Selasa, 09 Agustus 2022

KISAH SUNAN KUDUS

 KISAH WALISONGO SUNAN KUDUS 

SUNAN KUDUS 

Orientasi

KISAH SEJARAH SUNAN KUDUS DAN PROFILNYA LENGKAP

Sunan Kudus adalah salah satu dari sembilan wali yang mengajarkan agama Islam di tanah Jawa. Kisah sejarah Sunan Kudus dan profilnya lengkap sangat penting untuk dipelajari terutama bagi umat Islam. Karena Sunan Kudus menjadi tokoh penting dalam sejarah perkembangan Islam di tanah Jawa.

Sunan Kudus memiliki nama kecil Ja’far Sodiq. Sunan Kudus lahir pada pertengahan abad ke-15 M di Demak Jawa Tengah. Ayahnya adalah Raden Usman haji atau Sunan Ngudung di Jipang Panolan Blora Jawa Tengah. Ibu dari Sunan Kudus adalah Syarifah cucu dari Sunan Ampel. Berikut adalah kisah Sunan Kudus dan profilnya untuk dipelajari bersama.

Sejarah Sunan Kudus

Dalam beberapa sumber babad tanah Jawa dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII karya Imam Subchi, (2007: 48) dijelaskan bahwa Sunan Ngudung yang merupakan ayah dari Sunan Kudus pernah menjadi pemimpin dari pasukan Majapahit. Sebenarnya tidak ada bukti otentik kapan dan tahun berapa Sunan Kudus tiba di Kudus. Waktu beliau menginjakkan kakinya di tanah Kudus, daerah ini bernama Tajug.

Kyai Telingsing adalah orang yang pertama kali mengembangkan Kota Tajug, nama kyai Telingsing sendiri adalah Ling Sing, yang merupakan salah satu ulama dari negeri Cina yang datang ke Jawa bersama dengan Laksamana Cheng Hoo.

Banyak yang berguru dengan kyai Telingsing termasuk Sunan Kudus, pengaruh kyai Telingsing terlihat pada gaya dakwah dari Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam. Dimana dalam berdakwah Sunan Kudus menghargai adat dan tradisi masyarakat setempat dan memperbaikinya secara perlahan-lahan agar tidak terjadi penolakan di kalangan masyarakat.

Salah satu yang terlihat jelas dan masih ada sampai sekarang adalah bentuk masjid yang dibuat oleh Sunan Kudus biasanya tidak jauh berbeda dengan candi-candi milik orang Hindu. Salah satunya di menara Kudus yang antik, yang hingga sekarang masih kokoh berdiri dan dikagumi oleh dunia karena keanehannya.

engan bentuknya yang mirip candi orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak takut atau segan untuk masuk ke dalam masjid guna mendengarkan ceramah dari Sunan Kudus.

Demikian adalah pembahasan terkait dengan kisah sejarah Sunan Kudus dan profilnya lengkap sebagai salah satu bentuk napak tilas perkembangan Islam di tanah Jawa. (WWN)

 

KISAH SUNAN KUDUS

Sumber : Google Wiki Pedia

Orientasi

Sunan Kudus merupakan Ulama' Penyebar Agama Islam di Nusantara, yg tergabung dalam dewan dakwah bernama Wali Songo.

Nama lengkapnya adalah Ja'far Shodiq. Beliau adalah putra Sayyid Utsman Haji[1] dengan Siti Syari'ah (Putri Sunan Ampel).

Karya Sunan Kudus

Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa KerjasanKota Kudus, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus dan masih bertahan hingga sekarang. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus Jawa Tengah.

Peninggalan lain dari Sunan Kudus adalah permintaannya kepada masyarakat untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha untuk menghormati masyarakat penganut agama Hindu dengan mengganti kurban sapi dengan memotong kurban kerbau, pesan untuk memotong kurban kerbau ini masih banyak ditaati oleh masyarakat Kudus hingga saat ini.

Wafatnya Sunan Kudus

Pada tahun 1550, Sunan Kudus meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. kemudian dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus.

Referensi :

1.   Ibrahim, Zahrah. 1986. Sastera Sejarah Interpretasi dan Penilaian. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.

2.  Purwadi dan Enis Niken H. 2007. Dakwah Wali Songo: Penyebaran Islam Berbasis Kultural di Tanah Jawa. Yogyakarta: Panji Pustaka.

3.  Said, Nur. 2009. Pendidikan Multikultural Warisan Kanjeng Sunan Kudus. Kudus: CV Brillian Media Utama.

4.  Sutrisno, Budiono Hadi. 2007. Sejarah Wali Songo: Misi Pengislaman di Jawa. Yogyakarta: Graha Pustaka.

5.  Wahyudi, A, Khalid, A. Kisah Wali Songo Para Penyebar Agama Islam Di Tanah Jawa. Surabaya : Karya Ilmu.

KISAH SUNAN KUDUS

Sunan Kudus

Nama : Raden Ja’far Shodiq.
Riwayat : tahun 1500 – 1550 Masehi.
Orang tua : Raden Usman (Sunan Ngudung) dengan Syarifah (adik dari Sunan Bonang).

Latar Belakang Sunan Kudus (Ja’far Shodiq)

Sunan Kudus merupakan salah satu dari Wali Sembilan atau Walisongo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Nama asli dari Sunan Kudus adalah Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan. Beliau merupakan putra dari Sunan Ngudung yang atau terkenal dengan nama Raden Usman Haji. Ibu dari Sunan Kudus yaitu Syarifah. Sunan Kudus bukan asli orang Kudus tapi mampu menjadi tokoh di Kudus karena ketulusannya dan kehebatannya dalam menyiarkan agama Islam kepada masyarakat Kudus yang pada zaman dulu masih banyak beragama Hindu dan Buddha. Sejak kecil, Sunan Kudus sering dipanggil dengan nama Ja’far Shodiq sebagai nama lainnya. Bahkan sampai sekarang pun beliau masih dikenal dengan nama Ja’far Shodiq. Beliau dilahirkan di daerah Jipang Panolan yang sekarang ini berada di sebelah utara kota Blora pada tahun 1500 Masehi.

Sejak kecil sampai masa remaja, Ja’far Shodiq mempelajari agama dengan digurui oleh ayahnya sendiri (Sunan Ngudung)Ja’far Shodiq belajar karena sejak kecil beliau berkeinginan untuk menyiarkan agama Islam. Selain belajar dengan ayahnya sendiri, Ja’far Shodiq juga belajar kepada Kyai Telingsing dan Sunan Ampel. Kyai Telingsing merupakan ulama China yang datang ke tanah Jawa bersama Cheng Hoo (Laksamana Jendral dari China). Mereka ingin menyebarkan agama Islam juga dan membuat tali persaudaraan dengan orang Jawa. Selain belajar agama, Ja’far Shodiq juga belajar ilmu-ilmu lain. Seperti ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan perdagangan. Pada zaman dulu, China sudah terkenal maju sehingga orang-orang China diperbolehkan masuk ke kawasan Nusantara dengan harapan untuk mengajarkan hal-hal yang bersifat berkembang dan penting dalam masa

Semenjak Ja’far Shodiq berguru dengan Kyai Telingsin, beliau telah memiliki kepribadian yang tekun, disiplin dan tegas dalam mengambil suatu tindakan dan beliau juga menjadikan hasil belajarnya ini untuk bekal dalam menyiarkan Agama Islam suatu hari nanti. Salah satu keinginan Raden Ja’far Shodiq adalah berdakwah menyebarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat yang masih beragama Hindu dan Buddha.

Kehebatan Sunan Kudus saat Menjadi Senopati

Ayah Raden Ja’far Shodiq merupakan Senopati Demak yang memiliki misi untuk memperluas wilayah kerajaan Demak. Suatu hari, Sunan Ngudung gugur dalam pertempuran yang sengit antara pasukannya dengan Raden Husain atau Adipati Terung dari Majapahit. Kemudian Ja’far shodiq sebagai putra dari Sunan Ngudung menggantikan posisi ayahnya untuk meneruskan misi dari kerajaan Demak.

Sebagai senopati kerajaan Demak pada saat ituJa’far Shodiq mampu membuktikan kehebatannya berperang di medan perang saat melawan Majapahit. Kehebatannya tersebut juga tidak kalah dengan kehebatan ayahnya dulu. Misalnya, sebelum perang, Ja’far shodiq diberi sebuah badong sakti (rompi) oleh sunan Gunung Jati untuk membantu Ja’far Shodiq dalam melawan musuh di medan perang.  Saat peperangan, badong sakti tersebut mengeluarkan jutaan tikus ganas dan sakti untuk melawan Majapahit. Kesaktian dari tikus itu adalah tidak mati jika dipukul, bahkan saat dipukul maka tikus itu semakin ganas.  Hal tersebut membuat Pasukan majapahit ketakutan sehingga mereka melarikan diri dari kerumunan tikus-tikus saktiSelain badong, Ja’far shodiq juga mempunyai sebuah peti yang mengeluarkan jutaan lebah yang sangat ganasSehingga banyak prajurit Majapahit yang tewas disengat lebah saktiAkhirnyaAdipati Terung sebagai pemimpin pasukan majapahit menyerah pada pasukan Ja’far Shodiq.

Setelah kesuksesannya mengalahkan pasukan MajaphitJa’far Shodiq dihormati oleh kerajaan Demak dan diberikan kewenangan untuk bebas melakukan apa saja sebagai hadiah. Sunan Kudus menggunakan kesempatan ini untuk mewujudkan keinginannya berdakwah menyebarkan agama Islam. Ja’far Shodiq kemudian meninggalkan kerajaan Demak karena Ja’far Shodiq ingin hidup merdeka dan membhaktikan seluruh hidupnya demi kepentingan agama Islam.

Cara Ja’far Shodiq Menyebarkan Agama Islam di Kudus

Setelah mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan dari kerajaan Demak, Ja’far Shodiq pergi menuju ke Kota KudusPada saat menginjak di kota Kudus, keadaan Kota Kudus sudah ada yang masuk ke agama Islam. Ternyata sebelum beliau masuk ke kota Kudus, Kyai Telingsin sudah menyebarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ja’far Shodiq masuk ke Kota Kudus bersama dengan santri-santrinya dari Demak. Santri Sunan Kudus dari demak adalah mantan prajurit perang yang dipimpinnya dahulu.

Setelah sampai di Kudus, Ja’far Shodiq bersama santrinya membangun masjid sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama. Masjid yang dibangun oleh Ja’far shodiq adalah Masjid Menara Kudus yang masih berdiri hingga kini. Masjid Menara Kudus ini didirikan pada tahun 956 Hijriyah yang bertepatan dengan 1549 Masehi.

Pada saat itu, masyarakat kudus masih banyak yang menganut agama Hindu dan Buddha meskipun sebagian ada yang sudah beragama Islam. Dengan adanya hal seperti itu, Sunan Kudus berusaha mengajarkan toleransi beragama kepada umat Hindu. Salah satu bentuk toleransi Ja’far Shodiq adalam menghormati Sapi yang disucikan oleh umat Hindu. Pada hari Qurban, Ja’far Shodiq tidak menyembelih Sapi dan hanya menyembelih Kerbau. Hal itu membuat umat Hindu benar-benar tersentuh dengan hal yang dilakukan Ja’far Shodiq. Sehingga para umat Hindu langsung tertarik masuk ke agama Islam. 

Setelah Ja’far Shodiq berhasil membujuk umat Hindu memeluk agama Islam, Sunan Kudus bermaksud membujuk umat Buddha untuk memeluk agama Islam juga. Ja’far Shodiq menggunakan cara unik untuk menarik umat Buddha agar masuk agama Islam. Di masjid yang sudah berdiri, Ja’far Shodiq membuat padasan wudhu (tempat berwudhu), dengan pancuran yang berjumlah delapan buah. Pada masing-masing pancuran, diberi sebuah arca yang diletakkan di atas padasan tersebut.

Hal itu dilakukan Sunan Kudus agar beliau berhasil menarik simpati umat Buddha, karena Ja’far Shodiq mengetahui delapan ajaran yang di ajarkan dalam agama Buddha. Delapan ajaran tersebut dikenal dengan nama Asta Sanghika Marga. Isi ajaran Asta Sanghika Marga adalah seseorang harus memiliki pengetahuan yang benar, mengambil keputusan yang benar, berkata yang benar, bertindak atau berbuat yang benar, hidup dengan cara yang benar, bekerja dengan benar, beribadah dengan benar dan menghayati agama dengan benar”.  Akhirnya, usaha Ja’far Shodiq membuahkan hasil yang tidak percuma. Banyak Umat Buddha berbondong-bondong ke masjid dan memeluk Islam setelah Ja’far Shodiq menjelaskan bagaimana agama Islam yang sebenarnya.

Demikian pula dalam hal adat istiadat, Ja’far Shodiq tidak langsung menentang masyarakat yang sering menabur bunga di perempatan jalan dan disamping jalanmenaruh sesajen di kuburan, dan adat lain yang melenceng dari ajaran Islam. Dengan kecerdikan Sunan Kudus, Beliau tidak langsung menentang adat itu, tetapi beliau mengarahkan adat tersebut agar sesuai ajaran. Salah satu hal yang dilakukan Sunan Kudus adalah mengarahkan fungsi sesajen yang berupa makanan lebih baik diberikan kepada orang yang kelaparan atau butuh makanSunan Kudus juga mengajarkan bahwa meminta permohonan bukan kepada ruh nenek moyang, tetapi harus kepada Allah SWT.

Dengan cara tersebut, akhirnya berhasil membuat penganut agama lain bersedia untuk  mendengarkan ceramah agama Islam dari Sunan Kudus. Salah satu andalan Sunan Kudus adalah sering membacakan surat Al-Baqarah yang dalam bahasa indonesia berarti sapi. Hal itu dilakukan untuk lebih memikat pendengar yang beragama Hindu. Bahkan hal lain yang dilakukan Ja’far Shodiq adalah membangun Masjid Kudus dengan memasukkan unsur aristektur Hindu, yaitu diletakkan pada arsitektur Menara Masjidnya.

Selain itu, Sunan Kudus juga mengubah tujuan acara Selametan Mitoni. Acara Selametan Mitoni merupakan acara yang sejak dulu disakralkan oleh masyarakat Hindu-Buddha. Inti dari acara Mitoni adalah bersyukur atas dikaruniai seorang anak. Namun, masyarakat Hindu-Buddha tidak bersyukur kepada Allah SWT, melainkan kepada patung-patungarca dan roh nenek moyang. Disinilah tugas Sunan Kudus untuk meluruskan inti dari acara tersebut. Sunan Kudus tidak menghapus Selametan dalam kebiasaan masyarakat. Tapi, Sunan kudus meluruskan acara mitoni menuju ke arah Islami. Yaitu dengan bersyukur kepada Allah SWT.

Perjalanan dan Cara Dakwah Sunan Kudus

Setelah lama berdakwah di Kudus, Sunan Kudus mengembara sampai ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika Sunan Kudus tiba di Mekkah, ada seorang penguasa di Mekkah sedang mencari orang yang mampu menghilangkan wabah penyakit dengan imbalan sebuah hadiah yang menggiurkanNamun, banyak Ulama dari Mekkah yang gagal untuk menghentikan wabah tersebut. Setelah Ja’far Sodiq mendengar berita tersebut, Beliau menghadap penguasa itu dengan maksud menyembuhkan wabah tersebut. Tapi kedatangan beliau disambut tidak baik oleh penguasa tersebut.

1.   Dengan cara apa kamu menghilangkan wabah penyakit ini?” tanya penguasa Mekkah itu.

2.  “Doa” Ja’far Shodiq dengan singkat menjawab pertanyaan.

3.  “Kalau hanya dengan doa, pulanglah saja Tuan. Karena sudah banyak Ulama ternama yang berdo’a disini. Tapi tetap saja gagal.”

4.  “Memang benar disini tempat dilahirkannya Ulama-Ulama besar dan ternama, tapi mereka mungkin masih ada yang memiliki kekurangan sebagai Ulama.” Kata Sunan Kudus.

5.  Sungguh berani Tuan berkata demikian. Apa kamu tahu kekurangan mereka?” Tanya penguasa itu dengan nada tinggi.

6.  Begini, Penyebab mereka menjadi seperti itu adalah Anda sendiri. Karena Anda telah menjanjikan hadiah sehingga membuat mata mereka menjadi gelap. Dampaknya, do’a mereka menjadi tidak ikhlas karena terfikirkan imbalan yang Tuan berikan.” Kata Sunan Kudus dengan tenang.

Sang penguasa akhirnya terdiam setelah mendengar jawaban itu. Kemudian Sunan Kudus dipersilahkan melaksanakan niatnya. Sunan Kudus berdo’a dan membaca amalan-amalan. Tidak lama kemudian, wabah penyakit tersebut hilang. Bahkan, warga yang sakit karena wabah tersebut tiba-tiba sembuh total.

Penguasa Arab tersebut sangat senang dengan hilangnya wabah penyakitt. Hadiah yang dijanjikan akan diberikan kepada Ja’far Shodiq. Namun Ja’far Shodiq menolak hadiah tersebut. Ja’far Shodiq hanya ingin meminta sebuah batu yang berasal dari Baitul Madqis. akhihrnya Sunan Kudus akhirnya mendapatkan keinginannya.  Batu tersebut kemudian dibawa pulang ke tanah Jawa. Dan batu tersebut diletakkan di area imam Masjid Kudus yang sudah berdiri kokoh.

Ada kebiasaan-kebiasaan unik yang dilakukan sunan kudus dalam berdakwah, yaitu selalu mengadakan acara Bedug Dandangan. Acara ini dilakukan sebagai acara yang dilaksanakan untuk menunggu kedatangan bulan Ramadhan. Ja’far Shodiq menabuh beduk dengan keras dan berkali-kali agar para jamaah datang ke masjid dan diberikan pengumuman hari pertama puasa oleh Sunan Kudus.

Dalam menyampaikan dakwah, Ja’far Shodiq juga menerapkan strategi dakwah yang diterapkan Sunan Muria, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati yaitu menoleransi budaya setempat, bahkan cara penyampaiannya lebih halus.

 

KISAH SUNAN KUDUS DAN SEJARAHNYA DALAM BERDAKWAH

DENGAN CARA YANG DAMAI

Oleh : Tiq, 12 April 2022 – 6 min read

Orientasi

Kisah Wali Songo tampaknya memang selalu menarik untuk disimak. Perjalanan kesembilan wali menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa penuh dengan cerita menarik dan banyak pelajaran berharga yang bisa diambil. Salah satunya adalah cerita Sunan Kudus dalam melakukan syiar agama Islam di Pulau Jawa.

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah Sunan Kudus. Beliau juga merupakan salah satu pemuka agama yang masih menghormati budaya setempat saat menyebarkan ajaran agama Islam. Salah satu bukti ajaran dari beliau adalah adanya peninggalan masjid di Kudus.

Silsilah Keluarga

Dilansir dari Tirto.id, Sunan Kudus memiliki nama asli Ja’far Shadiq. Ia adalah salah satu alumni santri paling tersohor di Pesantren Ampeldenta yang didirikan oleh Sunan Ampel. Ja’far Shadiq lahir dari keluarga bangsawan Kerajaan Demak. Ayah Sunan Kudus adalah Usman Haji bin Ali Murtadha, saudara kandung Sunan Ampel dan ibunya bernama Nyai Anom Manyuran.

Semasa hidupnya, ayah Sunan Kudus merupakan seorang senopati atau panglima Kerajaan Demak. Sayangnya, sang ayah gugur saat terlibat dalam pertempuran melawan Kerajaan Majapahit. Tak hanya berdarah biru, jika ditarik lebih jauh lagi, jalur keturunannya sampai ke nasab Nabi Muhammad SAW melalui jalur Husain bin Al

Setelah sang ayah meninggal dalam perang, Ja’far Shadiq menggantikan posisi sang ayah menjadi panglima Kerajaan Demak dan bertujuan memperluas daerah kekuasaan. Saat di posisi inilah, dirinya mulai melakukan kegiatan untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Selama menjadi Senopati, beliau ternyata juga menjadi imam Masjid Agung Demak. Hal ini semakin memudahkan beliau untuk menyiarkan ajaran agama Islam.

Sayangnya, saat terjadi konflik internal di Kerajaan Demak, Sunan Kudus lebih memilih pergi meninggalkan Demak dan kemudian pindah ke daerah bernama Tajug. Di Tajug inilah, beliau secara penuh tidak lagi aktif di dunia politik dan memilih menjadi penceramah, serta fokus menyebarkan dakwah Islam.

Alih-alih menggunakan cara yang saklek, beliau lebih memilih cara yang lebih halus, yakni tetap menjunjung tinggi kebudayaan-kebudayaan masyarakat sekitar. Strategi dakwah yang ia lakukan adalah mengelaborasi ajaran agama Islam dengan seni dan budaya masyarakat di zaman tersebut.

Dilansir dari Tirto.id, Sunan Kudus tak lantas melarang kepercayaan animisme dan dinamisme, ataupun sebagian masyarakat yang masih menganut agama Hindu dan Budha. Beliau melakukan berbagai pendekatan dengan menjunjung tinggi toleransi agama.

Salah satunya adalah saat Sunan Kudus membeli seekor sapi yang sangat besar dan disebut sebagai kebo gumarang. Beliau kemudian membuat sebuah kandang untuk sapinya di pekarangan rumahnya. Hal ini pun mencuri perhatian pada warga sekitar yang pada zaman itu mayoritas beragama Hindu.

Dalam agama Hindu, sapi adalah salah satu hewan yang disucikan karena dipercaya sebagai tunggangan para dewa. Melihat celah itu, beliau pun mengatakan kepada masyarakat bahwa sapi tersebut adalah peliharaannya dan jangan sampai ada yang menyakiti. Beliau mengaku merawat sapi sebagai wujud rasa terima kasih karena di masa lalu sempat ditolong seekor sapi dalam keadaan bahaya.

Mendengar pengakuan Sunan Kudus, sebagian masyarakat Hindu percaya bahwa beliau adalah titisan Dewa Wisnu. Sebagian lagi semakin tertarik dengan dakwah-dakwah beliau dan mau mendengarkan lebih banyak.

Tak hanya ditujukan kepada umat Hindu, ajaran beliau lainnya ada pula yang ditujukan untuk umat Budha. Beliau membuat sebuah tempat wudhu sejumlah 8. Pada kedelapan tempat wudhu tersebut diberi arca Kebo Gumarang, yang dihormati pada pemeluk agama Budha. Akhirnya banyak umat Budha yang penasaran sehingga mau masuk ke masjid dan mendengarkan ceramah Sunan Kudus. Sampai akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.

Membuat bangunan dengan gaya arsitektur perpaduan

Tak hanya menyebarkan ajaran agama Islam lewat perbuatan sehari-hari, Sunan Kudus juga menggunakan cara dakwah dengan memperlihatkan gaya arsitektur perpaduan antara Hindu dan Islam.

Sunan Kudus membangun sebuah bangunan yang merupakan perpaduan antara corak Hindu dan Islam, yakni Menara Kudus yang berada dalam komplek Masjid Kudus.

Meski gencar menyebarkan ajaran agama Islam, Sunan Kudus tak lantas memaksa pemeluk agama atau kepercayaan lain untuk mengikuti ajarannya. Beliau tetap menjunjung tinggi toleransi beragama. Sehingga masyarakat yang belum memeluk Islam saat itu menjadi kagum dan segan terhadap beliau. Hingga akhirnya sebagian besar masyarakat tersebut dengan sukarela mendengarkan dakwah Sunan Kudus, dan ada pula yang sukarela untuk memeluk agama Islam.

Sejarah Kota Kudus di masa Sunan Kudus

Seperti sempat disebutkan di atas, saat Kerajaan Demak mengalami konflik internal, Ja’far Shadiq memutuskan pindah ke sebuah kawasan bernama Tajug. Dalam perjalanannya, kawasan Tajug pada akhirnya berganti nama menjadi Kudus. Hal ini tentu merupakan pengaruh besar dari Ja’far Shadiq, sehingga ia pun mendapat julukan Sunan Kudus. Nama Kudus sendiri diambil dari kata Al-Quds, sebuah kota suci yang berada di Yerusalem.

Peninggalan

Sepanjang perjalanan beliau menyebarkan agama Islam di wilayah Kudus, tentu ada banyak sekali peninggalan. Ada yang hingga saat ini masih kita kenal. Salah satunya adalah upacara adat mitoni. Mitoni adalah sebuah upacara adat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas dikaruniai seorang anak. Biasanya upacara ini dilakukan saat usia kandungan menginjak 7 bulan.

Dulunya, umat Hindu dan Budha melakukan upacara mitoni dengan menyembah patung dan arca. Beliau kemudian meluruskan makna mitoni yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Tak hanya upacara adat mitoni, peninggalan lain beliau antara lain Masjid Menara Kudus, Keris Cinthaka, senjata berbentuk trisula, Tembang Maskumambang dan Mijil.

Setelah beberapa tahun menjadi pemuka agama dan pendakwah ajaran agama Islam di Kudus, Sunan Kudus pun tutup usia. Menurut berbagai sumber, beliau meninggal pada tahun 1500. Beliau meninggal dunia saat menjadi Imam sholat Subuh di masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. Makam Sunan Kudus terletak di komplek Masjid Al-Aqsha Menara Kudus.

Sumber : Google Wikipedia

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...