KABUPATEN MINAHASA
PROVINSI SULAWESI UTARA
Orientasi
Kabupaten Minahasa adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Tondano, dengan luas wilayah kabupaten 1.025,85 km². Pada 25 Februari 2003 kabupaten Minahasa dimekarkan menjadi Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan UU No.10/2003. Pada tanggal 18 Desember 2003 Kabupaten Minahasa dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan UU No. 33/2003.
Geografi
Batas wilayah
Berikut merupakan batas wilayah Kabupaten Minahasa:
Utara |
|
Timur |
|
Selatan |
|
Barat |
Kota Tomohon secara keseluruhan berada di dalam batas wilayah Kabupaten Minahasa.
Sejarah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Minahasa Nomor 8 Tahun 1983, tanggal 5 November 1428 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Minahasa. Tanggal ini bersifat simbolis karena hari dan bulan dari tanggal tersebut diambil dari hari dan bulan dari tanggal kelahiran tokoh Minahasa Sam Ratulangi. Sedangkan tahun 1428 melambangkan perkiraan tahun terjadinya pertemuan antara suku-suku Minahasa dalam perlawanan mereka terhadap Kerajaan Bolaang Mongondow. Karena bersifat perkiraan, angka-angka 1, 4, 2, dan 8 diambil dari dua peristiwa yaitu Peristiwa Merah Putih yang terjadi di Manado pada tanggal 14 Februari 1946 dan Kongres Pemuda Kedua yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928. Angka 14 diambil dari hari Peristiwa Merah Putih, sedangkan angka 28 diambil dari tahun diselenggarakannya Kongres Pemuda Kedua.
Daerah Minahasa itu sendiri ditetapkan sebagai wilayah administratif dengan disertakan nama kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965. Dengan undang-undang ini, wilayah-wilayah administratif Provinsi Sulawesi Utara yang dulunya bernama "Daerah Tingkat II" diganti dengan nama "Kabupaten" sehingga Daerah Tingkat II Minahasa menjadi Kabupaten Minahasa. Namun keberadaan daerah yang meliputi Kabupaten Minahasa saat ini sebagai sebuah wilayah administratif bisa dilihat jauh sebelum dikeluarkannya undang-undang tersebut dan sebelum terbentuknya negara Republik Indonesia.
Perjanjian dengan VOC
Penetapan hari jadi Kabupaten Minahasa berdasarkan bersatunya suku-suku Minahasa untuk melawan tekanan dari luar daerah. Tanggal lain yang juga menunjukkan terjadinya persatuan antara suku-suku Minahasa (atau mereka yang telah bersatu) adalah pada abad ke-17 di mana beberapa suku-suku Minahasa bergabung untuk menyepakati sebuah perjanjian persahabatan dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) dengan maksud yang sama untuk memerangi serangan dari daerah Bolaang. Perjanjian ini diadakan dengan gubernur VOC yang berkedudukan di Maluku yaitu Robertus Padtbrugge pada tanggal 10 Januari 1679 pada saat Padtbrugge berkunjung ke Minahasa. Terdapat 23 kepala walak (atau daerah tempat tinggal bersama) yang menyetujui perjanjian tersebut. Para kepala walak berasal dari Aris, Bantik, Kakas, Kakaskasen, Klabat, Klabat Atas, Langowan, Pasan (yang juga mewakili Pinosokan dan Ratahan), Remboken, Rumoong, Sarongsong, Tombariri, Tombasian, Tomohon, Tompaso, Tondano, Tonkimbut Atas, Tonkimbut Bawah, Tonsawang, dan Tonsea.
Pendudukan Belanda
Penetapan daerah Kabupaten Minahasa saat ini sebagai wilayah administratif yang resmi terjadi pada zaman pendudukan Hindia Belanda di Indonesia yang menggantikan VOC. Wilayah Keresidenan Manado pada waktu itu mencakup seluruh kabupaten-kabupaten dan kota-kota di Minahasa Raya saat ini yaitu Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan,
Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, Kota Manado, dan Kota Tomohon. Pada tahun 1856, walak-walak di daerah Minahasa diorganisasikan menjadi 26 distrik (tingkat wilayah administratif di antara kabupaten dan kecamatan). Pada akhir abad ke-19, jumlah distrik kemudian turun menjadi 18 yaitu Bantik, Kakaskasen, Kakas-Remboken, Kawangkoan, Langowan, Manado, Maumbi, Pasan Ratahan-Pinosakan, Rumoong, Sonder, Tombariri, Tombasian, Tomohon-Sarongsong, Tompaso, Tondano-Touliang, Tondano-Toulimambot, Tonsawang, dan Tonsea.
Kemudian pada tahun 1908, jumlah turun menjadi 16 di mana Distrik Kakaskasen dihapuskan dan Distrik Rumoong dan Tombasian dijadikan satu. Jumlah distrik kemudian turun lagi menjadi tujuh pada tahun 1920, di mana distrik-distrik adalah Amurang, Kawangkoan, Manado, Ratahan, Tomohon, Tonsea, dan Toulour. Pada tahun 1927, Manado dan Tomohon digabungkan sehingga tinggal enam distrik: Amurang, Kawangkoan, Manado, Ratahan, Tonsea, dan Toulour.
Susunan distrik-distrik seperti ini berlangsung sampai kedatangan dan pendudukan Jepang. Di bawah ke enam distrik-distrik ini ditetapkan wilayah administratif yang bernama onderdistrict (atau distrik bawahan) yang setingkat dengan kecamatan. Terdapat 16 distrik bawahan yaitu Airmadidi, Amurang, Eris, Kakas, Kauditan, Kawangkoan, Langowan, Manado Selatan, Manado Utara, Ratahan, Tatelu, Tenga, Tombariri, Tombatu, Tomohon, Tompaso, Tondano, dan Tumpaan.
Untuk wilayah administratif di atas distrik, daerah Minahasa dalam Keresidenan Manado termasuk dalam Afdeling Manado yang dibentuk pada tahun 1911. Afdeling ini dibagi menjadi tiga onderafdeling yaitu Amurang, Manado, dan Tondano. Sebelum pembentukan Afdeling Manado, terdapat lima onderafdeling yang mencakup daerah Minahasa yaitu Amurang, Belang, Kema, Manado, dan Tondano. Pada tahun 1926, wilayah-wilayah onderafdeling dihapus.
Pendudukan Jepang
Dalam tahun-tahun pendudukan Jepang, organisasi wilayah administratif tidak berubah banyak. Pada tahun 1942, jumlah distrik bertambah satu di mana Distrik Toulour dibagi menjadi Langowan dan Tondano. Pada tahun yang sama, Distrik Manado dibagi menjadi Manado dan Tomohon. Pada tahun 1943, perpisahan kota Manado dan daerah Minahasa lainnya mulai terlihat di mana daerah Minahasa dijadikan satu tanpa wilayah kota Manado dan diberi nama Minahasa-ken.
Negara Republik Indonesia
Setelah kemerdekaan Indonesia, daerah Minahasa pada awalnya termasuk ke dalam wilayah Provinsi Sulawesi tepatnya dalam sebuah keresidenan yang berkedudukan di Manado. Daerah Minahasa kemudian sempat termasuk dalam bagian wilayah Negara Indonesia Timur sebagai salah satu dari 13 wilayah administratifnya. Pada tahun 1953, Manado ditetapkan sebagai Kota Besar dengan status Daerah Tingkat II (di mana provinsi adalah Daerah Tingkat I) dan dipisahkan dengan Minahasa. Ibukota wilayah Minahasa kemudian diganti dari Manado ke Tondano pada tahun 1959.
Pada tahun 1960, Provinsi Sulawesi dibagi menjadi Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1960. Nama kedua provinsi ini berubah berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960, di mana Provinsi Sulawesi Utara berubah menjadi Provinsi Sulawesi Utara-Tengah. Daerah Minahasa sebagai Daerah Tingkat II termasuk dalam provinsi ini. Kemudian pada tahun 1964, Provinsi Sulawesi Utara-Tengah dibagi menjadi Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964. Daerah Tingkat II Minahasa dimasukkan ke dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara.
Penggunaan nama kabupaten ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965, di mana Daerah Tingkat II Minahasa diubah menjadi Kabupaten Minahasa. Kemudian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 mengubah lagi nama Kabupaten Minahasa menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Minahasa. Daftar kecamatan di bawah Kabupaten Daerah Tingkat II Minahasa adalah Airmadidi, Belang, Bitung, Dimembe, Eris, Kakas, Kauditan, Kawangkoan, Kombi, Likupang, Modoinding, Motoling, Pineleng, Ratahan, Remboken, Sonder, Tareran, Tenga, Tombariri, Tombasian, Tombatu, Tomohon, Tompaso, Tompaso Baru, Tondano, Tumpaan, dan Wori.
Pada tahun-tahun berikut, Kabupaten Minahasa mengalami beberapa perubahan dengan pembentukan wilayah-wilayah administatif baru dari wilayah Kabupaten Minahasa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975, Kota Administratif Bitung diresmikan sebagai wilayah terpisah dari Kabupaten Minahasa. Pada 25 Februari 2003, Kabupaten Minahasa dimekarkan menjadi Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kota Tomohon berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003. Kemudian pada tanggal 18 Desember 2003, Kabupaten Minahasa dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2005.
Pemerintahan
Kecamatan
Kabupaten Minahasa memiliki 25 kecamatan, 43 kelurahan dan 227 desa (dari total 171 kecamatan, 332 kelurahan dan 1.507 desa di seluruh Sulawesi Utara). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 336.015 jiwa dengan luas wilayahnya 1.114,87 km² dan sebaran penduduk 301 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Minahasa, adalah sebagai berikut:
Kode
|
Kecamatan |
Jumlah
|
Jumlah
|
Status |
Daftar
|
71.02.03 |
8 |
Desa |
|||
71.02.06 |
13 |
Desa |
|||
71.02.20 |
10 |
Desa |
|||
71.02.12 |
6 |
4 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
71.02.22 |
10 |
Desa |
|||
71.02.21 |
4 |
6 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
71.02.04 |
13 |
Desa |
|||
71.02.10 |
16 |
Desa |
|||
71.02.17 |
10 |
Desa |
|||
71.02.09 |
8 |
Desa |
|||
71.02.19 |
8 |
Desa |
|||
71.02.05 |
11 |
Desa |
|||
71.02.23 |
12 |
Desa |
|||
71.02.13 |
14 |
Desa |
|||
71.02.08 |
11 |
Desa |
|||
71.02.11 |
19 |
Desa |
|||
71.02.15 |
10 |
Desa |
|||
71.02.24 |
10 |
Desa |
|||
71.02.14 |
11 |
Desa |
|||
71.02.07 |
10 |
Desa |
|||
71.02.25 |
10 |
Desa |
|||
71.02.01 |
9 |
- |
Kelurahan |
||
71.02.18 |
8 |
- |
Kelurahan |
||
71.02.02 |
11 |
- |
Kelurahan |
||
71.02.16 |
5 |
3 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
TOTAL |
43 |
227 |
Pendidikan
Kabupaten Minahasa memiliki satu Universitas Negeri, yaitu Universitas Negeri Manado (UNIMA), Kampus Biru Tounsaru Tondano Selatan dan satu Sekolah Tinggi Swasta, yaitu Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng. Kecuali di Kota Tondano di mana terdapat 8 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), di beberapa kota dan kecamatan terdapat rata-rata dua hingga tiga SLTA saja. juga SLA (Sekolah Lanjutan Advent) yang sangat terkenal dengan Hari Sabat di dalam kitab suci yang satu-satunya sekolah Lanjutan Advent.
Seni dan Olah Raga
Seniman terkenal seperti JE. Tatengkeng, M.R. Dajoh, Yessy Wenas, Maya Rumantir, Chintya Maramis dan Angel Karamoy. Dalam bidang seni diadakannya kontes putra putri Se-Minahasa Waraney dan Wulan Minahasa. Klub Sepak Bola daerah ini bernama Persmin atau PERSMIN MINAHASA. Para pemain sepak bola yang terkenal asal Minahasa seperti Ronny Pangemanan dan Yopie Lumoindong (Tondano) di PSM Makassar dan sebagainya.
Daftar Tokoh Minahasa
Daftar tokoh Minahasa ini memuat nama tokoh-tokoh dari suku Minahasa dan yang secara genetis berdarah Minahasa (sering disebut juga sebagai orang Manado), baik yang lahir di Sulawesi Utara maupun di tempat lainnya.
Perangkat pemantau ini bisa digunakan untuk melihat perubahan terbaru dari artikel-artikel yang terkait dengan halaman ini. Jika pembaca melihat artikel tokoh di Wikipedia bahasa Indonesia yang semestinya masuk ke dalam daftar ini, silakan sunting halaman ini dan masukkan nama tokoh tersebut berikut keterangan dan pranalanya.
Agamawan
Islam
1. Yahya Waloni, pendakwah
Katolik
1. Petrus Canisius Mandagi, Uskup Amboina
2. Petrus Turang, Uskup Agung Kupang
3. Benedictus Estephanus Rolly Untu, Uskup Manado
4. Joseph Theodorus Suwatan, Uskup Emiritus Manado
5. Theodorus Lumanauw, Uskup Agung Makassar
Protestan
1. Gilbert Lumoindong, pendeta, gembala GBI GLOW
2. Jack Jacob Sompotan, penginjil
3. Albertus Zacharias Roentoerambi Wenas, pendeta, ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)
Ahli dan akademisi
Ahli ekonomi
Safir Senduk, ekonom
Ahli hukum
1. Otto Cornelis (O.C.) Kaligis, pengacara
2. Gayus Lumbuun, hakim agung, guru besar ilmu hukum dan mantan politisi
3. Ani Abbas Manopo, sarjana hukum wanita pertama di Indonesia, dekan fakultas hukum Universitas Sumatra Utara
Ahli kesehatan
1. Marie Thomas, dokter wanita pertama di Indonesia, spesialis pertama di Indonesia dalam bidang obstetri dan ginekologi
2. Rumondor Cornelis Lefrand (R.C.L.) Senduk, pelopor berdirinya Palang Merah Indonesia
3. Willem Alexander Frederik Joseph Tumbelaka, guru besar ilmu kedokteran Universitas Indonesia
4. Anna Adeline Warouw, dokter wanita kedua di Indonesia
Ahli pendidikan
1. Lexie M. Giroth, dekan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)
2. Desi Albert Mamahit, rektor Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) pertama
3. Lucky Sondakh, rektor Universitas Sam Ratulangi
4. Henry Alex Rudolf Tilaar, ahli pendidikan
5. Max Arie Wotulo, ahli matematika
Ahli sejarah dan antropologi
1. Adrian Bernard Lapian, sejarawan
2. E.K.M. Masinambouw, ahli peneliti utama LIPI
3. Ahli sosial dan politik
4. Rocky Gerung, pengamat politik
Ahli teknologi
Sonita Lontoh, kepala Global Marketing and Corporate Strategy, Trilliant Inc.
Aparat keamanan negara
Militer
1. Albert Inkiriwang, Adhi Makayasa 1972
2. Donald Kasenda, Waasops Kasau
3. Rudolf Kasenda, kepala staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL)
4. Evert Julius Ven Kandou, pembantu letnan dua KKO, tokoh yang mengangkat jenazah pahlawan revolusi korban G30S/PKI di lubang buaya
5. Alex Evert Kawilarang, panglima Tentara Territorium III/Siliwangi (TT III/Siliwangi), tokoh Perjuangan Semesta (Permesta)
6. Jorry Soleman Koloay, komandan Pangkalan Udara Sam Ratulangi
7. Arie Jeffry Kumaat, kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin)
8. Adolf Gustaaf Lembong, komandan Brigade XVI
9. Dirk Poltje Lengkey, Dirdik Kodiklat TNI
10. Johny Lumintang, panglima Komando Strategis Angkatan Darat (pangkostrad), duta besar Indonesia untuk Filipina
11. Desi Albert Mamahit, kepala badan keamanan laut
12. Wanti Waraney Franky Mamahit, panglima Divisi Infanteri 3/Kostrad
13. Herman Bernhard Leopold Mantiri, kepala staf umum Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
14. Elias Daniel (Daan) Mogot, direktur Akademi Militer Tangerang, pahlawan nasional Indonesia
15. Aldrin Petrus Mongan, Komandan Lanud El Tari
16. Robert Wolter Mongisidi, pahlawan nasional Indonesia
17. Hesly Paat, wakil inspektur jenderal TNI
18. Engelbert Willem Antonius (E.W.A.) Pangalila, Pendiri Sekolah Perang Khusus KKO
19. Izak Pangemanan, Kepala Staf Kodam II/Sriwijaya
20. Lodewijk Freidrich Paulus, komandan jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ke- 24
21. Ivan Ronald Pelealu, Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Strategi Lemhannas RI
22. Lodewyk Pusung, panglima Komando Daerah Militer I/ Bukit Barisan
23. Prince Meyer Putong, Pa Sahli TK. III Bid. Komsos Panglima TNI
24. Tony Anton Rompis, panglima Komando Daerah Militer VIII/Trikora (Kodam VIII/Trikora)
25. Ferdinand Roring, Dirum Kodiklat TNI
26. Arthur Edward Singal Karauwan Solang, Komandan Denjaka
27. Daniel Julius Somba, gubernur militer Sulawesi Utara dan Tengah, tokoh Permesta
28. Bernard Kent Sondakh, kepala staf TNI-AL
29. Herman Nicolas Ventje Sumual, tokoh Serangan Umum 1 Maret, tokoh Permesta
30. George Elnadus Supit, asisten operasi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD)
31. Julexi Tambayong, Kabalitbang Kemhan
32. David Yohan Tamboto, Komandan Lanud Sultan Hasanuddin
33. Pierre Andries Tendean, pahlawan revolusi Indonesia
34. Rano Maxim Adolf Tilaar, Komandan Korem 052/ Wijayakrama
35. Alfret Denny Djoike Tuejeh, panglima Komando Daerah Militer XIII/Merdeka (Kodam XIII/Merdeka)
36. Thomas Albert Umboh, Mantan Danpusterad
37. Jacob Frederick (Joop) Warouw, komandan TT VII/Indonesia Timur
38. Kepolisian
39. Petrus Reinhard Golose, direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), kepala Kepolisian Daerah Bali (kapolda Bali)
40. Dicky Daantje Atotoy, kapolda Kalimantan Timur, kapolda Sulawesi Utara
41. Robby Kaligis, kepala Korps Brigade Mobil Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korps Brimob Polri)
42. Roycke Harry Langie, Wakapolda Bali
43. Royke Lumowa, kepala Korps Lalu Lintas (kakorlantas Polri)
44. Jeanne Mandagi, wanita pertama yang menjadi jenderal polisi di Indonesia, kepala divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri (kadiv Humas Mabes Polri), koordinator ahli Badan Narkotika Nasional (BNN)
45. Benny Mamoto, Deputi Pemberantasan Narkotika BNN, dan politisi
46. Victor Gustaf Manoppo, kepala Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut , wakapolda NTT
47. Iverson Manossoh, Koorspripim Polda Metro Jaya
48. Albertus Julius Benny Mokalu, kapolda Bali
49. Teddy Minahasa Putra, kapolda Banten, kapolda Lampung, kapolda Sumatera Barat
50. Ronny Franky Sompie, kepala divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri (kadiv Humas Mabes Polri), direktur jenderal Imigrasi
51. Carlo Brix Tewu, dirtipidum Bareskrim Polri, kapolda Sulawesi Utara
52. Sylvanus Yulian Wenas, kapolda Kalimantan Timur
Pejuang dan aktivis
Pejuang
1. Arie Frederik Lasut, kepala Pertambangan dan Geologi, pahlawan nasional Indonesia
2. Maria Walanda Maramis, pahlawan nasional Indonesia
3. Johanna Tumbuan Masdani, pejuang kemerdekaan
4. Gerungan Saul Samuel Jozias (Sam) Ratulangi, pejuang kemerdekaan, Pahlawan Nasional
5. Jack Jacob Sompotan, pejuang kemerdekaan
6. Apelles Jozias Supit, pejuang kemerdekaan Indonesia
7. Servius Dumais Wuisan, tokoh pergerakan peristiwa heroik Merah Putih 14 Februari 1946
Aktivis
1. Herman Lantang, aktivis reformasi, pecinta alam
2. Jerry Sumampouw, aktivis, pengamat politik, koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI)
Pelaku ekonomi
1. Peter Frans Gontha, pengusaha, duta besar Indonesia untuk Polandia
2. John Sadrak Karamoy, pengusaha, tokoh industri tambang minyak dan gas
3. Alexander Edwin Kawilarang , pengusaha, politisi
4. Reyn Altin Johannes (R.A.J.) Lumenta, direktur utama Garuda Indonesia
5. Peter Sondakh, pengusaha
6. Royke Tumilaar, Direktur Utama Bank Mandiri, Direktur Utama Bank Negara Indonesia
7. Tony Wenas, tokoh bisnis, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia
Pelaku politik
Anggota parlemen dan politisi lainnya
1. Roy B.B. Janis, anggota DPR-RI
2. Hillary Brigitta Lasut, anggota DPR-RI
3. Angelina Sondakh, anggota DPR-RI, artis
4. Ahmadi Noor Supit, anggota DPR-RI
5. Duta besar dan diplomat lainnya
6. Lambertus Nicodemus Palar, pejuang kemerdekaan, pahlawan nasional Indonesia
7. August Parengkuan, jurnalis, duta besar Indonesia untuk Italia
Kepala daerah dan wakil
1. Olly Dondokambey, gubernur Sulawesi Utara
2. Verna Gladies Merry Inkiriwang, bupati Poso
3. Steven Octavianus Estefanus Kandouw, wakil gubernur Sulawesi Utara
4. Lucky Harry Korah, penjabat gubernur Sulawesi Utara
5. William Johanes Lalamentik, gubernur Nusa Tenggara Timur
6. Bernard Wilhelm Lapian, gubernur Sulawesi Utara, pahlawan nasional Indonesia
7. Willy Ghayus Alexander Lasut, gubernur Sulawesi Utara
8. Godbless Sofcar Vicky Lumentut, wali kota Manado
9. Harley Alfredo Benfica Mangindaan, wakil wali kota Manado
10. John Manuel Manoppo, wali kota Salatiga
11. Gustaf Hendrik Mantik, gubernur Sulawesi Utara
12. Henk Ngantung, gubernur Jakarta, seniman
13. Vonnie Anneke Panambunan, bupati Minahasa Utara
14. Christiany Eugenia Paruntu, bupati Minahasa Selatan
15. Cornelis John (C.J.) Rantung, gubernur Sulawesi Utara
16. Bernhard Eduard Rondonuwu, bupati Maybrat
17. Eddy Rumpoko, wali kota Batu
18. Sinyo Harry Sarundajang, gubernur Sulawesi Utara
19. Sompie Singal, bupati Minahasa Utara
20. Adolf Jouke Sondakh, gubernur Sulawesi Utara
21. Frits Johannes Tumbelaka, gubernur Sulawesi Utara dan Tengah (Sulutteng)
22. Augustine Magdalena Waworuntu, wali kota Manado
23. Jos Buce Wenas, bupati Jayawijaya
24. Hein Victor Worang, wali kota Manado, gubernur Sulawesi Utara
25. Menteri dan pejabat tinggi
26. Freddy Jaques (F.J.) Inkiriwang, menteri Perindustrian
27. Elvianus Katoppo, menteri Pendidikan dan Agama Negara Indonesia Timur
28. Frits Laoh, menteri Perhubungan
29. Herling Laoh, menteri Pekerjaan Umum, menteri Perhubungan
30. Thomas Lembong, menteri Perdagangan
31. Gustaaf Adolf (G.A.) Maengkom, menteri Kehakiman
32. Evert Ernest (E.E.) Mangindaan, gubernur Sulawesi Utara, menteri Perhubungan, wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
33. Alexander Andries (A.A.) Maramis, menteri Keuangan, pejuang kemerdekaan, pahlawan nasional Indonesia
34. Arnold Mononutu, menteri Penerangan
35. Wilhelm Johannis Rumambi, menteri Indonesia, rektor Universitas Hasanuddin
36. Theo Leo Sambuaga, menteri Perumahan Rakyat dan Permukiman
37. Prabowo Subianto, menteri pertahanan
38. Theo Toemion, kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Seniman
Musisi
1. Jopie Item, musisi
2. Stevie Item, musisi
3. Petrus Kaseke, pelestari alat musik kolintang
4. Julia Angelia Lepar, musisi
5. Cendi Luntungan, pemain drum
6. Nick Mamahit, musisi jazz
7. Dani Mamesah, penulis lagu, pemain drum Drakhma
8. Gideon Tengker, gitaris, musisi
Pelawak
1. Paul Polii, pelawak
2. Mongol Stres (Roni Immanuel), pelawak tunggal
Pembawa acara
1. Donna Agnesia Wayong, presenter TV
2. Dave Hendrik Pangemanan, pembawa acara
3. Chikita Ravenska Mamesah, presenter, penyiar radio, mantan anggota JKT48
4. Indy Barends, pembawa acara
5. Ruben Onsu, pembawa acara
6. Erwin Parengkuan, presenter, pembicara publik
7. Becky Tumewu, MC, presenter, penyanyi, penyiar radio
8. Jeffry Waworuntu, pembawa acara, model, pemeran
Pemeran dan model
1. Christina Colondam, pemeran, penyanyi
2. Vicky Monica Dengah, pemeran
3. Rina Diana, pemeran
4. Venly Arauna (Dondokambey), pemeran
5. Shandy Aulia (Dopong), pemeran
6. Liesbet Dotulong (Maria Menado), pemeran Malaysia
7. Tasya Djerly Emor, pemeran
8. Felicya Angelista (Ekel), pemeran
9. Julie Estelle, model, bintang iklan, pemeran
10. Davina Veronica Gontha, pemeran, model
11. Christy Jusung, pemeran
12. Joanna Alexandra (Kairupan), pemeran
13. Indah Kalalo, pemeran, model
14. Velove Vexia Kaligis, pemeran
15. Kevin Kambey, Pemeran
16. Agastya Kandou, pemeran, pembawa acara
17. Lydia Kandou, pemeran
18. Nana Mirdad (Kandou), pemeran
19. Naysila Mirdad (Kandou), pemeran
20. Angel Karamoy, pemeran
21. Davina Karamoy, pemeran
22. Kezia Karamoy, pemeran, model, presenter
23. Safira Kaunang, pemeran, model
24. Amanda Manopo, pemeran
25. Reiner Manopo, pemeran
26. Ranty Maria (Karisoh), pemeran
27. Tessa Kaunang, pemeran, presenter, model
28. Rudy Kawilarang, pemeran, pembawa acara
29. Vera Lasut, pemeran
30. Mario Lawalata (polii), pemeran
31. Marcellino Lefrandt, pemeran
32. Cathy Lengkong, pemeran
33. Natassa Lengkong, pemeran
34. Chandra Liow, pemeran, personalia YouTube
35. Christian Loho, aktor
36. Adelia Lontoh, pemeran
37. Ananda Faturrahman (Lontoh), pemeran
38. Hayria Lontoh, model, pemeran
39. Samuel Rizal (Luntungan), pemeran, pemain basket
40. Cornelia Agatha (Maramis), Pemeran
41. Cynthia Maramis, pemeran, penyanyi
42. Rima Melati (Marjolien Tambajong), pemeran
43. Oline Mendeng, pemeran
44. Jessica Mila, model, pemeran
45. Reza Nangin, pemeran
46. Ervan Naro, pemeran
47. Sandy Nayoan, pemeran
48. Christoffer Nelwan, pemeran
49. Stevani Nepa, pemeran
50. Jordi Onsu, pemeran, presenter
51. Joshua Otay, pemeran
52. Yoelitta Palar, pemeran
53. Joshua Pandelaki, pemeran, sutradara
54. Randy Pangalila, pemeran, model
55. Giulio Parengkuan, pemeran, model
56. Ferly Putra Pelengkahu, pemeran, model, DJ
57. Natasha Ratulangi, pemeran, model
58. Kesha Ratuliu, pemeran
59. Mona Ratuliu, pemeran, presenter
60. Ben Joshua Rompies, pemeran
61. Vincent Ryan Rompies, pemeran, komedian, presenter, musisi
62. Calista Arum Dewi Rumengan, pemeran
63. Paula Rumokoy, pemeran
64. Cathy Sharon, pemeran
65. Tatiana Sivek, pemeran
66. Nagita Slavina Tengker, pemeran
67. Harini Sondakh, pemeran, presenter
68. Kevin Sumakul, pemeran
69. Normadiah (Edith Sumampouw), pemeran Malaysia
70. Vivi Sumanti, pemeran, model
71. Baby Gracia Putri Monica Supit, pemeran
72. Anna Tairas, pemeran
73. Mikha Tambayong, pemeran, model, penyanyi
74. Kevin Bzezovski Taroreh, pemeran
75. Sendy Taroreh, pemeran
76. Evan Sanders (Stevanus Alexander Tenda), pemeran, penyanyi
77. Stefanie Hariadi Theresia (Gontha), pemeran, model
78. Lionil Hendrik Ticoalu, pemeran
79. Maria Oentoe Tinangon, pemeran
80. Boy Tirayoh, pemeran
81. Tracy Trinita, model
82. Rissanda Putri Tuarissa, pemeran, anggota JKT48
83. Gilbert Marciano Tulaar, pemeran, model, DJ
84. Marissa Jeffryna Tulaar, pemeran
85. Aline Adita Tumbuan, model, presenter
86. Frans Tumbuan, pemeran
87. Sandy Tumiwa, pemeran
88. Ramon Yusuf Tungka, pemeran
89. Roweina Umboh, pemeran
90. Stefan William (Umboh), pemeran
91. Christy Saura Noela Unu, pemeran
92. Fero Walandouw, pemeran, model
93. Emma Waroka, pemeran
94. Febby Rastanty (Worang), pemeran
95. Rudy Wowor, pemeran
Penyanyi
1. Titi Dwijayati, penyanyi, pemeran, penulis lagu
2. Rizky Patrick Egeten, penyanyi, pemenang Idola Cilik Musim Pertama
3. Audy Item, penyanyi
4. Aliya Sachi Jusung, penyanyi
5. Anneth Delliecia, penyanyi, grandfinalist The Voice Kids Indonesia (musim kedua) dan pemenang Indonesian Idol Junior (musim ketiga)
6. Cindai Gloria Lagio Karinda, penyanyi
7. Ermy Kullit, penyanyi jazz
8. Alicia Chanzia Ayu Kumaseh, anggota JKT48
9. Ari Lasso, penyanyi
10. Jessica Veranda Tanumihardja Lontoh, anggota JKT48
11. Alycia Ferryana Mamahit, penyanyi
12. Pinkan Mambo, penyanyi
13. Dougy Mandagi, musisi Australia The Temper Trap
14. Prinsa Shafira Mandagie, penyanyi
15. Once Mekel, penyanyi
16. Hermann Josis Mokalu, penyanyi
17. Dea Mongkar, penyanyi
18. Sania Julia Montolalu, anggota JKT48
19. Connie Constantia Pinontoan, penyanyi
20. Pance Pondaag, penyanyi, pencipta lagu
21. Rio Febrian, penyanyi
22. Jason Ranti, penyanyi
23. Karen Claudia Rantung, penyanyi, lulusan Rising Star Indonesia (musim ketiga) dan Indonesian Idol (musim 11)
24. Maya Rumantir, penyanyi, pemeran, politikus
25. Norma Sanger, penyanyi seriosa
26. Danita Vinarosa Sigarlaki, penyanyi
27. Dearly Dave Sompie, penyanyi, runner-up Indonesian Idol 3
28. Nola Tilaar, penyanyi
29. Amanina Afiqah Ibrahim (Walintukan), anggota JKT48
30. Gabriela Margareth Warouw, anggota JKT48
31. Karmila Warouw, penyanyi
32. Arin Wolayan, penyanyi
33. Roy Jeconiah Isoka Wurangian, vokalis rock
34. Nicole Zefanya, penyanyi dan penulis lagu
Puteri kecantikan
1. Kristania Virginia Besouw, Miss Indonesia 2006
2. Gresya Amanda Maaliwuga, runner-up II Puteri Indonesia Pariwisata, model
3. Novia Indriani Mamuaja, runner-up III Puteri Indonesia 2012-2013, model
4. Jolene Marie (Rotinsulu), runner-up 1 Puteri Indonesia 2019
5. Angelina Sondakh, Puteri Indonesia 2001
6. Audrey Vanessa Susilo, Miss Indonesia 2022
7. Sarah Tumiwa, pemenang Indonesia's Next Top Model (Musim 2)
8. Kezia Roslin Cikita Warouw, Puteri Indonesia 2016
Sastrawan
1. Marianne Katoppo, sastrawan dan teolog
2. Remy Sylado Tambayong, sastrawan
Seniman visual
1. Emiria Soenassa, seniman
2. Natasha Tontey, seniman
Perfilman
1. Frank Rorimpandey, sutradara, penulis skenario, produser film
2. Iri Supit, penata artistik film, desainer mode
3. Wim Umboh, sutradara
Wartawan
1. Virgie Baker Baroring, wartawan
2. Aristides Elvianus Albert Katoppo, wartawan, editor-in-chief Sinar Harapan dan Suara Pembaruan
3. Josi Katoppo, wartawan, juru foto
4. Alex Mendur, wartawan, juru foto, pendiri Indonesia Press Photo Service (IPPHOS)
5. Frans Mendur, wartawan, juru foto, pendiri Indonesia Press Photo Service (IPPHOS)
6. Oscar Motuloh, juru foto, kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara
7. F.D.J. Pangemanann, jurnalis, novelis
8. H.G. Rorimpandey, wartawan, pendiri harian Sinar Harapan
Pembaca acara berita TV
1. Adolf Posumah, pembaca berita TV
2. Sella Wangkar, pembaca berita TV
Tokoh olahraga
Atlet bulu tangkis
4. Deyana Gresye Susanti Lomban
5. Setyana Daniella Florensia Mapasa
7. Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan
8. Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay
9. Lili Tampi
10. Rosiana Tendean
11. Atlet sepak bola
12. Mees Hilgers
13. Mahadirga Lasut
15. Geri Mandagi
16. Michael Orah
18. Ronny Pasla
19. Jendri Pitoy
20. Ferry Rotinsulu
21. Eksel Runtukahu
22. Leo Soputan
23. Joice Sorongan
24. Ezra Walian
Atlet pelari
1. Fernando Lumain, sprinter Indonesia
Atlet tenis
Atlet tinju
1. Arenaldo Moniaga, petinju
2. Ferry Moniaga, petinju
3. Akasa Rambing, petinju
4. Adrianus Taroreh, petinju
Atlet Basket
3. Daniel Wenas
5. Atlet voli
7. Pelatih olahraga
8. Boy Bolang, promotor tinju
9. Benny Dollo, pelatih sepak bola
10. Ernest Alberth Mangindaan, pelatih sepak bola
11. Sutan Rambing, petinju, pelatih tinju
12. Fictor Roring, pemain, pelatih basket
Tokoh organisasi olahraga
Inge Inkiriwang Jambak, pembalap sepeda, sekretaris jenderal Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI)
Temuzin Rambing, promotor tinju
Tokoh lainnya
2. Adriana Paula Adeline (Non) Kawilarang, pelopor dunia mode Indonesia, pendiri butik dan salon kecantikan pertama di Indonesia
3. Cliff Muntu, korban kekerasan di IPDN
4. Arnold Poernomo, chef, juri MasterChef Indonesia
5. Valda Rompas, finalis MasterChef 2015, penghibur, bagian dari MNC Talent Academy
6. Juna Rorimpandey, chef, juri MasterChef Indonesia
7. Yurike Sanger, istri Presiden Soekarno
8. Dora Marie Sigar, istri Soemitro Djojohadikusumo, ibu dari Prabowo Subianto
9. Vindex Tengker, chef, juri MasterChef Indonesia season pertama
Tokoh yang belum ada artikelnya
1. Gania Alianda, vokalis Billfold
2. Krisna Timothy Putra Komara Aray, penyanyi, lulusan The Voice Kids Indonesia (musim kedua)
3. Glorivay Imanuele Assa, penyanyi, peserta The Voice Kids Indonesia (musim ketiga) dan The Voice Indonesia (musim ketiga)
4. Dorcas L. Coloay, model, aktivis
6. Jimmy Endey, wartawan
7. Emil G.Hampp, sutradara
8. Tenny Lolong, Seniman & Budayawan
9. Steven N. Kaligis, musisi reggae, vokalis Steven & the Coconut Treez
10. Hilda Kandijoh, wasit karate nasional Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia perempuan pertama
11. Dumanauw Musa Victor Kandijoh, pendeta, ketua sinode Gereja Protestan Indonesia di Donggala periode 1966-1968
12. Andrea Arnetta Angelique Karundeng, penyanyi, lulusan Idola Cilik Musim Keempat
13. Harry Kawilarang, wartawan senior
14. Marthin Koagouw, aktivis lingkungan
15. Abner Mekry Korompis, penyanyi, lulusan Idola Cilik Musim Kedua
16. Marcliff Nyopon Korompis, penyanyi, lulusan Idola Cilik Musim Ketiga
17. Ryan Liwe, Ketua Yayasan Putra Pariwisata Indonesia, Entrepreneur
18. Maximiliaan Jonas Lomban, Walikota Bitung
19. Petra Lumbun, anggota DPRD DKI Jakarta dan mantan walikota Jakarta Pusat
20. Dave Lumenta, antropolog dan dosen Universitas Indonesia
21. Djonne Ricky Lumintang, Direktur Pendidikan AKMIL
22. David D.S. Lumoindong, budayawan, manager sepak bola, penulis buku Minahasa
23. Frans Lumoindong, pendeta
24. Frits Godlieb Lumoindong, pendiri PERMAHI
25. Frits Salem Lumoindong, pendeta
26. Imanuel Lumoindong, anggota DPRD Jawa Timur, mantan ketua GMKI Surabaya
27. Jackson Lumoindong, birokrat, mantan kepala Dinas Pertambangan Minahasa Selatan
28. Johan Lumoindong, pendeta
29. Paulus Lumoindong, pendeta, budayawan, penulis buku Minahasa
30. Sambow Ignatius Paul Lumoindong (S.I.P.) Lumoindong, pendeta, mantan sekjen GPdI
31. Yopie Lumoindong, pemain sepak bola, manager sepak bola, dosen UNHAS
32. Valentino Lumowa, ahli filsafat lulusan KU Leuven
33. Evie Mamesah, aktivis, anggota kehormatan Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK), istri gubernur DKI Jakarta Henk Ngantung
34. Cornelis Manoppo, duta besar, birokrat
35. Marsha Manoppo, aktor
36. Gabriella Abigail Mawengkang, JKT48
37. Dastessa Moniaga, petinju
38. Harry Montolalu, wakapolda Sulawesi Utara
39. Frietz Oroh, salah satu pendiri Bank Indonesia
40. Keisha Audreyna Palar, penyanyi, peserta The Voice Kids Indonesia (musim kedua)
41. Mahmud Yunus Palar, Gubernur Akademi Militer ke-26
42. Elisse Tansiang Pandean, penyanyi rohani
43. Gabrielle Angeline Thalita Pangemanan, penyanyi, lulusan Idola Cilik Musim Ketiga
44. Fendy Parengkuan, arkeolog dan dosen Universitas Sam Ratulangi
45. Denni Pinontoan, peneliti, akademisi], teolog, pegiat Mawale Cultural Movement
46. Rambing, komandan kesatuan darat Aurev Awal, tokoh permesta
47. Rambing, tokoh pejuang kemerdekaan NKRI di Sulawesi tengah (Palu)
48. Jeffry Rambing, penyanyi rohani
49. Sherly Rambing, penyanyi Pop Minahasa (bubur Manado)
50. Bastian Enoch Rambing, Tokoh Pertama yang memasukkan kopi di Minahasa
51. Raymond Rambing, aktor
52. James Allan Rarung, dokter, aktivis, Ketua Umum Pengurus Pusat Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu
53. Andrian Raturandang, petenis
54. Cynthia Rompas, pembaca berita TV
55. Lady Clara Isaura Rumopa, aktivis sosial dan agama dan pejabat pemerintah Sulawesi Utara
56. Sirena Elizabeth (Rotinsulu), Miss Celebrity Indonesia 2011
57. Nico Johannes Rundengan, wartawan, juru foto
58. Dolf Runturambi, wakil gubernur militer Sulawesi Utara dan Tengah, tokoh Permesta
59. Sarapung, kepala atau walak dalam Perang Tondano
60. Andre Sondakh, pembalap motocross
61. Hanny Sondakh, wali kota Bitung
62. Nedine Helena Sulu, aktivis, pejuang Hak Masyakarat Adat Minahasa
63. Nathanael Sumampouw, akademisi Universitas Indonesia, psikolog forensik
64. W. F. Sumampow, KORANDAK IV/I.T.
65. Zachariah Josiahno Sumanti
66. Andre J.O Sumual, wartawan, Pemred Majalah Trax (MRA Media Group)
67. Billy Christopher Supit, penyanyi, lulusan The Voice Kids Indonesia (musim ketiga)
68. Dearystone M.H.R. Supit, Pamen Yanma Polri
69. Joseph Suwatan, Uskup Emeritus Manado
70. Bodewyn Grey Talumewo, ahli sejarah Minahasa
71. Petrus Muntu-Untu Tangkilisan, tokoh pergerakan Indonesia di Australia, liaison officer Perjanjian Linggardjati dan Renville
72. Pheils Maurits Tangkilisan, kepala daerah Minahasa, residen koordinator Sulawesi Utara
73. Rinto Taroreh, aktivis budaya dan adat Minahasa, penari dan pelatih Kawasaran, penggagas Waraney Wuaya, dan Tonaas.
74. Charles Choesoy Taulu, pejuang dan tokoh 14 Februari 1946, komandan TRI Sulawesi Utara
75. Michael Irwan Tamsil, Kabidhumas Polda Maluku Utara
76. Indadi Thanos, Kapolda Kepulauan Riau, Deputi Hukum dan Kerja sama BNN
77. Jan P. Tilaar, ahli pendidikan IKIP/UNIMA
78. Inca Paramawidhita Tumbelaka, anggota 5 Anak Centil
79. Angelina Christy Walintukan, JKT48
80. Ferry Walintukan, Kabidhumas Polda Sultra
81. Steve Wantania, photographer, sutradara, evangelist, suami dari penyanyi Pinkan Mambo
82. Reggie Prabowo Wongkar, YouTuber
83. Diana Warouw, mantan penyanyi cilik
Marga Minahasa
Marga Minahasa merujuk kepada nama keluarga atau marga yang dipakai di belakang nama depan masyarakat Minahasa/Manado. Di Indonesia Timur nama marga biasa juga disebut fam, yang menunjukkan pengaruh dari bahasa Belanda, familienaam yang berarti "nama keluarga".
Marga Minahasa diambil dari nama keluarga yang digunakan oleh kepala rumah tangga (orang tua lelaki), dengan demikian umumnya nama anak dari sebuah keluarga akan ditambahkan nama keluarga sang ayah di belakangnya. Bila seorang perempuan menikah, nama keluarga sang suaminya disisipkan di antara nama depan dan nama keluarga asli perempuan tersebut. Praktik ini menunjukkan pengaruh budaya Spanyol dan Portugis yang masih tersisa di Minahasa. Keluarga itu akan menggunakan kedua marga tersebut sebagai nama resminya. Jadi, misalnya seorang laki-laki yang bermarga "Assa" menikah dengan seorang perempuan yang bermarga "Damongilala", maka keluarga itu disebut "Keluarga Assa-Damongilala", meskipun anak-anak mereka kelak hanya akan menggunakan nama "Assa" saja sebagai marga mereka.
Suku Minahasa
Suku Minahasa adalah kelompok suku etnis yang berasal dari Semenanjung Minahasa di bagian utara pulau Sulawesi di Indonesia. Wilayah-wilayah administratif tempat bermukim mayoritas orang-orang Minahasa (atau Minahasa Raya) adalah Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, Kota Manado, dan Kota Tomohon. Seluruh kawasan administratif ini terletak di Provinsi Sulawesi Utara dan suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi ini Hal ini juga yang menyebabkan dalam percakapan awam, orang Minahasa sering kali disamakan dengan sebutan orang Manado yang adalah ibukota Sulawesi Utara. Suku Minahasa merupakan gabungan dari kelompok-kelompok sub-etnis yaitu Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosakan, Tombulu, Tondano (Toulour), Tonsawang (Tombatu), Tonsea, dan Tontemboan.
Etimologi
Sebutan Minahasa berarti "menjadi satu" dan berasal dari kata pokok asa yang merupakan kata kerja yang berarti "satu". Sebutan ini pertama kali muncul dalam laporan Residen Manado J. D. Schierstein kepada Gubernur Maluku tertanggal 8 Oktober 1789. Laporan tentang perdamaian yang telah dilakukan oleh kelompok sub-etnik Bantik dan Tombulu (Tateli) dalam peristiwa yang dikenang sebagai "Perang Tateli" menggunakan sebutan Minhasa untuk Landraad (atau Dewan Negeri atau juga Dewan Daerah). Nama ini kemudian dipopulerkan oleh penulis-penulis Belanda pada abad ke-19 dan juga orang-orang Minahasa perantauan di Jawa pada awal abad ke-20. Sebutan-sebutan sebelum munculnya nama Minahasa termasuk antara lain Minaesa (atau Ma'esa) dan Mahasa, keduanya yang mempunyai arti yang sama dengan Minahasa. Selain itu, nama Malesung pernah digunakan sebagai sebutan untuk wilayah Minahasa.
Asal mula Minahasa
Toar dan Lumimuut dan Watu Pinawetengan
Daerah Minahasa termasuk salah satu tempat migrasi pertama orang-orang Austronesia ke arah selatan pada akhir milenium ketiga dan kedua SM. Hipotesis yang diterima secara umum adalah bahwa orang-orang Austronesia awalnya menghuni Taiwan, sebelum bermigrasi dan menempati daerah-daerah di Filipina utara, Filipina selatan, Kalimantan, dan Sulawesi sebelum berpisah menjadi kelompok-kelompok dengan satu menuju barat ke Jawa, Sumatra, dan Malaysia, sementara yang lain bergerak ke timur menuju Oseania.
Menurut mitologi Minahasa, orang Minahasa adalah keturunan Toar dan Lumimuut. Awalnya, keturunan Toar-Lumimuut dibagi menjadi tiga kelompok: Makarua Siouw (dua kali sembilan), Makatelu Pitu (tiga kali tujuh), dan Pasiowan Telu (sembilan kali tiga). Populasi mereka berkembang dengan pesat yang mengakibatkan perselisihan di antara kelompok-kelompok ini.
Para pemimpin mereka yang bernama Tona'as kemudian memutuskan untuk bertemu dan membicarakan hal ini dalam pertemuan di bukit Tonderukan yang adalah salah satu puncak dari Gunung Soputan. Dalam pertemuan ini, terjadi tiga macam pembagian yang disebut Pahasiwohan (pembagian wilayah), Pinawetengan un Nuwu (pembagian bahasa), dan Pinawetengan un Posan (pembagian ritual). Pada pertemuan itu keturunan dibagi menjadi tiga kelompok bernama Tombulu, Tonsea, dan Tontemboan. Di tempat berlangsungnya pertemuan ini terdapat sebuah batu peringatan yang disebut Watu Pinawetengan (atau Batu Pembagi).
Sub-suku
Estimasi peta wilayah sub-etnis Minahasa.
Suku Minahasa merupakan gabungan dari beberapa sub-suku atau sub-etnis di daerah Minahasa Raya. Dari antara kelompok-kelompok sub-etnis terdapat empat sub-etnis utama berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah yaitu Tombulu, Tondano, Tonsea, dan Tontemboan.[18][19][20] Tulisan Graafland pada abad ke-19 menggunakan nama Tou'mbulu untuk Tombulu, Tou'nsea untuk Tonsea, Toulour untuk Tondano, dan Tounpakewa untuk Tontemboan. Perbedaan sebutan untuk dua nama terakhir karena sebutan Toulour dan Tounpakewa berasal dari Bahasa Tombulu.[21] Tapi untuk kesemuanya, kata tou dalam nama-nama tersebut berarti orang. Setiap kelompok sub-etnis ini adalah satu pakasa'an yang berarti "mereka yang bersatu" karena kesamaan leluhur, adat, dan bahasa.
Dari keempat sub-etnis utama tersebut, ada pendapat bahwa Pakasa'an Tondano tidak muncul bersamaan dengan ketiga pakasa'an lainnya. Hal ini terlihat dari catatan Johann Gerard Friedrich Riedel dalam tulisannya pada tahun 1870 yang menyatakan bahwa awalnya terdapat tiga pakasa'an yaitu Tumbuluk (Tombulu), Tountewoh (Tonsea), dan Toungkimbut (Tontemboan).[23] Ketiga pakasa'an inilah yang menurut cerita rakyat melakukan pembagian wilayah di Watu Pinawetengan.
Pendapat tentang dari mana asal atau datangnya Pakasa'an Tondano berbeda. Ada yang berpendapat bahwa Pakasa'an Tondano adalah pecahan dari Pakasa'an Tountewoh (Tonsea).[25] Tapi ada pendapat lain bahwa Pakasa'an Tondano berasal dari kelompok yang juga ikutserta dalam pertemuan di Watu Pinawetengan yang bernama Tousendangan. Ada juga yang mencatat nama kelompok asal dari Pakasa'an Tondano adalah Tousingal.
Kelompok-kelompok sub-etnis lainnya adalah Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang (Tombatu). Sub-etnis Bantik mendiami daerah Kota Manado dan sekitarnya. Sub-etnis Pasan/Ratahan, Ponosokan, dan Tonsawang mendiami daerah selatan Minahasa Raya. Ada juga beberapa kelompok sub-etnis yang diikutsertakan sebagai bagian dari Suku Minahasa yaitu Babontehu, Borgo, dan Siauw. Sub-etnis Babontehu mendiami Pulau Manado Tua dan pulau-pulau sekitarnya. Sub-etnis Borgo adalah turunan orang-orang Minahasa yang kawin dengan orang-orang Eropa seperti Belanda, Portugis, dan Spanyol. Sedangkan sub-etnis Siauw adalah mereka yang mendiami Pulau Siauw.
Deskripsi pertama tentang Minahasa oleh bangsa Eropa berasal dari dokumen Portugis pada tahun 1552. Sebelumnya pada tahun 1523, pelaut Portugis Simao d'Abreu adalah orang Eropa pertama yang melihat semenanjung Minahasa pada saat ia melewati dan mencatat kekagumannya pada Pulau Manado Tua. Kemudian Spanyol dan Belanda datang ke Minahasa pada awal abad ke-17. Pada akhir abad ke-17, kepala-kepala walak (atau daerah tempat tinggal bersama) dari berbagai daerah Minahasa datang bersama dan memutuskan untuk mengadakan perjanjian dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) dalam usaha memerangi serangan dari daerah Kerajaan Bolaang Mongondow.
Perjanjian ini terjadi pada tanggal 10 Januari 1679 dan dilakukan antara gubernur VOC yang berkedudukan di Maluku yaitu Robertus Padtbrugge dengan 23 kepala walak. Nama-nama walak yang termasuk dalam perjanjian tersebut adalah Aris, Bantik, Kakas, Kakaskasen, Klabat, Klabat Atas, Langowan, Pasan (yang juga mewakili Pinosokan dan Ratahan), Remboken, Rumoong, Sarongsong, Tombariri, Tombasian, Tomohon, Tompaso, Tondano, Tonkimbut Atas, Tonkimbut Bawah, Tonsawang, dan Tonsea. Namun hubungan dengan Belanda tidak selalu baik, seperti pada tahun 1808 dengan terjadinya Perang Tondano antara Minahasa dengan Hindia Belanda. Salah satu alasan terjadinya perang ialah Minahasa tidak mau menyediakan tentara untuk Hindia Belanda yang akan dikirim ke Pulau Jawa.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jawa, Minahasa termasuk daerah yang cukup awal ikut bergabung dalam republik yang baru dibentuk. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya Peristiwa Merah Putih pada tanggal 14 Februari 1946 di mana prajurit-prajurit Minahasa dalam Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda) melucuti senjata dari pimpinan militer Belanda kemudian mengibarkan Sang Saka Merah Putih di tangsi militer Belanda di Teling, Manado. Di samping itu, orang-orang Minahasa di Jawa bergabung dalam wadah Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) dan ikutserta dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Sebuah gerakan yang melibatkan orang-orang Minahasa terjadi pada tahun 1958 yang bernama Perjuangan Rakyat Semester (Permesta) yang menentang kebijakan pemerintah Indonesia di Jawa. Salah satu alasan utama dari gerakan ini adalah karena ajang politik dan upaya pembangunan Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain.
Agama
Mayoritas orang Minahasa menganut agama Kristen Protestan. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, persentase penduduk di kabupaten dan kota di Minahasa Raya yang menganut agama Kristen Protestan adalah 74%. Jika Kota Manado yang adalah ibukota Provinsi Sulawesi Utara tidak diikutsertakan, maka persentase ini menjadi 78%. Selain itu, penduduk yang beragama Islam adalah 15% dan penduduk yang beragama Kristen Katolik adalah 6%.
Mulanya gereja-gereja Protestan di Minahasa termasuk dalam wadah Indische Kerk yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1934, Indische Kerk digantikan oleh Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) yang merupakan denominasi regional yang berdiri sendiri. Setahun sebelumnya pada tahun 1933, Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) didirikan oleh di antaranya B.W. Lapian dan Sam Ratulangi dengan memisahkan diri dari Indische Kerk. Selanjutnya denominasi-denominasi Protestan lain juga berdiri sehingga pada tahun 1955 terdapat 20 denominasi: empat denominasi Protestan, 11 denominasi Pantekosta, dua denominasi Kemah Injil, dua denominasi Adventis, dan satu denominasi Baptis. Pada tahun 1990 jumlah denominasi menjadi 54 denominasi dengan GMIM yang terbesar meliputi 75% dari semua penganut agama Kristen Protestan. Agama asli Minahasa ialah Tonaas Walian yang masih mempunyai sejumlah pemeluk.
Adat dan budaya
Bahasa dan huruf
Rumpun bahasa Minahasa dan Aksara Malesung
Pembagian sub-etnis Minahasa termasuk dari segi bahasa di mana orang-orang dalam satu kelompok sub-etnis mempunyai dan memakai bahasa yang relatif sama. Dengan ini, bahasa-bahasa yang ada di Minahasa terdiri dari Bahasa Bantik, Bahasa Ponosokan, Bahasa Ratahan, Bahasa Tombulu, Bahasa Tondano, Bahasa Tonsawang, Bahasa Tonsea, dan Bahasa Tontemboan.
Kesemua bahasa-bahasa ini termasuk dalam Rumpun bahasa Austronesia. Berdasarkan kesamaan leksikostatistik, bahasa-bahasa yang termasuk kelompok Minahasa adalah Tombulu, Tondano, Tonsawang, Tonsea, dan Tontemboan. Ketiga bahasa lainnya dimasukkan ke dalam kelompok lain di mana Bahasa Ponosokan dimasukkan ke dalam kelompok Gorontalo-Mongondow dan Bahasa Bantik dan Ratahan dimasukkan ke dalam kelompok Sangihe-Talaud.
Dalam rumpun bahasa Minahasa, bahasa Tombulu, Tondano, dan Tonsea mempunyai kesamaan leksikal yang cukup tinggi di mana kesamaan antara ketiga bahasa ini antara 89%-90%. Kemudian disusul oleh Bahasa Tontemboan yang mempunyai kesamaan dengan ketiga bahasa sebelumnya antara 73%-83%. Bahasa Tonsawang merupakan bahasa yang paling rendah kesamaannya dengan bahasa-bahasa lain dalam rumpun bahasa Minahasa dengan kesamaan antara 54%-65%. Hal ini mungkin disebabkan karena daerah sub-etnis Tonsawang lebih terisolasi dibandingkan dengan daerah sub-etnis lainnya dan juga karena penutur bahasa ini berjumlah paling sedikit.
Tulisan kuno Minahasa disebut Aksara Malesung terdapat di beberapa batu prasasti di antaranya di Watu Pinawetengan. Aksara Malesung merupakan tulisan hieroglif, yang hingga kini sedang dalam proses terjemahan.
Kesenian
Tarian Maengket adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh sejumlah pasangan laki-laki dan perempuan dengan ditambah satu orang sebagai pemimpin yang mengangkat suara untuk memulai nyanyian yang mengiringi gerakan tarian. Tarian yang pada awalnya dilakukan hanya pada saat selesai panen padi sekarang tarian ini bertambah dua babak yang melambangkan peristiwa kehidupan lainnya. Babak yang pertama disebut Maowey Kamberu adalah tarian pengucapan syukur atas selesainya panen padi. Kemudian babak kedua disebut Marambak adalah semangat kegotong-royongan dalam membangun rumah baru dan babak yang ketiga disebut Lalayaan melambangkan bagaimana pemuda-pemudi zaman dahulu mencari jodoh.
Tarian Kabasaran adalah tarian yang pada awalnya merupakan tarian perang. Tarian Kabasaran hanya dilakukan oleh para Waranei yaitu rakyat yang menjadi penjaga keamanan desa yang sekaligus prajurit perang. Para penari mengenakan pakaian berwarna merah dan rias wajah yang terlihat garang. Ketika pertunjukan berlangsung, para penari tidak pernah bersenyum dan bergerak seperti orang yang hendak berperang dengan mengayunkan pedang dan tombak mereka. Seperti tarian Maengket, tarian Kabasaran mempunyai tiga babak. Babak yang pertama disebut Cakalele di mana para penari berkejaran dan melompat–lompat. Kemudian babak yang kedua disebut Kumoyak di mana para penari mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang. Babak yang ketiga disebut Lalayaan di mana para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang.
Kolintang adalah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh sekelompok pemusik. Kata kolintang berasal dari sebutan dalam bahasa daerah Minahasa maimo kumolintang yang berarti mari kita (membunyikan) tong ting tang. Komposisi sebuah ansambel kolintang terdiri dari alat-alat musik yang dinamakan berdasarkan suara yang dihasilkan:
1. Loway yang membunyikan suara-suara bass
2. Cella yang membunyikan suara di atas suara-suara bass
3. Karua yang berfungsi sebagai tenor pertama
4. Karua rua yang berfungsi sebagai tenor kedua
5. Uner yang berfungsi sebagai alto pertama
6. Uner rua yang berfungsi sebagai alto kedua
7. Katelu yang berfungsi sebagai alto ketiga
8. Ina esa yang berfungsi sebagai melodi pertama
9. Ina rua yang berfungsi sebagai melodi kedua
10. Ina taweng yang berfungsi sebagai melodi ketiga
Musik Bambu adalah alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bambu. Yang dimaksud dengan musik bambu di Minahasa saat ini adalah berbentuk sebuah orkestra instrumental yang bisa beranggotakan sampai 50 orang pemusik. Pada awalnya tipe musik ini hanya dimainkan dengan sebuah suling, tapi kemudian ditambah alat-alat musik lain sehingga membentuk sebuah orkestra. Dalam perkembangannya alat-alat musik tiup lainnya yang ditambah adalah seperti korno, klarinet, saxsofon, dan bas (overton, cello, dan tuba). Selain itu, alat-alat musik tanpa ditiup juga ditambah untuk melengkapi bunyi dan harmonisasi musik, antara lain bas drum (tambur besar), snar drum (tambur kecil), symbal, dan kapuraca.
Masakan khas
Masakan khas Minahasa lebih dikenal dengan sebutan Masakan Manado. Pada umumnya hidangan dari Minahasa adalah hidangan yang pedas karena memakai cabai yang banyak. Terdapat juga beberapa hidangan yang menggunakan daging dari hewan yang tidak biasanya dimakan. Selain itu hidangan kue-kue dari Minahasa menerima pengaruh dari hidangan Eropa.
Masakan-masakan yang populer adalah tinutuan (juga dikenal sebagai bubur manado) yang berisi campuran berbagai macam sayuran tanpa mengandung daging, brenebon yang berupa sup dengan isi kacang merah, sayuran, dan daging babi atau daging sapi, tinorangsak berupa hidangan daging hangat dan pedas, dan masakan yang menggunakan bumbu pedas bernama woku. Banyak hidangan juga menggunakan daging cakalang fufu dari ikan cakalang yang dibumbu dan diasap.
Hidangan-hidangan ini termasuk cakalang goreng, cakalang santan, dan mi cakalang. Masakan yang tidak pedas juga ada, tapi masakan-masakan inipun bisa secara terpisah dicampur dengan bumbu-bumbu pedas seperti dabu-dabu dan rica-rica. Adapun hidangan yang menggunakan daging hewan eksotis termasuk yang menggunakan daging kelelawar (paniki), daging anjing, dan daging tikus. Salah satu contoh kue dari Minahasa adalah klappertaart yaitu kue yang terbuat dari kelapa.
Orang Minahasa dan kiprahnya
Pejuang-pejuang kemerdekaan
Salah satu orang Minahasa yang dikenal secara nasional di Indonesia adalah Gerungan Saul Samuel Jacob (Sam) Ratulangi. Pahlawan Nasional Indonesia dan peraih gelar doktor dari Universitas Zurich ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, ia memperjuangkan konsep nasionalisme Indonesia. Ratulangi termasuk dalam keanggotaan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan diangkat menjadi gubernur pertama Provinsi Sulawesi.
Dua pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang bermarga Maramis adalah Maria Walanda Maramis beserta keponakannya Alexander Andries Maramis (A. A.) Maramis. Maria berjuang untuk mengembangkan keadaan wanita pada awal abad ke-20 di antaranya dengan mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT). Sedangkan Alex ikutserta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan kemudian menjadi Menteri Keuangan serta duta besar Indonesia di beberapa negara.
Pahlawan nasional asal Minahasa lainnya yang juga ikutserta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah Bernard Wilhelm (B. W.) Lapian yang terlibat dalam Peristiwa Merah Putih di Manado pada tahun 1946, tokoh geologi Arie Frederik Lasut yang dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1949, Robert Wolter Mongisidi yang berjuang di Sulawesi Selatan dan juga dibunuh oleh Belanda, dan Lambertus Nicodemus (Babe) Palar yang memperjuangkan kedaulatan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pierre Tendean adalah Pahlawan Revolusi Indonesia yang terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September.
Kakak beradik Alex Mendur dan Frans Mendur, dan kakak beradik Justus Umbas dan Frans "Nyong" Umbas, dan juga Alex Mamusung, Oscar Ganda, dan Malvin Jacob adalah pemuda-pemuda Minahasa yang tergabung dalam Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS). Merekalah yang mendirikan Indonesia Press Photo Service (IPPHOS) pada tahun 1946 yang merekam saat-saat berharga terkait perjuangan kemerdekaan Indonesia. Yang paling berharga dari semuanya adalah foto-foto upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 yang diambil oleh Frans Mendur.
Terdapat juga orang Minahasa yang turut serta dalam perjuangan militer untuk kemerdekaan. Di antaranya Alex Evert Kawilarang yang menjadi Panglima Tentara Territorium di Sumatra Utara (sekarang Kodam I/Bukit Barisan), Jawa Barat (sekarang Kodam III/Siliwangi), dan Sulawesi Selatan (sekarang Kodam XIV/Hasanuddin). Selain Kawilarang, orang-orang Minahasa yang berada di Jawa dan ikut serta dalam pergolakan kemerdekaan di antaranya Adolf Gustaaf Lembong yang sempat berperang gerilya melawan Jepang di Filipina, Elias Daniel (Daan) Mogot yang adalah salah satu pendiri Akademi Militer Tangerang yang gugur dalam Pertempuran Lengkong, Herman Nicolas Ventje Sumual yang menjadi salah satu pemimpin sektor penyerangan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, dan Jacob Frederick "Joop" Warouw yang terlibat Pertempuran Surabaya.
Militer
Ada dua orang Minahasa yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Laut yaitu Rudolf Kasenda dan Bernard Kent Sondakh. Johny Lumintang sempat menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) dan Arie Jeffry Kumaat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Perwira-perwira TNI lainnya termasuk Willy Ghayus Alexander Lasut, Evert Ernest (E. E.) Mangindaan, Gustaf Hendrik Mantik, Cornelis John (C. J.) Rantung, Frits Johannes (Broer) Tumbelaka, dan Hein Victor Worang yang kesemuanya juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara.
Pemerintahan
Selain A. A. Maramis, beberapa orang Minahasa lainnya juga pernah menjabat sebagai menteri nasional di antaranya Freddy Jaques (F. J.) Inkiriwang sebagai Menteri Perindustrian, Frits Laoh sebagai Menteri Perhubungan, Herling Laoh sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perhubungan, Gustaaf Adolf (G. A.) Maengkom sebagai Menteri Kehakiman, Evert Ernest (E. E.) Mangindaan sebagai Menteri Perhubungan, Arnold Mononutu sebagai Menteri Penerangan, Wilhelm Johannis Rumambi juga sebagai Menteri Penerangan, dan Theo Leo Sambuaga sebagai Menteri Perumahan Rakyat dan Permukiman.
Perempuan-perempuan pelopor
Beberapa wanita asal Minahasa (atau Wewene Minahasa) telah menjadi pelopor dalam berbagai bidang. Marie Thomas adalah wanita pertama yang lulus dari School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia). Selain Maria, Anna Warouw juga adalah lulusan STOVIA, tepatnya lulusan wanita kedua. Sedangkan di jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Jeanne Mandagi adalah wanita pertama yang diangkat sebagai jenderal. Selain itu, Augustine Magdalena Waworuntu adalah salah satu wanita pertama di Indonesia yang menjabat sebagai wali kota. Ia menjadi Wali Kota Manado pada tahun 1950.
Seni dan olah raga
Beberapa seniman terkenal dari Minahasa termasuk penyanyi Once Mekel, Pance Pondaag, dan Maya Rumantir, dan pemeran Lidya Kandou, Rima Melati, dan Anna Tairas. Juga terdapat sutradara Frank Rorimpandey dan Wim Umboh. Di arena olah raga, khususnya bulutangkis, terdapat beberapa orang Minahasa yang berprestasi mewakili Indonesia di ajang bulutangkis dunia yaitu Flandy Limpele, Liliyana Natsir, Greysia Polii, dan Rosiana Tendean. Di olah raga sepak bola, skuat tim nasional sepak bola Indonesia pernah diisi nama-nama pemain dari etnis Minahasa seperti Jendri Pitoy, Ferry Rotinsulu, Ronny Pasla dan Francis Wewengkang, juga Erents Alberth Mangindaan yang pernah menjadi pelatih Skuat Garuda di tahun 1966–1970.
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar