Rabu, 17 Oktober 2018

KISAH JIN IFRIT


KISAH JIN IFRIT

Orientasi
Ifrit adalah jin yang melakukan kedurhakaan yang sangat besar kepada Tuhan yang telah menciptakannya.  Ifrit adalah termasuk ke dalam golongan setan, karena senang berbuat jahat kepada manusia.  Ifrit adalah makhluk halus yang memiliki umur yang sangat panjang yang bisa hidup hingga hari kiamat tanpa mengalami kematian.  Jin ifrit menjadi jahat dan melawan perintah Tuhannya ketika ifrit diperintahkan untuk sujud kepada manusia pertama yaitu Nabi Adam AS.  Sejak saat itulah jin ifrit mulai berusaha menghancurkan hidup manusia setelah mendapatkan persetujuan dari Allah SWT.

Dasar Dalil Kehebatan Kekuatan / Kemampuan Jin yang Luar Biasa : Firman Allah SWT lewat Ayat Al-Qur'an : “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.” (QS. An Naml: 39-40).

Berbagai Kelebihan, Kehebatan, Kekuatan Setan Jin Ifrit dalam Memindahkan Benda :
Ø Mampu Bergerak Sangat Cepat Pindahkan Benda
Ada kemungkinan jin ifrit bisa bergerak cepat dengan membawa suatu benda yang sangat besar nan berat.  Hal tersebut adalah sesuatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan oleh manusia normal kecuali telah menguasai ilmu pengetahuan tertentu yang hingga pada saat ini belum bisa dilakukan.  Kemampuan jin untuk mengatahui segala ilmu pengatahuan yang pernah dimiliki manusia begitu hebat karena setiap manusia yang pernah lahir hidup di dunia memiliki setan jin yang terus melakukan spionase.

Karena kecerdikan dan kelicikan jin ifrit dan kawan-kawan dalam meracik teknologi manusia, teknologi jin dan teknologi Allah SWT yang pernah dicuri dari langit di masa lalu, ada kemungkinan bahwa jin ifrit telah memiliki teknologi yang sangat canggih untuk bergerak cepat memabawa objek besar walaupun terjadinya ribuan tahun yang lalu.  Jadi amatlah sangat tidak mengherankan jika jin memilki kemampuan yang canggih dalam berbagai bidang termasuk dalam hal melakukan tipu daya terhadap manusia, karena memang jin kemungkinan memiliki umur yang panjang sehingga pengalaman yang dimiliki menjadi sangat banyak sekali.

Ø Cerdik Dalam Hal Tipu Daya Memindahkan Benda
Dari ayat di atas memang terlihat seolah-olah jin ifrit memiliki kemampuan yang sangat luar biasa dalam memindahkan objek yang besar dan berat dalam waktu yang amat sangat singkat.  Namun bukanlah sesuatu hal yang tidak mungkin jika hal tersebut adalah suatu tipu daya saja.  Bisa saja yang terjadi adalah jin iprit telah memindahkan objek besar tersebut sesuai dengan kemampuannya pada dimensi yang berbeda sehingga tidak dapat terlihat oleh mata manusia.  Kemudian setelah berbicara barulah tabir yang menutupi objek besar tersebut dibuka dengan menggunakan teknologi canggih milik bangsa jin.

Jin yang jahat (setan) adalah makhluk gaib yang tidak bisa dipercaya sama sekali ucapannya.  Percuma berbicara dengan mereka, toh mereka akan melakukan tipu daya secara terus-menerus walaupun sudah terdesak.  Mungkin hanya nabi saja yang bisa tahu kebenaran dari suatu perkataan jin setan.  Itulah mengapa para perukyah sering membunuh jin yang mengganggu manusia ketika jin tetap membandel dan tetap melakukan tipu dayanya dalam membuat manusia menderita di dunia dan di akhirat.  Setan baik dari golongan jin maupun manusia adalah musuh yang nyata bagi manusia, baik manusia yang baik maupun yang sama jahatnya dengan setan jin sekali pun.

Itulah dua hal yang mungkin bisa kita dapatkan dari Alquran surat An-Naml ayat 39 dan ayat 40.  Yang jelas kita harus mewaspadai segala bentuk tipu daya setan, baik setan manusia maupun setan jin.  Jin biasa kita sebut dengan sebutan hantu, setan, makhluk gaib, makhluk halus, spirit, khodam, penampakan, dan lain sebagainya harus kita jadikan musuh yang nyata kita mereka berbuat jahat pada manusia.  Jin memang ada yang baik, namun pada umumnya jin yang baik tidak melakukan melakukan hubungan dengan manusia apalagi sampai melakukan persekutuan dengan manusia.  Saat ini ada banyak paranormal yang menjual setan goib untuk "membantu" manusia dalam kemasan baru yang terlihat lebih modern sehingga kita patut waspadai.  Semoga kita selalu terlindung dari keburukan setan jin dan setan manusia, amin.

Kisah Jin Ifrit dan Ashif Bin Barkhaya pada masa Nabi Sulaiman, a.s
Al-Qur’an pernah menceritakan kepada kita bahwa ada manusia yang memiliki kekuatan spiritual dengan  mampu mengalahkan kekuatan fisik yang dimiliki oleh Jin. Orang tersebut pernah hidup pada zaman Nabi Sulaiman a.s., hamba Allah tersebut bernama Ashif bin Barkhaya. Kisah tentang kehebatan Ashif bermula pada suatu hari Nabi Sulaiman mencari seekor burung bernama Hud-Hud, sebab burung tersebut tak ada di tempat biasa dia berada beserta burung-burung yang lainnya. Nabi Sulaiman terus mencari burung tersebut namun tak kunjung ketemu, Nabi Sulaiman pun menjadi geram. “Sungguh aku akan menghukumnya dengan hukuman yang berat atau bahkan akan menyembelihnya, jika dia tidak datang dengan membawa suatu alasan yang tepat”, demikian kata Sulaiman.

Lama terus menunggu burung Hud-Hud, tak lama kemuadian burung itupun datang dengan membawa suatu kabar yang penting. Burung tersebut menghampiri Sulaiman sembari berkata, “Sungguh aku mengetahui satu hal yang belum anda ketahui Tuan! Di Negeri Saba’ sana ada sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang wanita. Di sana aku melihat betapa kenikmatan Allah telah disalah gunakan dengan kesesatan dimana mereka menyembah matahari, setan-setan merasuki kepribadian mereka. Hingga apa yang mereka perbuat sangat jauh dari jalan Allah”. Wanita yang dimaksud oleh burung Hud-Hud tersebut adalah Ratu Bilqis. Seorang ratu yang memerintah sebuah kerajaan bernama negeri Saba’, ratu ini beserta seluruh penduduknya menyembah matahari dan musyrik kepada Allah.

Mendengar kabar dari burung Hud-Hud, sejenak Nabi Sulaiman terdiam antara percaya dan ragu akan sebuah kabar yang dibawa oleh seekor burung tersebut (yang sekarang sudah tidak ada lagi keturunannya itu). “Aku tak bisa mempercayai begitu saja kabar yang kau bawa. Untuk itu, pergilah kau sekarang ke negeri itu dan berikanlah sepucuk surat ini padanya, kemudian perhatikan apa reaksi mereka”, kata Sulaiman kepada Hud-Hud. Dan Hud-Hud pun pergi membawa surat dari Nabi Sulaiman ke negeri Sabaiyah dan menyampaikannya kepada Ratu Bilqis. Sesampainya disana, Hud-Hud langsung memberikannya kepada ratu Saba’ itu.

Sesaat ratu Bilqis langsung membacanya, “Ini adalah sepucuk surat dari Sulaiman. Dia meminta agar kita takluk dan berlutut kepadanya!”, kata ratu Bilqis kepada para menterinya. Dia merasa bingung sembari meminta saran, kebijakan apa yang harus dia ambil menanggapi surat Nabi Sulaiman tersebut. “Tolong berikanlah masukan, saran dan pendapat apa yang harus aku lakukan dengan isi surat ini!”. Sesaat suasana menjadi hening, dan seseorang pembesar kerajaan mencoba memberikan saran, “Kita adalah sebuah negeri yang mempunyai kekuatan besar dan punya keberanian dalam hal perang.

Untuk itu, hamba sarankan kepada paduka ratu untuk mempertimbangkan lagi jika ingin takluk kepada mereka. Tapi bagaimana pun, semua keputusan akhir ada di tangan paduka!”. Sejenak ratu Bilqis terdiam, pandangannya menerawang jauh ke angkasa. “Aku tak ingin berperang, tidak! Karena sesungguhnya jika seorang raja telah memasuki suatu negeri, mereka akan membinasakan negeri tersebut, mereka akan menjadikan orang-orang yang mulia menjadi hina!”. Para pembesar kerajaan terdiam dan tertunduk, tak ada satupun dari mereka yang mencoba memberi masukan lagi.

Kemudian sang ratu berkata, “Begini saja. Aku akan mengirimkan utusan untuk menghadap Sulaiman, aku akan memberinya hadiah. Kita lihat saja nanti, bagaimana tanggapan raja itu!”. Mendengar ide sang ratu, akhirnya seluruh pembesar kerajaan setuju dan berangkatlah beberapa utusan dengan membawa beberapa hadiah sekaligus harapan semoga Sulaiman akan senang menerimanya. Namun semuanya tak berjalan sesuai harapan. Karena saat utusan tersebut memberikan hadiah kepada Sulaiman, Nabi Sulaiman menolak pemberian dari Ratu Saba’ tersebut dan bahkan Nabi Sulaiman berbalik mengancam.

“Apakah patut bagi kalian memberi hadiah kepadaku, padahal Allah telah menganugerahkan kenikmatan-Nya yang sangat besar kepadaku!. Kembalilah dan katakan kepada ratu kalian, bahwa aku akan datang kesana dengan membawa sejumlah bala tentara yang kalian takkan sanggup melawannya. Bahkan aku akan mengusir kalian dari negeri Saba’ sebagai orang-orang yang hina, jika memang kalian menolak berserah diri sebagai seorang yang beriman kepada Allah”, demikian ancaman Sulaiman.

Dengan raut wajah penuh kecewa, para utusan dari negeri Saba’ pun kembali ke kerajaannya. Dan bersamaan kembali utusan-utusan dari Saba’ itu, diam-diam Sulaiman merencanakan sesuatu. Dihadapan para pembesar kerajaan beliau berkata, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kalian yang sanggup membawa singgasana ratu Bilqis ke sini sebelum dia datang kepadaku sebagai orang yang berserah diri?”, tanya Nabi Sulaiman.

Bukan main, sungguh suatu rencana yang tak tak masuk akal. Jangankan memindahkannya, menggeser pun rasanya tak akan mungkin. Kesimpulannya, permintaan Nabi Sulaiman tak masuk akal dan tidak bisa diterima secara logika, namun apakah yang tak masuk akal mustahil terjadi di dunia? Lalu siapakah yang mempunyai kesanggupan untuk memindahkan singgasana Ratu Bilqis dari negeri Saba’ ke kerajaan Sulaiman yang jaraknya begitu sangat jauh? Sekali lagi, bahwa tidak semua yang tak masuk akal itu tak bisa terjadi di dunia. Atas permintaan Sulaiman, Ifrit, salah satu makhluk dari bangsa jin menyampaikan kesanggupannya. “Aku akan membawa singgasana itu kemari sebelum Anda berdiri dari tempat duduk. Sungguh aku memiliki kekuatan untuk itu, percayalah!”. sahut Ifrit.

Pernyataan tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an, Surat An-Naml ayat 39.
“Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya, akupun bisa dipercaya” (QS. An-Naml: 39)

Luar biasa! Kekuatan apakah yang digunakan oleh jin ifrit?. Entahlah yang jelas, sebelum Sulaiman memberikan ijin kepada Ifrit berangkat untuk memindahkan singgasana itu, tiba-tiba ada salah seorang yang menyatakan kesanggupannya dan bahkan melebihi apa yang dijanjikan Ifrit kepada Nabi Sulaiman.
Siapakah dia?. Al-Qur’an mengisahkan;
“Berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip” (QS. An-Naml: 40)
“Saya akan membawa singgasana ratu Bilqis kemari sebelum matamu berkedip!” sahut salah seorang tersebut. Subhanallah!. Siapakah dia? Manusia macam apakah yang mempunyai kesanggupan seperti itu?. Kekuatan macam apakah yang dia miliki hingga sanggup memboyong sebuah bangunan singgasana dalam hanya sekejap mata?.

Dialah Ashif bin Barkhaya, seorang kaki tangan sekaligus salah satu orang kepercayaan Nabi Sulaiman. Al-Qur’an menyebutnya sebagai seorang yang mempunyai (rahasia) ilmu dari Al-Kitab (indahu ‘ilmun minal kitab). Para ahli tafsir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-Kitab di sini adalah kitab Taurat dan Zabur. Dia seorang hamba yang shalih yang mempunyai kedekatan luar biasa dengan Allah, seakan-akan tak ada lagi batas antara dia dengan-Nya. Saking dekatnya, Allah menganugerahkan satu kekuatan dan kemampuan luar biasa yang tidak dimiliki orang lain disekitarnya. Dialah manusia yang memiliki kekuatan akal sekaligus kekuatan spiritual.

Begitulah, dan dalam sekejap mata sebelum Nabi Sulaiman matanya berkedip saat itu juga singgasana ratu Bilqis telah berpindah tempat berada dihadapan Nabi Sulaiman. Peristiwa tersebut sontak membuat mata setiap orang yang berada di sana menjadi terbelalak takjub, heran dan tercengang, seolah-olah mereka tidak percaya akan pemandangan yang tak masuk akal itu. Nabi Sulaiman sendiri saat melihat keajaiban itu hanya bisa mengatakan; “Sungguh, ini adalah karunia dari Allah untuk menguji apakah aku termasuk orang yang bersyukur atau malah termasuk orang yang kufur terhadap nikmat-Nya”.

Bukan hanya Nabi Sulaiman, ratu Bilqis pun demikian. Dia merasa terkejut sekaligus takjub yang luar biasa ketika melihat singgasananya berada di tempat Nabi Sulaiman. Saat itu ratu Bilqis memenuhi panggilan Nabi Sulaiman untuk detang ke kerajaannya. Nabi Sulaiman bertanya kepadanya, “Seperti inikah singgasanamu?”. Sambil mendekatinya dan meyakinkan hati ratu Bilqis berkata, “Sepertinya, ya!”. Nabi Sulaiman pun tersenyum melihat reaksi ratu dari negeri Saba’ tersebut. Dan akhirnya seorang ratu dari negeri Saba’ itu pun takluk dihadapan Nabi Sulaiman, ratu Bilqis menyatakan diri untuk beriman kepada Allah bahkan bersedia dipersunting oleh Nabi Sulaiman sebagai istri.

Itulah kisah tentang kemampuan dua makhluk ciptaan Allah yang berbeda bangsa, Jin Ifrit dan Ashif bin Barkhaya telah diabadikan dalam Al-Qur’an yang mana keabsahan ceritanya tak diragukan lagi. Kisah tersebut adalah kisah yang haq, bukan dongeng atau kisah-kisah fiktif lainnya. Dimana kemampuan luar biasa yang dimiliki Ashif bukan sihir, magic ataupun sulap yang bisa mengelabuhi kita. Kemampuan tersebut adalah sebuah anugerah dari Allah dalam bentuk karomah. Dan seperti itulah jika manusia yang shalih yang telah berserah diri kepada Allah dengan mendayagunakan kekuatan spritualnya, semuanya tak akan mampu menandinginya, termasuk makhluk dari bangsa jin yang memiliki kekuatan yang luar biasa.

Nabi Sulaiman A.S. merupakan antara nabi yang yang memiliki mukjizat seperti mampu berkomunikasi dan melihat jin dan sebagainya. Antara mukjizat lain yang diberikan oleh Allah SWT pada Nabi Sulaiman a.s. adalah tertulis pada cincinnya namanya dan nama Allah SWT. Adapun setiap sesuatu yang tertulis padanya nama para Nabi dan nama Allah tidak boleh dibawa ke sebarang tempat seperti tempat-tempat yang hina seumpama tandas, tempat-tempat maksiat dan seumpamanya juga tidak boleh dipakai ketika tidur dan ketika berhadas besar.

Kerajaan Nabi Sulaiman a.s. masyhur serta luas kekuasaannya sehingga anginpun tunduk atas segala perintahnya. Maka ini memudahkan Nabi Sulaiman a.s. untuk pergi ke suatu tempat yang dihajati dengan tidak perlu berkenderaan. Cukup sekadar memerintahkan angin membawanya terbang di atas permaidani sekiranya baginda yang diiringi oleh pembesar-pembesar kerajaannya mahu menziarahi daerah kekuasaan baginda yang luas itu.

Pada suatu hari, Nabi Sulaiman a.s. bersama pembesar-pembesar kerajaannya pergi menziarahi salah sebuah daerah kekuasaan baginda dengan berkenderaan permaidani yang diterbangkan angin sehingga baginda melalui sebuah perkampungan nelayan yang terletak di tepi laut. Ketika itu kelihatan penduduknya sedang menjemur ikan. Di antaranya terdapat gadis-gadis yang turut serta menjemur ikan. Dari kalangan para gadis itu, ada seorang gadis yang amat hitam rupanya dan tidak menarik perhatian kaum lelaki.

Apabila Nabi Sulaiman a.s. dan para pembesarnya melalui tempat itu, maka penduduk kampung menjadi kehairanan kerana tiba-tiba sahaja cuaca menjadi redup. Lalu merekapun mendongak dan mendapati rombongan Nabi Sulaiman a.s. sedang melalui kawasan itu. Sedang mereka dalam keadaan itu, berkatalah gadis yang hitam rupanya tadi: “Alangkah bahagianya aku sekiranya aku menjadi permaisuri Nabi Sulaiman a.s.”

Apabila teman-temannya yang lain mendengar ucapan gadis itu, mereka lalu mentertawakannya dan mengejeknya dengan kata-kata menghiris hati: “Wahai gadis tidak tahu diri, sesungguhnya hasratmu sekadar impian. Rupamu yang hitam langsung tidak menarik perhatian. Inikan pula mahu bersuamikan Nabi Sulaiman yang hebat kedudukannya. Sedangkan kami yang mempunyai wajah menarik tidak bercita-cita untuk menjadi permaisuri baginda. Apakah engkau tidak sedar bahawa orang-orang lelaki di kampung kita inipun belum tentu mahu beristerikan engkau yang hitam legam lagi tidak menarik hati? Cukuplah engkau berangan-angan!” Riuh rendahlah suara mereka mentertawakan si gadis hitam tadi.

Mendengarkan cemuhan dan hinaan mereka, merasa sayulah hati gadis yang malang itu. Dirinya ibarat pungguk merindukan bulan. Rupa yang buruk tidak dipinta. Akhlah yang baik lebih utama. Setelah Nabi Sulaiman a.s. bersama pembesar-pembesarnya selesai dari menjelajah ke daerah kekuasaan baginda, merekapun balik ke rumah masing-masing. Setibanya Nabi Sulaiman a.s. di istananya, baginda berhajat untuk ke tandas. Sebelum itu, baginda melucutkan cincin yang bertuliskan nama Allah dan namanya, lalu diserahkan pada isterinya.

Pada masa itulah datang jin Ifrit menyerupakan dirinya sepertimana Nabi Sulaiman a.s, lalu menemui isteri baginda dan berkata: “Wahai isteriku, ambilkan cincinku tadi.” Tanpa merasa ragu, isteri baginda menyerahkan cincin itu pada Ifrif kerana menyangka dirinya Nabi Sulaiman a.s. Apabila Nabi Sulaiman a.s. selesai melepaskan hajatnya, baginda meminta dikembalikan cincinnya tetapi isterinya berkata: “Sesungguhnya telah aku kembalikan sebentar tadi.” Nabi Sulaiman a.s. diam kehairanan. Kemudian baginda berkata: “Baru inilah aku meminta kembali cincin itu.” Tetapi isteri baginda tetap mengatakan bahawa ia telah diserahkan. Nabi Sulaiman a.s. merasa serba salah dan curiga. Kemungkinan cincin itu telah dicuri oleh seorang yang menyamar sebagai diri baginda kerana isterinya tidak mempunyai alasan untuk menyerahkan barang kepunyaannya kepada sesiapapun jua.

Adapun Ifrit setelah ia mencuri cincin tersebut, iapun masuk ke dalam istana kerajaan dan duduk di singgahsana sambil memerintah rakyat Nabi Sulaiman a.s. ke istana dan mendapati seorang yang menyerupai dirinya duduk di atas singgahsana. Maka fahamlah baginda kedudukan perkara. Lalu baginda berkata: “Wahai rakyatku sekalian, sesungguhnya akulah Sulaiman, raja kamu yang sebenar.” Jawab rakyatnya: “Tidak, raja itulah yang sedang memberi ucapan. Kamu bukan raja kami. Raja Sulaiman yang sebenar adalah dia yang duduk di kerusi singgahsana. Kamu pendusta!”

Apabila rakyatnya tidak percaya lagi pada baginda, maka baginda pun pergi meninggalkan istana, menuju dari sebuah perkampungan ke perkampungan yang lain dan menyatakan dirinya sebagai Raja Sulaiman tetapi kesemua mereka menafikannya. Akhirnya baginda pergi ke sebuah kampung nelayan yang terletak di tepi laut, lalu baginda menyatakan hajatnya untuk turut bekerja sebagai nelayan kepada seorang nelayan di tempat itu. Nelayan itu menerima hajat baginda tanpa menyedari bahawa ia sedang berhadapan dengan Raja Sulaiman.

Nabi Sulaiman a.s. menjalani kehidupannya sebagai seorang nelayan dengan baik dan baginda bekerja bersungguh-sungguh tanpa mengenal jemu dan penat sehingga menghasilkan pendapatan yang lumayan dengan nelayan itu. Pada suatu hari, ketika baginda duduk berehat menunggu waktu makan tengahari, baginda tertidur oleh sebab keletihan. Tidak lama kemudian, datanglah anak gadis nelayan tersebut membawa makanan tengahari. Berkata si nelayan kepada anaknya: “Wahai anakku, panggillah Sulaiman untuk makan tengahari bersama kita.”

Gadis tersebut pun pergilah mendapatkan baginda yang sedang tidur sambil dikipas oleh seekor ular dengan sehelai daun. Alangkah terkejutnya gadis itu melihat keadaan yang luar biasa ini, lalu segera dikhabarkan kepada ayahnya. Apabila si nelayan menyaksikan sendiri perkara itu, ia pasti baginda bukan sebarangan orang tanpa mengesyaki baginda adalah raja Sulaiman. Mereka meninggalkan baginda sendirian sehingga akhirnya baginda terjaga dari tidurnya dan merekapun menghadapi hidangan tengahari bersama-sama.

Setelah beberapa lama Nabi Sulaiman tinggal nelayan, maka nelayan itu bermaksud untuk mengahwinkan anaknya dengan baginda. Nabi Sulaiman as tidak pula menolak kehendak nelayan itu. Maka hiduplah Nabi Sulaiman a.s. bersama gadis hitam yang pernah bercita-cita untuk menjadi isterinya suatu masa dahulu sebagai suami isteri yang sah tanpa gadis itu menyedari bahawa Tuhan telah menjadikan impiannya suatu kenyataan.

Manakalah di istana yang telah ditinggalkan baginda, Ifrit menyamar sebagai Nabi Sulaiman as memberikan pengajaran yang menyesatkan manusia. Berpunca dari amarannya yang jahat itu, Ifrit tidak sanggup menyimpan cincin baginda yang dicurinya itu, kerana khianatnya cincin itu lalu dicampakkannya ke dalam laut yang kemudiannya ditelan oleh seekor ikan. Ifrit meninggalkan takhta kerajaan. Ketika itulah orang ramai baru menyedari kepalsuan orang yang selama ini mengaku dirinya Raja Sulaiman rupanya jin yang menyamar sebagai baginda.

Segala sesuatu hanya Allah swt yang menentukan.
Sebagaimana biasa, nelayan dan Nabi Sulaiman as keluar menangkap ikan sebagai memenuhi keperluan hidupnya. Kebetulan pada hari itu, masuklah ikan yang menelan cincin Nabi Sulaiman as ke dalam pukat mereka. Menjelang senja, kembalilah mereka ke rumah. Sebahagian daripada ikan yang ditangkap hari itu mereka jemur manakala sebahagian lagi dijadikan hidangan makan malam.

Tatkala isteri baginda menyiang ikan yang akan dimasak malam itu, tiba-tiba ditemui dalam perut ikan itu sebentuk cincin yang bertuliskan nama Nabi Sulaiman as dan nama Allah. Segeralah isteri baginda mengkhabarkannya. Demi melihat baginda akan cincin itu, baginda terus mengucap syukur sebanyak banyaknya kepada Tuhan kerana haknya telah dikembalikan tanpa ia duga sementara rasa kasih terhadap isterinya semakin bertambah. Setelah cincin itu disarungkan, barulah rakyat baginda meyakini bahawa baginda adalah sebenarnya Raja Sulaiman.

Nabi Sulaiman as bermaksud untuk kembali ke istana dan melihat keaaan rakyat baginda yang telah lama ditinggalkan. Baginda juga berhasrat untuk membawa isteri baginda bersama-sama tetapi merasa keberatan kerana ditakuti isterinya akan menjadi bahan ejekan berpunca dari kehitaman rupanya itu. Baginda lalu berdoa kepada Allah Taala supaya mengubah rupa isterinya yang hodoh itu menjadi cantik. Doa baginda dimakbulkan sehingga merasa cemburulah teman-teman yang pernah menghina dan mengejek isterinya dahulu. Baginda beserta isterinya kembali ke istana dengan disambut meriah oleh rakyat jelata yang telah menyedari kesilapan meraka.

Kemudian pada suatu hari, dikumpulkanlah sekalian rakyatnya, baik dari golongan manusia, jin dan juga binatang kerana Nabi Sulaiman ingin mengetahui siapakah yang telah mencuri cincin baginda dan menyesatkan rakyat dengan perbuatan durjana. Sesiapa yang telah melakukan kesalahan pasti takut untuk bertemu dengan baginda.

Setelah sekalian rakyat berkumpul, ternyata yang tidak hadir adalah jin Ifrit. Dengan ini, diisytiharkan bahawa Ifritlah yang telah mencuri cincin baginda. Mendengar kenyataan ini, merasa marahlah golongan jin terhadap Ifrit kerana telah memalukan bangsa mereka di khalayak ramai. Lalu Nabi Sulaiman as memerintahkan beberapa orang bangsa jin untuk menangkap Ifrit. Bangsa jin yang diperintah itu segera pergi mencari tempat persembunyian Ifrit. Akhirnya ditemui Ifrit bersembunyi di batu karang di dasar lautan. Ifrit lalu dihadapkan kepada Nabi Sulaiman as dan baginda menghukum sesuai dengan kesalahannya.

Kisah Populer Nabi Sulaiman dan Jin Ifrit
Nabi Sulaiman Sejak masih dalam bimbingan ayahandanya tercinta, Nabi Sulaiman sadar bahwa ia dikarunia begitu besar nikmat oleh Allah swt. Nikmat yang jarAng sekali dimiliki oleh orang kebanyakan. “Segala puji bagi Allah yAng telah melebihkan kami atas kebanyakan hamba-hambaNya yang beriman—yang tidak diberi ilmu seperti yang diberikan kepada kami.” Doanya setiap kali. Ketika Nabi Daud meninggal dunia, hanya Sulaiman di antara putra-putranya yang mewarisi kenabian dan kerajaan. Namun Sulaiman sama seklai tidak pongah atau takabur. Ia bahkan suatu kali mengundang pembesar-pembesar dan para cerdik pandai yang ada dalam kerajaannya. Kepada mereka ia berkata bahwa kelebihannya mengerti bahasa binatang merupakan karunia Allah semata.

Namun sebagai seorang Nabi, ia pun tak luput dari ujian. Allah menguji Sulaiman dengan berbagai penyakit yang berat. Jika ia duduk di atas kursi, tampak seakan-akan ia sebagai jasad yang tak mempunyai ruh. Penyakit ini disebabkan ia terlalu banyak bekerja
. Suatu kali, Nabi Sulaiman kehilangan burung Hudhudnya. Ia memang Sangat dekat dengan binatang itu. “Menagapa aku tidak melihatnya? Mengapa dia pergi tanpa sepengetahuanku?”.
 
Nabi Sulaiman tampak marah. Ia berniat untuk menghukum Hudhud—mencabut bulunya ataupun mungkin mengurungnya di dalam sangkar dan kemudian menyembelihnya. Tapi jika Hudhud membawa alasan tepat yang menerangkan udzur kepergiannya, Sulaiman akan memaafkannya. Kepergian Hudhud tidak begitu lama. Selang beberapa saat ia kembali. “Aku ingin memberitahumu sesuatu yang tidak engkau perhatikan…” ujar Hudhud kepada Sulaiman.
“Apa itu?”
“Aku telah bertemu dengan seorang wanita. Ia mempunyai singgasana yang agung yang dihiasi dengan intan permata. Tapi ia tidak beriman kepada Allah. Ia dan rakyatnya bahkan menyembah dan bersujud pada matahari. Mereka telah disesatkan oleh setan.”
“Siapa dia gerangan?” tanya Sulaiman penuh ingin tahu.
“Dia Ratu Bilqis.”
Nabi Sulaiman menghela nafas, memandang Hudhud dengan cukup tegas. “Aku akan membuktikan apa yang kauucapkan. Aku akan memberikan keputusan kepadamu setelah bukti-bukti itu jelas.”
Untuk membuktikan kebenaran ucapan Hudhud, Sulaiman kemudian mengirimkan surat kepada orang yang dimaksud oleh Hudhud. Hudhud sendiri yang menyampaikan surat Sulaiman itu. Hudhud terbang menuju negeri Saba—kerajaan Ratu Bilqis. Setelah Bilqis menerima surat itu, dan membaca isinya, ia mengumpulkan pemuka-pemuka kaumnya dan panglima-panglima kerajaannya, “Aku telah menerima sepucuk surat dari Sulaiman.” Para pengikutnya hanya mendengarkannya. Ratu Bilqis meneruskan, “Ia mengajak aku dan juga kalian untuk menyembah TuhanNya, Allah swt. Bagaimana pendapat kalian?”
Para hadirin menjawab, diwakili salah seorang, “Kita adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dan jumlah besar. Kita benar-benar siap-siap berperang. Tapi kami serahkan semuanya kepadamu. Kami akan taat padamu.”

Bilqis merasa kaumnya cenderung untuk berperang. Namun ia adalah orang cerdik yang memikirkan akibat perbuatan itu. Ia menjelaskan kepada mereka akibatnya jika terjadi perang, terutama bagi mereka yang kalah. “Sebagai gantinya aku akan memberikan hadiah kepadanya. Jika Sulaiman menerima hadiahku, maka Sulaiman tidak beda dengan raja-raja lainnya. Tapi jika ia mengembalikannya, maka ia adalah nyata seorang nabi. Ia mengikuti agamanya…" Kemudian datanglah utusan Ratu Bilqis menghadap Nabi Sulaiman. Alangkah terperangahnya utusan-utusan itu ketika melihat kerajaan Sulaiman yang megah. Dibandingkan dengan kerajaan mereka, sangatlah jauh.

Jawab Sulaiman terhadap mereka, “Aku tidak meminta hadiah kepada Ratumu. Aku menginginkan dia dan kalian untuk menyembah Allah. Pulanglah kalian. Katakan kepada Ratumu, jika dia tidak mau menerima ajakanku, maka kami akan mengusir kalian dari kota Saba sebagai tawanan yang hina, dan akan kami jadikan kalian budak-budak. "
Utusan-utusan itu kembali kepada Ratu Bilqis dan menyampaikan apa yang diucapkan oleh Sulaiman. Seketika Bilqis menyadari bahwa Sulaiman memang benar dan untuk melawannya, sepertinya ia tidak mempunyai kekuatan untuk melawannya. Ia kemudain menemui Sulaiman, dengan ditemani oleh para pembesar di negerinya.

Sulaiman telah mengethaui keberangkatan Bilqis. Ia ingin menunjukkan sesuatu kepada Bilqis. Sesuatu itu adalah mukjizat yang diberikan Allah kepadanya. Maka ia mengumpulkan jin-jin yang ada di sekelilingnya. “Siapakah di antara kalian yang sanggup membawa singgasana Bilqis kepadaku sebelum ia bersama kaumnya datang kepadaku sebagai orang-orang yang beriman? Supaya mereka melihat kekuatan Allah yang aku serukan untuk mereka sembah?
" Para jin terdiam. Tiba-tiba salah satu di antaranya, jin Ifrit berkata, “Aku akan membawanya kepadamu sebelum engkau beranjak dari tempat dudukmu, tempat engkau mengadili dan memerintah.

Ifrit menambahkan bahwa ia sanggup membawa singgasana Bilqis dengan selamat beserta perhiasannya. Setelah singgasana itu telah berada di depannya, Sulaiman menyuruh kaumnya untuk mengubah sedikit bentuknya. Ketika Bilqis datang, Bilqis terhenti sejenak. Demi melihat singgasananya yang ia simpan begitu ketat dan di tempat paling aman, seketika Bilqis menjadi yakin terhadap Sulaiman. Ia dan kaumnya kemudian mengikuti keyakinan Sulaiman—menyembah Allah yang satu. Sedangkan Sulaiman, ketika ia meminta bantuan kepada Ifrit, ia sama sekali hendak menunjukkan dan mengajarkan, bahwa jika manusia sudah takut dan berserah kepada Allah, maka apapun di dunia ini akan takut juga kepada manusia. Apalagi jika hanya terhadap jin dan setan.

Sumber : Google Wikipedia


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA

  KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA Orientasi Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebuah kabupaten di Provinsi S...