ASAL MUASAL
NAMA
SINGOPURO DAN NAMA KERADJAAN
SINGOPURO
Penulis : Bapak Komarudin
(Kliwon Desa Sirnabaya Kec. Gunungjati Kab. Cirebon Prov. Jabar)
A. SEJARAH
SINGKAT
Mengawali
cerita asal muasal Keradjaan Singopuro sebagai Purwadaksina, Purwa Kawitan Daksina Kawekasan, tersebutlah daerah
yang sangat kecil yang bernama Padukuhan Depok dipinggir pantai utara pulau
jawa dwipa yang Gemah Ripah Repeh Rapih loh Djinawi Subur
Kang Sarwa Tinandur Murah Kang Sarwa Tinuku, Kaloka Murah Sandang Pangan Lan
Tentrem Kawontenanipun, di Tetuwai oleh Ki Ageng Sendang Pemimpin
yang Adil – Bijaksana – Punjuling Papak – ugi Sakti Mandraguna, Teguh Totosane
Bojona Kulit Mboten Tedas Tapak Paluneng Pande dan sangat Dihormati - Disanjung Puja rakyatnya
dan disegani oleh semua tamu yang datang, Ki Ageng Sendang dengan istrinya
yaitu Nyai Ageng Saketi dalam memimpin Pedukuhan Depok dikarunia satu orang
putri yang sangat cantik sekali yang diberi nama Nyai Endang Saketi lahir tahun
361 Hijjriyah (tahun 940 M), di Padepokan setelah kelahiran anak pertama
daerahnya menamba maju pesat dalam segala bidang pertanian dan lain-lain, Padepokan
yang di Tetuwai oleh Ki Ageng Sendang dan Nyai Saketi juga hanya dihuni 23
kepala keluarga, dan ditahun 386 Hijjriyah (tahun 965 M) kedatangan tamu dari
Nagari Bagdad yaitu Syekh Maulana Iskhak, Syekh Maulana Iskhak dia datang ke
Padepokan sendirian dengan membawa ajaran agama islam faham Imam Syafi’i.
Ki
Ageng Sendang dan Nyai Saketi masuk agama islam pada tahun 388 Hijjriyah (tahun
967 M) melalui Syekh Maulana Iskhak, juga Syekh Maulana Iskhak ditahun itu juga
dikawinkan dengan anaknya yang bernama Nyai Endang Saketi dan dikarunia dua
orang Putra yang bernama Pangeran Abimayu lahir tahun 390 Hijjriyah (tahun 969
M) dan Pangeran Djati Lodra lahir tahun 393 Hijjriyah ( tahun 972 M), kemudian
kedua putranya di tahun 413 Hijjriyah ( tahun 992 M) pada umur dua puluh tiga
tahun dan dua puluh tahun disuruh menyebarkan agama islam faham Imam Syafi’i ke
daerah ujung timur yang sekarang jawa timur, kemudian Syekh Maulana Iskhak
membabad hutan Wana Puro disebelah utara Padepokan, setelah membabad hutan
selesai diberi gelar nama oleh warga Padepokan dengan nama Pangeran Sura
Widjaya Sakti, dengan tujuan mendirikan keradjaan, kemudian ditanggal satu suro
tahun 423 Hijjriyah (tahun 1002 M) mengikrarkan mendirikan keradjaan yang
namanya Keradjaan Singopuro, dan yang menjadi Radja yaitu Syekh Maulana Iskhak
yang bergelar Paduka Eyang Prabu Widjaya Kusuma dan Eyang Permaisyuri Dewi Ayu
Ningrum.
Keradjaan
Singopuro yang dipimpin oleh Paduka Eyang Widjaya Kusuma (Bapo Gede) sampai
tahun 782 Hijjriyah (tahun 1361 M) kemudian dilanjutkan oleh Eyang Permaisyuri
Dewi Ayu Ningrum (Mbok Gede) sampai tahun 809 Hijjriyah (tahun 1388 M),
kemudian dilanjutkan oleh santri dari Gunung Djati yaitu Ki Ageng Tapa alias Ki
Djumadjan Djati dan Nyai Lara Djati alias Nyai Ratna Keranjang alias Siti
Syarifah pada tahun 810 Hijjriyah (tahun 1389 M) dan dikarunia dua orang putri
bernama Nyai Mas Subang Krandjang lahir
tahun 815 Hijjriyah (tahun 1368 M) dan Nyai Ratu Lara Ruda lahir tahun 820
Hijjriyah (tahun 1373 M), Nyai Subang Krandjang ditahun 842 Hijjriyah (1421 M)
Dipersunting oleh Raden Pamanah Rasa alias Paduka Prabu Siliwangi dan punya
keturunan dua putera dan satu putri, yang tertua Raden Walang Sungsang alias
Mbah Kuwu Cerbon lahir tahun 844 Hijjriyah (1423 M) – Nyai Subang Kerandjang
alias Subang Larang alias Syarifah Mudaim lahir tahun 847 Hijjriyah (1426 M)
dan yang ketiga Djaka Sengara lahir tahun 850 Hijjriyah (1429 M) sedangkan Nyai
Ratu Lara Ruda ditahun 759 Hijjriyah dipersunting oleh Kidam Puawang dan
dibawah menuju ke daerah yang belum ada namanya terus mendirikan Nagari yang
sekarang Nagari Singapura, adanya Nagari Cirebon asal mulanya ada Keradjaan
Singopuro. itulah sejarah singkat asal muasal Singopuro, lebih lengkapnya ada
dibuku ini.
B. KONDISI GEOGRAFIS.
1. GEOGRAFIS
Desa
Sirnabaya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon
Propinsi Jawa Barat yang terletak disebelah bagian utara dan merupakan batas,
sekaligus sebagai pintu gerbang Kecamatan Gunung jati dari arah utara, dalam
sektor pertanian Desa Sirnabaya merupakan salah satu produsen beras dan sektor
perikanan salah satu produsen kerang hijau – ranjungan – kerang kikir dan ikan
laut yang terletak dijalur pantura.
Letak
daratan-nya memanjang dari arah tenggara ke barat laut, dilihat dari permukaan
tanah/daratan-nya dibedahkan menjadi dua bagian, pertama daerah daratan rendah
umumnya memanjang dari arah timur ke barat dan dari selatan ke utara, luas (daerah
administrasi) Desa Sirnabaya 158.9865 hektar, tanah daratan 32.5497 hektar dan
tanah pesawahan 126.4368 hektar, penduduk Desa Sirnabaya di tahun 2015 sebanyak
5.146 jiwa - laki-laki 2.502 jiwa – perempuan 2.644 jiwa tersebar di delapan
blok/RW dan dua puluh enam RT, dengan jumlah (KK) Kepala Keluarga 1.325 dan
bangunan Rumah 1.012 unit, dan yang beragama Islam 5.141 jiwa 99.90%, yang non
Islam 5 jiwa 00.09%
2. BATAS WILAYAH
Berdasarkan letak
geografisnya, wilayah Desa Sirnabaya berada pada posisi 108*40-108*48 Bujur Timur dan
6*30 – 7*00 Lintang Selatan, yang dibatas
= Tanah
darat sebelah utara berbatasan dengan Desa Kraton Kecamatan Suranenggala dan tanah pesawahan
berbatasan dengan Desa Kraton – Desa Surakarta dan Desa
Suranenggala Kulon Kecamatan Suranenggala.
= Tanah darat sebelah barat berbatasan dengan
Desa Sambeng hasil pemekaran dari Desa Sirnabaya dan tanah pesawahan berbatasan
dengan DesaSambeng – Desa Mayung dan Desa Buyut Kecamatan Gunung Jati.
= Tanah darat sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Mertasinga Kecamatan Gunung Jati dan tanah pesawahan berbatasan dengan
Desa Grogol Kecamatan Gunung Jati.
= Tanah darat sebelah timur berbatasan dengan
Desa Mertasinga Kecamatan Gunung Jati dan dengan Desa Purwawinangun Kecamatan
Suranenggala.
3. TOPOGRAFI
4. IKLIM
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim.
Asslamu’alaikum
Warohmathuallahi Wabarokatuh,
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhannahu Wata’ala yang telah memberi kita segala
bentuk Nikmat yang tiada tara, terutama nikmat iman – islam – umur yang panjang –
sehat – ilmu dan sebagainya, kami
(penulis) memanfaatkan nikmat yang diberi oleh Allah Subhanahu Wata’ala,
yaitu berupa ilmu, penulis mengkaji dan mencari-cari tentang kebenaran dan
tidaknya bahwa di Desa Sirnabaya jaman dahulunya ada Keradjaan yang bernama
Keradjaan
Singopuro, penulis tak henti-hentinya mencari solusi agar bisa menemukan titik
terang tentang Keradjaan
Singopuro ada dan tidaknya, penulis tak mengenal yang namanya ngantuk – cape – pusing dan sebagainya,
terus mencari-cari apa yang menjadi
tujuan penulis, hari ke hari – minggu ke minggu – bulan ke bulan dan tahun ke
tahun tak mengenal putus asah dengan penuh kesabaran, akhirnya berkat
kegigihan penulis menemukan titik terang
untuk cara mencari kebenaran dan tidaknya tentang Keradjaan Singopuro,
yaitu dengan cara bermeditasi dengan
penguasa Singopuro yaitu Mbok Gede (waktu itu
penulis belum dikasih tahu tentang nama aslinya Mbok Gede), puji syukur alhamdulillah di tahun
kelima dengan penuh kehati-hatian dan kesabaran akhirnya berhasil tentang yang
jadi tujuan penulis yaitu membuka Tabir
kebenaran bahwa di Desa Sirnabaya nomor urut 2, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten
Cirebon Provinsi Jawa Barat, di jaman
dahulunya ada sebuah Keradjaan
Islam yang tertua di Pulau Jawa Dwipa, yaitu bernama Keradjaan Singopuro,
juga sampai sekarang penulis masih
dikasih wedjangan
oleh mbok
Gede, dan tentang sisa – sisa peninggalan masa Keradjaan Singopuro baik yang masih ada maupun
yang sudah punah yaitu mengandung filosofis yang mendalam
kalau kita kaji dengan pemikiran yang jernih, penulis tak menyia– menyiakan
tentang makna–makna peninggalan Masa Keradjaan Singopuro hasil wedjangan dari mbok Gede baik yang
masih ada sampai sekarang maupun yang sudah punah, untuk dibukukan demi kelak
untuk anak cucu Singopuro (Sirnabaya) atau daerah lain-nya, karena cikal bakal
adanya daerah yang bernama Cirebon, awalnya ada Keradjaan Singopuro, Raden
Walangsungsang - Nyai Mas Lara Santang dan Djaka Sengara adalah cucu dari Raja ke dua
Keradjaan Singopuro, agar bisa mengetahui makna–makna
peninggalan Bapo Gede dan Mbok Gede, agar bisa Menjaga – Melestarikan dan Merawatnya, peninggalan – peninggalan masa Keradjaan Singopuro oleh
anak cucu Singopuro (Sirnabaya).
Tentang
isi Filosofi Peninggalan
Keradjaan
Singopuro baik Silsilah Keluarga Keradjaan Singopuro juga Nama-nama Ponggawa dan awal
tahun Berdirinya Keradjaan
Singopuro serta Nama–nama Situs yang masih ada sampai sekarang baik yang sudah
punah juga wedjangan–wedjangan dari mbok Gede, ada
dilembaran buku ini, semoga buku ini bermanfaat untuk anak cucu Singopuro
(Sirnabaya) dan daerah lain-nya.
Demikian sepata kata dari kami
(penulis), apabila ada kata–kata yang
kurang sopan atau tulisan kurang hurufnya dll, penulis mohon maaf yang
sebesar–besarnya, akhirul kata wabilahitofiq
wal
hidayah
wassalamu’alaikum
warohmathuallahi
wabarokathu.
Hormat kami (penulis)
KOMARUDIN
Kliwon Sirnabaya
ASAL MUASAL NAMA SINGOPURO DAN NAMA KERADJAAN SINGOPURO
Bismillahirohmanirrohiim.
Asslamualaikum Warohmathuallahi Wabarokathu.
Dengan ini kami (penulis)
dilembaran pertama akan menceritakan Asal
Muasal
adanya Nama
Singopuro
dan Keradjaan
Singopuro, jaman dahulunya didaerah yang
akan dijadikan tempat Keradjaan
Islam
yang pertama dipulau jawa dwipa masih hutan belantara dan rawa, karena letak
hutan dan rawa dekat dengan Sungai
Djaladri dan pantai, nama hutannya yaitu
Wana
Puro dan nama rawa yaitu Tumasek.
Hasil
wejangan dari mbok
Gede
melalui meditasi
kami (penulis) kalau mau menulis Filosofi Singopuro selalu Bersih (berwudhu) dari segala hadas dan Sholat Sunnah dulu agar menulis Filosofi Peninggalan
Keradjaan
Singopuro
dengan Telaten
– Sabar
karena sedikit-sedikit mbok
Gede memberi wedjangan-nya, dengan kekusaan Allah Swt, mbok
Gede
selalu masuk ke Dua
Tangan
Penulis
kalau
mau menulis Filosofi Peninggalan
Keradjaan
Singopuro.
“ Hasil
Meditasi Wedjangan Dari Mbok Gede ”
Penulis
dengan sangat rendah hati mohon maaf yang
sedalam-dalamnya karena Asal Muasal Keradjaan Singopuro menulisnya asli memakai bahasa Singopuro,
tetapi untuk mudah dimengerti penulis sudah menterjemahkan dari bahasa asli Singopuro ke bahasa
indonesia agar mudah dimengerti oleh semua masyarakat.
Didaerah pantai utara
jawa dwipa pada jaman itu ada suatu rawa-rawa dan hutan belantara yang sangat
angker dihuni oleh makluk siluman buaya putih dan siluman singo, daerah
tersebut persis dipinggir sungai Djaladri yang sangat lebar, dan rawa, Rawa tersebut bernama Tumasek dan Hutan belantara namanya Wana Puro, dan disebelah selatan
hutan yang sangat angker yang namanya Wana Puro tersebut ada sebuah padepokan yang dihuni
oleh asli penduduk daerah tersebut sejumlah dua puluh tiga kepala keluarga yang
menghuni padepokan, “ Wejangan Saking Mbok
Gede “ nduuk teng padepokan niki ingkang dados
tetuwoe yaniku tiang sepuhe mbok Gede ingkang namiye Ki Ageng Sendang lan Nyi Ageng Saketi gada turunan cumo kulo(mbok Gede) mawon ingkang dijenengi Nyai Endang Saketi,
nduuk lan teng taun 386 Hijjriyah, kedugian tamu saking nagari sebrang yaniku namiye Syekh Maulana
Iskhak, Syekh maulana Iskhak kiyambeke ngebakta agamo, yaniku agamo islam faham imam Safi’i, Syekh Maulana Iskhak
dugi teng padepokan ditrimo sareng kebingahan
dining tiang sepuh kul (mbok Gede) lan rayat padepokan, teras tiang sepuh kula
nyukani gubug kangge nginepe sedinten-ditene, teras Syekh Maulana Iskhak sampe
angsal kali taun teng padepokan, tiang sepuh kula(mbokGede) lan rayat dereng mlebet agamo islam, teras Syekh Maulana Iskhak ngomomg teng
tiang sepuh kulo(mbok Gede) kang kepirae ya mboten keitunngan, dinten jemuwo
enjing taun 388 Hijjriyah, niku ngomong teng tiang sepuh kulo(mbok Gede), yaniku ngajak sholat
djama’ah jemuwowan teras dining tiang sepuhe mbok ditrimo ugi rayatepun nrimo
agama islam kang dibakta dining Syekh Maulana Iskhak, teras tiang sepuh kaliye kulo(mbok
Gede) enjing jemuwo maos syahadat ugi rayat
padepokan sesampune mlebet agama islam tiang sepuh lan rayat dijak sholat jemuwowan
teng latar, sesampune sholat jemuwo tiang sepuh jaler mbok ngomomg teng Syekh
Maulana Iskhak, Syekh pandjenengan kula djodoaken sareng pecile kulo ingkang nami Nyai Endang Saketi, Syekh
Maulana Iskhak enggi kulo trimo, akire dinten jemuwo Syekh Maulana Iskhak
ngelamar kulo(mbok Gede) sareng mas kawine yaniku berupo Sajadah lan Mukeno, sesampune ahad kawin tiang sepuh jaler kulo(mbok
Gede) ngucap Assalamualaikum
teras ninggal dunyo, Syekh Maulana Iskhak ngejawab waalaikumusalam, lan ngucap Innalillahi wainnalillahi roji’un, teras Syekh
Maulana Iskhak nyukani wejangan dumateng tiang sepuhe kulo(mbok Gede) lan rayat
padepokan, wejangane Syekh poro sesepuh padepokan kulo niki kepengen kayo
mertuwo kulo niki, ninggal dunyo sesampune maos syahadat yaniku jaminane
mlebet teng sorga, dados panjenengan sedoyo sampun pado tetangisan.
Tergantung amale panjenengan sedoyo, niku masih teng rame kawinane kulo(mbok Gede) nduuk, teras diadusi lan di sholati tiang
sepuh djalere kulo, naa rayat namba seneng kranten nembe ningal tiang ninggal
di openi sampe mekotenlu, teras mayid
wau dipendem teng penggere gubuge Ki Ageng Sendang, sessampune pragat ngubur,
teras tiang istri sepuhe kulo nitip omomg dumateng Syekh Maulana Iskhak, Syekh
lan Endang, mbok nyuwun apuro, kangge kelanggengan jodohe Syekh lan Nok Endang
punten-punten sampun campur krihin
sederenge patang puluh dalu ya Syekh lan Endang, insyoh Alloh uripe mboten
kekirangan punapo mawon, Syekh kulo titip nok Endang, sampun dilelaro ya Syekh,
Syekh Maulana Iskhak ngejawab insyoh Alloh umi kulo ngejaga lan kulo tuntun
teng dalan kebadjikan, teras tiap dalu selami pitung dalu diwontenaken
tahlillan ndongaaken tiang sepuh jaler yaniku Ki Ageng Sendang ingkang sampun
wangsul ngadep Gusti Alloh, “ Wejangan Dari Mbok
Gede “ nduuk
dipadepokan ini yang menjadi sesepuhnya yaitu keda orang tuanya saya yang
namanya Ki Ageng Sendang dan Nyai
Ageng Saketi, nduuk dan ditahun 386 H (967 M), kedatangan tamu dari Negara seberang yang
bernama Syekh Maulana Iskhak, Syekh Maulana Iskhak dirinya membawa ajaran agama, yaitu agama islam
faham imam Safi’i, Syekh Maulana Iskhak datang di padepokan diterima dengan
gembira oleh kedua orang tua mbok dan warga, kemudian kedua orang tua saya
memberi sebuah gubug untuk menginap sehari-harinya, singkat cerita Syekh
Maulana Iskhak sampai lamanya dua tahun hidup dipadepokan itu baik sesepuh juga
warga belum menganut agama yang dibawah oleh Syekh Maulana Iskhak, kemudian
Syekh Maulana Iskhak menjabarkan tentang ajaran agama islam kepada Ki Ageng
Sendang entah keberapanya menjabarkan ajaran agama islam ke kedua orang tua
saya selama dua tahun itu, dan pada pagi
hari jum’at tahun 388 H (967 M),
Syekh Maulama Iskhak ngomong kapada kedua orang tua saya, yaitu mengajak sholat
jumat berjamaah, kemudian oleh orang tua laki-laki saya (mbok Gede) dan warga padepokan diterima ajakan-nya, dan dipagi hari jumat itu
kedua orang tua juga saya serta warga padepokan mengucapkan Dua Kalimat
Syahadat, sesudah memeluk agama islam kemudian diajak sholat berjamaah jumaatan
di lapangan, sesudah sholat jumat orang tua laki-laki mbok berkata kepada Syekh
Maulana Iskhak, Syekh, saudara saya jodohkan dengan anak saya yang bernama Nyai
Endang Saketi, terus Syekh Maulana Iskhak menjawab iya saya terima atas
permintaan Ki Ageng, akhirmya hari jumat itu langsung melamar Nyai Endang
Saketi dengan mas kawin berupa Sajadah dan mukenah, sesudah ahad nikah orang
tua laki-lakinya saya mengucap Assalamualaikum terus meninggal dunia, Syekh
Maulana Iskhak menjawabnya Waalaikumusalam dan dilanjut membaca Innalilahi
wainnalilahi roji’un, kemudian Syekh Maulana Iskhak berceramah kepada mertua
perempuan dan warga padepokan yang sedang gembira langsung beruba sedih, para sesepuh padepokan saya sendiri ingin
sekali seperti mertua laki-laki saya yang meninggal dunia sesudahnya membaca
Dua Kalimat Syahadat, karena Allah Swt menjanjikan masuk sorga, jadi kami mohon
jangan ditangisi karena semua makluk Allah itu akan meninggal dunia, tinggal
bagaimana kita untuk bekal besok kalau mati, yaa tergantung amal perbuatan
saudara semua, sewaktu Ki Ageng Sendang meninggal masih ramai dalam acara
pernikahan Syekh Maulana Iskhak dengan Nyai Endang Saketi, kemudian mayidnya
dimandikan dikapani dan disholati simayid tadi, naa semua warga padepokan
semuanya senang karena baru melihat orang meninggal di urus bener-bener dan
dihargai, kemudian dikubur dibelakang gubugnya Ki Ageng Sendang, kemudian Nyi Ageng Berkata kapada menantu dan
anaknya Syekh dan Endang, mbok minta maaf ya, untuk kelanggengan hidup berumah
tangga kalian maaf-maaf jangan dulu bersetubuh dengan istri sebelum empat puluh
malam ya Syekh dan Endang, Insyoh Allah hidupnya tidak kekurangan sesuatu
apapun, Syekh, saya titip Endang jangan disakiti ya Syekh, Syekh Maulana Iskhak
menjawab insyah Allah ibu saya jaga dan saya bimbing kejalan kebaikan. Kemudian
setiap malam habis magrib tahlilan selama tujuh malam mendo'akan almarhum Ki
Ageng Sendang yang sudah menghadap Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar