timah. Pemisahan tersebut atas desakan JF. Louden (kepala pemerintahan pusat di Batavia), untuk mencegah pengaruh buruk dari Residen Bangka yang iri melihat pertambangan timah yang berkembang dengan pesat di Belitung.
Dalam rangkaian sistem pemerintahan Hindia Belanda, pada tahun 1921 Belitung dijadikan sebuah distrik yang dikepalai oleh seorang Demang yaitu KA. Abdul Adjis, yang dibantu 2 orang Asisten Demang yang membawahi 2 onder district, yaitu Belitung Barat dan Belitung Timur. Gemeente atau kelurahan di Belitung dibentuk pada tahun 1921-1924. Berdasarkan Ordonantie No. 73 tanggal 21 Februari 1924, ditetapkan sebanyak 42 Gemeente di seluruh Belitung.
Pada tahun 1933, Belitung berubah status menjadi satu Onder-afdeling yang diperintah oleh seorang Controleur dengan pangkat Assistant Resident, yang bertanggung jawab kepada Residen dari Afdeling Bangka – Belitung yang berkedudukan di Pulau Bangka.
Tanggal 1 Januari 1939 berlaku peraturan baru di wilayah di wilayah Belitung, yang berarti Pulau Belitung sudah diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi beberapa keadaan, misalnya Onder-afdeling Belitung meliputi 2 distrik yaitu, Distrik Belitung Barat dan Distrik Belitung Timur, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang.
Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan dikedua distrik dikepalai oleh Gunco. Pada awal tahun1945 oleh Jepang di Belitung dibentuk Badan Kebaktian Rakyat yang bertugas membantu pemerintahan. Masa pendudukan Jepang tidak lama, selanjutnya perubahan kembali terjadi ketika tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan Belanda ini, Onder-afdeling Belitung diperintah kembali oleh Asisten Residen Bangsa Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang yang kemudian diganti dengan sebutan Bestuurhoofd.
Masa kemerdekaan
Pulau Belitung sebagai bagian dari Residensi Bangka – Belitung, beberapa tahun lamanya pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo, kemudian menjadi bagian Gewest Bangka – Belitung dan Riau. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul peraturan yang mengubah Pulau Belitung menjadi Neolanchap. Selanjutnya sebagai badan pemerintahan dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947.
Pada waktu pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Selatan dibawah kekeuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati.
Masa sekarang
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka memekarkan diri dan membentuk satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan aspirasi masyarakat dan setelah melalui berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung memekarkan diri menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan cakupan wilayah meliputi 5 kecamatan dan Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya dengan cakupan wilayah meliputi 4 kecamatan.
Kontributor: Upik Sumarti, SS
Sejarah Singkat Awal Mula Terbentuknya Kabupaten Belitung Timur
Senin, 27 Januari 2020 15:36 Penulis: Suharli | Editor: Hendra
BANGKAPOS.COM, BELITUNGTIMUR –
Ketua DPRD Belitung Timur, Fezzi Oktolseja dalam sidang Paripurna istimewa menyampaikan sejarah singkat terbentuknya Kabupaten Belitung Timur.
Fezzi mengatakan 17 tahun yang lalu tepatnya tanggal 27 Januari 2003, Wakil Ketua DPR RI, Sutardjo Suryoguritno mengetukkan palunya sebagai tanda persetujuan dan disahkannya sebuah Rancangan Undang-Undang, sehingga lahirlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan dan Kabupaten Belitung Timur.
Peristiwa 27 Januari tersebut, telah melahirkan empat kecamatan di bagian Timur Pulau Belitung menjadi sebuah Pemerintahan Daerah baru yaitu Kabupaten Belitung Timur.
"Mulai saat itulah rentetan persiapan-persiapan yang
diperlukan untuk sebuah pemerintahan daerah diproses lebih lanjut oleh
Pemerintah Kabupaten Belitung, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, yang
selanjutnya peristiwa bersejarah tersebut dijadikan sebagai momentum hari
jadi Kabupaten Belitung Timur sebagaimana yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 12 Tahun 2006
tentang Hari Jadi Kabupaten Belitung Timur," ucap Fezzi dalam
sambutannya, Senin (27/1/2020).
Menurutnya, terbentuknya Kabupaten Belitung Timur adalah berkat perjuangan dan kebersamaan berbagai elemen masyarakat baik melalui wadah Forum Masyarakat Peduli (FORMAP), Ikatan Sarjana Belitung Timur (ISBT) dengan menggelar seminar.
kemudian terbentuklah Komite Pembentukan Kabupaten Belitung Timur yang dipimpin oleh Zahari MZ selaku Ketua Komite dan Drs. Jafri selaku Sekretaris Komite Pembentukan Belitung Timur.
Melibatkan peran berbagai elemen masyarakat seperti PPRM,
Pemuka Adat, LSM, para jurnalis, Bupati beserta jajaran Pemerintah Kabupaten
Belitung dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Anggota DPRD Belitung dan DPRD
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta DPR RI.
Ditemui usai rapat Paripurna, Fezzi menyampaikan DPRD mengaharapkan pembangunan di Kabupaten Belitung Timur lebih maju, banyak, serta mampu memutar roda perekonomian di Belitung Timur.
"Jadi pembangunan ini bisa membuka lapangan pekerjan, selain itu juga pembangunan di Beltim ini harus merata hingga plosok-plosok Beltim," ujar Fezzi.
Murutnya terkait capaikan kabupaten Belitung Timur, meskipun kabupaten baru sudah banyak capaian yang sudah baik. "Sudah banyak pencapaian, seperti dikatakan Wakil Gubernur dan Bupati dalam paripurna, kinerja sudah cukup memuaskan, tapi kita sadar masih ada yang harus tingkatkan, jadi jangan berpuas diri," bebernya. (Posbelitung.co,suharli).
Adapun kronologis terbentuknya Kabupaten Belitung Timur sebagai berikut :
1) Gagasan pertama kali muncul dimotori oleh kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tergabung dalam LSM FORMAP.
2) 12 November 2001
Wacana pembentukan Kabupaten Belitung Timur dibahas dalam kegiatan seminar pembentukan Kabupaten Belitung Timur, yang digelar oleh Ikatan Sarjana Belitung Timur (ISBT) dihadiri narasumber Kepala Bappeda Kabupaten Belitung yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Drs. A. Hadi Adjin.
3) 9 Desember 2001
Dibentuk wadah Komite Pembentukan Kabupaten Belitung Timur, yang beranggotakan berbagai komponen masyarakat dari empat wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Manggar, Kecamatan Kelapa Kampit, Kecamatan Gantung, Kecamatan Dendang.
4) 10 Desember 2001 hingga 22 Desember 2001
Penyusunan program sekaligus sosialisasi untuk mencari dukungan di empat wilayah kecamatan. Hasil sosialisasi tersebut berbagai elemen masyarakat mendukung terbentuknya Kabupaten Belitung Timur yang dituangkan dalam pernyataan tertulis, baik oleh kepala desa, BPD, parpol, organisasi profesi, organisasi pemuda, pemuda adat, dan tokoh masyarakat.
5) 28 Januari 2002
DPRD Kabupaten Belitung menggelar sidang paripurna, dari lima fraksi yang ada dua fraksi mendukung pembentukan Kabupaten Belitung Timur, sedangkan tiga fraksi lainnya setuju dengan pembentukan tim kajian untuk mengetahui layak tidaknya Kabupaten Belitung dimekarkan.
6) 5 Maret 2002
Penjabat Gubernur Bangka Belitung pada waktu
itu Bapak. Amur Muehasim, SH, MSi meminta DPRD Kabupaten Belitung dan Bupati
Belitung terhadap keseriusan pemekaran Kabupaten Belitung.
7) 7 Maret 2002
DPRD Kabupaten Belitung mengeluarkan memorandum nomor 061 tahun 2002 dan surat persetujuan Pemkab Belitung Nomor 001594/I/2002, tanggal 7 Maret 2002 terhadap pembentukan Kabupaten Belitung Timur.
8) April – September 2002
Proses pengkajian kelayakan pembentukan Kabupaten Belitung Timur dengan cara penilaian terhadap berbagai indikator, sehingga diperoleh nilai 40.340 diatas skor nilai minimal 27.280. Dengan demikian Kabupaten Belitung layak dimekarkan menjadi daerah otonom baru.
9) 17 Juni 2002
Tim Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) Depdagri dan Komisi II DPR RI melakukan peninjauan langsung ke daerah Belitung, dalam rangka penentuan layak tidaknya untuk dimekarkan.
10) 27 Januari 2003
DPR RI menggelar sidang paripurna IV dengan agenda persetujuan dan menerima rancangan undang-undang (UU) pemekaran.
11) 25 Februari 2003
Presiden RI saat itu Ibu Megawati Soekarno Putri menandatangani UU Pemekaran tersebut dan diberi nomor 5, menjadi UU nomor 5 Tahun 2003, tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur.
12) 24 Mei 2003
Menteri Dalam Negeri saat itu dijabat oleh Bapak Hari Sabano atas nama Presiden RI saat itu Ibu Megawati Soekarno Putri mengesahkan dan menandatangani prasasti terbentuknya kabupaten pemekaran di Provinsi Bangka Belitung dan dilanjutkan pelantikan caretaker bupati Kabupaten Belitung Timur Bpk. Asri Matsum (Alm), di Lapangan Merdeka Pangkalpinang.
Geografis
Batas Wilayah
Berikut adalah batas wilayah Kabupaten Belitung Timur;
Utara |
|
Timur |
|
Selatan |
|
Barat |
Pemerintahan
Kecamatan
Kabupaten Belitung Timur terdiri dari 7 kecamatan dan 39 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 119.807 jiwa dengan luas wilayah 2.506,91 km² dan sebaran penduduk 48 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Belitung Timur, adalah sebagai berikut:
Kode |
Kecamatan |
Jumlah |
Daftar |
19.06.05 |
5 |
||
19.06.03 |
4 |
||
19.06.02 |
7 |
||
19.06.04 |
6 |
||
19.06.01 |
9 |
||
19.06.07 |
4 |
||
19.06.06 |
4 |
||
TOTAL |
39 |
Demografi
Di provinsi Kepulauan Bangka Belitung, warga berasal dari beragam suku bangsa dan agama. Komunitas paling banyak ialah suku Melayu Bangka dan Sawang, dan ada juga Tionghoa. Selebihnya adalah suku pendatang dari luar pulau Bangka Belitung, seperti suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, Aceh, Minahasa, Bugis, dan suku lainnya.
Sementara itu, agama yang dianut juga beragam. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, adapun persentasi penduduk Belitung Timur menurut agama yang dianut ialah Islam sebanyak 95,78%, kemudian pemeluk agama Buddha sebanyak 2,44%. Kemudian Kristen sebanyak 1,64% dimana Protestan 1,31% dan Katolik 0,33%, dan selebihnya menganut agama Konghucu yakni 0,14%.
Pariwisata
Pantai
Beberapa pantai yang ada di Belitung Timur, yakni;
1. Pantai Nyiur Melambai
2. Pantai Serdang
3. Pantai Burong Mandi
4. Pantai Bukit Batu
5. Pantai Punai
6. Pantai Batu Pulas
7. Pantai Sengaran
8. Pantai Mudong
9. Pantai Selindang
10. Pantai Pangkalan Ba'un
11. Pantai Batu Lalang
12. Pantai Gusong Cine
-----ooooo oOo ooooo-----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar