KISAH
ADOLF HITLER
Orientasi
Adolf
Hitler (bahasa Jerman: [ˈadɔlf ˈhɪtlɐ]; lahir di Braunau
am Inn, Austria-Hongaria, 20 April 1889 – meninggal di
Berlin, Jerman, 30 April 1945 pada umur 56 tahun) adalah
seorang politisi Jerman dan ketua Partai
Nazi (bahasa Jerman: Nationalsozialistische
Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP); Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional)
kelahiran Austria. Ia menjabat sebagai Kanselir
Jerman sejak 1933 sampai 1945 dan diktator Jerman
Nazi (bergelar Führer und Reichskanzler) mulai tahun 1934 sampai
1945. Hitler menjadi tokoh utama Jerman Nazi, Perang
Dunia II di Eropa, dan Holocaust.
Hitler
adalah veteran Perang
Dunia I dengan
banyak gelar. Ia bergabung dengan Partai
Pekerja Jerman
(pendahulu NSDAP) pada tahun 1919, dan menjadi ketua NSDAP tahun 1921. Tahun
1923, ia melancarkan kudeta di Munich yang dikenal dengan
peristiwa Beer
Hall Putsch.
Kudeta yang gagal tersebut berujung dengan ditahannya Hitler. Di penjara,
Hitler menulis memoarnya, Mein Kampf (Perjuanganku). Setelah
bebas tahun 1924, Hitler mendapat dukungan rakyat dengan mengecam Perjanjian
Versailles dan
menjunjung Pan-Jermanisme, antisemitisme, dan anti-komunisme melalui pidatonya yang
karismatik dan propaganda
Nazi. Setelah
ditunjuk sebagai kanselir pada tahun 1933, ia mengubah Republik Weimar menjadi Reich Ketiga, sebuah kediktatoran satu
partai yang
didasarkan pada ideologi Nazisme yang totalitarian dan otokratik.
Tujuan
Hitler adalah mendirikan Orde
Baru hegemoni Jerman Nazi yang absolut di
daratan Eropa. Sampai saat itu, kebijakan luar dan dalam negerinya bertujuan
mencapai Lebensraum ("ruang hidup") bagi
kaum
Jermanik. Ia
memerintahkan Jerman dipersenjatai kembali dan Wehrmacht menginvasi Polandia pada bulan September 1939,
menyebabkan pecahnya Perang
Dunia II di Eropa.
Di bawah pemerintahan Hitler, pada tahun 1941 pasukan Jerman dan sekutu Eropanya menduduki sebagian besar Eropa
dan Afrika
Utara. Tahun
1943, Jerman harus mempertahankan wilayahnya dan mengalami serangkaian
kekalahan dalam pertempuran. Pada hari-hari terakhir perang, saat Pertempuran
Berlin
berlangsung tahun 1945, Hitler menikahi kekasih lamanya, Eva Braun. Tanggal 30 April 1945, kurang
dari dua hari kemudian, keduanya bunuh
diri agar
tidak ditangkap Angkatan
Darat Merah,
lalu mayat mereka dibakar.
Kebijakan
Hitler yang supremasis dan termotivasi oleh ras mengakibatkan kematian sekitar
50 juta orang selama Perang Dunia II, termasuk 6 juta kaum Yahudi dan 5 juta etnis
"non-Arya" yang pemusnahan sistematisnya diperintahkan oleh Hitler
dan rekan-rekan terdekatnya.
Nenek moyang
Ayah Hitler, Alois Hitler (1837–1903),
adalah anak tidak sah dari Maria Anna Schicklgruber. Catatan baptis tidak menyebutkan nama ayah Alois,
sehingga Alois memakai nama belakang ibunya. Pada tahun 1842, Johann Georg Hiedler menikahi Anna. Setelah Anna meninggal dunia tahun
1847 dan Johann tahun 1856, Alois dibesarkan di keluarga adik Hiedler, Johann Nepomuk Hiedler. Pada tahun
1876, Alois disahkan dan catatan baptisnya diubah oleh seorang pendeta di
hadapan tiga saksi mata. Saat diadili di Nuremberg tahun 1945, pejabat Nazi Hans Frank menyebut
keberadaan surat-surat yang mengklaim bahwa ibu Alois bekerja sebagai pembantu
rumah tanga untuk sebuah keluarga Yahudi di Graz dan bahwa
putra keluarga tersebut yang berusia 19 tahun, Leopold Frankenberger, merupakan ayah Alois. Akan tetapi, tidak ada nama
Frankenberger yang tercatat di Graz pada masa itu dan catatan keluarga Leopold
Frankenberger tidak pernah dibuat. Para sejarawan meragukan klaim bahwa ayah
Alois adalah seorang Yahudi.
Pada usia 39 tahun, Alois memilih nama belakang
"Hitler", bisa dieja "Hiedler", "Hüttler", atau
"Huettler". Asal kata namanya adalah "seseorang yang tinggal di
rumah" (Jerman Standar Hütte), "penggembala" (Jerman
Standar hüten "menjaga", Inggris "heed"), atau dari bahasa Slavik Hidlar
dan Hidlarcek.
Masa
kanak-kanak dan pendidikan
Adolf Hitler saat masih bayi (c. 1889–1890)
Adolf Hitler lahir tanggal 20 April 1889 di Gasthof
zum Pommer, sebuah penginapan di Salzburger Vorstadt 15, Braunau am Inn, Austria-Hongaria. Ia adalah
anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Alois Hitler dan Klara Pölzl (1860–1907).
Abang dan kakak Hitler – Gustav, Ida, dan Otto – meninggal saat masih
bayi. Saat Hitler berusia tiga tahun, keluarga mereka pindah ke Passau, Jerman. Di
sana ia mempelajari dialek Bayern Hilir, bukannya bahasa Jerman Austria, yang menjadi ciri khas gaya bicaranya seumur hidup.[12][13][14] Tahun 1894,
keluarga mereka pindah lagi ke Leonding (dekat Linz), dan pada
Juni 1895, Alois menetap di sebuah lahan kecil di Hafeld, dekat Lambach, tempat ia
bertani dan beternak lebah. Adolf bersekolah di kota tetangga, Fischlham. Hitler mulai suka mempelajari perang setelah
menemukan buku bergambar tentang Perang Perancis-Prusia milik ayahnya.
Perpindahan mereka ke Hafeld merupakan awal dari
konflik ayah-anak yang intens akibat Adolf menolak mematuhi peraturan ketat di
sekolahnya.[17] Usaha
pertanian Alois Hitler di Hafeld gagal dan pada tahun 1897 mereka pindah ke
Lambach. Hitler yang masih berusia 8 tahun mengikuti les menyanyi, bernyanyi
dengan paduan suara gereja, dan bahkan sempat mempertimbangkan diri untuk
menjadi pendeta. Tahun 1898, keluarga mereka pindah permanen ke Leonding.
Kematian adiknya, Edmund, akibat cacar pada 2 Februari 1900 sangat
mempengaruhi kehidupan Hitler. Ia berubah dari sosok yang percaya diri, mudah
bergaul, dan pintar, menjadi bocah yang murung, menarik diri, dan cemberut yang
sering bertengkar dengan ayah dan gurunya.
Alois
memiliki karier yang sukses di biro bea cukai dan ingin anaknya mengikuti
jejaknya.[20] Hitler kemudian mendramatisir
sebuah peristiwa ketika ayah Hitler membawanya berkunjung ke kantor bea cukai,
menyebutnya sebagai peristiwa yang membangkitkan antagonisme tanpa ampun antara
ayah dan anak, yang keduanya sama-sama berkeinginan kuat. Mengabaikan keinginan
putranya untuk masuk SMA klasik dan menjadi seorang seniman, Alois mengirim
Adolf ke Realschule di Linz pada bulan September
1900. (Ini adalah SMA yang sama yang
kelak dimasuki Adolf
Eichmann 17
tahun kemudian.) Hitler menolak keputusan ini, dan dalam buku Mein Kampf, Hitler mengungkapkan bahwa ia
berprestasi buruk di sekolah, sambil berharap bahwa setelah ayahnya melihat
"kemajuan kecil yang aku buat di sekolah teknik, ia akan membiarkanku
mengejar mimpiku."
Hitler
terobsesi dengan nasionalisme
Jerman sejak
masih muda. Ia menunjukkan kesetiaannya terhadap Jerman, membenci monarki Habsburg yang semakin kacau dan
pemerintahannya di kekaisaran yang dihuni berbagai etnis. Hitler dan
teman-temannya memakai kata sambutan Jerman "Heil", dan menyanyikan
lagu kebangsaan Jerman "Deutschland
Über Alles"
alih-alih lagu
kebangsaan Kekaisaran Austria.
Setelah kematian mendadak Alois tanggal
3 Januari 1903, prestasi Hitler di sekolah memburuk. Ibunya mengizinkan Hitler
berhenti sekolah pada musim gugur 1905. Ia bersekolah di Realschule di Steyr
pada September 1904; perilaku dan prestasinya membaik. Pada musim gugur 1905,
setelah lulus ujian susulan dan ujian akhir, Hitler berhenti sekolah tanpa
keinginan apapun untuk melanjutkan sekolah atau membina karier.
Masa remaja di
Wina dan Munich
Rumah di Leonding tempat Hitler
menghabiskan masa remaja awalnya (c.1984). Sejak 1905, Hitler menjalani
kehidupan bohemia di Wina yang didanai
oleh tunjangan anak yatim dan bantuan dari ibunya. Ia bekerja sebagai buruh
biasa, lalu seorang pelukis yang menjual lukisan cat air. Akademi Seni Rupa Wina dua kali menolak Hitler, yaitu tahun 1907 dan 1908,
dikarenakan "tidak cocok melukis". Direktur akademi menyarankan agar
Hitler mempelajari arsitektur, namun ia tidak memenuhi persyaratan akademik.
Pada tanggal 21 Desember 1907, ibunya meninggal dunia pada usia 47 tahun.
Setelah ditolak Akademi untuk kedua kalinya, Hitler kehabisan uang. Tahun 1909,
ia tinggal di tempat penampungan tunawisma, dan pada tahun 1910, ia menetap di
sebuah rumah pekerja miskin di
Meldemannstraße. Saat Hitler tinggal di sana, Wina adalah tempat
penuh prasangka agama dan rasisme. Kekhawatiran bahwa Wina akan dipenuhi
imigran dari Timur meluas, dan wali kotanya yang populis, Karl Lueger, mengeksploitasi
retorika antisemitisme untuk kepentingan politiknya. Antisemitisme pan-Jermanik Georg Schönerer mendapat dukungan kuat di distrik Mariahilf, tempat Hitler tinggal. Hitler membaca koran-koran
setempat, seperti Deutsches Volksblatt, yang mengompori prasangka dan
membakar ketakutan umat Kristen yang khawatir akan terusir oleh membanjirnya
pendatang Yahudi dari timur. Menolak apa yang disebutnya sebagai
"Jermanofobia" Katolik, ia mulai menyukai Martin Luther.
Asal
usul dan kapan Hitler menunjukkan antisemitismenya sulit dilacak. Hitler
menyebutkan dalam Mein Kampf bahwa berubah menjadi seorang antisemit di
Wina. Sahabatnya, August
Kubizek,
mengaku bahwa Hilter adalah seorang "antisemit resmi" sebelum
meninggalkan Linz. Kesaksian Kubizek ditentang oleh sejarawan Brigitte
Hamann, yang
menulis bahwa Kubizek adalah satu-satunya orang yang mengatakan bahwa Hitler
muda adalah seorang antisemit. Hamann juga menulis bahwa belum ada pernyataan
antisemit yang keluar dari mulut Hitler pada masa itu. Sejarawan Ian Kershaw berpendapat bahwa jika Hitler
pernah berkata seperti itu, perkataannya tidak diketahui karena antisemitisme
di Wina sudah biasa pada saat itu. Sejumlah sumber memberikan bukti kuat bahwa
Hitler memiliki teman-teman Yahudi di penginapannya dan tempat-tempat lain di
Wina. Sejarawan Richard
J. Evans
menyatakan bahwa "para sejarawan sekarang setuju bahwa anti-Semitismenya
yang terkenal baru muncul setelah kekalahan Jerman [dalam Perang Dunia I ],
sebagai efek samping dari jawaban
paranoid 'pengkhianatan'
terhadap peristiwa ini".
Hitler
mewarisi bagian terakhir dari harta ayahnya pada bulan Mei 1913 dan pindah ke Munich. Para sejarawan yakin ia
keluar dari Wina untuk menghindari wajib militer ke Angkatan Darat Austria.
Hitler kemudian mengklaim bahwa ia tidak mau berdinas di Kekaisaran
Habsburg
karena percampuran "ras" di dalam tubuh AD. Setelah ia dinyatakan
tidak cocok berdinas—karena gagal tes fisik di Salzburg tanggal 5 Februari 1914—ia
pulang ke Munich.
Perang Dunia I
Saat
Perang Dunia I pecah, Hitler adalah penduduk kota Munich dan dengan sukarela
berdinas di Angkatan
Darat Bayern
sebagai warga negara Austria. Ditempatkan di Resimen Infanteri Cadangan
Bayern 16
(Kelompok Resimen ke-1), Hitler berperan sebagai pengirim
berita di Front
Barat di
Perancis dan Belgia, menghabiskan nyaris separuh waktunya di belakang garis
depan. Ia terlibat dalam Pertempuran
Ypres Pertama,
Pertempuran
Somme, Pertempuran
Arras, dan Pertempuran
Passchendaele,
dan sempat terluka di Somme.
Ia diberi penghargaan Iron Cross, Second Class,
pada tahun 1914 atas keberaniannya. Karena disarankan Hugo Gutmann, Hitler
menerima Iron Cross, First Class, pada tanggal 4 Agustus 1918, sebuah
penghargaan yang jarang disematkan pada seseorang berpangkat seperti Hitler (Gefreiter). Pekerjaan Hitler di kantor pusat resimen, yaitu
berinteraksi penuh dengan perwira senior, mungkin membantu dirinya mendapatkan
penghargaan ini. Meski aksinya dianggap berani, namun tetap tidak dapat disebut
sangat terpuji. Hitler juga menerima Black Wound Badge pada 18 Mei 1918. Selama berdinas di kantor pusat,
Hitler mengembangkan bakat seninya dengan menggambar kartun dan instruksi untuk
surat kabar angkatan darat. Pada Pertempuran Somme bulan Oktober 1916, ia
terluka di bagian paha atau betis
kiri oleh granat yang meledak di parit pengirim berita. Hitler menghabiskan
hampir dua bulan di rumah sakit Palang Merah di Beelitz, lalu kembali ke resimennya pada 5 Maret 1917. Pada
15 Oktober 1918, Hitler buta sementara akibat serangan gas mustar dan terpaksa
diinapkan di rumah sakit Pasewalk. Di sana,
Hitler mengetahui kekalahan Jerman, dan setelah mendapatkan berita tersebut, ia
mengaku buta kembali.
Adolf Hitler menjadi tentara pada Perang Dunia Pertama (1914–1918)
Hitler menjadi jengkel karena upaya perang Jerman
gagal dan karena itu pula perkembangan ideologinya perlahan terbentuk. Ia menyebut
Perang Dunia I sebagai "pengalaman terhebat seumur hidup" dan ia
dipuji oleh para komandannya atas keberaniannya. Pengalaman ini memperkuat
patriotismenya terhadap Jerman dan ia terkejut oleh penyerahan diri Jerman pada bulan November 1918. Seperti para
nasionalis Jerman lainnya, ia percaya terhadap Dolchstoßlegende (legenda
pengkhianatan) yang mengklaim bahwa Angkatan Darat Jerman yang "tak
terkalahkan di lapangan" telah "ditusuk dari belakang" di front dalam negeri oleh para
pemimpin warga sipil dan kaum Marxis, yang kemudian
dijuluki "para kriminal November".
Perjanjian Versailles menekankan bahwa Jerman harus mengembalikan sejumlah
wilayah yang diduduki dan mendemiliterisasi Rhineland. Perjanjian
ini memberlakukan sanksi ekonomi dan reparasi berat terhadap Jerman. Banyak
warga Jerman memandang perjanjian ini—khususnya Artikel 231 yang menyebut
Jerman bertanggung jawab atas semua akibat perang—sebagai suatu upaya
mempermalukan Jerman. Perjanjian Versailles dan kondisi ekonomi, sosial, dan politik
di Jerman pascaperang kemudian dieksploitasi oleh Hitler untuk kepentingan
politiknya.
Kancah Politik
Setelah
Perang Dunia I, Hitler pulang ke Munich. Tanpa pendidikan formal dan prospek
karier, ia mencoba bertahan di AD selama mungkin. Pada Juli 1919, ia ditunjuk
sebagai Verbindungsmann (agen intelijen) untuk sebuah Aufklärungskommando
(komando mata-mata) milik Reichswehr untuk mempengaruhi tentara
lain dan menyusup ke Partai
Pekerja Jerman
(DAP). Saat mengawasi aktivitas DAP, Hitler tertarik pada pemikiran sang
pendiri partai, Anton
Drexler, yang
antisemit, nasionalis, antikapitalis, dan anti-Marxis. Drexler
menyukai pemerintahan aktif yang kuat, versi sosialisme non-Yahudi, dan solidaritas
kalangan masyarakat. Terpukau oleh kemampuan pidato Hitler, Drexler
mengundangnya untuk bergabung dengan DAP. Hitler menerima tawaran tersebut pada
12 September 1919 dan menjadi anggota partai ke-55.
Di
DAP, Hitler bertemu dengan Dietrich Eckart, salah seorang pendiri partai
dan anggota kelompok rahasia Thule Society. Eckart menjadi guru Hitler,
sempat bertukar pikiran dengannya dan memperkenalkannya dengan berbagai macam
tokoh masyarakat Munich. Demi meningkatkan daya tariknya, DAP mengubah namanya
menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (Partai
Pekerja Jerman Sosialis Nasional –
NSDAP). Hitler merancang bendera swastika di dalam lingkaran putih
berlatar belakang merah untuk partai ini.
Hitler
keluar dari AD pada Maret 1920 dan mulai bekerja purnawaktu untuk NSDAP. Pada
Februari 1921—saat sudah cakap berpidato di hadapan kerumunan besar—ia
berpidato di hadapan 6.000 orang di Munich. Untuk mempublikasikan pertemuan
tersebut, dua truk pendukung partai berkeliling kota sambil mengibarkan bendera
swastika dan menyebar brosur. Popularitas Hitler segera naik gara-gara pidato polemiknya yang kasar terhadap Perjanjian
Versailles, pesaing politik, dan kaum Marxis dan Yahudi. Pada waktu itu, NSDAP
berkantor pusat di Munich, lahan subur bagi kaum nasionalis Jerman
antipemerintah yang ingin menghancurkan Marxisme dan melecehkan Republik Weimar.
Pada
bulan Juni 1921, saat Hitler dan Eckart sedang dalam perjalanan penggalangan
dana ke Berlin, sebuah pemberontakan terjadi di dalam tubuh NSDAP di Munich.
Sejumlah anggota komite eksekutif, beberapa di antaranya menganggap Hitler
terlalu sombong, ingin bergabung dengan pesaing mereka, Partai
Sosialis Jerman
(DSP). Hitler pulang ke Munich tanggal 11 Juli dan mempertegas pengunduran
dirinya. Anggota komite kemudian menyadari pengunduran diri Hitler berarti
partai bubar. Hitler mengumumkan akan bergabung kembali dengan syarat ia
menggantikan Drexler sebagai ketua partai dan kantor pusat partai harus tetap
berada di Munich. Komite setuju; Hitler bergabung kembali dengan partai sebagai
anggota ke-3.680. Ia masih mendapat sejumlah pertentangan di internal NSDAP: Hermann Esser dan sekutunya menerbitkan
3.000 pamflet yang menyerang Hitler sebagai pengkhianat partai. Pada hari-hari
berikutnya, Hitler berbicara di hadapan kerumunan mempertahankan dirinya dan
mendapat sambutan luar biasa. Strateginya terbukti berhasil: pada rapat anggota
umum, ia diberi kekuasaan absolut sebagai ketua partai dengan satu suara
menentang.
Pidato
Hitler yang bersemangat di aula bir mulai menarik para pendengar setia. Ia
mulai terbiasa memakai tema populis yang ditargetkan pada
pendengarnya, termasuk pemakaian kambing hitam yang bisa disalahkan atas
kesulitan ekonomi para pendengarnya. Sejarawan mencatat dampak hipnotis dari
kata-katanya terhadap kerumunan besar, dan matanya terhadap kerumunan kecil.
Kessel menulis, "Dengan luar biasa ... warga Jerman berbicara dengan
mistifikasi pesona 'hipnotis' Hitler. Kata itu muncul lagi dan lagi; Hitler
dikatakan berhasil memukau bangsa ini, membawa mereka ke dalam keadaan trans di
mana mereka tidak bisa melepaskan diri." Sejarawan Hugh Trevor-Roper mendeskripsikan "pesona
pandangannya yang menyihir banyak orang yang masih waras." Ia memakai
magnetisme pribadinya dan pemahaman terhadap psikologi kerumunan untuk mendapat
keunggulan saat berpidato di hadapan publik. Alfons Heck, mantan anggota Pemuda Hitler, mendeskripsikan reaksi
terhadap pidato Hitler: "Kami terbakar dengan kebanggaan nasionalis yang
sudah mencapai tingkat histeria. Pada menit-menit terakhir, kami berteriak
sekencang mungkin dengan derai air mata : Sieg Heil, Sieg Heil, Sieg Heil!
Sejak saat itu, diri saya adalah milik tubuh dan jiwa Adolf Hitler". Meski
kemampuan pidato dan kepribadiannya dapat diterima secara baik oleh kerumunan
besar dan acara-acara resmi, sejumlah orang yang pernah bertemu Hitler secara
pribadi mengatkan bahwa penampilan dan perilakunya gagal memberi pesona yang
bertahan lama.
Para
pengikut pertamanya meliputi Rudolf Hess, mantan pilot AU Hermann Göring, dan kapten AD Ernst Röhm. Röhm menjadi kepala
organisasi paramiliter Nazi, Sturmabteilung (SA, "Tentara
Penyerbu"), yang bertugas melindungi rapat dan sering menyerang pesaing
politik. Pengaruh kritis terhadap pemikirannya pada masa itu adalah Aufbau
Vereinigung,
sebuah kelompok konspirasi para pengungsi Rusia
Putih dan
Sosialis Nasional awal. Kelompok yang didanai sejumlah tokoh industrialis kaya
seperti Henry
Ford ini
memperkenalkan Hitler dengan ide konspirasi Yahudi yang mengaitkan keuangan
internasional dengan Bolshevisme.
Bierkeller
Putsch
Hitler
meminta bantuan Jenderal Perang Dunia I Erich Ludendorff untuk melakukan kudeta bernama
"Bierkeller
Putsch".
Partai Nazi memakai Fasisme Italia sebagai model penampilan dan
kebijakan mereka. Hitler ingin meniru "Pawai ke Roma"-nya Benito Mussolini (1922) dengan membuat
kudetanya sendiri di Bayern, lalu diikuti dengan melawan pemerintahan di
Berlin. Hitler dan Ludendorff mencari dukungan Staatskommissar
(komisaris negara) Gustav von Kahr, pemimpin de facto Bayern.
Namun Kahr dan Kepala Polisi Hans
Ritter von Seisser
(Seißer) dan Jenderal Reichswehr Otto von Lossow ingin mendirikan kediktatoran
nasionalis tanpa keterlibatan Hitler.
Hitler
hendak merengkuh momen kritis ini demi meraih dukungan luas dari rakyat. Pada
tanggal 8 November 1923, ia dan SA menyerbu rapat umum 3.000 orang yang
diselenggarakan Kahr di Bürgerbräukeller, sebuah aula bir besar di Munich. Hitler
menyerobot pidato Kahr dan mengumumkan bahwa revolusi nasional telah dimulai
dan mendeklarasikan pembentukan pemerintahan baru bersama Ludendorff. Mundur ke
ruang belakang, Hitler, dengan pistol genggamnya, menuntut dan mendapat
dukungan Kahr, Seisser, dan Lossow. Pasukan Hitler awalnya berhasil menduduki
Reichswehr dan markas polisi setempat; sayangnya, Kahr dan rekan-rekannya
menarik dukungan mereka dan baik AD maupun polisi negara tidak bergabung dengan
Hitler. Keesokan harinya, Hitler dan para pengikutnya berpawai dari aula bir ke
Kementerian
Perang Bayern
untuk menggulingkan pemerintahan Bayern, tetapi berhasil dibubarkan polisi. 16
anggota NSDAP
dan 4 polisi tewas dalam kudeta gagal ini.
Hitler
kabur ke rumah Ernst
Hanfstaengl
dan menurut sejumlah orang ia sempat mempertimbangkan bunuh diri. Ia depresi
namun tenang saat ditahan tanggal 11 November 1923 akibat pengkhianatan tingkat tinggi. Pengadilannya dimulai bulan
Februari 1924 di hadapan Pengadilan
Rakyat
istimewa di Munich, dan Alfred Rosenberg menjadi ketua sementara NSDAP.
Pada tanggal 1 April, Hitler dihukum lima tahun penjara di Penjara Landsberg. Ia ditangani secara baik oleh
para penjaga; ia diizinkan menerima surat dari para pendukungnya dan kunjungan
rutin oleh rekan-rekan partai. Mahkamah Agung Bayern mengeluarkan pengampunan
dan Hitler dibebaskan dari penjara pada tanggal 20 Desember 1924, bertentangan
dengan keberatan jaksa negara. Jika dihitung secara keseluruhan, Hitler hanya
mendekam selama satu tahun lebih di penjara.
Di
Landsberg, Hitler mendiktekan sebagian besar volume pertama Mein Kampf (Perjuanganku; awalnya
berjudul Empat Setengah Tahun Perjuangan Melawan Kebohongan, Kebodohan, dan
Kepengecutan) kepada wakilnya, Rudolf Hess. Buku tersebut, didedikasikan
kepada anggota Thule Society Dietrich Eckart, adalah sebuah otobiografi
sekaligus pemaparan ideologinya. Mein Kampf dipengaruhi oleh The
Passing of the Great Race
karya Madison
Grant, yang
Hitler anggap "Injilku". Buku tersebut menjadi dasar rencana Hitler
untuk mengubah masyarakat Jerman menjadi satu berdasarkan ras. Sejumlah kalimat
di dalamnya menekankan genosida. Diterbitkan dalam dua volume
tahun 1925 dan 1926, buku ini terjual sebanyak 228.000 eksemplar antara 1925
dan 1932. Satu juga eksemplar terjual pada 1933, tahun pertama Hitler menjabat.
Membangun
kembali NSDAP
Setelah
Hitler dibebaskan dari penjara, politik di Jerman sudah kurang bersaing dan
ekonomi membaik, sehingga membatasi kesempatan Hitler memenuhi tujuan
politiknya. Akibat Bierkeller Putsch yang gagal tersebut, NSDAP dan organisasi
terkait dilarang berdiri di Bayern. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri
Bayern Heinrich
Held tanggal 4
Januari 1925, Hitler setuju menghormati kewenangan negara : ia hanya akan
mengejar kekuasaan politik melalui proses demokratis. Pertemuan ini berhasil
mencabut larangan terhadap NSDAP. Akan tetapi, Hitler dilarang berpidato di
hadapan publik, sebuah larangan yang tetap berlaku sampai 1927. Untuk memajukan
ambisi politiknya meski dilarang, Hitler menunjuk Gregor Strasser, Otto Strasser, dan Joseph Goebbels untuk mendirikan dan
mengembangkan NSDAP di Jerman utara. Seorang strategiwan berbakat, Gregor
Strasser, membuat jalur politik yang lebih independen dengan menekankan elemen
sosialis dari program partai ini. Bursa saham di Amerika Serikat jatuh
pada tanggal 24 Oktober 1929.
Dampaknya di Jerman begitu parah: jutaan orang di-PHK dan sejumlah bank besar
bangkrut. Hitler dan NSDAP bersiap untuk memanfaatkan peristiwa ini demi
mendulang dukungan bagi partai mereka. Mereka berjanji menghapus Perjanjian
Versailles, memperkuat ekonomi, dan menyediakan lapangan kerja.
Pemerintahan
Brüning
Hitler dan bendahara NSDAP Franz Xaver Schwarz pada acara renovasi Palais Barlow di Brienner Straße di Munich di
dalam kantor pusat Brown House, Desember 1930. Depresi Besar di Jerman
memberi kesempatan politik bagi Hitler. Penduduk Jerman setengah mendukung
setengah menentang republik parlementer, yang menghadapi tekanan besar dari kaum ekstremis
sayap kanan dan kiri. Partai politik moderat tidak mampu membendung gelombang
ekstremisme, dan referendum Jerman 1929 berhasil
membawa ideologi Nazi ke permukaan. Pemilihan umum September 1930 berakhir
dengan terpecahnya koalisi besar dan digantikan oleh kabinet minoritas. Ketuanya,
kanselir Heinrich Brüning dari Partai Tengah, memerintah menggunakan dekret darurat dari presiden Paul von Hindenburg. Pemerintahaan menggunakan dekret akan menjadi norma
baru dan membuka jalan bagi pemerintahan otoriter. NSDAP bangkit
dari ketidakjelasan menjadi pemenang 18,3% suara dan 107 kursi parlemen dalam
pemilu tahun 1930, menjadikannya partai terbesar kedua di parlemen.
Hitler hadir pada pengadilan dua perwira Reichswehr,
Letnan Richard Scheringer dan Hans Ludin, pada musim gugur 1930. Keduanya
dituduh memiliki keanggotaan di NSDAP yang pada waktu itu tidak diperbolehkan
untuk personel Reichswehr. Hakim berpendapat bahwa NSDAP adalah partai
ekstremis, sehingga pengacara terdakwa Hans Frank terpaksa
memanggil Hitler untuk bersaksi di pengadilan. Pada tanggal 25 September 1930
Hitler bersaksi bahwa partainya hanya mengejar kekuasaan politik melalui
pemilihan umum yang dmeokratis, sebuah kesaksian yang memberinya dukungan dari
korps Reichswehr. Tindakan Brüning yang keras membawa sedikit perbaikan
terhadap ekonomi dan sangat tidak merakyat. Hitler memanfaatkannya dengan
menargetkan pesan-pesan politiknya khusus kepada orang-orang yang terkena
dampak inflasi 1920-an dan Depresi Besar, seperti petani, veteran perang, dan
kelas menengah.
Hitler secara resmi melepaskan kewarganegaraan
Austrianya pada 7 April 1925, tetapi belum memperoleh kewarganegaraan Jerman.
Nyaris selama 7 tahun ia adalah orang tanpa negara, tidak bisa menduduki
jabatan publik, dan terancam dideportasi. Pada tanggal 25 Februari 1932,
menteri dalam negeri Brunswick, anggota NSDAP juga, menunjuk Hitler sebagai pengurus
delegasi negara untuk Reichsrat di Berlin.
Karena itu pula, Hitler otomatis menjadi warga negara Brunswick,[134] sekaligus
Jerman.
Tahun 1932, Hitler berkampanye melawan von Hindenburg
dalam pemilu presiden. Kelangsungan pencalonannya ditegaskan oleh pidato
tanggal 27 Januari 1932 di Industry Club di Düsseldorf, yang
memberinya dukungan dari sebagian besar industrialis paling berpengaruh di
Jerman. Namun Hindenburg sudah didukung oleh berbagai partai nasionalis,
monarkis, Katolik, dan republikan, dan sejumlah
kaum demokrat sosial. Hitler memakai slogan kampanye "Hitler über
Deutschland" ("Hitler di atas Jerman"), merujuk pada ambisi
politik sekaligus kampanyenya yang menggunakan pesawat terbang. Hitler
menempati peringkat kedua di dua putaran pemilu dengan lebih dari 35% suara
pada pemilu terakhir. Meski ia kalah, pemilihan umum ini menjadikan Hitler
kekuatan dalam perpolitikan Jerman.
Penunjukan
sebagai kanselir
Ketiadaan pemerintahan yang efektif memaksa dua
politikus berpengaruh, Franz von Papen dan Alfred Hugenberg, bersama
sejumlah industrialis dan pebisnis lainnya, menyurati von Hindenburg. Para
penandatangan memaksa Hindenburg menunjuk Hitler sebagai kepala pemerintahan
"bebas dari partai parlemen", yang akan berubah menjadi gerakan yang
mampu "memukau jutaan orang". Hindenburg
dengan setengah hati setuju menunjuk Hitler sebagai kanselir setelah dua
pemilihan umum parlemen—bulan Juli dan November 1932—tidak menghasilkan
pembentukan pemerintahan mayoritas. Hitler akan memimpin pemerintahan koalisi
berusia pendek yang dibentuk oleh NSDAP dan partai Hugenberg, yaitu Partai
Rakyat Nasional Jerman
(DNVP). Pada 30 Januari 1933, kabinet baru disumpah dalam upacara singkat di
kantor Hindenburg. NSDAP memperoleh tiga jabatan penting, Hitler menjadi
Kanselir, Wilhelm
Frick Menteri
Dalam Negeri, dan Hermann Göring Menteri Dalam Negeri untuk
Prusia.[141] Hitler sebelumnya menuntut
jabatan menteri sebagai upaya mengendalikan polisi di sebagian besar wilayah
Jerman.
Kebakaran
Reichstag dan pemilu Maret
Sebagai
kanselir, Hitler berupaya melawan balik tindakan-tindakan para pesaing NSDAP
untuk membuat pemerintahan mayoritas. Karena kebuntuan politik, ia meminta
Presiden Hindenburg membubarkan Reichstag lagi dan menjadwalkan pemilu pada
awal Maret. Pada 27 Februari 1933, gedung
Reichstag terbakar.
Göring menyebut hal ini sebagai plot komunis, karena seorang komunis Belanda Marinus van der Lubbe terbukti memperburuk keadaan
di dalam gedung yang terbakar itu. Atas permintaan Hitler, Hindenburg
menanggapinya dengan mengeluarkan Dekret
Kebakaran Reichstag
tanggal 28 Februari, yang menghapus hak-hak dasar dan mengizinkan penahanan
tanpa diadili terlebih dahulu. Aktivitas Partai
Komunis Jerman
ditekan dan sekitar 4.000 anggota partai komunis ditahan. Para peneliti,
termasuk William
L. Shirer dan Alan Bullock, berpendapat bahwa NSDAP
sendiri yang memulai kebakaran tersebut.
Selain
kampanye politik, NSDAP terlibat dalam kekerasan paramiliter dan penyebaran
propaganda anti-komunis beberapa hari menjelang pemilu. Pada hari-H, 6 Maret
1933, jumlah suara NSDAP meningkat menjadi 43,9% dan partai ini memperoleh
jumlah kursi terbanyak di parlemen. Akan tetapi, partai Hitler gagal
mengamankan mayoritas absolut, sehingga mereka harus berkoalisi dengan DNVP.
Hari
Potsdam dan UU Pemberian Kuasa
Tanggal
21 Maret 1933, Reichstag baru dibentuk melalui upacara pembukaan di Gereja
Garnisun di Potsdam. "Hari Potsdam" ini
diadakan untuk menunjukkan persatuan antara gerakan Nazi dan kaum elit dan
militer Prusia lama. Hitler tampil dengan mantel
pagi dan
dengan ramah menyambut Presiden von Hindenburg.
Demi
mencapai kendali politik penuh meski gagal memeroleh mayoritas absolut di
parlemen, pemerintahan Hitler meminta rancangan Ermächtigungsgesetz (Undang-Undang
Pemberian Kuasa)
untuk menjalani pemungutan suara di Reichstag yang baru terbentuk ini. RUU ini
memberikan kabinet Hitler kekuasaan legislatif penuh selama empat tahun dan
(dengan sejumlah pengecualian) mengizinkan penyimpangan dari konstitusi.[150] RUU tersebut membutuhkan
mayoritas dua per tiga agar bisa disahkan. Tanpa menyiakan kesempatan, Nazi
memakai persyaratan Dekret Kebakaran Reichstag untuk mencegah sejumlah deputi
Demokrat Sosial hadir; Partai Komunis resmi dilarang.
Pada
23 Maret, Reichstag bersidang di Kroll Opera House di bawah suasana yang kacau
balau. Sejumlah anggota SA menjadi penjaga di dalam gedung, sementara kerumunan
besar di luar yang menentang RUU meneriakkan slogan dan ancaman terhadap
anggota parlemen yang baru datang. Posisi Partai
Tengah, partai
terbesar ketiga di Reichstag, adalah mutlak. Setelah Hitler berjanji langsung
kepada ketua partai Ludwig
Kaas bahwa
Presiden von Hindenburg akan mempertahankan hak vetonya, Kaas mengumumkan
Partai Tengah kan mendukung RUU Pemberian Kuasa. Akhirnya, UU Pemberian Kuasa
disahkan dengan suara 441–84; semua partai kecuali Demokrat Sosial memberi
suara setuju. UU Pemberian Kuasa, bersama Dekret Kebakaran Reichstag, mengubah
pemerintahan Hitler menjadi kediktatoran de facto yang sah secara hukum.
Penghapusan
batasan lain
Setelah
berhasil mengendalikan penuh cabang pemerintahan legislatif dan eksekutif,
Hitler dan sekutu politiknya mulai menekan oposisi politik yang tersisa secara
sistematis. Partai
Demokratik Sosial
dilarang berdiri dan semua asetnya disita. Saat delegasi serikat dagang
berkumpul di Berlin untuk aktivitas May Day, tentara SA merobohkan
kantor-kantor serikat di seluruh Jerman. Pada tanggal 2 Mei 1933, semua serikat
dagang terpaksa bubar dan ketua-ketuanya ditahan; beberapa di antaranya dikirim
ke kamp
konsentrasi.[156] Front
Buruh Jerman
dibentuk sebagai organisasi yang memayungi semua pekerja, pengurus, dan pemilik
perusahaan, sehingga merefleksikan konsep sosialisme nasional dengan semangat Volksgemeinschaft Hitler (komunitas rasial
Jerman; secara harafiah berarti "komunitas rakyat").
Pada
akhir Juni, partai-partai lain diintimidasi agar bubar. Dengan bantuan SA,
Hitler menekan rekan koalisinya, Hugenberg, supaya mundur. Tanggal 14 Juli
1933, NSDAP dinyatakan sebagai satu-satunya partai politik yang sah di Jerman.
Tuntutan SA untuk kekuasaan politik dan militer yang lebih besar memunculkan
kegelisahan di kalangan pimpinan militer, industri, dan politik. Hitler
menanggapinya dengan menghapus seluruh kepemimpinan SA dalam Malam
Pisau-Pisau Panjang
yang dilancarkan pada 30 Juni sampai 2 Juli 1934. Hitler menargetkan Ernst Röhm dan pimpinan SA lainnya,
bersama sejumlah lawan politik Hitler (seperti Gregor Strasser dan mantan
kanselir Kurt
von Schleicher),
yang kemudian dikumpulkan, ditahan, dan ditembak mati. Saat komunitas
internasional dan sejumlah masyarakat Jerman terkejut akibat pembunuhan itu,
banyak kalangan di Jerman melihat Hitler sedang menegakkan ketertiban.
Tanggal
2 Agustus 1934, Presiden von Hindenburg meninggal dunia. Sehari sebelumnya,
kabinet telah mengesahkan "Hukum Jabatan Negara Tertinggi Reich".
Hukum ini menyatakan bahwa setelah Hindenburg meninggal dunia, jabatan presiden
akan dihapus dan kekuasaannya digabung dengan kekuasaan kanselir. Hitler lantas
menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, dan secara formal diberi
nama Führer und Reichskanzler (pemimpin dan kanselir). Hukum
ini melanggar Undang-Undang Pemberian Kuasa. Meski mengizinkan Hitler
menyimpang dari konstitusi, UU ini secara eksplisit melarangnya menerobos hukum
apapun yang berkaitan dengan jabatan presiden. Pada tahun 1932, konstitusi
tersebut diamendemen untuk menjadikan presiden Mahkamah Agung, bukan kanselir,
sebagai presiden sementara sambil menunggu pemilihan umum baru. Dengan hukum
ini, Hitler menghapus alternatif hukum terakhir yang dapat menurunkannya dari
tampuk kekuasaan.
Sebagai
kepala negara, Hitler menjadi Komandan Tertinggi angkatan bersenjata. Sumpah
setia tentara yang biasa diganti menjadi sumpah setia kepada diri Hitler, bukannya jabatan komandan
tertinggi atau negara. Pada 19 Agustus, penggabungan kepresidenan dengan
kekanseliran disetujui oleh 90% suara dalam sebuah plebisit.
Pada
awal 1938, Hitler memakai taktik pemfitnahan untuk mengonsolidasikan kekuasaan
militernya dengan mencetuskan Skandal Blomberg–Fritsch. Hitler memaksa Menteri
Perang, Marsekal Lapangan Werner
von Blomberg
mengundurkan diri dengan menunjukkan laporan polisi bahwa istri baru Blomberg
pernah terlibat dalam prostitusi. Komandan Angkatan Darat Kolonel-Jenderal Werner
von Fritsch
disingkirkan dengan cara yang sama setelah Schutzstaffel (SS) membuat tuduhan bahwa ia
terlibat dalam hubungan homoseksual. Keduanya menjadi sosok yang tidak disukai
setelah mereka keberatan terhadpa permintaan Hitler agar Wehrmacht dipersiapkan untuk perang
setidaknya tahun 1938. Hitler mengambil alih jabatan Komandan Bertugas
Blomberg, sehingga ia bisa mengendalikan angkatan bersenjata secara pribadi. Ia
mengganti Kementerian Perang dengan Oberkommando der Wehrmacht (Komando Tinggi Angkatan
Bersenjata, atau OKW), dipimpin Jenderal Wilhelm Keitel. Pada hari yang sama, 16
jenderal dipecat dan 44 lainnya dipindahtugaskan; semuanya diduga tidak
pro-Nazi. Pada awal Februari 1938, 12 jenderal dipecat.
Setelah
mengonsolidasikan kekuatan politiknya, Hitler menekan atau menyingkirkan
oposisinya melalui proses Gleichschaltung. Ia berupaya mendapat tambahan
dukungan publik dengan berjanji memutarbalikkan dampak Depresi Besar dan
Perjanjian Versailles. Banyak dekret Hitler didasarkan pada Dekret Kebakaran
Reichstag, sesuai Artikel
48 Konstitusi
Weimar. Dekret ini memberi presiden kekuasaan mengambil tindakan darurat untuk
melindungi keselamatan dan ketertiban masyarakat. Karena itu, Hitler bisa
berkuasa di bawah darurat
militer yang
sah. Reichstag dua kali memperbaiki UU Pemberian Kuasa sebagai formalitas
karena semua partai selain Nazi dilarang berdiri.
Reich
Ketiga
Ekonomi dan
Budaya
Pada bulan Agustus 1934, Hitler menunjuk presiden Reichsbank
Hjalmar Schacht sebagai Menteri Ekonomi, dan pada tahun selanjutnya,
sebagai Menteri Ekonomi Perang Berkuasa Penuh yang bertugas mempersiapkan
ekonomi negara untuk perang. Rekonstruksi dan persenjataan kembali didanai oleh
surat Mefo, pencetakan
uang, dan penyitaan aset orang-orang yang ditahan sebagai musuh negara,
termasuk kaum Yahudi. Pengangguran menurun dari enam juta orang pada tahun 1932
menjadi satu juta orang pada tahun 1936. Hitler mengoperasikan salah satu
kampanye perbaikan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah Jerman, termasuk
pembangunan bendungan, jalan bebas
hambatan, rel kereta, dan pekerjaan umum lainnya. Upah agak
rendah pada pertengahan sampai akhir 1930-an jika dibandingkan dengan upah pada
masa Republik Weimar, sementara biaya hidup naik 25%. Minggu kerja rata-rata
bertambah saat peralihan ke ekonomi perang; pada 1939, rata-rata orang Jerman
bekerja antara 47 sampai 50 jam seminggu. Pemerintah Hitler mensponsori arsitektur dalam skala besar. Albert Speer, terkenal
karena mengimplementasikan reinterpretasi klasik Hitler terhadap budaya Jerman,
ditugaskan membuat rencana renovasi arsitektur Berlin. Tahun 1936, Hitler
membuka Olimpiade Musim Panas di Berlin.
Persenjataan
kembali dan aliansi baru
Dalam pertemuan dengan para pemimpin militer Jerman
tanggal 3 Februari 1933, Hitler membicarakan "penaklukan untuk memperoleh Lebensraum di Timur dan Jermanisasi-nya
yang kejam" sebagai tujuan utama kebijakan luar negerinya. Pada bulan
Maret, Pangeran Bernhard Wilhelm von Bülow, sekretaris di Auswärtiges Amt (Kementerian Luar Negeri), mengeluarkan pernyataan
berupa tujuan-tujuan utama kebijakan luar negeri: Anschluss dengan
Austria, pengembalian perbatasan nasional Jerman tahun 1914, penolakan
pembatasan militer Perjanjian Versailles, pengembalian bekas koloni Jerman di
Afrika, dan zona pengaruh Jerman di Eropa Timur. Hitler melihat tujuan-tujuan
yang dibuat Bülow terlalu sederhana. Dalam beberapa pidato selanjutnya, ia
menekankan tujuan
damai dari kebijakannya dan kemauan untuk bekerja sama dengan perjanjian
internasional. Pada pertemuan pertama Kabinetnya tahun 1933, Hitler
memprioritaskan anggaran militer ketimbang pembuatan lapangan kerja.
Jerman
keluar dari Liga
Bangsa-Bangsa
dan Konferensi
Pelucutan Senjata Dunia
pada Oktober 1933. Bulan Maret 1935, Hitler mengumumkan perluasan Wehrmacht
menjadi 600.000 anggota—enam kali lebih besar daripada yang diizinkan
Perjanjian Versailles—termasuk pembentukan angkatan udara (Luftwaffe) dan perluasan ukuran angkatan
laut (Kriegsmarine). Britania, Perancis, Italia,
dan Liga Bangsa-Bangsa mengutuk pelanggaran perjanjian tersebut. Perjanjian
Laut Inggris-Jerman
(AGNA) tanggal 18 Juni 1935 mengizinkan peningkatan tonase Jerman menjadi
35%-nya AL Britania Raya. Hitler menyebut penandatanganan AGNA sebagai
"hari paling membahagiakan dalam hidupnya," percaya bahwa perjanjian
tersebut menandakan awal dari aliansi Inggris-Jerman yang ia prediksikan di Mein
Kampf. Perancis dan Italia tidak diikutsertakan sebelum penandatanganan,
sehingga secara langsung mengabaikan LBB dan menjadikan Perjanjian Versailles
tidak berlaku lagi.
Jerman
menduduki
kembali zona
demiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936,
melanggar Perjanjian Versailles. Hitler juga mengirim tentara ke Spanyol untuk
membantu Jenderal
Franco setelah
menerima permintaan bantuan pada bulan Juli 1936. Pada saat yang sama, Hitler
melanjutkan upayanya membentuk aliansi Inggris-Jerman. Pada Agustus 1936, menanggapi
krisis ekonomi yang semakin besar akibat upaya persenjataan kembali, Hitler
meminta Göring memberlakukan Rencana
Empat Tahun
demi menyiapkan Jerman untuk perang dalam kurun empat tahun selanjutnya.
Rencana ini merupakan perjuangan habis-habisan antara
"Judeo-Bolshevisme" dan sosialisme nasional Jerman, yang dalam
pandangan Hitler membutuhkan upaya persenjataan kembali tanpa memikirkan risiko
ekonomi.
Conti
Galeazzo
Ciano, menteri
luar negeri untuk pemerintahan Benito Mussolini, mengumumkan pembentukan
aliansi antara Jerman dan Italia, dan pada 25 November, Jerman menandatangani Pakta
Anti-Komintern
dengan Jepang. Britania, Cina, Italia, dan
Polandia juga diundang untuk bergabung dengan Pakta Anti-Komintern, namun hanya
Italia yang menandatanganinya pada tahun 1937. Hitler membatalkan rencana
aliansi Inggris-Jermannya dan menyalahkan pemerintah Britania yang "tidak
pas". Pada pertemuan di Reichskanzlei dengan menteri luar negeri dan
pimpinan militernya November itu, Hitler menyatakan kembali keinginannya
mengejar Lebensraum untuk bangsa Jerman. Ia memerintahkan persiapan
perang di wilayah timur dimulai setidaknya tahun 1938 dan tidak melewati tahun
1943. Menjelang kematiannya, menit-menit konferensi yang direkam sebagai Hossbach Memorandum tersebut dianggap sebagai
"pernyataan politik"-nya. Ia merasa penurunan tajam standar hidup di
Jerman diakibatkan oleh krisis ekonomi yang hanya bisa dihentikan oleh agresi
militer terhadap Austria dan Cekoslowakia. Hitler menginginkan aksi
cepat sebelum Britania dan Perancis unggul permanen dalam perlombaan senjata. Pada awal 1938, setelah
Skandal Blomberg–Fritsch, Hitler mengambil alih kendali instrumen
militer-kebijakan luar negeri, memecat Neurath sebagai Menteri Luar Negeri dan
menunjuk dirinya sendiri sebagai Oberster Befehlshaber der Wehrmacht
(komandan tertinggi angkatan bersenjata). Sejak awal 1938 sampai seterusnya,
Hitler menerapkan kebijakan luar negeri dengan tujuan perang.
Perang
Dunia II
Kesuksesan
diplomatik pertama Aliansi
dengan Jepang
Pada
Februari 1938, atas nasihat Menteri Luar Negeri yang baru ditunjuk, Joachim
von Ribbentrop
yang sangat pro-Jepang, Hitler mengakhiri aliansi Cina-Jerman dengan Republik Tiongkok demi membentuk aliansi dengan
Jepang yang lebih modern dan kuat. Hitler mengumumkan pemerintahannya mengakui Manchukuo, negara dudukan Jepang di Manchuria, dan menarik klaim Jerman
terhadap bekas koloni mereka di Pasifik yang dimiliki Jepang. Hitler menyatakan
berakhirnya pengiriman senjata ke Cina dan memulangkan semua pejabat Jerman
yang bekerja di Angkatan Darat Cina. Sebagai tindak balasan, Jenderal Cina Chiang Kai-shek membatalkan semua perjanjian
ekonomi Cina-Jerman, sehingga bahan mentah Cina tidak lagi masuk ke Jerman.
Austria
dan Cekoslowakia
Pada
tanggal 12 Maret 1938, Hitler mengumumkan penyatuan Austria dengan Jerman Nazi
dalam program Anschluss. Hitler kemudian mengalihkan
perhatiannya ke populasi etnis Jerman di distrik Sudetenland di Cekoslowakia. Tanggal 28–29
Maret 1938, Hitler mengadakan serangkaian pertemuan rahasia di Berlin bersama Konrad Henlein dari Heimfront (Front
Dalam Negeri) Sudeten, partai etnis Jerman di Sudetenland. Mereka setuju agar
Henlein meminta otonomi yang lebih besar bagi penduduk Jerman Sudeten ke
pemerintah Cekoslowakia, sehingga memberi legitimasi atas aksi militer Jerman
ke Cekoslowakia. Pada April 1938, Henlein memberitahu menteri luar negeri Hongaria bahwa "apapun yang
ditawarkan pemerintah Ceko, ia akan selalu meminta lebih tinggi lagi ...
ia ingin menyabotase pemahaman dengan artian apapun karena inilah satu-satunya
cara memecah Cekoslowakia dengan cepat". Secara pribadi, Hitler menganggap
masalah Sudeten tidak penting; keinginan sebenarnya adalah melancarkan perang
penaklukan terhadap Cekoslowakia.
Pada
bulan April, Hitler meminta OKW bersiap-siap untuk Fall Grün ("Kasus Hijau"),
kode invasi ke Cekoslowakia. Karena tekanan diplomatik bertubi-tubi dari
Perancis dan Britania, pada tanggal 5 September Presiden Cekoslowakia Edvard Beneš meluncurkan "Rencana
Keempat" untuk reorganisasi konstitusional negaranya yang menyetujui
sebagian besar permintaan Henlein untuk otonomi Sudeten. Heimfront
Henlein menanggapi tawaran Beneš dengan serangkaian kerusuhan melawan polisi
Cekoslowakia dan berujung pada penerapan darurat militer di sejumlah distrik di
Sudeten. Jerman bergantung pada minyak impor; konfrontasi dengan Britania atas sengketa
Cekoslowakia akan mengurangi suplai minyak Jerman. Hitler membatalkan Fall
Grün yang awalnya direncanakan dilaksanakan tanggal 1 Oktober 1938. Pada 29
September, Hitler, Neville
Chamberlain, Édouard
Daladier, dan Benito Mussolini mengadakan konferensi satu
hari di Munich dan menghasilkan Perjanjian Munich yang berisi penyerahan distrik
Sudetenland ke Jerman.
Chamberlain
puas dengan konferensi Munich dan menyebutnya "perdamaian untuk masa kini", sementara Hitler marah
karena kehilangan kesempatan berperang pada tahun 1938; ia menyatakan
ketidakpuasannya dalam sebuah pidato tanggal 9 Oktober di Saarbrücken. Dalam pandangan Hitler,
perdamaian yang dibantu Britania ini, meski memenuhi permintaan Jerman, adalah
kekalahan diplomatik yang menggagalkan keinginannya membatasi kekuasaan
Britania untuk membuka jalan ekspansi Jerman ke timur. Karena pertemuan itu
pula Hitler terpilih sebagai Man
of the Year
versi majalah Time tahun 1938. Pada akhir 1938
dan awal 1939, krisis ekonomi yang berlanjut akibat persenjataan kembali
memaksa Hitler memotong anggaran besar-besaran. Dalam pidato "Ekspor atau
mati" tanggal 30 JAnuari 1939, ia meminta serangan ekonomi demi
meningkatkan kepemilikan valuta asing Jerman untuk membeli bahan mentah seperti
besi berkualitas tinggi untuk senjata-senjata militernya. Pada tanggal 15 Maret
1939, melanggar Perjanjian Munich dan mungkin akibat krisis ekonomi yang
menekankan perlunya aset tambahan, Hitler memerintahkan Wehrmacht menyerbu Praha
dan memproklamasikan Bohemia dan Moravia sebagai protektorat Jerman dari Kastil Praha.
Pecahnya
Perang Dunia II
Dalam
diskusi pribadi tahun 1939, Hitler menyatakan Britania sebagai musuh utama yang
perlu dikalahkan dan pemusnahan Polandia adalah prasyarat yang diperlukan demi
mencapai tujuan tersebut. Sisi timur akan diamankan dan daratannya dimasukkan
dalam Lebensraum Jerman. Tersinggung oleh "jaminan"
kemerdekaan Polandia oleh Britania pada 31 Maret 1939, Hitler berkata,
"Aku harus membuatkan minuman iblis untuk mereka." Dalam sebuah
pidato di Wilhelmshaven pada acara peluncuran kapal
perang Tirpitz tanggal 1 April, ia mengancam
akan membatalkan Perjanjian
Laut Inggris-Jerman
jika Britania terus menjamin kemerdekaan Polandia, yang ia pandang sebagai
kebijakan "pengepungan". Polandia akan menjadi negara satelit Jerman
atau dinetralisasi untuk mengamankan sisi timur Reich dan mencegah kemungkinan
blokade Britania. Hitler awalnya memilih ide negara satelit, tetapi karena
ditolak pemerintah Polandia, ia memutuskan menginvasi Polandia dan
menjadikannya tujuan utama kebijakan luar negerinya tahun 1939. Pada tanggal 3
April, Hitler memerintahkan pihak militer bersiap untuk Fall Weiss ("Kasus Putih"),
yaitu rencana penyerbuan ke Polandia tanggal 25 Agustus. Dalam pidato di
Reichstag tanggal 28 April, Hitler membatalkan Perjanjian Laut Inggris-Jerman
dan Pakta
Non-Agresi Jerman–Polandia.
Pada bulan Agustus, Hitler memberitahu jenderal-jenderalnya bahwa rencana
awalnya untuk tahun 1939 adalah "...membentuk hubungan baik dengan
Polandia demi memerangi Barat." Sejumlah sejarawan seperti William Carr, Gerhard Weinberg, dan Ian Kershaw berpendapat
bahwa alasan ketergesaan Hitler melancarkan perang adalah ia takut keburu meninggal
dunia.
Hitler
khawatir serangan militernya ke Polandia akan menciptakan perang lebih awal
terhadap Britania. Akan tetapi, menteri luar negeri Hitler—dan mantan Duta
Besar untuk London—Joachim von Ribbentrop menjamin bahwa baik Britania maupun
Perancis tidak akan menghormati komitmen mereka ke Polandia. Karena dijamin
seperti itu, pada tanggal 22 Agustus 1939 Hitler memerintahkan mobilisasi
militer ke Polandia. Rencana ini
memerlukan bantuan rahasia dari Soviet dan pakta non-agresi (Pakta
Molotov-Ribbentrop)
antara Jerman dan Uni Soviet, dipimpin Joseph Stalin, termasuk perjanjian rahasia
pembelahan Polandia untuk kedua negara tersebut. Menanggapi pakta yang baru
terbentuk ini—dan berbeda dengan prediksi Ribbentrop bahwa aksi ini akan
memperburuk hubungan Inggris-Polandia—Britania dan Polandia membentuk aliansi
Inggris-Polandia pada 25 Agustus 1939. Manuver ini, bersamaan dengan berita
dari Italia bahwa Mussolini tidak akan menghormati Pakta Baja, memaksa Hitler menunda
serbuan ke Polandia dari 25 Agustus menjadi 1 September. Hitler gagal mengalihkan
Britania ke posisi netral dengan menawarkan jaminan non-agresi ke Imperium
Britania tanggal 25 Agustus; ia kemudian menginstruksikan Ribbentrop agar
mengungkapkan rencana perdamaian menit-menit terakhir dengan batasan waktu yang
sangat pendek agar bisa menyalahkan perang yang akan terjadi pada
ketidaksigapan Britania dan Polandia.
Meski
gelisah akan intevensi Britania, Hitler melanjutkan rencana invasi Polandia.
Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerbu
Polandia barat
dengan alasan klaimnya terhadap Kota Bebas Danzig dan haknya atas jalan
ekstrateritorial melintasi Koridor Polandia ditolak, yang telah diserahkan
Jerman sesuai Perjanjian Versailles.[236] Merespon tindakan ini,
Britania Raya dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 3
September, mengejutkan Hitler dan memaksanya bertanya dengan nada marah kepada
Ribbentrop, "Sekarang apa lagi?" Perancis dan Britania segera
bertindak sesuai pernyataan mereka, dan pada 17 September, pasukan Soviet menyerbu
Polandia timur.
Jatuhnya
Polandia diikuti oleh apa yang disebut sejumlah wartawan sebagai "Perang Palsu" atau Sitzkrieg
("perang duduk"). Hitler menginstruksikan dua Gauletier Polandia barat laut yang baru
ditunjuk, Albert
Forster dari Reichsgau
Danzig-Prusia Barat
dan Arthur
Greiser dari Reichsgau Wartheland, untuk "menjermanisasikan" daerah mereka
"tanpa pertanyaan" tentang bagaimana caranya. Ketika penduduk
Polandia di daerah Forster harus menandatangani pernyataan bahwa mereka
memiliki darah Jerman, Greiser melakukan kampanye pembersihan etnis brutal terhadap penduduk
Polandia di daerahnya. Greiser mengeluh Forster mengizinkan ribuan orang
Polandia diterima sebagai "ras" Jerman sehingga mengancam
"kemurnian ras" Jerman. Hitler menolak terlibat, karena ingin
menjadikannya contoh dari teori "bekerja untuk Führer": Hitler mengeluarkan
instruksi yang tidak jelas dan mengharapkan semua bawahannya menjalankan
kebijakan mereka sendiri.
Sengketa
lain muncul tentang metode Himmler dan Greiser, yang memilih pembersihan etnis
di Polandia, melawan metode Göring dan Hans Frank, Gubernur Jenderal teritori Pemerintah
Umum Polandia,
yang ingin mengubah Polandia menjadi "lumbung padi" Reich. Pada
tanggal 12 Februari 1940, sengketa ini awalnya selesai melalui pelaksanaan
metode Göring–Frank, yang mengakhiri pengusiran massal yang mengganggu arus
ekonomi. Akan tetapi, pada 15 Mei 1940, Himmler menulis memo berjudul
"Pemikiran tentang Penanganan Penduduk Asing di Timur" yang
mengusulkan pengusiran seluruh penduduk Yahudi di Eropa ke Afrika dan
mengucilkan penduduk Polandia menjadi "kelas buruh tanpa pemimpin."
Hitler menyebut memo Himmler "bagus dan tepat," lalu menerapkan
kebijakan Himmler–Greiser di Polandia, sambil mengabaikan Göring dan Frank.
Hitler
mulai memusatkan militernya di perbatasan barat Jerman, dan pada April 1940,
pasukan Jerman menyerbu Denmark
dan Norwegia.
Tanggal 9 April, Hitler mengumumkan kelahiran "Reich Jerman Raya", yaitu visinya akan
sebuah imperium bangsa-bangsa Jermanik di Eropa yang bersatu, tempat orang
Belanda, Flandria, dan Skandinavia bergabung dalam pemerintahan "ras
murni" di bawah kepemimpinan Jerman. Bulan Mei 1940, Jerman menyerang
Perancis, dan
menduduki Luksemburg, Belanda, dan Belgia. Kemenangan tersebut memaksa
Mussolini membawa Italia bergabung dengan Hitler pada 10 Juni. Perancis
menyerah tanggal 22 Juni.
Britania,
yang tentaranya dipaksa meninggalkan Perancis melalui laut dari Dunkirk,[245] terus berperang bersama jajahan
Britania yang lain
pada Pertempuran
Atlantik.
Hitler menawarkan perdamaian kepada pemimpin Britania Raya yang baru, Winston Churchill, dan setelah ditolak ia
memerintahkan serangan pengeboman ke Britania Raya. Rencana
invasi Hitler ke Britania Raya dimulai dengan serangkaian serangan udara pada Pertempuran
Britania
terhadap sejumlah pangkalan udara dan stasiun radar Angkatan
Udara Kerajaan
(RAF) di Inggris Tenggara. Sayangnya, Luftwaffe Jerman tidak mampu mengalahkan
Angkatan Udara Kerajaan. Pada akhir Oktober, Hitler menyadari bahwa
superioritas udara untuk invasi Britania—Operasi Sea Lion—tidak dapat diraih, lalu ia
melancarkan serangan
udara malam
terhadap kota-kota di Britania, termasuk London, Plymouth, dan Coventry.
Pada
tanggal 27 September 1940, Pakta Tiga Pihak ditandatangani di Berlin oleh Saburō Kurusu dari Kekaisaran Jepang, Hitler, dan menteri luar
negeri Italia Ciano, kemudian meluas hingga Hongaria, Rumania, dan Bulgaria, sehingga memperkuat kekuatan Poros. Upaya Hitler dalam
mengintegrasikan Uni Soviet dengan blok anti-Britania gagal pasca pertemuan
buntu antara Hitler dan Molotov di Berlin pada bulan November,
kemudian ia meminta semua pihak bersiap untuk invasi besar-besaran ke Uni
Soviet. Pada musim semi 1941, aktivitas militer di Afrika Utara, Balkan, dan Timur Tengah mengalihkan
Hitler dari rencananya di kawasan timur. Bulan Februari, pasukan
Jerman tiba di Libya
untuk memperkuat keberadaan pasukan Italia di sana. Bulan April, Hitler
melancarkan invasi
Yugoslavia,
yang tidak lama kemudian diikuti dengan invasi
Yunani. Bulan
Mei, pasukan Jerman dikirim untuk membantu pasukan
pemberontak Irak memerangi Britania
dan menyerbu
Kreta. Pada
tanggal 23 Mei, Hitler mengeluarkan Surat Perintah Führer No. 30.
Menjelang
kekalahan
Tanggal
22 Juni 1941, melawan pakta non-agresi Hitler–Stalin tahun 1939, 5,5 juta
tentara Poros menyerbu Uni Soviet. Tujuan dari serangan berskala besar ini (Operasi
Barbarossa)
adalah penghancuran total Uni Soviet dan perebutan semua sumber daya alamnya
untuk upaya agresi masa depan terhadap negara-negara Barat. Dalam invasi ini,
Jerman berhasil mencaplok wilayah yang sangat luas, termasuk beberapa republik Baltik, Belarus, dan Ukraina Barat. Setelah keberhasilan Pertempuran
Smolensk,
Hitler memerintahkan Grup Angkatan Darat Tengah menghentikan lajunya ke Moskwa
dan sementara mengalihkan grup Panzernya ke utara dan selatan untuk membantu
pengepungan Leningrad dan Kiev.
Keputusan Hitler ini menciptakan krisis besar di kalangan petinggi militer,
karena para jenderal tidak setuju dengan perubahan target tersebut. Jeda yang
diambil Hitler pada akhir musim panas memberikan Angkatan Darat Merah
kesempatam memobilisasi cadangan-cadangan baru; sejarawan Russel Stolfi
menganggap hal ini sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan
serangan Moskwa, yang baru dilanjutkan bulan Oktober 1941 dan berakhir
dengan kegagalan besar
pada bulan Desember.
Pada
tanggal 7 Desember 1941, Jepang
menyerang Pearl Harbor,
Hawaii. Empat hari kemudian, Hitler secara resmi menyatakan perang melawan
Amerika Serikat. Tanggal 18 Desember 1941, Himmler menanyai Hitler, "Apa
yang perlu dilakukan terhadap kaum Yahudi Rusia?" Hitler menjawab,
"als Partisanen auszurotten" ("musnahkan mereka sebagai
partisan"). Sejarawan Israel Yehuda Bauer berkomentar bahwa pernyataan
tersebut bisa jadi tanda-tanda yang hampir bisa dikatakan para sejarawan
sebagai perintah langsung dari Hitler untuk melaksanakan genosida saat
Holocaust.
Pada
akhir 1942, pasukan Jerman kalah dalam pertempuran
El Alamein kedua,
menggagalkan rencana Hitler merebut Terusan Suez dan Timur Tengah. Kelewat
yakin atas kemampuan militernya sendiri pasca kemenangan awal tahun 1940,
Hitler menjadi tidak percaya terhadap Komando Tinggi Angkatan Darat dan mulai
ikut campur dalam militer dan perencanaan taktis dengan akibat yang
menghancurkan. Pada bulan Februari 1943, penolakan Hitler yang berulang-ulang
terhadap penarikan mereka dari Pertempuran
Stalingrad
mengakibatkan kehancuran total Angkatan
Darat ke-6.
Lebih dari 200.000 tentara Poros gugur dan 235.000 lainnya ditawan, hanya 6.000
di antaranya yang pulang ke Jerman setelah perang. Setelah itu, terjadi
kekalahan mutlak pada Pertempuran Kursk. Pendapat militer Hitler mulai
tidak jelas, dan posisi militer dan ekonomi Jerman ikut jatuh seiring
memburuknya kesehatan Hitler. Kershaw dan sejarawan lain percaya Hitler
mengalami penyakit
Parkinson.
Pasca
invasi
Sekutu ke Sisilia
tahun 1943, Mussolini digulingkan oleh Pietro Badoglio, yang menyerah kepada Sekutu.
Sepanjang tahun 1943 dan 1944, Uni Soviet pelan-pelan memaksa pasukan Hitler
mundur di sepanjang Front
Timur. Tanggal
6 Juni 1944, pasukan Sekutu Barat mendarat di Perancis utara dalam salah satu
operasi amfibi terbesar sepanjang sejarah, Operasi Overlord. Akibat serangkaian kemunduran
besar yang dialami Angkatan Darat Jerman, banyak petingginya berkesimpulan
bahwa kekalahan tak dapat dielakkan dan kesalahan perhitungan atau penolakan
Hitler akan membawa perang ke dalam negeri dan menyebabkan Jerman hancur total.
Antara
1939 dan 1945, ada banyak rencana untuk membunuh Hitler, beberapa di antaranya
berlanjut sampai tingkatan tertentu. Upaya paling terkenal justru berasal dari
Jerman sendiri dan didorong oleh kemungkinan bahwa Jerman akan kalah perang.
Pada Juli 1944, rencana
20 Juli,
bagian dari Operasi
Valkyrie,
dijalankan. Claus
von Stauffenberg
meletakkan sebuah bom di salah satu bangunan markas
Hitler, Wolf's Lair di Rastenburg. Hitler nyaris terbunuh karena
seseorang tidak sengaja mendorong kopor bom tersebut ke belakang kaki meja
konferensi yang tebal. Saat bom meledak, meja itu memantulkan ledakan menjauhi
Hitler. Setelah itu, Hitler memerintahkan balas dendam yang kejam yang berujung
pada eksekusi lebih dari 4.900 orang.
Kekalahan
dan kematian
Pada
akhir 1944, baik Angkatan
Darat Merah
dan Sekutu
Barat sedang
menyerbu masuk Jerman. Mengetahui kekuatan dan kegigihan Angkatan Darat Merah,
Hitler memutuskan memakai sisa tentara cadangannya untuk melawan tentara
Amerika Serikat dan Britania yang ia anggap lebih lemah. Pada 16 December, ia
melancarkan serangan
di Ardennes
untuk memecah belah Sekutu Barat dan mungkin meyakinkan mereka ikut berperang
melawan Soviet. Setelah serangan tersebut gagal, Hitler sadar bahwa Jerman akan
kalah perang. Harapan terakhirnya untuk menegosiasikan damai dengan Amerika
Serikat dan Britania dibantu oleh kematian Franklin
D. Roosevelt
tanggal 12 April 1945; namun, berbeda dengan harapannya, Sekutu tetap tidak
gentar. Bertindak dengan pandangannya bahwa kegagalan militer Jerman turut
menghilangkan haknya untuk berdiri sebagai suatu bangsa, Hitler memerintahkan
penghancuran semua infrastruktur industri Jerman sebelum jatuh ke tangan
Sekutu. Menteri Persenjataan Albert Speer dipercaya untuk mengeksekusi rencana bumi hangus ini, namun diam-diam ia tolak.
Pada
tanggal 20 April, ulang tahun Hitler ke-56, Hitler melakukan perjalanan
terakhir dari Führerbunker ("perlindungan
Führer") ke permukaan. Di kebun Reichskanzlei yang hancur, ia menyematkan Iron Cross kepada sejumlah tentara Pemuda Hitler. Pada 21 April, Front Belorusia ke-1 pimpinan Georgy Zhukov berhasil menembus pertahanan Grup Angkatan Darat Vistula Jerman pimpinan Jenderal Gotthard Heinrici pada Pertempuran
Dataran Tinggi Seelow
dan melaju hingga pinggiran kota Berlin. Menolak situasi tersebut, Hitler
menggantungkan harapannya pada pasukan Waffen SS pimpinan Jenderal Felix Steiner, Armeeabteilung Steiner
("Detasemen Angkatan Darat
Steiner").
Hitler meminta Steiner menyerang sisi utara bukit dan Angkatan Darat Kesembilan Jerman diperintahkan menyerang
ke utara dalam bentuk serangan
jepit.
Pada
konferensi militer tanggal 22 April, Hitler mempertanyakan serangan Steiner. Ia
diberitahu bahwa serangan tersebut tak pernah dilancarkan dan pasukan Rusia
sudah memasuki Berlin. Jawaban tersebut memaksa Hitler meminta semua orang
selain Wilhelm Keitel, Alfred Jodl, Hans Krebs, dan Wilhelm Burgdorf keluar ruangan. Hitler
kemudian marah besar-besaran atas pengkhianatan dan ketidakmampuan para
komandannya yang diakhiri dengan pernyataannya—untuk pertama kali—bahwa Jerman
kalah perang. Hitler mengumumkan bahwa ia akan tetap berada di Berlin sampai
perang berakhir, lalu bunuh diri.
Pada
23 April, Angkatan Darat Merah mengepung seluruh Berlin dan Goebbels membuat
pernyataan yang meminta warga kota ikut mempertahankan Berlin. Pada hari itu
pula, Göring mengirim telegram dari Berchtesgaden yang berisi pendapat bahwa
karena Hitler terisolasi di Berlin, ia, Göring, harus mengambil alih
pemerintahan Jerman. Göring menetapkan batas waktu, lewat dari itu ia
menganggap Hitler tidak berkuasa lagi. Hitler menanggapinya dengan menahan
Göring dan dalam surat wasiatnya yang ditulis 29 April, Hitler menyatakan
Göring dipecat dari semua jabatan pemerintahan yang dipegangnya. Tanggal 28
April, Hitler mengetahui bahwa Himmler, yang meninggalkan Berlin tanggal 20
April, sedang mencoba membahas penyerahan diri dengan Sekutu Barat. Ia
memerintahkan Himmler ditahan dan Hermann Fegelein (perwakilan SS Himmler di
kantor pusat Hitler di Berlin) dieksekusi.
Setelah
tengah malam 29 April, Hitler menikahi Eva Braun dalam sebuah upacara
pernikahan kecil di ruang peta di Führerbunker. Setelah sarapan sederhana
bersama istri barunya, ia membawa sekretaris Traudl Junge ke ruangan lain dan
mendiktekan wasiat dan kata-kata terakhir. Peristiwa ini disaksikan dan
dokumennya ditandatangani oleh Hans Krebs, Wilhelm Burgdorf, Joseph Goebbels,
dan Martin Bormann. Sore itu, Hitler diberitahu tentang pembunuhan diktator Italia
Benito Mussolini, yang mungkin mempertegas keinginannya untuk menolak
ditangkap.
Tanggal
30 April 1945, setelah pertempuran jalanan yang sengit, ketika tentara
Soviet berada satu atau dua blok dari Reichskanzlei, Hitler dan Braun bunuh
diri; Braun menggigit kapsul sianida dan Hitler menembak dirinya.
Jasad mereka dibawa naik melalui pintu keluar darurat bunker ke kebun belakang
Reichskanzlei yang sudah hancur, kemudian ditempatkan di sebuah kawah bom dan
disiram bensin. Kedua jasad kemudian dibakar diiringi suasana pengeboman oleh
Angkatan Darat Merah. Berlin menyerah pada tanggal 2 Mei. Catatan arsip
Soviet—dirilis setelah jatuhnya Uni Soviet—memperlihatkan bahwa sisa-sisa
jenazah Hitler, Braun, Joseph dan Magda Goebbels, enam anak
Goebbels,
Jenderal Hans Krebs, dan anjing-anjing Hitler berkali-kali dikubur dan
diangkat. Pada tanggal 4 April 1970, sebuah tim KGB
Soviet memakai peta pemakaman terperinci untuk mengangkat lima kotak kayu di
fasilitas SMERSH di Magdeburg. Sisa-sisa jenazah dari kotak
tersebut dibakar, dihancurkan, dan disebarkan di sungai Biederitz, anak sungai Elbe.
Holocaust
Holocaust
dan perang Jerman di timur didasarkan pada pandangan lama Hitler bahwa kaum
Yahudi adalah musuh besar bangsa Jerman dan bahwa Lebensraum perlu
diciptakan demi perluasan Jerman. Ia berfokus ke Eropa Timur untuk upaya
perluasan tersebut dengan mengalahkan Polandia dan Uni Soviet dan menyingkirkan atau
membantai kaum Yahudi dan Slavia. Generalplan Ost ("Rencana Umum untuk
Timur") berisikan deportasi penduduk Eropa Timur dan Uni Soviet yang
diduduki ke Siberia Barat untuk dimanfaatkan sebagai buruh atau dibunuh;
wilayah dudukan akan dikolonisasi oleh penduduk Jerman atau yang "dijermanisasi".
Tujuannya adalah menerapkan rencana ini setelah menaklukkan Uni Soviet, tetapi
jika gagal, Hitler tetap melanjutkannya. Pada Januari 1942, Hitler memutuskan
untuk membunuh semua kaum Yahudi, Slavia, dan penduduk terdeportasi lain yang
ingin disingkirkan.
Holocaust
("Endlösung
der Judenfrage"
atau "Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi") diperintahkan oleh Hitler dan
disusun dan dilaksanakan oleh Heinrich Himmler dan Reinhard Heydrich. Catatan Konferensi
Wannsee—diselenggarakan
tanggal 20 Januari 1942, dipimpin Heydrich dan dihadiri 15 pejabat senior
Nazi—memberikan bukti jelas tentang rencana sistematis Holocaust. Tanggal 22
Februari, Hitler mengatakan, "kita harus mendapatkan kembali kesehatan
kita dengan memusnahkan kaum Yahudi." Sekitar 30 kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan dipakai untuk melaksanakan
rencana ini. Pada musim panas 1942, kamp
konsentrasi Auschwitz
dengan cepat diperluas untuk menampung sejumlah besar penduduk deportasi untuk
dibunuh atau diperbudak.
Meski
tidak ada perintah khusus dari Hitler yang mengizinkan pembunuhan massal yang
dipublikasikan, ia menyetujui pembentukan Einsatzgruppen—skuad pembunuh yang mengikuti
jalur AD Jerman melintasi Polandia, Baltik, dan Uni Soviet—dan ia sangat
mengetahui aktivitas mereka. Dalam rekaman interograsi oleh pejabat intelijen Soviet yang dipublikasikan 50
tahun kemudian, sopir Hitler, Heinz Linge, dan ajudannya, Otto Günsche, menyatakan bahwa Hitler punya
ketertarikan langsung terhadap pengembangan kamar gas. Antara 1939 dan 1945, Schutzstaffel (SS), dibantu pemerintah Kolaborasi dengan Kekuatan
Poros pada Perang Dunia IIkolaborasionis dan rekrutan dari negara-negara dudukan,
bertanggung jawab atas kematian 11 hingga 14 juta orang, termasuk 6 juta kaum
Yahudi yang mewakili dua per tiga populasi Yahudi di Eropa, serta antara
500.000 dan 1.500.000 etnis Roma. Kematian terjadi di kamp
konsentrasi dan kamp pemusnahan, ghetto, dan eksekusi massal. Banyak
korban Holocaust digas sampai mati, sementara lainnya
meninggal karena kelaparan atau penyakit saat bekerja sebagai buruh paksa.
Kebijakan
Hitler juga mengakibatkan pembunuhan bangsa Polandia dan tahanan perang Soviet, kaum komunis dan pesaing
politik lain, homoseksual, orang yang cacat fisik dan mental, Saksi-Saksi Yehuwa, Adventis, dan anggota serikat dagang.
Hitler tidak pernah mengunjungi kamp konsentrasi dan membicarakan pembunuhan
tersebut di hadapan publik. Konsep Nazi yang lain adalah arti dari kemurnian ras. Pada tanggal 15 September
1935, Hitler memperkenalkan dua hukum—disebut Hukum-Hukum
Nuremberg—ke
Reichstag. Hukum-hukum tersebut melarang pernikahan antara warga Jerman
non-Yahudi dan Yahudi, serta melarang mempekerjakan wanita non-Yahudi di bawah
usia 45 tahun di keluarga Yahudi. Hukum ini juga menghapus hak-hak
kewarganegaraan Jerman yang dipegang orang-orang "non-Arya".
Kebijakan eugenika pertama Hitler menargetkan
anak-anak dengan cacat fisik dan mental dalam sebuah program bernama Action
Brandt, lalu
mengizinkan program eutanasia untuk orang dewasa dengan cacat fisik dan mental
yang sekarang bernama Action
T4.
Gaya
kepemimpinan
Hitler
memimpin NSDAP secara otokratik dengan menerapkan Führerprinzip ("prinsip
pemimpin"). Prinsip ini bergantung pada kepatuhan absolut semua bawahannya
kepada pimpinan mereka; sehingga ia melihat struktur pemerintahan sebagai
sebuah piramida, dengan dirinya—pemimpin mutlak—di puncak. Pangkat dalam partai
tidak ditentukan oleh pemilihan umum—jabatan diisi melalui penunjukkan oleh
pangkat yang lebih tinggi, yang menuntut kepatuhan tanpa pernyataan terhadap
keinginan sang pemimpin. Gaya kepemimpinan Hitler adalah memberikan perintah
berlawanan terhadap bawahannya dan menempatkan mereka pada jabatan-jabatan
tempat tugas dan tanggung jawab mereka saling bertindihan agar "orang yang
lebih kuat menjalankan pekerjaannya". Dengan cara ini, Hitler mendorong
saling tidak percaya, persaingan, dan perkelahian di antara bawahannya demi
mengonsolidasi dan memaksimalkan kekuasaannya. Kabinetnya tidak pernah rapat
setelah tahun 1938, dan ia meminta para menterinya tidak bertemu secara
pribadi. Hitler biasanya tidak memberi perintah tertulis; ia memberitahunya
secara verbal atau disampaikan melalui rekan dekatnya, Martin Bormann. Ia memercayakan semua
dokumennya, penunjukannya, dan kekayaan pribadinya ke Bormann dan Bormann
memanfaatkan jabatannya untuk mengendalikan arus informasi dan akses ke Hitler.
Hitler
secara pribadi membuat semua keputusan militer besar. Sejarawan yang menilai
kinerjanya setuju bahwa setelah awal yang kuat, ia semakin tidak fleksibel
setelah 1941 sehingga ia menyia-nyiakan kekuatan militer yang dimiliki Jerman.
Sejarawan Antony
Beevor
berpendapat bahwa saat perang pecah, "Hitler adalah pemimpin yang
terinspirasi, karena kejeniusannya terletak pada menilai kelemahan orang lain
dan memanfaatkan kelemahan tersebut." Akan tetapi, sejak 1941 sampai
seterusnya, "ia menjadi sangat sklerotik. Ia tidak mengizinkan kemunduran
atau fleksibilitas dalam bentuk apapun di antara komandan lapangannya, dan hal
tersebut sangat menghancurkan."
Warisan
Peristiwa
bunuh diri Hitler dianggap para sejarawan kontemporer sebagai
"mantra" yang dipatahkan. Menurut sejarawan John Toland, tanpa pemimpinnya, Sosialisme Nasional
"meledak bagaikan gelembung." Aksi Hitler dan ideologi Nazi hampir dianggap secara
universal sebagai sesuatu yang sangat imoral; menurut sejarawan Ian Kershaw,
"Belum pernah terjadi dalam sejarah kerusakan semacam itu—secara fisik dan
moral—dikaitkan dengan nama satu orang saja." Program politik Hitler
mengakibatkan pecahnya perang dunia, meninggalkan Eropa Timur dan Tengah yang
hancur dan miskin. Jerman sendiri mengalami kehancuran menyeluruh yang dijuluki
"Jam Nol". Kebijakan Hitler mengakibatkan penderitaan manusia dalam
skala yang luar biasa; menurut R.J. Rummel, rezim Nazi bertanggung jawab
atas pembunuhan demosida terhadap sekitar 21 warga
sipil dan tahanan perang. Selain itu, 29 juta tentara dan warga sipil tewas
akibat aksi militer di teater
Eropa pada Perang Dunia II,
dan peran Hitler dideskripsikan sebagai, "... perancang utama perang yang
mengakibatkan 50 juta orang tewas dan jutaan lainnya meratapi kematian mereka
..." Para sejarawan, filsuf, dan politikus sering memakai kata "iblis"
untuk menyebut rezim Nazi. Banyak negara Eropa mengkriminalisasikan dukungan terhadap Nazisme dan penolakan
Holocaust.
Sejarawan
Friedrich
Meinecke
menyebut Hitler sebagai "salah satu contoh terhebat kekuatan tunggal dan
luar biasa seseorang sepanjang kehidupan sejarah". Sejarawan Inggris Hugh Trevor-Roper memandangnya sebagai
"salah seorang 'penyederhana sejarah yang buruk', sosok penakluk dunia
yang paling sistematis, paling bersejarah, paling filosofis, tetapi paling
kasar, paling kejam, paling tidak murah hati yang pernah diketahui umat
manusia." Bagi sejarawan John M. Roberts, kekalahan Hitler menandakan
akhir fase sejarah Eropa yang didominasi Jerman. Sebagai penggantinya,
muncullah Perang
Dingin, sebuah
konfrontasi global antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Pandangan Agama
Hitler
melihat gereja penting secara politik, sebagai suatu pengaruh konservatif
terhadap masyarakat. Ia merasa jika gereja dihancurkan, umat beragama akan
beralih ke mistisisme, yang ia anggap sebagai kemunduran politik dan budaya.
Meski ia tidak pernah meninggalkan Gereja Katolik secara resmi, ia tidak punya
kedekatan sejati dengan gereja. Setelah meninggalkan kampung halaman, ia tidak
pernah lagi menghadiri misa atau menerima sakramen. Ia lebih menyukai aspek Protestantisme yang pas dengan
pandangan-pandangannya dan mengadopsi sebagian elemen organisasi hierarkis, liturgi, dan fraseologi Gereja Katolik
dalam politiknya.
Secara
publik, Hitler sering memuji warisan Kristen dan budaya Kristen Jerman, dan
memilih kepercayaan terhadap Yesus Kristus "Arya"—seorang Yesus
yang memerangi umat Yahudi. Ia berbicara tentang interpretasinya terhadap
Kristen sebagai motivasi utama antisemitismenya, sambil berkata, "Sebagai
seorang Kristen aku tidak berhak mengizinkan diriku dibohongi, namun aku berhak
menjadi seorang pejuang kebenaran dan keadilan." Secara pribadi, ia lebih
kritis terhadap Kristen tradisional, menganggapnya sebuah agama yang pas dianut
para budak; ia menyukai kekuatan Roma, tetapi kasar terhadap ajarannya.
Sejarawan John S. Conway menyebutkan bahwa Hitler
memiliki "antagonisme mendasar" terhadap gereja-gereja Kristen.
Dalam
hubungan politik dengan gereja, Hitler mengambil strategi "yang pas dengan
tujuan-tujuan politiknya". Menurut laporan US Office
of Strategic Services,
Hitler memiliki sebuah rencana umum, bahkan sebelum berkuasa, untuk
menghancurkan pengaruh gereja Kristen di dalam Reich. Laporan berjudul
"The Nazi Master Plan" itu menyatakan bahwa penghancuran gereja
adalah tujuan gerakan tersebut sejak awal, namun tidak cukup untuk
mengekspresikan posisinya yang ekstrem secara publik. Tujuannya, menurut
Bullock, adalah menunggu sampai perang berakhir, lalu menghancurkan pengaruh
Kristen.
Hitler
menyukai tradisi militer Muslim, namun tetap menganggap bangsa
Arab sebagai "ras inferior". Ia percaya bahwa bangsa Jerman, seperti
umat Islam, bisa menguasai sebagian besar dunia pada Abad Pertengahan. Meski Hitler tertarik pada
hal-hal gaib, penerjemahan sajak, dan melacak akar prasejarah bangsa Jermanik,
Hitler justru lebih pragmatis dan ideologinya terpusat pada hal-hal yang lebih
praktis.
Kesehatan
Banyak
peneliti berpendapat bahwa Hitler menderita sindrom usus mudah iritasi, luka
kulit, detak jantung tidak tetap, penyakit
Parkinson, sifilis, dan tinnitus. Dalam sebuah laporan untuk
Office of Strategic Services tahun 1943, Walter C. Langer dari Universitas
Harvard
menyebut Hitler sebagai seorang "psikopat neurotik." Sejumlah teori
seputar kondisi medis Hitler sulit dibuktikan, dan menurut mereka terlalu
banyak bebannya jika mengaitkan sejumlah peristiwa dan akibat Reich Ketiga
dengan kesehatan fisik seseorang yang mungkin buruk. Kershaw merasa lebih baik
mengambil pandangan yang lebih luas terhadap sejarah Jerman dengan menilai
dorongan sosial apa yang menciptakan Reich Ketiga dan kebijakan-kebijakannya,
alih-alih mencari penjelasan sempit tentang Holocaust dan Perang Dunia II dari
satu orang saja.
Hitler mengikuti pola makan
vegetarian.
Pada acara-acara sosial ia kadang mengutarakan pernyataan menjijikkan tentang
penyembelihan hewan agar tamu-tamunya menghindari daging. Ketakutan terserang
kanker (penyebab ibunya meninggal dunia) adalah alasan pola makan Hitler yang
paling terkenal. Selaku seorang antipembedahan, Hitler mungkin memilih pola
makan selektif karena masih menghargai hewan. Bormann memiliki sebuah rumah
kaca di dekat Berghof
(dekat Berchtesgaden) untuk menjamin suplai stabil
buah-buahan dan sayuran segar untuk Hitler sepanjang perang. Hitler menjauhi
alkohol dan bukan perokok. Ia mempromosikan kampanye
anti-merokok
yang agresif di seluruh Jerman. Hitler mulai sering memakai amfetamin setelah 1937 dan menjadi
pecandu pada musim gugur 1942. Albert Speer mengaitkan pemakaian amfetamin ini
dengan keputusan Hitler yang semakin tidak fleksibel (misalnya, tidak pernah
mengizinkan militer mundur dari medan perang).
Dengan
90 jenis obat-obatan sepanjang perang, Hitler mengonsumsi banyak pil setiap
hari karena masalah lambung kronis dan penyakit lain. Ia menderita kerusakan gendang telinga akibat ledakan bom 20 Juli 1944 dan 200 serpihan kayu
harus diangkat dari kakinya. Rekaman berita Hitler memperlihatkan getaran pada
tangannya dan gaya jalannya yang pincang, yang sudah ada sejak sebelum perang
dan memburuk sampai akhir hayatnya. Dokter pribadi Hitler, Theodor Morell, merawat Hitler dengan sebuah
obat yang sering dipakai untuk menangani penyakit Parkinson pada tahun 1945. Ernst-Günther Schenck dan beberapa dokter lain yang
bertemu Hitler pada minggu-minggu terakhir hidupnya juga menyimpulkan Hitler
menderita penyakit Parkinson.
Keluarga
Hitler
menciptakan citra publik sebagai sosok selibat tanpa kehidupan rumah tangga,
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk misi politik dan bangsanya. Ia bertemu
kekasihnya, Eva
Braun, pada
tahun 1929, dan menikahinya pada April 1945. Pada bulan September 1931,
keponakan tirinya, Geli
Raubal, bunuh
diri dengan pistol Hitler di apartemennya di Munich. Tersebar rumor bahwa Geli
terlibat dalam hubungan romantis dengan Hitler dan kematiannya menjadi sumber
kesedihan mendalam yang bertahan lama. Paula
Hitler,
anggota keluarga terakhir yang masih hidup, meninggal dunia tahun 1960.
Reorientasi
Sejarah
abad ke-19 tak akan pernah melupakan nama Nazi di dalam catatan sejarahnya.
Keberadaan Nazi, kekuatan militer Jerman dan pemimpinnya yang bernama Adolf
Hitler disebut-sebut telah berhutang besar kepada sejarah manusia karena melakukan
dosa Holocaust. Dalam bahasa Jermannya, Nazi disebut NSDAP
(Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei). Partai ini merupakan salah
satu partai politik di Jerman yang kemudian memonopoli kedudukan partai politik
di sana. Didirikan sejak tahun 1920 Masehi di kota Munchen, Jerman.
Naziisme
Pada
awalnya Nazi tidak langsung bernama NSDAP. Diketahui bahwa ternyata partai ini
didirikan dengan nama Deutsche Arbeiterpartei (Partai Buruh Jerman). Lambang
Partai Buruh Jerman adalah Swastika. Adolf Hitlerlah yang mendesak para
petinggi partai agar menyuntikkan unsur nasionalisme – sosialisme ke dalam
partai. Kemudian digantilah namanya menjadi NSDAP. Selanjutnya, partai ini
menjadi sokongan paling penting dalam kekuatan negara Jerman sejak runtuhnya
Republik Weimar di tahun 1933 sampai akhir masa PD (Perang Dunia) II tahun
1945.
Nazi
di Jerman kemudian menjelma menjadi sebuah paham yang disebut ‘Naziisme.’ Semua
ini bermula sejak para petinggi partai Nazi ditangkapi dan dihukum atas tuduhan
kejahatan terhadap kemanusiaan pada Pengadilan Nurenberg. Anggota partai Nazi
tidak lantas membubarkan diri karena kehilangan pemimpinnya. Justru mereka
membuat paham politik baru di Jerman. Dan paham itu adalah ‘Naziisme.’
Tentara
Jerman yang terlibat Perang Dunia I pada tanggal 11 November 1918 terkejut
karena perang selesai mendadak. Petugas di garda depan tidak pernah merasa
ditaklukkan musuh. Mereka bingung karena gencatan senjata terjadi terlalu cepat
tanpa tanda apapun sebelumnya. Saat itu mereka yakin ada pihak yang menjadi
‘backtsabber’ atau penikam dari belakang.
Karena
gencatan senjata sudah terjadi, mau tidak mau Jerman harus menyerah. Sejarah
mencatatnya sebagai kekalahan pasukan Jerman pada Perang Dunia II karena mereka
masih berada di wilayah musuh saat gencatan berlangsung. Sementara itu, pihak
yang diduga melakukan pengkhianatan adalah kelompok penganut Marxisme serta
Yahudi. Kedua kelompok inilah yang selalu memicu perbedaan pendapat di Jerman.
Beberapa
sisa pasukan perang kemudian pulang ke Jerman dengan selamat. Namun ada
kekecewaan mendalam di hati mereka. Setelah kekalahan pahit itu, negara sekutu
tetap melakukan blokade kepada Jerman. Tentu saja bekas tentara Jerman yang
masih dalam perjalanan kaget karena disuguhi penderitaan. Ada jutaan warga
Jerman yang berada di ujung kematian disebabkan wabah TBC dan influenza.
Beberapa keluarga tentara Jerman juga ikut disiksa di sekitar kota Munchen,
ibukota Bayern.
Kisruh di Jerman
Pada
waktu itu, kubu politik di Jerman dikuasai oleh pihak sosialis serta lawannya,
pihak konservatif. Kedua kelompok ini sama-sama tumbuh menjadi radikal karena
kondisinya Jerman tertekan. Yang semakin memperkeruh suasana adalah adanya
gerakan Republik Soviet Munchen yang berusaha membuat pemerintah model Soviet.
Pelopornya adalah kelompok kiri, Raterepublik di Munich. Memang waktu itu
Soviet menjadi negara besar musuh utama Amerika Serikat, belum ada tanda-tanda sejarah
runtuhnya Uni Soviet yang
terlihat.
Tentara
resmi pemerintah dikerahkan untuk menghentikan gerakan makar tersebut. Kemudian
meletuslah perang secara terbuka di jalanan kota Munich. Ada 500 orang lebih
yang meregang nyawa dalam pertempuran ini. Pihak tentara pemerintah mendapat
dukungan dari Freikorps, pasukan bayaran yang didanai pemerintah dan
orang-orang sayap kanan.
Freikorps
melakukan tugasnya dengan serius. Mereka membunuh siapapun yang kelihatan
seperti anggota Raterepublik. Walaupun kelihatan kejam, namun Freikorps
berhasil menghajar usaha kudeta ini dan menghentikan seluruh usahanya. Dari
sinilah kemudian muncul paham anti-Semit di kalangan orang kanan.
Pada
awalnya paham Anti-Semit masih muncul dalam bentuk persangkaan. Namun kenyataan
memberitahu bahwa mayoritas pemimpin Raterepublik adalah orang Yahudi. Hal ini
membuat kesan para komunis atau bolshevisme dan yudaisme memiliki dasar yang
sama. Akhirnya berkembanglah golongan anti-Yahudi di Jerman yang semakin meluas
penganutnya.
Setelah
pemberontakan berakhir dan kemunculan Anti-Semit, Freikorps semakin disenangi
banyak orang di Munchen. Warga menyalahkan Yahudi sebagai dalang semua wabah
penyakit yang terjadi di negara Jerman. Pemerintah pun sepakat dengan golongan
ini. Bahkan Kapten Erns Roehm sebagai Komandan tertinggi SA atau Pasukan Badai
juga berada di golongan tersebut. Mereka lebih menyukai sesuatu yang bersifat
pemaksaan dan memicu ketakutan agar ada penghargaan pada sesama.
Hubungannya dengan Adolf Hitler
Sejak
awal sudah disebutkan bahwa sejarah Nazi tidak dapat lepas dari Hitler. Nazi
yang merupakan partai sayap kanan pada suatu waktu akan menemani Hitler
membesarkan kekuatan militer Jerman dan menakut-nakuti dunia dengan otoritasnya
pada era Perang Dunia II.
Laki-laki
berkumis ini lahir di Braunau, Austria pada tahun 1889 Masehi. Sebelum dikenal
sebagai orang terkejam di dunia, Hitler ternyata memiliki darah seni. Masa
mudanya dipenuhi dengan warna-warna lukisan di atas kanvas yang menggambarkan
jiwa nasionalismenya. Di kemudian hari, Hitler benar-benar menjadi seorang nasionalis
Jerman yang bisa dikatakan fanatik atau nasionalis buta.
Hitler
menyalurkan rasa nasionalismenya dengan bergabung pada kelompok militer Jerman.
Pada masa perang, Hitler terluka. Luka ini mengantarkannya menggenggam dua buah
medali sebagai apresiasi negara atas keberanian seorang pemuda bau kencur.
Sebagai
seorang nasionalis sejati, Hitler merasa sangat geregetan dengan kekalahan
Jerman pada Perang Dunia I. Sehingga ia membalaskan dendam negara Jerman ketika
umurnya memasuki kepala tiga. Dimulai tahun 1919 Hitler masuk ke dalam Nazi.
Karirnya dalam partai yang bermarkas di Munich ini sangat gemilang. Ia bahkan
sudah menggenggam pangkat Fuehrer atau pemimpin dalam jangka waktu dua tahun
saja sejak ia memutuskan bergabung.
Ketika
telah menduduki posisi puncak partai, Hitler segera menerbangkan partai ini
menjadi kekuatan tak terkalahkan. November tahun 1923 ia mengadakan kup bernama
‘The Munich Beer Hall Putsch’, walaupun kemudian gagal. Karena inilah Hitler
dibuktikan bersalah di muka pengadilan yang kemudian menjebloskan dia ke
penjara. Pria ini menjadi tahanan kurang dari satu tahun.
Nazi Meraksasa
Sebenarnya
sampai tahun 1928 pun Nazi masih tergolong partai kecil yang dayanya bukan
menjadi oposisi di Jerman. Namun karena saking parahnya krisis yang terjadi di
Jerman dalam segala bidang kehidupan, rakyat semakin muak dengan partai politik
besar. Mereka merasa semua ini adalah kesalahan orang-orang elite politik,
Kondisi ini menguntungkan Nazi dan membawa Hitler menjadi Kanselir Jerman
ketika usianya menginjak 44 tahun pada bulan Januari 1933. Hitler memang tokoh
kontroversial. Setelah menjadi Kanselir Jerman, ia mengambil keputusan dalam
waktu secepat kilat. Cara kepemimpinannya diktator yang totalitarianis.
Walaupun begitu, mayoritas warga Jerman menjadi pendukungnya sepenuh hati
karena faktanya Hitler berhasil mengurangi pengangguran dan memperbaiki depresi
ekonomi.
Seharusnya
ada prosedur sejak penangkapan seseorang sampai di meja pengadilan. Tetapi di
bawah kendali Hitler, Nazi digerakkan tanpa pandang bulu. Prosedur-prosedur
seakan dibuat untuk dilanggar. Siapapun yang menjadi tertuduh bertindak
kriminal, sesegera mungkin Nazi memastikan ia menghuni penjara. Begitupun
dengan lawan-lawan politiknya yang menjadi kerdil nyali akibat kegarangan Nazi.
Jerman Sehat
Setelah
kondisi di dalam negeri pulih sedikit demi sedikit, Hitler merasa perlu
melakukan ekspansi wilayah. Ekspansi ini kemudian berujung pada Perang Dunia 2.
Caranya sangat sadis. Hitler tidak menurunkan tentara perangnya untuk menyerang
negara lawan. Ia mengepung Inggris dan Perancis agar mengalami hambatan
pertumbuhan ekonomi. Blokade ekonomi ini memaksa mereka meminta perdamaian
kepada Jerman. Negara-negara tersebut akhirnya tidak mempermasalahkan Hitler
yang melanggar sejarah perjanjian Versailles untuk tidak membentuk angkatan
bersenjata.
Bukan
hanya membangun kembali kekuatan bersenjata Jerman. Ternyata Hitler juga
menambah kekokohan bangunan benteng Rhinelanda pada tahun 1936. Kemudian pria
tersebut berhasil merebut wilayah Austria pada bulan Maret 1938. Dilanjutkan
dengan ekspansi ke Sudetenland, benteng pembatas Cekoslowakia. Cekoslowakia
sendiri tidak berani menolak kemauan Jerman mengambil wilayah sahnya. Mereka
lebih takut dengan serangan militer Hitler daripada kehilangan wilayah perbatasan.
Sejak saat itu, negara-negara yang dulunya membuat Jerman menderita tidak lagi
berani sewenang-wenang. Pakta Munich sudah tidak lagi berlaku. Siapapun yang
meremehkan Jerman harus bersiap ke medan perang.
Jerman Mulai Berwibawa
Inggris
dan Perancis yang hanya bisa pasrah melihat kelakuan Jerman, hanya berusaha
mempertahankan Polandia saja. Namun Hitler bersama Stalin dari Uni Soviet
membuat perjanjian untuk tidak saling menyerang pada tahun 1939. Sebenarnya
perjanjian ini digunakan sebagai taktik merebut Polandia dari tangan Inggris
serta Perancis agar bisa dibagi berdua antara Jerman dan Uni Soviet. Polandia
berhasil jatuh ke tangan pihak Hitler setelah perjanjian bersama Stalin
berlangsung kurang dari satu bulan saja. Puncaknya, pada April 1940 militer
Jerman menyerang Norwegia sekaligus Denmark. Bulan Meinya mereka menembus
Belgia, Luxemburg dan Belanda. Pada bulan ketiga mereka berhasil menaklukkan
Perancis. Sampai Hitler wafat, bumi Inggrislah yang belum mengalami penaklukan
karena pemerintah dan rakyatnya bersikukuh bertahan saat militer udara Jerman
memborbardir. Serangan ini dikenal dengan sebutan ‘Battle og Britain.’
Pengkhianatan
terjadi di tahun 1941. Setelah menekuk Yunani dan Yugoslavia, Hitler sengaja
membakar perjanjian saling tidak menyerang yang dibuatnya bersama Stalin.
Itulah jalan terbuka di mana Jerman menyerang Uni Soviet dan melumpuhkan
kekuatan besarnya. Sayangnya, kelumpuhan tersebut hanya terjadi pada sebagian
kawasan di Uni Soviet saja. Musim dingin telah membuat militer Jerman berhenti
menyerang. Selepas itu, Amerika Serikat dengan seluruh sekutunya menjadi
sasaran amukan Jerman. Pearl Harbour kocar kacir akibat serangan pasukan
Jerman.
Tahun
1942 Eropa dan Afrika Utara sudah hampir dikuasai bangsa Jerman. Sayangnya di
akhir tahun tersebut juga takdir membalikkan Jerman menjadi kalah dalam segala
hal. Ujungnya membawa kematian Hitler sebagai Presiden sekaligus Kanselir
Jerman ke tiang gantungan, bukan karena dihukum, tetapi Hitler bunuh diri di
Berlin pada tahun 1945. Semuanya karena kekalahan beruntun Jerman di bawah
perang Stanglingrad Rusia dan El Alamein Mesir.
Dosa Holocaust
Inilah
dosa yang diungkapkan di awal menjadi ingatan tak terlupakan dalam sejarah HAM di dunia. Semasa menjadi pemimpin
Jerman, pria kejam ini mendapat julukan pria terkejam sedunia bukan karena
ekspansi wilayahnya, melainkan karena dosa Holocaust. Rasa bencinya terhadap
Yahudi dan seluruh keturunannya membuat Hitler membunuh para Yahudi di seluruh
dunia. Ada banyak kamp pengasingan, kamar berisi gas, serta gerbong ternak
sengaja disediakan para tentara Jerman untuk menewaskan 6.000.000 Yahudi.
Rasisme
ini merembet pula ke bangsa Rusia dan Gypsy yang kemudian ikut ditumpas Hitler.
Tidak peduli tua atau muda, semuanya dihabisi Hitler dengan kejam. Pembunuhan
ini sengaja didesain agar korbannya menderita dulu sebelum meregang nyawa.
Bagian tubuh atau harta benda mereka dijadikan rampasan sebelum mereka
dimasukkan ke kamp konsentrasi atau kamar gas.
Perang
Dunia II yang diakui sebagai perang nuklir terbesar sepanjang sejarah manusia
dianggap dimotori Hitler. Meskipun begitu, dunia internasional juga mengakui
kemampuan Hitler dalam berorasi. Sehingga ia dapat mengendalikan jutaan orang
di seluruh dunia agar tunduk di bawah naungan Jerman daripada diserang
militernya. Semangat fasisme Hitler sekarang banyak dibenci para aktivis Yahudi
yang nenek moyangnya dibabat habis oleh Hitler. Nama Nazi kemudian ikut meredup
pengaruhnya seiring kepulangan Hitler pada tahun 1945 lalu.
Sumber
: Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar