KISAH
ABDULLAH BIN UMAR
Orientasi
Abdullah bin Umar bin Khattab (Arab:
عبد الله
بن عمربن الخطاب) atau sering disebut Abdullah
bin Umar atau Ibnu Umar saja (lahir 612 - wafat 693/696 atau
72/73 H) adalah seorang sahabat Nabi
dan merupakan periwayat hadits yang terkenal. Ia adalah anak dari Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang kedua.
Biografi
Ibnu
Umar masuk Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah
ke Madinah
bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar,
namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang
diikutinya adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far bin Abu
Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah
(Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta
daerah lainnya di Afrika.
Khalifah
Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk
menjabat sebagai hakim, tetapi ia tidak mau menerimanya. Setelah Utsman
terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah,
tetapi ia juga menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu
Sufyan. Ia
cenderung menjauhi dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu telah menjadi
penguasa Makkah.
Periwayat Hadits
Ibnu
Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadist terbanyak kedua setelah Abu Hurairah,
yaitu sebanyak 2.630 hadits, karena ia selalu mengikuti kemana Rasulullah
pergi. Bahkan Aisyah istri Rasulullah
pernah memujinya dan berkata :"Tak seorang pun mengikuti jejak
langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya,
seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati
dalam meriwayatkan hadist Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, ia
senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah
Rasulullah, karenanya ia tidak mau melakukan ijtihad.
Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada
kesempatan lainnya. Di antara para Tabi'in,
yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah anaknya Salim dan hamba sahayanya, Nafi'.
Pujian dari Sahabat
Kesalehan
Ibnu Umar sering mendapatkan pujian dari kalangan sahabat Nabi dan kaum
muslimin lainnya. Jabir bin Abdullah berkata: " Tidak ada di antara
kami disenangi oleh dunia dan dunia senang kepadanya, kecuali Umar
dan putranya Abdullah." Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan: "Ibnu
Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar hidup pada masa banyak
orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibnu Umar hidup pada masa yang tidak
ada seorang pun yang sebanding dengan dia".
Ibnu
Umar adalah seorang pedagang sukses dan kaya raya, tetapi juga banyak berderma.
Ia hidup sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia kehilangan
pengelihatannya pada masa tuanya. Ia wafat dalam usia lebih dari 80 tahun, dan
merupakan salah satu sahabat yang paling akhir yang meninggal di kota Makkah.
Sumber
: Google Wikipedia
Teladan: Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma Senantiasa
Menginfakkan Apa yang Ia kagumi
Dari Nafi’ pelayan Ibnu Umar berkata, “Apabila Ibnu Umar sangat mengagumi sesuatu dari hartanya, niscaya ia akan mempersembahkannya kepada Allah Ta’ala.” Nafi’ berkata, “Dan hamba sahayanya mengetahui akan hal itu lalu ada salah seorang dari budak-budaknya bersemangat untuk beribadah di masjid, dan ketika Ibnu Umar melihat keadaan dirinya yang bagus tersebut, maka dia memerdekakan hamba tersebut, namun para sahabatnya berkata kepadanya, ‘Wahai Abu Abdurrahman, demi Allah, tidaklah mereka itu kecuali hanya membohongimu.’ Ibnu Umar menjawab, ‘Barangsiapa yang berdusta terhadap kami karena Allah niscaya kami tertipu karenaNya’.” ( Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam al-Hilyah, 1/294)
Dari Nafi’ pelayan Ibnu Umar berkata, “Apabila Ibnu Umar sangat mengagumi sesuatu dari hartanya, niscaya ia akan mempersembahkannya kepada Allah Ta’ala.” Nafi’ berkata, “Dan hamba sahayanya mengetahui akan hal itu lalu ada salah seorang dari budak-budaknya bersemangat untuk beribadah di masjid, dan ketika Ibnu Umar melihat keadaan dirinya yang bagus tersebut, maka dia memerdekakan hamba tersebut, namun para sahabatnya berkata kepadanya, ‘Wahai Abu Abdurrahman, demi Allah, tidaklah mereka itu kecuali hanya membohongimu.’ Ibnu Umar menjawab, ‘Barangsiapa yang berdusta terhadap kami karena Allah niscaya kami tertipu karenaNya’.” ( Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam al-Hilyah, 1/294)
Ayyub bin Wa’il berkata, “Ibnu Umar diberikan sepuluh ribu riyal lalu ia membagi-bagikan harta tersebut, lalu keesokan harinya ia meminta makanan untuk binatang yang dikendarainya dengan harga satu dirham utang,” (Shifat ash-Shafwah)
Dan dari Nafi’ ia berkata, “Apabila Ibnu
Umar membagi-bagikan tiga puluh ribu dalam suatu majelis, kemudian tiba bulan
baru, pastilah ia tidak makan sepotong daging pun.” (Hayat ash-Shahabah).
Abu Nuaim meriwayatkan dari Muhammad bin Qais, ia berkata, “Tidaklah Abdullah
bin Umar radhiallahu ‘anhuma makan kecuali bersama orang-orang miskin,
hingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan tubuhnya.” Dan dari Abu Bakar bin
Hafsh, “Bahwasanya tidaklah Abdullah bin Umar makan dengan suatu makanan
kecuali bersama seorang anak yatim.”
Dari Said bin Hilal berkata, “Abdullah bin
Umar radhiallahu ‘anhuma sangat menginginkan makan ikan, namun
orang-orang tidak menemukan ikan tersebut kecuali satu ekor saja, lalu istrinya
menghidangkannya untuk dirinya, namun setelah masakan ikan itu diletakkan di
hadapannya, datanglah seorang miskin di depan pintu, lalu Ibnu Umar berkata,
‘Berikanlah ikan tersebut kepadanya,’ istrinya pun berkata, ‘Subhanallah,
kita dapat memberinya satu dirham, sedangkan engkau, makan saja ikan tersebut.’
Dia berkata, ‘Tidak, karena Abdullah bin Umar (maksudnya adalah dirinya)
menyukai ikan tersebut, dan tatkala Ibnu Umar telah menyukai sesuatu niscaya
dia tinggalkan hal itu untuk Allah sebagai suatu sedekah’.” Dinukil dari, “Keajaiban
Sedekah dan Istighfar”, karya Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam, edisi
terjemah cetakan Pustaka Darul Haq (alsofwah.or.id)
Kisah Ibnu
Umar radhiallahu’anhu, Penakluk Singa yang Ahli Sedekah
Ibnu
Umar radhiallahu’anhu (Abdullah bin Umar), sejak masih kecil telah masuk Islam,
bersama dengan ayahnya Umar bin Khattab radhiallahu’anhu. Kemana pun Rasulullah
pergi, ia sering turut menyertainya. Ibnu Umar memang tercatat masih ipar
Rasulullah, karena saudari kandungnya yang bernama Hafsah binti Umar menjadi
istri Rasulullah. Ibnu Umar berusaha mencontoh sifat dan kebiasaan Rasulullah,
seperti cara memakai pakaian, makan, minum, bergaul, dan sebagainya. Beliau
juga dikenal sebagai salah seorang sahabat Rasulullah, yang banyak meriwayatkan
hadits, diperkirakan ada sekitar 2.630 hadits yang ia sampaikan.
Kisah Ibnu
Umar radhiallahu’anhu, Penakluk Singa yang Ahli Sedekah
Ibnu Umar radhiallahu’anhu (Abdullah bin Umar), sejak
masih kecil telah masuk Islam, bersama dengan ayahnya Umar bin Khattab
radhiallahu’anhu. Kemana pun Rasulullah pergi, ia sering turut menyertainya.
Ibnu Umar memang tercatat masih ipar Rasulullah, karena saudari kandungnya yang
bernama Hafsah binti Umar menjadi istri Rasulullah. Ibnu Umar berusaha
mencontoh sifat dan kebiasaan Rasulullah, seperti cara memakai pakaian, makan,
minum, bergaul, dan sebagainya. Beliau juga dikenal sebagai salah seorang
sahabat Rasulullah, yang banyak meriwayatkan hadits, diperkirakan ada sekitar
2.630 hadits yang ia sampaikan.
Ibnu Umar, Ahli Sedekah
Ibnu Umar termasuk orang yang hidup sejahtera, ia
dikenal seorang saudagar yang sukses. Namun harta yang melimpah, selalu ia
bagi-bagikan sebanyak-banyaknya kepada fakir miskin dan anak yatim. Ayub bin
Ma’il Ar Rasibi bercerita, Ibnu Umar pernah membagi-bagikan sedekah senilai
4.000 dirham, lalu pada keesokan harinya ia berhutang 1 dirham, untuk membeli
makanan bagi hewan yang dikendarainya. Abu Nuaim meriwayatkan dari Muhammad bin
Qais, ia berkata, “Tidaklah Abdullah bin Umar makan, kecuali bersama
orang-orang miskin, hingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan tubuhnya.”
Ibnu Umar, Penakluk Singa
Pada
suatu ketika, kafilah dagangnya terhalang seekor singa. Kemudian Ibnu Umar,
turun dari untanya, lantas berjalan ke arah singa itu. Tanpa rasa takut
sedikitpun, dalam jarak yang sangat dekat, Ibnu Umar menggosok telinga sang
singa, seolah-olah ia sedang bernegosiasi. Dan tidak lama kemudian,
menyingkirlah singa itu dari tengah jalan. Seseorang yang mengetahui peristiwa
itu merasa takjub. Ia kemudian bertanya, ”Bagaimana caranya agar singa
itu tidak menerkam Anda?” Ibnu Umar menjawab bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah bersabda, “Jika manusia hanya takut kepada Allah, maka tidak ada hal
lain yang bisa menguasainya.” Kisah Ibnu Umar menaklukkan Singa, tercatat dalam
kitab Thabaqah karya Al-Munawi dan diceritakan oleh Al-Subki dalam kitab
Hujjatullah ‘ala al-Alamin.
Wallahu
a’lamu bishshawab
Kisah Sahabat Nabi: Abdullah
bin Umar, Menghindari Jabatan dan Anti Kekerasan
Abdullah
bin Umar sangat bergairah ketika panggilan jihad berkumandang. Namun sungguh
suatu keanehan, ia juga anti kekerasan, terlebih ketika yang bertikai adalah
sesama golongan Islam. Kendati berulangkali mendapat tawaran berbagai
kelompok politik untuk menjadi khalifah, namun tawaran itu ditolaknya. Hasan ra
meriwayatkan, tatkala Utsman bin Affan terbunuh, sekelompok umat Islam
memaksanya menjadi khalifah. Mereka berteriak di depan rumah Ibnu Umar,
"Anda adalah seorang pemimpin, keluarlah agar kami minta orang-orang
berbaiat kepada anda!"Namun Ibnu Umar menyahut, "Demi Allah,
seandainya bisa, janganlah ada darah walau setetes pun tertumpah disebabkan
aku."
Massa di luar mengancam, "Anda harus keluar, atau
kalau tidak, kami bunuh di tempat tidurmu!"
Diancam begitu Ibnu Umar tak tergerak. Massa pun
bubar. Sampai suatu ketika, datang lagi ke sekian kali tawaran menjadi
khalifah. Ibnu Umar mengajukan syarat, yakni asal ia dipilih oleh seluruh kaum
Muslimin tanpa paksaan. Jika baiat dipaksakan sebagian orang atas sebagian yang
lainnya di bawah ancaman pedang, ia akan menolak. Saat itu, sudah pasti syarat
ini takkan terpenuhi. Mereka sudah terpecah menjadi beberapa firqah (kelompok),
bahkan saling mengangkat senjata. Ada yang kesal lantas menghardik Ibnu Umar.
"Tak seorang pun lebih buruk perlakuannya terhadap manusia kecuali
kamu," kata mereka. "Kenapa? Demi Allah, aku tidak pernah menumpahkan
darah mereka tidak pula berpisah dengan jamaah mereka, apalagi memecah-mecah
persatuan mereka?" jawab Ibnu Umar heran. "Seandainya kau mau menjadi
khalifah, tak seorang pun akan menentang". "Aku tak suka kalau dalam
hal ini seorang mengatakan setuju,
sedang yang lain tidak. "Ketika Muawiyah II, putra Yazid bin Muawiyah,
menduduki jabatan khalifah, datang Marwan menemui Ibnu Umar. "Ulurkan
tanganmu agar kami berbaiat. Anda adalah pemimpin Islam dan putra dari
pemimpinnya." "Lantas apa yang kita lakukan terhadap orang-orang
bagian timur?"
"Kita gempur mereka sampai mau berbaiat."
"Demi Allah, aku tidak sudi dalam umurku yang
tujuh puluh tahun ini, ada seorang manusia yang terbunuh disebabkan
olehku," kata Ibnu Umar. Penolakan Ibnu Umar ini karena ia ingin netral di
tengah kekalutan para pengikut Ali dan Muawiyah. Sikap itu diungkapkannya
dengan pernyataan, "Siapa yang berkata, 'marilah shalat', akan kupenuhi.
Siapa yang berkata 'marilah menuju kebahagiaan' akan kuturuti pula. Tetapi
siapa yang mengatakan 'marilah membunuh saudara kita seagama dan merampas
hartanya', maka saya katakan, tidak!"
Hal ini bukan karena Ibnu Umar lemah, tapi karena ia
sangat berhati-hati, dan amat sedih jika umat Islam terpecah dalam beberapa
golongan. Ia tak suka berpihak pada salah satunya. Meskipun pada akhirnya ia pernah berkata,
"Tiada sesuatu pun yang kusesalkan karena tidak kuperoleh, kecuali satu
hal, aku amat menyesal tidak mendampingi Ali memerangi golongan
pendurhaka." Seseorang menggugatnya, kenapa ia tidak membela Ali dan pengikutnya
jika ia merasa Ali di pihak yang benar. Ibnu Umar menjawab, "Karena Allah
telah mengharamkan atasku menumpahkan darah Muslim."
Sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar