KISAH YA’JUJ DAN MA’JUJ
Ya'juj dan Ma'juj Dalam
Qur'an
Orientasi
Al Qur'an dua kali
menyebutkan kata "Ya'juj dan Ma'juj".
Ø Pertama, di
surat Al Kahfi ayat 94, yang berbunyi: "Mereka berkata:
Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran
kepadamu, supaya membuat dinding antara kami dan mereka?"
Ø Kedua, surat
Al Anbiya ayat 96-97, berbunyi: "Hingga apabila dibukakan (tembok)
Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh penjuru yang
tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari Kiamat)... ."
Itulah dua ayat Qur'an yang
menyebutkan tentang Ya'juj dan Majuj. Ayat 94 surat Al Kahfi berbicara perihal
Ya'juj dan Ma'juj di masa lalu. Tentang sifat mereka yang suka membuat
kerusakan di dunia, sampai kemudian Dzulqarnain membuat benteng yang
menghalangi mereka, dan mereka tidak mampu bangkit lagi semenjak zaman
Dzulqarnain itu, juga zaman-zaman setelahnya. Sementara surat Al Anbiya
berbicara dengan jelas tentang Ya'juj dan Ma'juj di masa depan dan perihal
kebangkitannya ketika mendekati hari Kiamat.
Kata "dibukakan"
atau dalam bahasa Arab "futiha" menurut DR. Shalah Abdul Fatah Al
Khalidi penulis buku "Kisah-Kisah Orang Dahulu dalam Qur'an", yaitu
diartikan secara makna bukan sebenarnya. Menurutnya, itu merupakan kehendak
Allah atas mereka untuk keluar dari negerinya, dan dibiarkannya melakukan
kerusakan di atas dunia dan negeri-negeri yang mereka kehendaki. Ini merupakan
kebangkitan mereka terbesar dan terakhir sepanjang sejarah, menjelang hari
Kiamat.
Kalimat
pada ayat surat Al Anbiya yang berbunyi, "dan mereka
turun dengan cepat dari seluruh penjuru yang tinggi."
Menunjukkan besarnya kekuatan, jumlah personel yang mereka miliki, dan kerasnya
ekspansi yang mereka lakukan.
Apakah Nama Ya'juj dan Ma'juj dari Bahasa Arab?
Para ahli bahasa Arab berbeda pendapat tentang
asal kalimat Ya'juj dan Ma'juj ini. Ada yang mengatakan keduanya berasal dari
bahasa Arab, dan ada juga yang menolak pendapat itu kemudian berpendapat Ya'juj
dan Ma'juj berasal dari bahasa Asing kemudian diarabkan. Pendapat kedua ini
adalah pendapat yang paling benar. Karena kabilah atau kelompok Ya'juj dan
Ma'juj ini sudah ada sebelum peradaban Arab lahir dan sebelum diletakkannya
tata bahasa Arab. Kata Ya'juj dan Ma'juj sama halnya dengan kata Iblis, Adam,
Hawa, Ibrahim, Musa, Harun, Taurat dan Injil, yang kesemua itu bukan berasal
dari bahasa Arab. Menurut Abu Kalam Azadi, seorang ulama besar dari India, kata
Ya'juj dan Ma'juj adalah kata asing yang berbentuk Ibrani (Bahasa Yahudi).
Ya'juj dan Ma'juj dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama "Gag" dan "Magag".
Bentuk kata Gag dan Magag ini, digunakan juga dalam tujuh terjemahan kitab
Taurat (Perjanjian Lama) dan banyak ditemukan dalam bahasa-bahasa Eropa.
Ya'juj
dan Ma'juj berasal dari bahasa Arab. Ya'juj yang berakar kata "ujaaj"
(أُجَاجٌ) yang berarti mengering
kemudian mengeras, dan satu lagi dari kata "al ajj" (الْأَجُّ) yang artinya ketika musuh datang dengan cepat
sekali, sedangkan Ma`juj berasal dari kata "maaja" (مَاجَ) yang berarti goncang. Sedangkan menurut Abu
Hatim, ma'juj berasal dari maaja, yaitu kekacauan. ma'juj berasal dari
mu'juj, yaitu malaja. Namun, menurut pendapat yang sahih, Ya'juj dan Ma'juj
bukan isim musytaq, melainkan isim 'Ajam dan Laqab
(julukan). Setiap dari akar kata ini memiliki kesesuaian dengan sifat kaum
Ya`juj dan Ma`juj tersebut.
Menurut
para ulama, jadi Ya'juj dan Ma'juj memiliki arti mengering dan mengeras
secara natural dan ketika mereka datang dengan cepat serta tergesa-gesa,
membuat keadaan goncang kemudian tidak ada orang yang sanggup menghadapi
mereka, maka harus lari dari mereka. Sifat mereka dikatakan sangat keras,
kasar, biadab, sombong, gigih, senang berperang, merampok, membunuh, merusak,
memperkosa korbannya dan mereka tidak menyukai umat (bangsa) selain mereka
sendiri. Kesombongan mereka digambarkan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad, ketika mereka telah berhasil membunuh seluruh
penduduk bumi, maka mereka melemparkan anak panah dan tombak keatas awan,
kemudian mereka beranggapan bahwa mereka telah berhasil membunuh penduduk
langit (para malaikat), karena anak panah dan tombak mereka kembali
dengan berlumuran darah.
Mongolia Tempat Ya'juj dan Ma'juj
Sebenarnya para ulama berbeda pendapat dengan
tempat asal Ya'juj dan Ma'juj dan di negeri mana tempat mereka pertamakali
muncul. Tetapi para ulama yang telah meneliti secara detail menemukan bahwa
tempat Ya'juj dan Ma'juj ini berasal dari satu tempat di Timur laut wilayah
Mongolia. Penduduknya beretnis Mongol dengan kehidupan nomad. Yang pasti,
menurut para peneliti kata "Mongolia" dan "Mongol" sendiri
terkait erat dengan kata "Ma'juj", bahkan berhubungan langsung.
Terkadang, kata Ya'juj dan Ma'juj juga dipakai dengan sebutan
"Mongol" dan "Tartar".
Dalam Surah Al-Kahf bahwa Raja Dzul Qarnain, dalam sebuah
perjalanannya sampai disuatu tempat di antara dua gunung. Dia menemukan suatu kaum yang tidak dikenali
bahasanya. Kaum itu mengadukan kepadanya bahwa ada bahaya mengancam mereka
yaitu dari Ya'juj dan Ma'juj dan mereka meminta untuk membangun tembok yang
dapat melindungi mereka dari kejahatan Ya'juj dan Ma'juj. Kemudian Dzul Qarnain
memenuhi permintaan mereka.
Menurut Al-Qur'an Ya'juj dan Ma'juj diisolasi di antara dua gunung
oleh pasukan Dzul Qarnain beserta kaum yang terpencil
yang meminta bantuan kepadanya.[8] Mereka
meminta Dzul Qarnain untuk membuat dinding pembatas, agar kedua suku tersebut
tidak keluar dan membuat kekacauan kembali, namun pada akhirnya mereka akan berhasil
keluar dari dinding pembatas itu.
Asia Barat
Menurut Asy-Syaikh
Abdurrahman As-Sa’di, Ya'juj Ma'juj berada di belakang pegunungan Qoqaz (Kaukasus).[9] Memang ada yang berpendapat bahwa pegunungan inilah
yang merupakan “benteng” dimaksud. Deretan pegunungan ini memanjang tanpa celah
dari laut Hitam hingga laut Kaspia sepanjang lebih dari 1.200 km. Kecuali pada
bagian kecil dan sempit yang disebut celah Darial
(terletak di negara Georgia) sepanjang kurang lebih 100 meter.
Pada bagian celah itulah diduga penghalang dari Ya`juj dan Ma`juj itu dibangun.
Ada juga yang
menyatakan, keberadaan tembok tersebut telah tenggelam dan sampai saat ini
berada di Azerbaijan dan Armenia, tepatnya di pegunungan yang
sangat dan tinggi serta keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua
buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam
ataupun Rusia, terletak di Republik Georgia.
Asia Tengah
Menurut Al-Lajnah
Ad-Da`imah, mereka tinggal di benua Asia bagian utara Cina. Sedangkan menurut Syaikh bin Baz berkata
mengenai lokasi, dia menjawab mereka ada di arah timur dan mereka adalah Bangsa
At-Turk (Mongol) adalah termasuk kedalam bangsa itu juga.
Abdullah Yusuf Ali dalam
tafsir "The Holy Qur’an" menuliskan bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu.
Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India
dengan kordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama "Buzghol-Khana"
dalam bahasa Turki, orang Arabnya menyebutnya dengan nama "Bab al
Hadid", sedangkan Persia menyebutnya "Dar-i-Ahani",
dan Cina menamakannya "Tie-Men-Kuan" yang semuanya
memiliki arti "Pintu Gerbang Besi".
Hiouen Tsiang,
seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam
perjalanannya ke India pada abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada sebuah danau
yang dinamakan Iskandarkul.
Sallam salah seorang staff peneliti dari kekhalifahan Abassiah yang dipimpin
oleh al-Watsiq Billah dan Ibnu Bathuthah menyatakan hal yang sama bahwa lokasi ini
diberada di Asia Tengah.
Pada tahun 842 Kekhalifahan Abbasiyah, al-Watsiq Billah, bermimpi bahwa dinding pembatas yang
mengurung kedua suku itu hancur, karena mimpi itulah ia mengutus sebuah tim
ekspedisi yang dipimpin oleh Sallam salah seorang staff peneliti ke gerbang
besi tadi, untuk mengetahui keadaan dinding itu dan lokasinya. Al-Watsiq
menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu. Saat itu
Sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar. Disebutkan
dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq
mengeluarkan biaya 5000 dinar
untuk penelitian ini.
Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung
selebar 137 meter dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok
besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa.
Kisah lain menyebutkan Sallam melihat pegunungan yang terpisah oleh lembah.
Luas lembah sekitar 150 meter dan lembah ini ditutup tembok berpintu besi
sekitar 50 meter Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam
penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam
sehari. Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan
reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam.
Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia
yang konon Ya’juj dan Ma’juj itu.
Ya'juj dan Ma'juj sering mengganggu, menyerbu,
membunuh, suku-suku lain. Mereka pembuat onar dan sering menghancurkan suatu
daerah. Masyarakat mengadukan kelakuan suku Ya’juj dan Ma’juj kepada Dzul
Qarnain. Dzul Qarnain kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah
pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi. Menjelang kiamat
nanti, pintu gerbang itu akan berhasil dijebol oleh mereka, kemudian mereka
keluar dan membuat onar dunia, sampai mereka bertemu dengan Nabi Isa al-Masih
dan umatnya.
Dalam bukunya al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan
bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada
yang pernah melihat Ya’juj dan Ma’juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan
orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka.
Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang
melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran),
dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq.
Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, melihat gerbang besi itu.
Ibnu Bathuthah menuturkan dalam Kitab Rahlat Ibnu Bathuthah
pegunungan Ya’juj dan Ma’juj berada sekitar perjalanan 6 hari dari Cina.
Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah
Barat Laut China adalah daerah-daerah Rusia.
Dalam versi lain,
disebutkan para arkeolog menemukan benteng tersebut pada
awal abad ke-15 M di belakang Jeihun dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai Bab
al-Hadid (Pintu Besi) di dekat Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga
Syah Rukh dan ilmuwan Jerman Slade Verger.
Arkeolog Spanyol, Klapigeo, pada 1403
M, pernah diutus oleh Raja Qisythalah
di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. Bab al Hadid
adalah jalan penghubung antara Samarkand dan India.
Diriwayatkan
dalam Hadits yang artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar
dan lainnya, maknanya sama sedangkan teksnya milik Ibnu Basyar, mereka berkata:
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abdul Malik telah menceritakan kepada
kami Abu Awanah dari Qatadah dari Abu Rafi' dari hadits Abu Hurairah dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Salam tentang dinding (yang dibangun Dzulqarnain) beliau
bersabda: "Setiap hari mereka (Ya`juj dan Ma`juj) menggalinya, sehingga
ketika dinding itu hampir mereka menembusnya, pemimpinnya mengatakan: Sekarang
pulanglah kalian, karena esok hari kalian pasti bisa menembusnya! tetapi Allah
mengembalikannya seperti semula. dan keesokan harinya, ketika Allah hendak
mengutus mereka kepada manusia, pemimpin mereka berkata: Sekarang pulanglah
kalian, karena esok hari kalian akan merobohkannya jika Allah menghendaki"
ia mengucapkan insya Allah." Beliau bersabda: "Pulanglah mereka dan
mendapatinya seperti keadaanya semula saat mereka tinggalkan lalu mereka
merobohkannya dan menyerang orang-orang, lalu mereka meminum air dan berlarilah
orang-orang menghindari mereka, mereka pun melepaskan anak panah ke langit dan
seketika itu juga panah tersebut berlumuran darah. Lantas mereka berkata:
"Kita telah menaklukan penduduk bumi dan menguasai yang berada di langit
secara paksa." Lalu Allah mengirim ulat pada tengkuk mereka, demi Dzat
yang jiwaku ada dalam tangannya, sesungguhnya hewan-hewan bumi menjadi gemuk,
gesit dan sangat berterima kasih karena daging-daging mereka." Abu Isa
berkata: Hadits ini hasan gharib, kami hanya mengetahuinya dari sanad ini
seperti ini.
Tujuh Kebangkitan Ya'juj dan
Ma'juj
Sepanjang Sejarah
Untuk kesekian kalinya DR.
Shalah Abdul Fatah Al Khalidi menegaskan bahwa Ya'juj dan Ma'juj adalah mereka
yang mendiami wilayah Mongolia. Mereka juga termasuk daerah Turkistan, Russia
dan China. Tetapi yang menjadi pertanyaan penting, apakah Ya'juj dan Ma'juj
tidak pernah keluar kecuali nanti saat menjelang Kiamat?
Para ilmuwan yang meneliti
mengatakan bahwa Ya'juj dan Ma'juj telah bangkit dan keluar berkali-kali.
Kebangkitan terakhir adalah ketika menjelang Kiamat, sebagaimana disebutkan
juga dalam beberapa hadist Shahih. Para ilmuwan sejarah menyebutkan bahwa
mereka terhitung sudah Tujuh kali keluar dari persembunyiannya.
Ø Pertama, zaman
prasejarah Mongol, atau sekitar tahun 5000 S.M. Ketika itu mereka sanggup
merubah dan menghancurkan peradaban China kuno, lewat serangan mereka dengan
melewati gurun Ghabi.
Ø Kedua, awal
dimulainya sejarah, atau sekitar tahun 1500 S.M - 1000 S.M, gelombang
kedatangan mereka sebagian muncul dari Timur laut. Mereka berniat menempati
sebagian wilayah China, Asia Tengah, daerah Mongolia dan Turkistan. Akan tetapi
ekspansi mereka ke daerah-daerah itu dengan perdamaian bukan dengan
penyerangan. Mereka hidup di sana dengan bekerja sebagai petani.
Ø Ketiga,
kemunculan Ya'juj dan Ma'juj kali ini di akhir tahun 1000 S.M. Dimana mereka
menguasai wilayah pesisir laut Qazween, laut Hitam, utara Kaukasus, aliran
sungai Danube dan Puljaa. Pada kebangkitannya yang ketiga ini, sejarah mencatat
mereka telah melewati lorong sempit "Deriyal" di celah pegunungan Kaukasus
untuk menyerang peradaban Nenoy, pada akhir tahun 700 S.M. Penyerangan mereka
kepada Nenoy memberi pengaruh langsung pada jatuhnya peradaban Asyuria. Hal ini
juga dibenarkan oleh Herodotus, bapak sejarah Yunani.
Ø Keempat, di
akhir tahun 500 S.M, Ya'juj dan Ma'juj bergerak untuk menguasai daerah-daerah
Asia Barat, dengan melalui lorong sempit Deriyal di celah pegunungan Kaukasus.
Saat itulah Dzulqarnain atas permintaan penduduk di sana mendirikan benteng
menutupi lorong sempit itu. Dengan adanya benteng itu, penyerangan mereka
terhalang dan batal menguasai negeri-negeri yang sudah mereka rencanakan.
Negeri-negeri itu pun aman sampai beberapa waktu.
Ø Kelima, akhir
tahun 300 S.M, waktu itu kabilah Ya'juj dan Ma'juj mengarahkan ekspansinya ke
wilayah Timur. Lalu tak lama kemudian mereka menyerang kekaisaran China. Para
sejarawah China menyebut kabilah Ya'juj dan Ma'juj ini dengan sebutan
"Hyung Hu". Pada zaman itu kekaisaran China dipimpin oleh Kaisar Qin
Shi Huang atau nama gelarnya "Shih Huang Ti" yang maknanya "Kaisar
pertama". Di era pemerintahannya ia berhasil membangun tembok agung China
(The Great Wall). Pembangunan tembok ini dimulai dari tahun 264 SM. dan selesai
dalam jangka waktu sepuluh tahun. Tembok inilah yang merupakan benteng dari
serangan Ya'juj dan Ma'juj.
Ø Keenam, kebangkitan
Ya'juj dan Ma'juj kali ini pada abad keempat Masehi. Ketika mereka melakukan
ekspansi ke Eropa, dengan dipimpin oleh panglima perangnya bernama
"Attila". Ekspansi dan penyerangan tergolong sukses, mereka
menaklukkan kerajaan Romawi lalu menguasai ibukotanya Roma, yang kemudian kota
ini mereka hancurkan. Mereka pun menguasai kerajaan Romawi sampai beberapa abad
kemudian.
Ø Ketujuh, pada
abad ke 12 Masehi atau abad ke 7 Hijriyah dibawah kepemimpinan Jenkis khan,
mereka menyerang kerajaan-kerajaan Islam sebelah Barat, kemudian berkuasa dan
menghancurkannya. Dan cucu Genghis Khan bernama "Hulago" berhasil
memasuki Bagdad yang merupakan ibukota pada zaman Khilafah Abbasiyyah dan
menghancurkannya pada tahun 656 Hijriyah.
Genghis Khan dan Hulago Pemimpin Ya'juj dan
Ma'juj
Sebagian sejarawan dan ahli tafsir berpendapat
bahwa Mongol dan Tartar merekalah Ya'juj dan Ma'juj. Mereka yang disebutkan di
atas telah bangkit dan melakukan ekspansi tujuh kali sepanjang sejarahnya. Dan
keluarnya Genghis Khan serta Hulago pada kebangkitan ketujuh Ya'juj dan Ma'juj,
menurut para ilmuwan merupakan pendapat yang boleh-boleh saja. Bukan pendapat
yang mesti ditolak dan bukan pendapat yang aneh. Karena ekspansi Mongol atau Tartar selalu dalam
jumlah yang besar dan menakutkan. Sementara itu bukti-bukti menyatakan bahwa
serangan Mongol dan Tartar pada negeri-negeri Islam sangat besar dan merusak.
Jejak penghancurannya terdapat bukti-bukti yang kuat.
Jatuhnya Bagdad dan Terbunuhnya Khalifah
Genghis Khan wafat pada tahun 624 Hijriyah.
Namun peperangan antara umat Islam melawan bangsa Mongol dan Tartar tetap
berlanjut. Sampailah kemudian kepemimpinan Mongol ditangan cucu Genghis Khan,
yaitu Hulago. Hulago pun tak kalah bencinya kepada Islam dan berniat terus
memeranginya. Ia telah menyiapkan pasukan berjumlah 200 ribu orang untuk
menyerang Bagdad.
Mereka menduduki Bagdad dengan mudah pada akhir
bulan Muharram tahun 656 Hijriyah. Saat itu pasukan Islam berjumlah kurang dari
sepuluh ribu orang. Dengan jumlah sedikit itu menjadikan pasukan Islam mudah
dikalahkan. Ditambah lagi pengkhianatan dari para pejabat khalifah, sehingga
pasukan Mongol mudah menguasai Bagdad.
Di kota Bagdad Hulago menumpahkan kebenciannya pada
Islam, ia memerintahkan untuk membunuh seluruh penduduk Bagdad. Tak terkecuali
khalifah yang berkuasa saat itu Al Mu'tashim Billah, yang merupakan khalifah
terakhir Dinasti Abbasiyyah. Beberapa sejarawan berbeda pendapat tentang jumlah
umat Islam yang terbunuh di Bagdad. Sebagian mengatakan 800.000 ribu orang,
1.800.000 ribu orang dan bahkan ada yang mengatakan 2 juta orang terbunuh di
Bagdad. Wajar jika yang meninggal dalam jumlah sangat besar, karena
pedang-pedang prajurit Hulago tidak berhenti selama 40 hari menebas leher
orang-orang Islam, hingga diberitakan saat itu Bagdad banjir darah!
Perang 'Ain Jalut Serta Kalahkannya Ya'juj dan
Ma'juj
Pasukan
Mongol di bawah pimpinan Hulago merubah arah ekspansinya dari Bagdad menuju
Syiria. Dengan didukung kekuatan yang lengkap mereka dengan mudah menaklukkan
wilayah Haleb dan membunuh penduduknya. Di Timur jauh wilayah Mongolia, terjadi
perpecahan antara para pejabat dan panglima perang Mongol dalam masalah
kekuasaan. Oleh karena itulah Hulago panglima besar Mongol kembali ke negerinya
untuk melihat langsung pertikaian itu. Ia menyerahkan tapuk kepemimpinan di
wilayah Syiria kepada "Kitbuqa". Pasukan Islam saat itu dipimpin oleh
Al Mudzaffar Saifuddin Qutuz dan Dzahir Pepris. Dua pasukan itu bertemu di suatu
tempat yang dikenal dengan 'Ain Jalut. Perang itu sendiri pecah pada hari
Jum'at, 25 Ramadhan tahun 658 H, dua tahun setelah Hulago membumihanguskan
Bagdad. Pada perang di 'Ain Jalut ini pasukan Islam memperoleh kemenangan dan
berhasil menghancurkan tentara Mongol. Bahkan pangeran Jamaluddin Aqusyi mampu
menerobos kejantung pertahanan musuh dan membunuh panglima perang Mongol
Kitbuqa.
Kekalahan
di 'Ain Jalut merupakan kekalahan pertama Mongol. Ini merupakan akhir kisah
dari kebangkitan ketujuh kaum yang disebut Ya'juj dan Ma'juj itu. Setelah
kekalahan ini tentara Mongol kembali ke negerinya, mereka mendirikan
kerajaan-kerajaan di wilayah India, Khurasan, Turkistan dan lainnya.
Kebangkitan Terakhir Ya'juj
dan Ma'juj
Para
peneliti kembali menyimpulkan bahwa Ya'juj dan Ma'juj mereka adalah orang-orang
yang berkulit kuning. Mendiami wilayah China, Korea, Tibet, Mongolia, Rusia,
Turkistan dan lainnya. Lalu apa hubungan mereka dengan kebangkitan Ya'juj dan
Ma'juj menjelang hari Kiamat?
China
disinyalir merupakan bahaya yang dahsyat bagi Eropa, Amerika, Arab dan lainnya.
Sedikit informasi ekonomi Mesir hari ini mulai dikuasai oleh bangsa pendatang
(China). Bahaya di masa depan utamanya adalah terkait dengan jumlah
penduduknya. Penduduk China merupakan seperempat jumlah penduduk bumi. Jumlah
itu terus bertambah dengan cepat. Memang belum jelas apa yang akan terjadi di
masa depan, dengan terus bertambahnya jumlah penduduk bukan tidak mungkin
mereka melakukan ekspansi besar-besaran. Ekspansi itu mungkin dengan cara damai
atau bahkan dengan pendudukan secara paksa. Akan tetapi sumber sejarah
membenarkan keadaan ini, dan mewanti-wanti akan bahaya China di masa depan.
Seorang Kaisar Jerman pernah berkata, "akan celaka Eropa dari China!"
Keberadaan Rusia juga tidak bisa dikesampingkan, mungkin saja mantan negara
adidaya itu bangkit kembali dan berkuasa. Karena sejarah dan sunatullah mencatat ada pengulangan
dari setiap kejayaan.
Sebagian
ilmuwan berpendapat bahwa Ya'juj dan Ma'juj bukan ditujukan kepada kelompok
atau etnis tertentu, tetapi lebih menekankan kepada sifat secara umum bagi
semua kelompok, etnis dan bangsa yang suka membuat kerusakan dan membunuh
manusia. Tetapi pendapat ini dibantah, karena bukti-bukti sejarah dan
dalil-dalil agama menunjuk kepada kelompok tertentu (baca: pengkhususan). Kebangkitan
Ya'juj dan Ma'juj menjelang hari Kiamat merupakan suatu kepastian. Mereka akan
bangkit dari sebelah Timur dalam jumlah yang sangat besar, mereka menghabiskan
'sumber-sumber air' di negeri-negeri yang mereka lewati. Bahkan saking
rakusnya, sebagian kelompok Yajuj dan Ma'juj yang terakhir tidak mendapatkan
air itu. Ini semua tidak akan terjadi kecuali menjelang hari Kiamat. Wallahu 'alam
Sumber
: Google Wikipedia
Face book Abu
Nahidh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar