Rabu, 01 Agustus 2018

KISAH BARIDIN DAN RATMINAH


KISAH BARIDIN DAN RATMINAH


Orientasi
Kisah Baridin dan Kemat Jaran Goyang Asli Cirebon, Kisah Cinta Berujung Maut
Caruban nagari, sejarah cirebon, mitos cirebon - Sewilayah tiga Cirebon seperti Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) tidak asing lagi dengan cerita yang melegenda yaitu kisah cinta Baridin dan Ratminah. Baridin seorang pemuda miskin menyukai seorang wanita cantik. Namun Ia selalu di tolak dan dihina. Latar belakang tersebut membuat Baridin menggunakan ajian/ilmu kemat jaran goyang untuk menaklukan hati Ratminah. Seperti apa kisah selengkapnya dan sejarahnya? Simak ulasannya dibawah ini.

Orang Cirebon tidak sedikit yang mempercayai bahwa kemat merupakan ajian dengan menggunakan doa-doa yang memiliki tuah begitu dasyat. Kepercayaan tersebut turun temurun disekitaran masyarakat Ciayumajakuning. Menggunakan kemat jaran goyang tersebut tidak semudah yang dibayangkan, yaitu harus melalui tahapan mati geni atau tidak makan, tidak minum, tidak tidur selama beberapa hari.


Kemat Jaran Goyang itu sendiri telah menjadi legenda hidup kisah nyata/cinta Baridin, seorang pemuda asal Gegesik yang memiliki pekerjaan sebagai petani miskin, dan merupakan anak dari seorang janda bernama Mbok Wangsih. Kala itu, Baridin mencintai seorang kembang desa yang begitu ayu bernama Ratminah, Ia merupakan anak dari seorang juragan di Desa tersebut, bisa dikatakan sebagai orang paling kaya.

 Karena cinta Baridin ditolak secara mentah-mentah oleh Ratminah bahkan menghina dan mencaci maki secara berlebihan membuat Baridin sakit hati, ia hidup menyendiri tidak makan tidak minum selama 40 hari melakukan mati geni, sebagai ritual ajian kemat jaran goyang. Singkat cerita Ratminah kemudian menjadi terhipnotis setiap waktu mengingat, dan memanggil-manggil nama Baridin. Terkadang tertawa dan menangis sendiri seperti orang gila. Ratminah keluar dari rumah mencari-cari Baridin berjalan dari desa ke desa sambil bernyanyi dan tertawa-tawa menyebut nama Baridin sampai keduanya bertemu di pinggir pematang sawah.

Karena Ratminah berhari-hari tidak makan setalah bertemu, miminta maaf dan mengungkapkan rasa cintanya kepada Baridin. Akhirnya Ratminah mengembuskan nafas terakhir. Begitupun Baridin yang sudah kurus kerempeng karena mati geni, kemudian meninggal dunia menyusul Ratminah. Jasad keduanya diketemukan oleh sahabat dekat Baridin bernama Gemblung Pinulung. Sebagai saksi perjalanan kedua manusia yang saling menyinta akhirnya mereka dikubur bersama dan makamnya masih bisa disaksikan sampai sekarang di Cirebon sebagai ibroh dan pembelajaran untuk manusia yang masih hidup.


Berikut adalah contoh bacaan kemat jaran goyang Baridin yang sudah digubah oleh penulis, yang bisa jadi tidak kalah dengan sajak-sajak Ahda Imron atau pun pupuh guritan Asep Salahudin“Niat isun matak ajiku Jaran Goyang/ Sun tabukake petiku sawisi/Gemebyar gebyar marang badanku/Wong Sabuana ayu elinga/ welase ning badan isun si jabang nok ayu Ratminah/Mbrengenga kaya jaran/ teka welas, teka asih, marang badanku/ Lailahaillah Muhamammadurrulullah.”(Kubaca doa aji jaran goyang (kuda goyang), di sini kubuka peti sunyi batin runyam, saat gemerlap merasuki nalar ragaku, Wahai manusia sejagad, ingatlah sayangilah diriku/ semoga Ratminah menyayangiku/ seperti ringkik kuda/kasih dan sayangi diriku/Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu Rasul Allah). Ekspresi kisah Baridin mengilhami esensi moral wong Cirebon-Dermayon yang mampu menebus sekat-sekat budaya.


Walaupun dalam guyonan Tandi Skober yang berkata sambil terkekeh “Cung!!!, Wadon sekien masangarah takluk kelawan kemat jaran goyang, pun kalah karo kemat Jepang hehe (Perempuan sekarang tidak bakal terpikat dengan kemat jaran goyang, karena sudah kalah dengan kemat Jepang)”.

Relasi Budaya
Baridin berupaya keras untuk menjadi manusia yang diewongke adalah suatu kewajaran sebagai manusia yang memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan. Setiap individu dimanapun dia dilahirkan adalah mahluk yang sama oleh karenanya setiap manusia memiliki hak yang sama dalam hidup. Logika yang dipakai manusia kebanyakan seperti halnya Baridin itulah yang melandasi lahirnya Declaration of Human Right. Logika Baridin sebagai manusia yang berkeinginan untuk memilih pendamping hidup tidak menutup diri dalam sekat si kaya dan si miskin. Mencoba membuka tabir yang masih menyelimuti kultur budaya Cirebon-Dermayon yang selalu melihat perjodohan agar selalu papak (sama derajat) dalam ekonomi ataupun keturunan keluarganya.

Sumber : Google Wikipedia dan Fokus Cirebon


Cerita Legenda Rakyat Indramayu - Cirebon
Di Ceritakan Seorang pemuda Yang kehidupannya Bisa Dibilang miskin. Dia Mencintai seorang Gadis Anak orang kaya. Namun Dia selalu berusaha pantang menyerah untuk mendapatkan cinta Gadis tersebut.

Simak Kisah Baridin Selengkapnya !
Pada suatu hari, Baridin sedang ngobrol sama ibunya yaitu Mbok Wangsi...
Tiba-tiba datang seorang laki-laki setengah baya, yaitu Mang Bunawas.. Dengan membawa Tumpeng/sesaji... Beliau bermaksut untuk menyuruh baridin untuk membajak sawahnya yang sebentarlagi akan memasuki musim tanam... Akhirnya baridin pun setuju atas ajakan mang bunawas... Setelah Baridin berpamitan sama ibunya, Dia pun langsung bergegas berangkat menuju sawah mang bunawas Sambil memikul alat bajak juga menggiring Dua ekor kerbaunya..

Di sisi lain Ratminah yang sedang di suruh oleh ayahnya yaitu Bapa Dam untuk pergi kepasar membeli perlengkapan dapur dsb.... Lalu berangkat lah ratmiah ke pasar... Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan pemuda-pemuda desa yang sedang nongkrong di pinggir jalan,lalu pemuda itu berniat menggoda Ratminah, mamun apa yang di peroleh pemuda itu,malah dapat cacian dari Ratminah.... Akhirnya pemuda itu pun pergi meninggalkan ratminah... selang waktu berjalan,Ratminahpun meneruskan perjalanan nya ke pasar.... Namun sebelum Ratmina sampay ke pasar, datang juga godaan yang tidak di duga, Dia bertemu dengan Seorang pemuda yang sedang memikul alat bajak yaitu Baridin.


Di sisi lain Ratminah yang sedang di suruh oleh ayahnya yaitu Bapa Dam untuk pergi kepasar membeli perlengkapan dapur dsb.... Lalu berangkat lah ratmiah ke pasar... Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan pemuda-pemuda desa yang sedang nongkrong di pinggir jalan,lalu pemuda itu berniat menggoda Ratminah, mamun apa yang di peroleh pemuda itu,malah dapat cacian dari Ratminah.... Akhirnya pemuda itu pun pergi meninggalkan ratminah... selang waktu berjalan,Ratminahpun meneruskan perjalanan nya ke pasar.... Namun sebelum Ratmina sampay ke pasar, datang juga godaan yang tidak di duga, Dia bertemu dengan Seorang pemuda yang sedang memikul alat bajak yaitu Baridin.
.
Lalu Baridin pun merasa terpesona melihat kecantikan Ratminah, tanpa mengedipkan mata, Baridin terus menerus memandang wajah Ratminah, dan sontak Ratminah pun merasa jengkel karena Baridin terus menerus memandangnya. Ratminah pun marah-marah pada Baridin, dan Baridin pun malah meledek Ratminah bahkan dia mengungkapkan hasrat hatinya bahwa dia ingin memiliki dan ingin mempersunting Ratminah  sebagai istrinya. Dan Ratminah pun tambah marah-marah sama Baridin, dan dia pun tidak segan-segan mencacimaki Baridin, sampai-sampai Baridin tertunduk malu di buatnya. Dan akhirnya Baridin pun kecewa atas tingkah laku Ratminah, Baridin pun merasa kecewa dan sakit hati dengan Ratminah.. Bukannya Baridin melanjutkan perjalanannya ke sawah,  dia malah berbalik arah Baridin pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, sontak ibunda Baridin yaitu Mbok Wangsi kaget kenapa Baridin tiba-tiba pulang, timbulah pertanyaan dalam benak Mbok Wangsih.... Lalu mbok wangsih pun bertanya pada Baridin, Dan Baridin pun  menceritakan kejadian di tengah perjalanannya menuju sawah Mang Bunawas. Lalu Baridin pun memohon sama ibunya agar Mbok Wangsih melamar Ratminah untuknya, lalu Mbok Wangsih pun tidak segan-segan menasehati Baridin agar dia berkaca siapa dia sebenarnya, bahwa dia tidak pantas untuk berdampingan dengan Ratminah, karena Ratninah adalah anak orang kaya raya, sedangkan Baridin hanya anak seorang janda miskin yang serba kekurangan. Ditengah perbincangan nya Baridin dan Mbok Wangsih, tiba-tiba datanglah Mang Bunawas dia langsung marah-marah karena Baridin gagal untuk membajak sawahnya yang sebentar lagi akan di tanami padi, Lalu Mang Bunawas pun meminta sesajinya yang telah dia berikan sama Mbok wangsih karena Baridin gagal membajak sawahnya.  Namun apa yang terjadi? sesaji yang dia kasihkan kepada Mbok Wangsih itu sudah habis dimakan oleh Mbok Wangsih. Lalu Mang  Bunawas pun  meminta ganti dengan beras dan sebagaimnya. Akan  tetapi Mbok Wangsih merasa tidak mempunyai apa-apa, jangankan beras, uang sepeser pun dia tidak punya. Lalu Mang Bunawas pun tidak habis fikir, dia meminta kain sarung  punya Baridin untuk di jual, padahal  kain sarung itu adalah harta satu-satunya yang dimiliki oleh Baridin, tetapi apa boleh buat, Baridin harus bartanggung jawab atas semuanya, Akhirnya dengan berat hati Baridin pun menyerahkan kain sarungnya kepada Mang Bunawas untuk di jual.


Di lain hari, Baridin terus meminta Mbok Wangsih untuk melamar Ratminah, dan Baridin sampai bilang pada ibunya kalu sampai  Baridin tidak tercapai  keinginannya menikah dengan Ratmiah. Dia lebih baik mati dari pada harus menanggung beban cinta itu. Dan akhirnya Mbok Wangsih menyerah akhirnya beliau menuruti apa kehendak anak nya itu. Ke'esokan harinya Mbok Wangsih bermaksud pergi untuk melamar Ratminah, namun dia bingung, apa yang akan dia bawa untuk melamar Ratminah. Sedangkan dia tidak mempunyai apa-apa, jangan kan  harta, beras satu biji pun dia tidak punya, namun dia masih punya sinpanan pisang Dua biji. Lalu ia pun bergegas pergi kerumah Bapa Dam untuk melamar Ratminah. Selepas Mbok Wangsih  pergi... Baridin menunggu di rumah sambil berharap agar lamarannya di terima oleh Bapa Dam dan Ratminah.... Dan tidak disangka datanglah teman setianya Baridin yaitu Gemblung, Dan Baridin pun langsung memberi kabar pada Gemblung bahwa dia akan menikah dengan Ratminah, Dan Gemblung pun terkejut dia berfikir apakah Baridin sudah gila kalu dia mau manikah sama Ratminah.. Gemblung  pun menasehati Baridin untuk membatalkan niatnya menikah sama Ratminah karena tidak akan tercapai keinginannya itu. Aka tetapi Baridin pun tidak menghiraukannya, tetapi Gemblung sebagai sahabat sejati dia cuma bisa berdoa agar apa yang di cita-citakan oleh temanya itu tercapai.... Setelah itu Gemblung pun bergegas pergi meninggalkan Baridin.

Di lain waktu Baridin pun sedang berhayal bahwa cita-citanya dia akan menikah dengan Ratminah pasti tercapai... alangkah senangnya Baridin saat itu..... Namun disisi lain Baridin pun gelisah karena menunggu ibunda tercintanya lama tidak kunjung datang untuk memberi kabar gembira... tidak lama kemudian datanglah  Mbok  Wangsih dengan wajah sedih, kecewa dan menangis... Baridin pun bingung sebenarnya apa yang Mbok Wangsih dapat dari  rumah Bapa Dam?  Lalu Ia pun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.... Mbok Wangsih pun lalu menceritakan tentang kejadiannya saat dia melamar Ratminah.... beliau cerita, bahwa dia sesampainya di rumah BapaDam, Bukannya disambut dengan senyuman malah Mbok Wangsih disangka Pengemis  yang  meminta uang sama mereka, bahkan Bapa Dam sempat memberi uang recehan pada  Mbok Wangsih namun Mbok Wangsih menolaknya karena bukan itu maksud kedatangannya (singkat cerita) lalu Mbok Wangsih pun mengatakan niatnya datang ke rumah bapadan untuk melamar Ratminah untuk anaknya yaitu Baridin...... sontak saat itu juga Bapa Dam juga Ratminah kaget "berani-beraninya kamu melamar saya, kamu nggak ngaca ya siapa kamu?  Kamu itu orang miskin yang gak punya apa-apa,tau nggak? Saya yang melamar sudah banyak bahkan semuanya orang kaya serba berlebihan, tapi tidak saya terima karena belum sebanding dengan kekayaan ayahku... najis kalau aku mau menerima lamaranmu "cuih" bahkan Ratminah pun meludahi Mbok Wangsih..... begitulah ceritanya yang Mbok Wangsih alami saat melamar Ratminah.

Dan Mbok Wangsih pun marah-marah kepada Baridin,  karena Baridin telah mencoreng-coreng muka ibunya karena dimohon melamar Ratminah tapi hasilnya malah cacian dan ludah yang dia dapat... Dan tanpa berat hati Mbok Wangsih pun mengusir Baridin dari rumah. Baridin pun tertunduk dan merasa sangat berdosa pada  ibunya.  Sebelum ia pergi dia pun berjanji  pada ibunya bahwa dia akan membalaskan sakit hati ibunya pada keluarga Bapa Dam juga Ratminah.  Dia bersumpah bahwa dia tidak akan memaafkan Ratminah  walau sampai mati pun. Dengan rasa sedih dan sakit hati Baridin pun pergi meninggalkan rumah.


Selepas kepergian Baridin, Mbok  Wangsih pun meras sedih dan menyesal karena telah mengusir Baridin dari rumah.....Disi lain Baridin pun terus berjalan menyusuri jalanan yang terjal dan tanpa arah dia terus berjalan... di tengah perjalanan dia bertemu dengak Gemblung, lalu Gemblung pun bertanya, lalu Baridin pun cerita tentang kepergiannya dari  rumah.... (singkat cerita) Lalu Gemblung pun merasa sakit hati karena teman sejatinya ditolak bahkan sampai dihina oleh keluarga Ratminah lalu dia pun memberikan Jampi-jampi/do'a/bacaan  mantra, yaitu Ajian Kemat Jaran Goyang  yang dia peroleh dari orang tuanya yang sudah meninggal,  mantra itu untuk menggaet wanita agar dia tunduk dan bisa jadi wanita itu jadi gila karena tergila-gila. Dan akhirnya Baridin pun mau untuk menjalankan ritual mantra itu dengan hati putus asa dan nekat,dia rela mati demi tercapainya ritualnya itu.

Setelah 40 Hari
Baridin melakukan ritual itu selama 40 hari, Baridin merasa sangat tersiksa dan lemas karna selama 40hari dia tidak makan dan minum, se'akan badanya terasa mati.... Namun di sisi lain Ratmina yang merasa terkena Ajian Kemat Jaran goyang, dia merasakan bahwa dia sangat kehilangan dan menyesal atas perbuatanya kepada Baridin dan ibunya. Dia selalu teringat sama Baridin dan dia selalu ingin bertemu Baridin, bahkan dia berani mengajak ayahnya untuk mencari Baridin dan dia bilang dia akan mencari Baridin sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya. Sontak saja Bapa Dam terkejut atas tingkah anaknya yang selalu memanggil nama Baridin.  Keesokan harinya Ratminah pun pergi dari rumah dan dia terus menyebut nama Baridin, tanpa arah dia berjalan demi menemukan Baridin... dan lama-lama Ratminah pun jadi gila karena terkena Ajian Kemat Jaran goyang yang dilakukan sama Baridin. Di sisi lain Baridin terus bekerja membajak sawahnya Mang  Bunawas walaupun apa yang dia rasakan saat itu sungguh sangat menyakitkan,  Mang Bunawas pun merasa kasihan terhadap Baridin, Mang Bunawas tahu kalau Baridin sedang menjalankan ritual itu, dia berusaha untuk membatalkan  ritualnya itu karena dia merasa kasihan, dia membawa nasi untuk Baridin agar dia berbuka ritual puasanya, namun Baridin menolak, Dan Gemblung juga sebagai sahabat sejatinya membujuk agar Baridin menghentikan ritual puasanya namun tidak dihiraukan juga. Akan tetapi Gemblung juga sempat mengasih kabar gembira buat Baridin,Bahwa Cita-citanya tercapay untuk membuat Ratminah  menjadi gila. Baridin pun merasa senang dan sangat puas atas tercapainya apa yang dia inginkan.

Selang  beberapa waktu kemudian datanglah seorang wanita yang berpakaian acak-acakan menghampiri Baridin, yang tidak lain adalah Ratminah yang sekarang sudah menjadi gila. Dan Ratminah pun memohon kepada Baridin agar dia mau pulang dan menikah denganya, namun Baridin tetap kukuh dalam pendirian nya, bahkan dia bilang pada Ratminah "Kamu itu orang gila masa kamu ingin menikah dengan sayaorang waras, Kamu itu cocoknya menikah dengan orang gila.” dan dia juga bilang "Mana kesombonganmu dulu, mana kecantikanmu dulu” akan tetapi Rratminah pun terus menerus mengajak Baridin pulang dan menikah denganya.namun Baridin tidak menghiraukannya. Dan akhirnya Ratminah mungkin sudah merasa lelah capek dan lemas karena tidak makan, Ratminah pun terkulai lemas di pangkuan Baridin dan dia berkata "Aku sudah tidak kuat lagi" dan akhirnya Ratminah pun menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Baridin. Baridin pun terkejut dan dia berteriak minta tolong sama warga yang sedang berada di sawah,  lalu warga pun berbondong datang.


Selang Beberapa Jam Kemudian
Baridin juga merasa seluruh badanya lemas dia pun mulai terkulai lemas dan nafasnya tersengal-sengal, Gemblung pun merasa kaget karena melihat nafas Baridin tersengal-sengal dan melihat mata Baridin sudah mulai putih dia pun minta tolong kepada warga bahwa Baridin au meninggal. Tetapi akhirnya sebelum Baridin menghembuskan nafas terahirnya, Beliau menitip pesan kepada seluruh perempuan terutama yang cantik dan yang masih sendirian (belum menikah) "Jangan sekali-kali menolak lamaran seorang laki-laki dengan cara kasar, tolaklah secara lembut dan bilang pada si laki-laki, kalau kita tidak jodoh kita bisa jadi saudaraan saja.” Terima kasih atas perhatiannya, sekian kisah ini sampai disini tamat.

Wassalamu'alaikum......

Sumber : Google Wikipedia dan Wiralodra News.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...