KISAH WALISONGO SUNAN MURIA
KISAH SUNAN MURIA
Orientasi
Sunan Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said. Sumber Pakem Sejarah Nama Sunan Muria adalah Umar Said karena mewariskan Darah Bangsawan Tuban dari Sunan Kalijaga maka lebih dikenal dengan Nama "Raden Umar Said "menurut beberapa riwayat, Beliau merupakan putra dari Raden Said (Sunan Kalijaga) dengan Dewi Saroh, putri Syekh Maulana Ishaq, Dewi Saroh juga keturunan trah Sultan Malikussaleh Kesultanan Samudera Pasai dari jalur ibu Sultanah Pasai.
Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah, tempat Sunan Muria dimakamkan. Sunan Muria wafat pada tahun 1560 M.
Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah putri Sunan Ngudung, adik dari Sunan Kudus dan Sunan Muria menikah dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang.[3] Sunan Muria menikah dengan dewi sujinah dikaruniai seorang anak bernama Raden Saridin,Syech Jangkung/Waliyullah Sunan Landoh.
Sedangkan, pernikahan Sunan Muria dengan dewi Roroyono Putri Ki Ageng Ngerang dan Nyai Ageng Ngerang dikaruniai tiga orang anak sunan nyamplungan, raden ayu nasiki,pangeran santri, Salah satu putra Sunan Muria yang terkenal ialah (Panembahan Pangulu) Pangeran Jogodipo , yang makamnya berada satu kompleks di Colo.
Sumber versi catatan sejarah menyebutkan asal usul Sunan Muria sebagai anak kandung dari sunan ngudung/sunan mandalika sangat tidak sesuai karena bukti kebenaran otentik dewi sujinah istri sunan muria adalah putri dari Sunan Ngudung.
Silsilah
Silsilah Raden Umar Said atau Sunan Muria menurut Naskah Pustoko Darah Agung Rangkainya sebagai berikut :
(1) Abdul Muthalib (Adipati Mekah)
(2) Sayyid Abbas bin Abdul-Muththalib
(3) Abdullah bin Abbas berputra Sayyid Abdul Azhar/ Abdullah Al Akbar / Syekh Abdul 'Wahid' Qurnayn Al baghdadi
(4) Syaikh Wais / Waqid Arumni
(5) Syaikh Mudzakir Arumni
(6) Syaikh Abdullah
(7) Syaikh Kharmia / kharmis (Kurames)
(8) Syaikh Mubarak
(9) Syaikh Abdullah
(10) Syaikh Ma'ruf / Madhra'uf
(11) Syaikh Arifin
(12) Syaikh Hasanuddin
(13) Syaikh Jamal
(14) Syaikh Ahmad
(15) Syaikh Abdullah
(16) Syaikh Abbas
(17) Syaikh Abdullah
(18) Syaikh Kurames / Khoromis (Ulama di Mekah)
(19) Abdur Rahman / Kyai Lanang Baya / Arya Wiraraja (Ario Teja, Bupati Tuban)
(20) Ario Teja I (Bupati Tuban)
(21) Ario Teja Laku (Bupati Tuban)
(22) Ario Teja II (Bupati Tuban) (23) Raden Sahur Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban)
(24) Raden Mas Said (Sunan Kalijaga)
(25) Raden Umar Said (Sunan Muria).
Silsilah Raden Umar Said atau Sunan Muria dari jalur ibu Dewi Saroh Rangkainya sebagai berikut: (1)Nabi Muhammad Rasulullah SAW
(2) Sayyidah Fatimah az-Zahra (RHA)
(3) Al Imam Al Husain bin Ali As Syahid (RA)
(4) Al Imam (Ali bin Husain) Ali Zainal Abidin
(5) Al Imam Muhammad al-Baqir
(6) Al Imam Ja'far ash-Shadiq
(7) Al Imam Ali al-Uraidhi
(8) Al Imam Muhammad an-Naqib
(9) Al Imam Isa ar-Rumi
(10) Al Imam Ahmad al-Muhajir
(11) As Sayyid Ubaidillah bin Ahmad
(12) As sayyid Alawi bin Ubaidillah Alawi Awwal
(13) As Sayyid Muhammad Shahibus Shaumah
(14) As Sayyid Alawi Ats Tsani
(15) As Sayyid Ali Khali' Qasam
(16) As Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
(17) As Sayyid Alawi Ammil Faqih
(18) As Sayyid Abdul Malik bin Alwi Azmatkhan
(19) As Sayyid Amir Khan Abdullah
(20) As Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin
(21) As Sayyid Husain Jamaluddin Akbar al-Husaini
(22) Syekh Maulana Ishaq
(23) Sayyidah Dewi Saroh
(24) Raden Umar Said (Sunan Muria) .
Referensi :
1. Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, Halaman 305.
2. ^ Nahdliyin, Suara (2019-01-07). "Menelusuri Jati Diri dan Jejak Dakwah Sunan Muria". Suara Nahdliyin (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-29.
3. ^ Wisata Religi Pulau Mandalika. Ziarah ke makam Sunan Ngudung dan Adipati Patak Warak., diakses tanggal 2022-04-29
4. ^ Silsilah Sunan Kudus | Habib Luthfi bin Yahya, diakses tanggal 2022-04-29
Sejarah dan Kisah Sunan Muria, Anggota Wali Songo Termuda
Sunan Muria menyebarkan ajaran agama Islam dengan merangkul tradisi dan budaya masyarakat setempat. Keberhasilan penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya pulau Jawa, tidak bisa dipisahkan dari sembilan tokoh penyebar agama Islam yang dikenal dengan Wali Songo.
Sunan Muria adalah salah satu satu anggota Wali Songo yang menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat di sekitar Gunung Muria. Ia menggunakan pendekatan budaya dalam menyampaikan ajaran Islam. Sunan Muria juga dikenal mampu berdakwah dengan halus dan penuh toleransi, dengan memasukkan unsur Islami dalam tradisi yang sudah lama berkembang di masyarakat.
1. Sejarah Sunan Muria dalam menyampaikan ajaran agama Islam
Sunan Muria atau yang memiliki nama asli Raden Umar Said, awalnya terlibat dalam pemilihan Raden Patah sebagai pemimpin perdana kerajaan Islam pertama di Jawa tersebut. Walaupun termasuk sebagai tokoh yang berpengaruh di Kesultanan Demak, Raden Umar Said lebih suka tinggal di daerah terpencil dan jauh dari pusat perkotaan dalam menjalankan dakwahnya.
Selain itu, Sunan Muria juga lebih suka berteman dengan rakyat biasa sambil mengajarkan keterampilan bercocok tanam, berdagang, dan kesenian. Kedekatan dengan masyarakat biasa menjadikan Sunan Muria lebih toleran dalam menghadapi masalah. Sebagaimana ajaran Islam dari para anggota Wali Songo lainnya, Sunan Muria juga merangkul tradisi dan budaya masyarakat setempat, serta menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Salah satu tradisi yang diubah Sunan Muria adalah tradisi bancakan, untuk mengirim doa kepada leluhur dengan doa-doa Islam. Dari cerita-cerita wayang itulah, Sunan Muria menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat setempat. Karena pengaruh yang diberikan, Raden Umar Said dikenal sebagai tokoh penting di masyarakat Gunung Muria. Dakwahnya pun meluas hingga daerah Jepara, Tayu, Juwana, hingga sekitar Kudus.
2. Kisah hidup Sunan Muria
Buat kamu yang belum tahu, Ulama pendakwah Islam termuda di antara Wali Songo adalah Sunan Muria. Sunan Muria merupakan anak sulung Sunan Kalijaga dari pernikahannya dengan Dewi Sarah, putri Maulana Ishak. Seperti yang disebutkan sebelumnya, Sunan Muria memiliki nama asli Raden Umar Said, namun juga ada yang menyebutnya Raden Prawoto. Julukan Sunan Muria disematkan karena ia menetap di Gunung Muria.
Gunung Muria sendiri terletak di pantai utara Jawa Tengah, sebelah timur laut Kota Semarang. Gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, dan wilayah Kabupaten Pati. Ilmu yang diperoleh Raden Umar Said, langsung dari orangtuanya. Namun saat beranjak remaja, ia mulai berguru kepada Ki Ageng Ngerang bersama Sunan Kudus dan Adipati Pathak.
3. Tanggal wafat dan beberapa peninggalan Sunan Muria
Sunan Muria meninggal dunia pada 1551 M, makamnya terletak di lereng Gunung Muria, Kecamatan Colo, 18 km utara Kota Kudus. Makam Sunan Muria berada di bagian utara kompleks yang terdapat dalam bangunan cungkup dengan atap sirap dua tingkat. Di bagian timurnya terdapat makam dari putri Sunan Muria yang bernama Raden Ayu Nasiki. Sedangkan, pada bagian selatan terdapat makam Panembahan Pengulu Jogodipo, putra Sunan Muria.
Tak hanya itu, di sekitar makam Sunan Muria, juga terdapat 17 makam prajurit dan abdi dalem Kesultanan Demak yang menjadi pengawal khusus sang ulama. Karena dikenal sebagai sosok yang berpengaruh di masyarakat, Sunan Muria memiliki banyak peninggalan yang berunsur Islam. Mulai dari Masjid Sunan Muria, situs air gentong, pari joto, pakis haji hingga bulusan dan kayu adem jati.
Masjid Sunan Muria sendiri terletak di puncak Gunung Muria di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Di dalam masjid terdapat beberapa benda yang pernah biasa dipakai oleh Sunan Muria semasa hidup. Nah itulah beberapa informasi seputar sejarah dan kisah Sunan Muria, yang dapat kamu pelajari. Dari Sunan Muria, kita dapat belajar agar bisa berteman dengan siapa saja tak memandang status sosial serta ekonominya. Selain itu, kita juga harus menghargai setiap tradisi dalam masyarakat.
Kisah Wali Songo Sunan Muria, Dakwah Pakai Pendekatan Budaya hingga Topo Ngeli
Kristina - detikEdu
Senin, 03 Mei 2021 08:00 WIB
Jakarta - Sunan Muria adalah salah satu satu
Wali Songo yang berdakwah kepada masyarakat di sekitar Gunung Muria. Ia
menggunakan pendekatan budaya dalam menyampaikan ajaran Islam.
Ada beberapa pendapat mengenai silsilah Sunan Muria. Sebagian besar sumber
menyebutkan Sunan Muria adalah putra dari Sunan Kalijaga. Sumber lain menyebut
ia adalah putra Raden Usman Haji atau Sunan Mandalika. Sunan Muria sebelumnya
dikenal dengan Raden Umar Said. Dikutip dari Sejarah Sunan Muria yang
diterbitkan oleh UIN Walisongo, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga menerapkan
strategi dakwah yang sama.
Keduanya berdakwah dengan halus dan penuh toleransi terhadap tradisi yang sudah lama berkembang di masyarakat. Mereka memasukkan unsur Islami dalam tradisi yang sudah ada. Sunan Muria gemar bergaul dengan masyarakat kalangan bawah yang berada di pelosok-pelosok. Hal itulah yang membuat masyarakat mudah menerima ajaran yang disampaikan oleh Sunan Muria.
Membaurnya Sunan Muria dengan masyarakat kalangan bawah dikenal dengan sebutan "topo ngeli". Seperti dikutip dari buku Sunan Muria (Raden Umar Said) karangan Yoyok Rahayu Basuki, "topo ngeli" berarti menghanyutkan diri dalam masyarakat. Dakwah dengan metode ini tersebar hingga lereng Gunung Muria.
Ia berdakwah lewat kesenian. Seperti gamelan, wayang, dan tembang jawa. Ajaran yang disampaikan Sunan Muria meliputi penghayatan kebenaran dan ketaatan pada Allah SWT, wirid, kesederhanaan, kedermawanan, ajaran dakwah secara bijak dalam menghadapi budaya masyarakat.
Beberapa hasil kesenian peninggalan Sunan Muria yang masih dipelajari hingga saat ini adalah tembang Kinanthi dan Sinom. Tembang Kinanthi menceritakan tentang bimbingan dan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Sedangkan tembang Sinom menceritakan tentang kehidupan masa remaja. Di dalamnya berisi nasihat-nasihat untuk anak-anak remaja.
Dalam kisah pewayangan, Sunan Muria menggubah beberapa kisah dengan memasukkan unsur-unsur Islami di dalamnya. Salah satu kisah yang dibawakannya adalah Dewa Ruci. Teknik bercerita yang digunakan Sunan Muria membuat masyarakat dari kalangan pedangan, nelayan, pelatu, hingga rakyat biasa mudah menerima ajarannya. Sunan Muria wafat sekitar tahun 1551. Beliau dimakamkan di atas Gunung Muria.
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar