Selasa, 13 Juni 2023

KISAH THARIQ BIN ZIYAD

 

KISAH THARIQ BIN ZIYAD

JENDRAL PERANG DARI DINASTI UMAYYAH

YANG MENAKLUKAN WILAYAH ANDALUSIA

Orientasi

Thariq bin Ziyad (bahasa Arab: طارق بن زياد), dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto adalah seorang komandan militer dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.

Musim panas tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad berangkat menuju Al-Andalus. Pada tanggal 29 April 711, pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq).

Pasukan Tariq menyerbu wilayah Andalusia dan di musim panas tahun 711 berhasil meraih kemenangan yang menentukan atas kerajaan Visigoth, di mana rajanya, Roderick terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 dalam pertempuran Guadalete. Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia sebelum akhirnya dipanggil pulang ke Damaskus oleh Khalifah Walid I.

Tahun-tahun Awal

Asal Usul Thariq bin Ziyad

Asal usul Thariq tidak diketahui secara pasti. Menurut sejarawan Syauqi Abu Khalil dan dikutip oleh Alwi Alatas, ada yang menyebutnya sebagai keturunan dari Bani Hamdan dari Persia, atau dari suku Lakhm. Ada juga yang menyebutkan Thariq berasal dari bangsa Vandal. Namun, banyak sejarawan yang menganggap dia keturunan dari bangsa Berber. Menurut Alwi Alatas, Thariq berasal dari keluarga muslim dan sejak kecil telah dididik secara Islam oleh ayahnya pada masa kekuasaan Uqbah bin Nafi' di Ifriqiya.

Menurut pendapat lain, Thariq bin Ziyad adalah bekas budak Musa bin Nushair. Musa membebaskannya setelah melihat potensi Thariq, kemudian menempatkannya di pasukannya. Bisa jadi Thariq bin Ziyad sudah berada di pasukan Musa bin Nushair saat Musa baru tiba di Qayrawan. Namun, saat itu Thariq belum dikenal dengan luas.

Beberapa sejarawan mencatat bahwa Thariq memiliki beberapa versi nama:

1.    Al-Idrisi, geografer Muslim dari abad ke-12, menyebut nama Thariq dengan Thariq bin Abdullah bin Wanamu al-Zanati

2.    Ibnu Idhari menyebut nama lengkap Thariq adalah Thāriq bin Zīyād bin Abdullah bin Walghū bin Warfajūm bin Nabarghāsan bin Walhāṣ bin Yaṭūfat bin Nafzāw

3.    Ibnu Idhari juga menyebut nama lengkapnya dengan Tāriq bin Zīyād bin Abdullah bin Rafhū bin Warfajūm bin Yanzghāsan bin Walhāṣ bin Yaṭūfat bin Nafzāw.

Ciri-Ciri Thariq

Thariq adalah lelaki dengan kening yang menonjol dan memiliki tahi lalat hitam yang ditumbuhi rambut pada pundak kirinya.

Legenda Kedatangan Thariq

Setidaknya ada dua legenda tentang kedatangan Thariq bin Ziyad ke Al-Andalus. Legenda itu sebagai berikut:

Legenda Wanita Tua

Saat Thariq baru membebaskan Kota Algeciras, ada seorang wanita tua yang meminta untuk bertemu Thariq. Setelah diizinkan oleh Thariq, wanita tua ini menuturknan kisahnya bahwa ia dulu memiliki seorang suami. Suaminya selalu mengatakan bahwa suatu hari nanti, negeri ini akan ditaklukkan oleh seorang jenderal asing. Jenderal ini memiliki kening yang menonjol dan tahi lalat hitam yang ditumbuhi rambut pada pundak kirinya. Mendengar itu, Thariq segera membuka pundak bagian kirinya yang ternyata memang memiliki tanda yang sama seperti yang dituturkan wanita tersebut. Pasukan Thariq pun kagum.

Legenda Istana 27 Gembok

Kerajaan Visigoth memiliki satu istana yang sangat indah di Toledo dan memiliki 27 gembok. Raja-raja sebelumnya selalu berpesan bahwa apapun yang terjadi, istana itu tidak boleh dimasuki satu orang pun. Setiap raja yang baru bahkan menambahkan satu gembok sehingga ada 27 gembok. Saat Roderick naik tahta, ia sangat penasaran dengan isi istana itu. Pada suatu hari, ia membongkar semua gembok yang ada dan memasuki istana itu. Ternyata, di dalam istana itu terdapat sebuah ruangan lagi yang dikunci. Setelah membongkar kunci ruangan itu, Roderick kembali memasuki ruangan yang lebih dalam lagi.

Ternyata di dalam ruangan itu ada sebuah perkamen yang berisi lukisan orang-orang yang sedang menunggang kuda. Mereka memakai baju yang kasar, penuh debu, memakai serban di kepalanya, dan pedang mereka melengkung. Di sana juga terdapat sebuah tulisan,

"Kapan pun ruang perlindungan ini dilanggar dan mantra yang terdapat pada guci ini dilanggar, orang-orang yang terlukis pada guci ini akan menyerbu Andalusia, menggulingkan singgasana rajanya, serta menduduki seluruh negeri"

Roderick ketakutan setelah membaca itu dan meyakini bahwa bencana akan menimpa dirinya.

Persiapan Pembebasan Al-Andalus

Kisah Julian dan Putrinya

Julian adalah penguasa Ceuta. Dia menandatangani perjanjian damai dengan Kekhalifahan melalui Musa bin Nusayr. Julian memiliki seorang putri sangat cantik yang bernama Florinda.[6] Demi hubungan yang baik dengan Visigoth, Florinda dikirim ke istana Roderick untuk belajar. Roderick tertarik dan ingin menikahi Florinda, tetapi Florinda menolaknya. Roderick yang marah kemudian menghamili Florinda dan mengancamnya agar ia tak memberitahu siapa-siapa kejadian tersebut. Namun, berkat kecerdasannya, Florinda berhasil menyelundupkan sebuah surat ke luar istana Roderick dan mengirimnya ke Julian, ayahnya, memberitahu apa yang terjadi.

Julian sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan Roderick. Ia segera menuju istana Roderick untuk mengambil Florinda. Julian mengarang cerita bahwa istrinya sedang sakit keras dan berharap Florinda ada di samping ibunya untuk menjaganya. Mendengar itu, Roderick pun mempersilakan Florinda pulang bersama ayahnya. Setelah berhasil mengamankan Florinda di istana Ceuta, Julian menuju kediaman Musa bin Nusayr, memintanya untuk menyerang Visigoth.

Awalnya, Musa menolaknya karena saat itu Semenanjung Iberia belum dikenal di kalangan kaum muslimin. Namun, Julian terus mendesaknya. Akhirnya, Musa meminta Julian untuk menyerang Semenanjung Iberia dengan pasukan kecil untuk menunjukkan keseriusannya. Julian melaksanakan perintah itu. Ia membawa dua kapal dan menyerang Algeciras. Keesokannya, ia berhasil pulang dan menunjukkan harta rampasan perang kepada Musa bin Nusayr dalam jumlah yang banyak. Musa pun mempercayai Julian.

Mengirim Surat Kepada Khalifah

Musa segera bergerak cepat dengan mengirimkan surat kepada khalifah Al-Walid di Damaskus, meminta izin untuk membebaskan Semenanjung Iberia. Jawaban dari Al-Walid pun datang,

"Hendaknya kirim dulu pasukan kecil ke negeri itu sehingga mereka bisa menyerangnya dan membawa berita kepadamu tentang apa-apa yang terdapat di negeri tersebut. Hati-hatilah! Jangan sampai kaum muslimin musnah oleh teror dan bahaya lautan."

Musa bin Nusayr mengirim balasannya,

"Ini bukan lautan, tetapi hanya terusan sempit. Pantainya terlihat di kejauhan."

Al-Walid kembali membalas suratnya,

"Tidak apa-apa. Tetaplah kirim pasukan pendahuluan ke sana!"

Pasukan Ekspedisi

Setelah mendapatkan izin dari khalifah, Musa bin Nusayr mengirim pasukan ekspedisi awal ke wilayah Semenanjung Iberia. Pasukan ini dipimpin oleh Tarif bin Malik (Tarif Abu Zar'ah bin Malik Al-Mughaferi). Tarif bin Malik memimpin 500 tentara yang di dalamnya ada 100 penunggang kuda. Tarif berangkat dengan menggunakan empat buah kapal. Mereka mendarat di pulau paling selatan Semenanjung Iberia. Kelak, pulau ini akan dinamakan kota Tarifa yang berasal dari nama Tarif bin Malik.

Tarif segera melaksanakan perintah Musa bin Nusayr untuk menyerang daerah terdekat dari tempatnya berlabuh. Setelah berhasil, Tarif kembali ke Musa bin Nusayr dan membawakan harta rampasan perang yang banyak. Ia juga menyebut negeri itu dengan sebutan Jazirat al-Khadra (pulau yang hijau) untuk menyebut Semenanjung Iberia.

Pembebasan Dimulai

Pasukan Berangkat

Musa bin Nusayr menunjuk Thariq bin Ziyad untuk memimpin pembebasan ini. Thariq membawa 12.000 pasukan yang mayoritasnya adalah bangsa Berber. Hanya 300 orang dari bangsa Arab dan 700 orang dari bangsa Afrika. Julian dari Ceute bertugas sebagai intel dan penunjuk jalan pasukan. Para pasukan pun berangkat dari Ceuta menggunakan kapal Julian untuk menyamar. Pengangkutan pasukan dilakukan secara bolak-balik pada malam hari supaya tidak mencurigakan.

Sesaat sebelum berlabuh, Thariq memutuskan untuk tidur sebentar. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad yang dikelilingi orang-orang Muhajirin dan Anshar. Mereka membawa pedang yang terhunus. Lalu, Nabi Muhammad bersabda kepada Thariq:

"Janganlah gentar, wahai Thariq. Sempurnakan apa yang ditakdirkan bagimu untuk melakukannya!"

Kemudian Thariq terbangun dan merasa yakin kemenangan ada di pihaknya. Ia memberitahukan mimpi ini kepada prajurit-prajurit muslim yang ada di kapal bersamanya.

Awalnya Thariq ingin mendarat di Algeciras tetapi tidak jadi karena kota itu dijaga oleh pasukan Visigoth. Akhirnya, Thariq dan pasukannya mendarat di Calpe, arah timur Algeciras. Kelak, Calpe diubah namanya menjadi Jabal Al-Fatah (Gunung Kemenangan). Namun, tempat itu lebih dikenal dengan nama Jabal Tariq atau Gibraltar.

Jenderal Perang

Thariq membawa jenderal-jenderal perang tangguh, yakni:

1.    Tarif bin Malik

2.    Mughyet ar-Rumi. Dia adalah seorang mualaf dari Yunani dan berkebangsaan Romawi (Eropa)

3.    Abdul Malik al-Moafir

4.    Kaula al-Yahudi (bergabung belakangan)

Pembakaran kapal

Menurut sejarah barat, kemenangan pasukan muslim dalam penaklukan Andalusia banyak dipengaruhi oleh semangat juang yang berhasil dikobarkan oleh Thariq dimana dia memerintahkan untuk membakar semua kapal sehingga tidak ada jalan untuk melarikan diri selain bertempur habis-habisan melawan musuh sampai meraih kemenangan atau mati sebagai syuhada. Thariq bin Ziyad merupakan sosok pahlawan yang mampu membawa kejayaan Islam di masanya. Namun kisah pembakaran kapal ini masih diperdebatkan,karena kisah ini belum ada periwayatan yang shahih. Umat Islam yang memiliki keistimewaan dengan ilmu jarh wa ta’dil (ilmu yang meneliti tentag periwayatan) menimbang bahwa seorang periwayat haruslah orang-orang yang terpercaya. Dan tidak ada seorang pun yang terpercaya dari kalangan umat Islam yang meriwayatkan kisah ini. Kisah ini diriwayatkan dari riwayat orang-orang Eropa yang menulis tentang peristiwa Perang Sidonia atau Perang Lembah Barbath.

Syair Thariq bin Ziyad

Menurut Alwi Alatas, Thariq juga mengumandangkan sebuah syair untuk menyemangati pasukannya:

Kita telah mengendarai kapal yang kita

persiapkan untuk penyeberangan kita

Dan Allah hendak membeli jiwa, harta,

Dan keluarga kita dengan surga

Sungguh benar bahwa tak ada

Yang begitu kita harapkan di dunia ini

Sebagaimana juga tak penting bagi kita

Bagaimana menjumpai ajal saat memperoleh

Harga yang sedemikian didambakan"

Pembebasan Al-Andalus Tahap Pertama

Catatan: banyak pendapat mengenai urutan pembebasan kota demi kota yang dilakukan Thariq, Musa, dan pasukannya. Urutan pembebasan dalam artikel ini hanyalah satu versi di antara banyak versi lain.

Pembebasan Kota Cartagena

Kota pertama yang dibebaskan Thariq adalah Cartagena. Kota itu tidak jauh dari Gibraltar.[3] Thariq mengirim pasukan yang dipimpin oleh Abdul Malik al-Moafir. Setelah berhasil dibebaskan, nama kota itu sempat diganti menjadi Qartayannat al-Halfa.

Pembebasan Kota Algeciras

Kota selanjutnya yang dibebaskan Thariq adalah Algeciras. Abdul Malik al-Moafir ditugaskan oleh Thariq menjadi pengawas kota ini sementara Thariq melanjutkan pembebasannya ke kota-kota lain.

Pertempuran dengan Theodomir

Theodomir (Arab: Tudmir) adalah penjaga kerajaan Visigoth bagian selatan. Pasukannya menghadang Thariq dan mereka bertempur dengan hebat. Pasukan Theodomir kalah, kemudian ia mengirim surat kepada Roderick yang menuturkan bahwa Visigoth telah diserang. Namun, Theodomir sendiri selamat dan kelak ia akan berhadapan dengan pasukan kaum muslimin untuk kedua kalinya.

Pertempuran Guadalete

Setelah membaca surat dari Theodomir, Roderick yang saat itu sedang berperang dengan Basque segera menghentikan perangnya dan menuju Kordoba.[14] Di sana Roderick menyusun kekuatan untuk menghadang Thariq. Dia meminta bantuan dari Witiza, para gubernurnya, dan budak-budak yang ia miliki sehingga ia berhasil mengumpulkan 40.000-100.000 prajurit.[15] Sementara itu, pasukan Thariq berjumlah 7.000-12.000 prajurit untuk melawan Roderick.[16] Setelah melalui pertempuran yang sengit, Roderick kalah dan terbunuh. Pertempuran ini dikenal dengan sebutan Pertempuran Guadalete, pertempuran Guadalquivir,[17] atau pertempuran Wadi Lakka.[18] Pelayo adalah seorang bangsawan Visigoth yang berhasil lolos dari pertempuran Guadalete. Kelak ia bersembunyi di pegunungan, menyusun kekuatan untuk merebut Al-Andalus kembali, dan berhasil melakukannya 800 tahun kemudian.

Pembebasan Kota Sidonia

Musa bin Nushair mengirim surat kepada Thariq, memintanya untuk menunda pembebasan. Ia ingin pergi ke Semenanjung Iberia dan terlibat langsung dalam pembebasan. Namun, Thariq memiliki pertimbangan lain. Jika pembebasan ditunda, diperkirakan Visigoth akan berhasil membangun kekuatannya kembali. Oleh karena itulah, setelah pertempuran Guadalete selesai, Thariq melanjutkan pembebasannya terhadap kota-kota lain. Salah satunya adalah Sidonia. Di zaman Spanyol modern, kota ini dikenal dengan nama kota Medina-Sidonia. Pembebasan kota ini dibantu oleh orang Yahudi yang sebelumnya ditindas oleh Visigoth. Mereka berlarian membuka pintu gerbang kota untuk menyambut pasukan Thariq bin Ziyad.

Pembebasan Kota Moron

Setelah pembebasan Sidonia, Thariq melanjutkannya ke kota Moron. Sama seperti Sidonia, pembebasan Moron pun dibantu oleh orang Yahudi. Kemudian, Thariq menyerahkan kepemimpinan kota sementara kepada orang-orang Yahudi sementara ia melanjutkan pembebasan. Pada zaman kuno, kota ini bernama Mawror. Di zaman modern, kota Moron berganti nama menjadi Moron de la Frontera.

Pembebasan Kota Carmona

Setelah pembebasan Moron, Thariq kembali melaju membebaskan kota Carmona.

Pembebasan Kota Alcalá de Guadaíra

Setelah Carmona berhasil dibuka, Thariq dan pasukannya melaju ke Kota Alcala de Guadaira. Ia juga dapat mengalahkan kota ini dengan mudah.

Pembebasan Kota Guadalajara

Thariq menuju kota Guadalajara dan berhasil menembus kota tersebut.

Pembebasan Kota Ecija

Selanjutnya, Thariq membebaskan kota Ecija. Pasukan Thariq berhasil menangkap gubernur Ecija dan menawarkan sebuah kesepakatan damai. Kesepakatannya adalah gubernur harus menyerahkan Ecija dan menyerahkan pajak secara rutin. Sebagai imbalannya, ia akan tetap dibiarkan memerintah Ecija.

Pembebasan Kota Kordoba

Thariq mengirim Mughyet ar-Rumi dan 700 pasukan berkuda untuk membebaskan Kordoba. Ternyata, Kordoba dipertahankan oleh 400 tentara yang sangat kuat dan memiliki pasokan air yang banyak. Dengan pertempuran sengit, Mughyet berhasil menembus benteng kota dan merebut seluruh kota. Seluruh pasukan Kordoba yang tersisa berlindung ke sebuah gereja di barat kota dengan pasokan air tak terbatas yang mengalir dari gunung.

Setelah mengepung pasukan Kordoba selama 3 bulan, Mughyet mengutus Rabah, seorang dari bangsa Afrika, untuk menyusup ke gereja. Para prajurit Kordoba menangkap Rabah dan bingung mengapa kulitnya hitam, tidak seperti mereka yang putih. Rabah berhasil meloloskan diri dengan sebuah siasat dan memberitahu posisi pasokan air. Mughyet segera memerintahkan untuk memutus pasokan air tersebut. Pasukan Kordoba yang tidak mampu bertahan dari kehausan akhirnya melakukan bunuh diri massal dengan membakar gereja tempat mereka berlindung. Akhirnya, Mughyet berhasil membebaskan Kordoba dengan susah payah.

Pembebasan Kota Granada

Pasukan pembebasan Granada diberangkatkan bersamaan dengan pasukan Mughyet. Tanpa memakan waktu lama, Granada pun dapat dibebaskan.

Pembebasan Kota Almunecar

Pasukan Thariq kemudian menuju Kota Almunecar. Ia tidak menemui kesulitan berarti dalam membuka Almunecar.

Pembebasan Kota Toledo

Thariq dan pasukannya yang lain berangkat menuju Toledo, ibu kota Visigoth. Ternyata, Toledo telah kosong ditinggalkan penduduknya. Thariq meninggalkan sedikit pasukannya untuk menjaga Toledo sementara ia melanjutkan pembebasan.

Pembebasan Kota Medinat Al-Maida

Thariq melanjutkan perjalanannya menuju kota Medinat Al-Maida (Kota Meja), yakni kota kecil di dekat Toledo. Medinat Al-Maida adalah nama pemberian kaum Muslimin Al-Andalus, sementara nama asli kota ini tidak diketahui.[28] Di kota ini Thariq dan pasukannya menemukan harta rampasan perang yang banyak sekali. Mereka kemudian membawa dan mengumpulkannya bersama harta rampasan perang lain di Toledo. Berikut adalah harta-harta yang ditemukan Thariq:

Meja Sulaiman. Ini adalah meja milik Nabi Sulaiman bin Daud yang konon dicuri dari istananya dan dibawa ke Spanyol

Kitab-kitab kuno Injil, Taurat, dan Zabur berjumlah 21 salinan

1.    Sebuah kitab kuno tentang Nabi Ibrahim

2.    Sebuah kitab kuno tentang Nabi Musa

3.    Kitab-kitab kuno ilmu pengetahuan alam, yakni tentang obat-obatan, binatang, dan lainnya

4.    Mahkota-mahkota bertaburan emas dan permata milik raja Visigoth berjumlah 27

5.    Kitab-kitab kuno para filsuf

6.    Perhiasan dan karya seni yang begitu bagus

Setelah serentetan pembebasan ini, Thariq dan pasukannya beristirahat di Toledo.

Pembebasan Al-Andalus Tahap Kedua

Catatan: banyak pendapat mengenai urutan pembebasan kota demi kota yang dilakukan Thariq, Musa, dan pasukannya. Urutan pembebasan dalam artikel ini hanyalah satu versi di antara banyak versi lain.

Kedatangan Musa Bin Nusayr

Musa bin Nusayr datang ke Semenanjung Iberia bersama 18.000 tentara[30] untuk membantu Thariq melakukan pembebasan. Ia datang pada Ramadhan 93 H (Juni 712 M).[31] Menurut beberapa sumber, Julian dan pasukannya juga ikut dalam rombongan ini.[32]

Keikutsertaan Sahabat Nabi

Bersama Musa, datang juga seorang sahabat Nabi Muhammad yang hampir berusia 100 tahun, namanya adalah Abu al-Munaizir. Menurut sejarawan Ar-Razi, Abu al-Munaizir adalah salah satu sahabat nabi yang termuda.

Keikutsertaan Tabiin

Selain itu, banyak para tokoh tabiin yang ikut. Menurut Alwi Alatas, mereka adalah sebagai berikut:

1.        Hans as-San'ani

2.        Ibnu Rabah al-Lakhmi

3.        Abdullah bin Yazid al-Ma'arefi al-Jobeli

4.        Hayyan ibnu Abi Hoblah

5.        Iyadh bin Uqbah al-Fihri

6.        Habib bin Abi Ubaidah

7.        Abdullah bin Said

8.        Ibnu Shamasah

9.        Al-Mughirah bin Abi Burdah Nashitt bin Kinanah al-Adri

10.    Hayyat bin Reja at-Tamimi.

Pembebasan Kota Seville

Musa bin Nusair segera bertindak cepat. Ia bersama pasukannya membebaskan kota-kota yang belum sempat dibebaskan oleh Thariq. Dalam waktu yang singkat, Seville berhasil dibebaskan. Musa menjadikan kota ini sebagai ibu kota Islam.

Pembebasan Kota Niebla

Setelah Seville, Musa bergerak ke kota Niebla. Tanpa mengalami kesulitan, Niebla pun segera dibebaskan.

Pembebasan Kota Faro

Musa kembali bergerak menuju kota Faro. Dengan mudah, kota Faro pun berhasil dibuka.

Pembebasan Kota Beja

Musa kali ini menuju kota Beja. Kota ini adalah kota garnisun yang dibangun oleh Julius Caesar. Dalam waktu singkat pun kota Beja berhasil dikuasai pasukan Musa.

Pembebasan Kota Malaga

Musa memecah pasukannya. Ia memerintahkan anaknya, Abdul A'la bin Musa, untuk membawa pasukan menuju Malaga. Tanpa kesulitan berarti, Abdul A'la berhasil membuka kota Malaga.

Pembebasan Kota Evora

Musa memerintahkan Abdul Aziz bin Musa, anaknya yang lain, untuk menuju Kota Evora. Sama seperti sebelumnya, Evora pun mudah untuk dibebaskan.

Pembebasan Kota Jaen

Abdul Aziz bin Musa juga berhasil membebaskan Jaen.

Pembebasan Kota Sagunto

Kemudian, Abdul Aziz bin Musa menuju Sagunto. Ia dan pasukannya berhasil membuka gerbang kota.

Pembebasan Kota Murcia

Abdul Aziz bin Musa menuju Kota Murcia. Theodomir (Arab: Tudmir) sejauh ini berhasil mempertahankan kotanya dengan baik walau dengan sedikit prajurit. Ia meminta seluruh wanita untuk berpakaian baju besi dan mengangkat busur di puncak-puncak benteng mereka. Ini membuat Abdul Aziz mengira bahwa mereka sedang bertempur melawan pasukan yang sangat banyak.

Berkat siasat itu, Abdul Aziz pun meminta kesepakatan damai dan Theodomir menyetujuinya. Theodomir diperbolehkan tetap menguasai Murcia dengan hukum yang ditetapkannya asalkan membayar pajak tahunan dalam bentuk uang, biji-bijian, cuka, madu, minyak, dan anggur. Di kemudian hari, kaum Muslim Al-Andalus menyebut tempat itu Bilad Tudmir (Negeri Tudmir). Berikut ini adalah perjanjian antara Theodomir dan Kaum Muslim:

"[Tudmir] tidak akan:

1.    Memberikan perlindungan bagi buronan dan musuh-musuh kita

2.    Mendorong setiap orang yang dilindungi untuk takut kepada kita

3.    Menyembunyikan berita tentang musuh-musuh kita"

Pembebasan Kota Merida

Musa bin Nusayr dan pasukannya menuju kota Merida. Ternyata, pasukan Merida sangat kuat dan kaum muslimin tidak bisa menang. Sampai hampir tiba Idul Fitri, pasukan Musa tidak sanggup menembus Merida. Saat hari raya Idul Fitri, Musa memerintahkan para prajuritnya untuk mewarnai rambut dan janggut mereka dengan warna merah sekadar untuk merayakan Idul Fitri. Pasukan Visigoth yang tidak tahu apa-apa terpesona karena rambut pasukan Musa berubah menjadi merah. Musa yang menyadari hal itu segera bertindak cepat. Esoknya, ia memerintahkan prajuritnya untuk mewarnai rambut mereka dengan warna hitam. Prajurit Visigoth pun terpesona kembali. Mereka berkomentar,

"Kami sudah melihat raja mereka, seorang yang sudah tua, tetapi kemudian bisa berubah menjadi muda lagi. Karenanya ikutilah nasihat kami, bahwa kita harus pergi kepadanya dan memenuhi permintaannya, sebab kita tak akan sanggup menghadapi orang-orang seperti mereka"

Akhirnya, diadakanlah perjanjian damai seperti yang dilakukan di beberapa kota yang lain. Mereka harus membayar pajak tahunan seperti kota lain.

Menurut David Levering Lewis, cara ini belum berhasil sepenuhnya membuat pasukan Visigoth menyerah. Saat inilah Julian beserta pasukannya berpura-pura bertindak sebagai bala bantuan. Ia meminta dibukakan pintu gerbang. Setelah berhasil masuk ke dalam kota, pasukan Julian menghembuskan kabar bahwa Musa dan pasukannya adalah prajurit dewa yang mampu mengubah penampilan dan umur mereka sesuka hati. Mereka menyuruh pasukan Visigoth untuk menyerah saja. Akhirnya, perjanjian damai pun dibuat.

Pembebasan Kota Talavera

Pasukan Musa mampir ke kota Talavera untuk membebaskannya sebelum menuju Zaragoza bersama Thariq.

Pembebasan Kota Zaragoza

Kota Zaragoza ini dikenal juga dengan nama Saragossa. Setelah membuka Kota Merida, Musa memecah pasukannya menjadi dua. Abdul Aziz bin Musa melanjutkan perjalanan sementara Musa sendiri bertemu dengan Thariq di Toledo (pendapat lain mengatakan mereka bertemu di Kota Talavera, sebelah barat Toledo). Musa bin Nusayr dan Thariq pun menggabungkan pasukan dan berhasil membebaskan Zaragoza. Zaragoza pada zaman dahulu adalah pusat Romawi Kuno. Di kota ini, Musa mendirikan masjid besar Sarakusta. Saat ini, masjid Sarakusta telah diubah menjadi Katedral La Seo.

Pembebasan Kota Burgos

Setelah itu, pasukan menuju Kota Burgos dan dapat dibebaskan dengan mudah. Salah satu desa yang dibebaskannya bernama desa Amaya.

Pembebasan Kota Coimbra

Abdul Aziz bin Musa yang membawa cukup banyak pasukan segera menuju kota Coimbra, sekarang ada di Portugal. Kota ini dapat dibebaskan tanpa banyak kesulitan.

Pembebasan Kota Santarem

Setelah itu, Abdul Aziz bin Musa menuju Santarem. Sama seperti Coimbra, gerbang Santarem pun dapat dibuka dengan mudah. Saat ini Santarem berada di Portugal.

Pembebasan Kota Mertola

Pasukan Musa menuju Mertola dan berhasil mengalahkan tentara-tentara penjaga kota.

Pembebasan Kota Salamanca

Pasukan Musa bin Nusayr menuju Salamanca dan berhasil membuka gerbangnya.

Pembebasan Kota Valencia

Valencia juga dapat dibebaskan setelah bertarung cukup keras.

Pembebasan Kota Valladolid

Pasukan bergerak ke arah Valladolid dan bisa membuka gerbang kotanya

Pembebasan Kota Barcelona

Setelah Zaragoza, Musa dan Thariq menuju Barcelona dan berhasil membebaskan kota tersebut dengan mudah.

Pembebasan Kota Leon

Thariq bin Ziyad dan Musa membagi pasukannya. Thariq memacu kudanya menuju provinsi Leon dan Castile. Ia membebaskan kota Leon, Spanyol, setelah bertempur cukup sengit.[48]

Pembebasan Kota Astorga

Setelah itu, Thariq menuju kota Astorga. Di sini Thariq dengan mudah bisa membuka gerbang kota dan menguasainya.

Pembebasan Kota Oviedo

Musa menuju kota Oviedo yang berada dalam kekuasaan kerajaan Asturias. Tidak memerlukan waktu lama, akhirnya Musa bisa menguasai kota ini.

Pembebasan Kota Gijon

Thariq menuju Kota Gijon dan berhasil membebaskannya.

Meneruskan Pembebasan

Musa dan Thariq meneruskan pembebasan menuju arah barat Al-Andalus, tetapi nama kota dan urutan yang mereka bebaskan tidak diketahui. Setelah itu, mereka kembali ke Toledo.

Status Wilayah Ceuta

Karena dianggap telah banyak membantu pasukan Thariq, Julian tetap dibiarkan menguasai Ceuta untuk menghormatinya. Thariq hanya mewajibkannya mengirim pajak tahunan. Kelak, ketika Julian sudah meninggal, wilayah Ceuta baru dimasukkan ke dalam area kekhalifahan Islam. Sementara itu, nasib Florinda tidak diketahui.

Kondisi Pasca Pembebasan

Politik

Thariq bin Ziyad diangkat menjadi gubernur Al-Andalus untuk sementara. Ia bersama Musa bin Nusayr menegakkan hukum Islam di seluruh penjuru Semenanjung Iberia.[57] Para pemimpin yang sudah menandatangani perjanjian damai dengan pasukan Thariq wajib membayar pajak tahunan dan mengakui kekuatan kekhalifahan Islam. Sebagai imbalannya, mereka diizinkan memiliki pemerintahan yang independen. Mereka juga dilindungi seperti warga lainnya.

Thariq juga berusaha menyelesaikan hak-hak yang sebelumnya dirampas oleh Roderick, misalnya seperti kasus Witiza. Witiza adalah penguasa Semenanjung Iberia sebelum Roderick. Namun, pada tahun 710 M, Roderick mengadakan kudeta berdarah terhadap pemerintahan Witiza sehingga ia terbunuh. Harta-harta Witiza pun banyak yang dierebut. Pada pertempuran Guadalete, pasukan pendukung Witiza yang direkrut oleh Roderick membelot ke Thariq. Pasukan Witiza sepakat akan membantu Thariq dengan imbalan Thariq memberikan hak mereka yang telah dirampas Roderick, yakni 3.000 peternakan dan 1.000 desa.

Setelah pertempuran Guadalete selesai, anak-anak Witiza menemui Thariq dan meminta pelunasan janjinya. Thariq meminta mereka untuk menemui Musa bin Nusayr di Qayrawan, ia yang akan menyelesaikan urusan mereka. Thariq pun membantu menuliskan surat rekomendasi kepada Musa tentang kasus tersebut. Setelah membaca surat Musa dan penuturan anak-anak Witiza, Musa pun mengabulkan keinginan itu. Ia mengembalikan hak mereka yang telah dirampas oleh Roderick, yakni 3.000 peternakan dan 1.000 desa.

Sosial-Ekonomi

Sebelum pembebasan Al-Andalus, Visigoth mempraktikkan Latifundium. Itu adalah sebuah praktik pengolahan tanah yang pekerjanya adalah para budak, mirip seperti industri perkebunan pada zaman sekarang. Menurut David Levering Lewis, ekonomi Visigoth dibangun di atas perbudakan.[60] Setelah Thariq datang, tanah itu dibagi-bagi ke petani lokal. Sebagian besar budak juga dibebaskan atau mereka membebaskan diri mereka sendiri dengan tebusan (pada zaman Visigoth, budak tidak diizinkan menebus diri mereka).

Thariq juga membebankan pajak umum kepada seluruh masyarakat, baik ia Muslim, Nasrani, atau Yahudi. Khusus penduduk Nasrani dan Yahudi, ada pajak personal atau bila mereka tidak mampu, mereka menggantinya dengan mengikuti wajib militer. Pajak ini bertingkat sesuai tingkat profesionalitas mereka. Semakin profesional dan kaya, pajaknya semakin besar. Selain itu, ada pula kelompok masyarakat bebas pajak, mereka adalah:

1.    Perempuan

2.    Anak-anak

3.    Biarawan

4.    Orang-orang cacat

5.    Orang sakit

6.    Pengemis

7.    Para budak

Pelayo dari Asturias

Semenanjung Iberia sudah selesai dikuasai kecuali daerah Asturias. Ada seorang bangsawan Visigoth yang bernama Pelayo, kemungkinan ia adalah pengawal pribadi Roderick. Pelayo berhasil meloloskan diri dari Pertempuran Guadalete dan menyusun pasukan kembali. Pada suatu hari mereka menyerang pasukan Thariq tetapi tidak berhasil. Pelayo dan pengikutnya terdesak hingga tinggal 30 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Mereka kemudian menyingkir ke daerah Covadonga, daerah yang terjal dan berbukit-bukit. Pasukan Thariq terus mengepung mereka sampai Pelayo dan pengikutnya kelaparan. Mereka hanya mampu makan madu yang mereka kumpulkan dari pohon terdekat.

Pasukan Thariq berpikir tidak perlu mengejar Pelayo lagi karena ia dan pengikutnya akan mati kelaparan sendiri. Oleh karena itulah, mereka kemudian meninggalkan Pelayo dan melupakan kejadian itu. Ini adalah kesalahan fatal Pasukan Thariq. Tanpa disangka, Pelayo berhasil bertahan dari kelaparan dan menyusun ulang kekuatannya kembali. Pelayo mendirikan Kejaraan Asturias dan menjadi cikal bakal kekuatan masa depan yang berhasil mengusir Kaum Muslimin dari Semenanjung Iberia.

Toleransi Agama ala Thariq

Kondisi Pra-Islam

Awalnya, kondisi hubungan antaragama cukup baik di Visigoth. Namun, semua berubah ketika Dewan Toledo Ketujuh mendeklarasikan sebuah dekret, "Raja tidak akan menoleransi seorang pun yang tidak Katolik dalam kerajaannya".[63] Bangsa Yahudi dipaksa untuk pindah agama menjadi Katolik dan dijadikan budak sementara Kristen Unitarian dianggap bid'ah oleh kerajaan. Perayaan agama seperti Paskah, pelaksanaan hukum makanan, dan pernikahan agamais dilarang. Akhirnya, ribuan orang Yahudi banyak yang kabur ke Pyrennes di barat daya Prancis. Kaum Yahudi adalah kelompok yang paling tersiksa, oleh karena itu saat pasukan Thariq datang, mereka senang karena berarti Visigoth telah runtuh. Mereka juga membantu Thariq membukakan pintu gerbang kota.

Kondisi Setelah Pembebasan

Terdapat sebuah perjanjian damai yang banyak membicarakan tentang toleransi agama. Teks ini tertanggal 713 M, disusun oleh Abdul Aziz bin Musa dan Theodomir. Berikut adalah teksnya yang berhubungan dengan toleransi agama:

"Umat Kristen diperbolehkan untuk tetap mempertahankan gereja-gereja dan biara-biara mereka, demikian pula kaum Yahudi diperbolehkan mempertahankan sinagog-sinagog mereka..."

"Komunitas-komunitas Kristen dan Yahudi tetap memegang dan menerapkan hak hukum otonom dalam setiap perselisihan yang tidak melibatkan hak-hak kaum Muslim. Mereka juga mempunyai pemimpin-pemimpin mereka sendiri, uskup-uskup, serta comite (bangsawan yang ditunjuk) untuk mewakili mereka dalam pemerintahan Muslim"

"Pengikutnya tidak akan dibunuh atau dijadikan tawanan..Mereka tidak akan dipaksa dalam hal agama, gereja mereka tidak akan dibakar"

Thariq dan pasukannya berusaha menegakkan toleransi agama dengan maksimal. Kelompok yang paling senang dengan kebijakan ini adalah Yahudi, mengingat mereka sebelumnya begitu menderita di bawah tekanan Visigoth. Namun, selain Yahudi, kelompok Nasrani pun menunjukkan ketertarikan yang kuat. David Levering Lewis mengomentari masalah toleransi ini dengan berkata:

"Tradisi kebebasan relatif dalam hal-hal sipil menjadi sangat dihormati di Al-Andalus, dengan hasil sangat baik sehingga banyak keturunan aristokrat dan rakyat Katolik mereka segera siap untuk tunduk kepada penguasa muslim sebagaimana orang-orang Yahudi dari Kordoba dan Sevilla"

Perselisihan Thariq dengan Tokoh yang Lain

Perselisihan Thariq-Musa

Kasus Pembebasan Al-Andalus

Setelah pertempuran Guadalete, Musa mengirim surat kepada Thariq, memintanya untuk menunda pembebasan sampai ia tiba ke Al-Andalus. Namun, kali ini Thariq tidak menaati Musa. Pertimbangan Thariq adalah jika ia menunda pembebasan, maka Visigoth akan berhasil menyusun kekuatan dan menyerang balik pasukan Thariq. Oleh karena itulah, Thariq tetap melanjutkan pembebasan.

Saat Musa bertemu Thariq di Toledo, Musa masih ingat persoalan tersebut dan menjadi sangat marah. Ia memecut Thariq di depan pasukannya sendiri dan menjebloskannya ke penjara. Namun, Musa segera menyadari bahwa perilakunya ke Thariq sangat berlebihan. Akhirnya, Thariq dibebaskan dan diangkat kembali menjadi pemimpin pasukan. Kemudian, mereka berdua melanjutkan pembebasan terhadap Al-Andalus.

Kasus Meja Sulaiman

Thariq menemukan Meja Sulaiman di kota Medinat Al-Maida. Namun, Musa meminta Thariq untuk menyerahkan Meja Sulaiman dan seluruh harta rampasan perang kepadanya. Thariq pun memotong salah satu kaki meja dan menyembunyikannya. Saat Musa bertanya soal kaki meja yang hilang, Thariq berkata saat ditemukan memang sudah seperti itu. Musa pun mengklaim ke Al-Walid bahwa ia yang menemukan Meja Sulaiman dan harta rampasan yang lain.

Ketika Musa dan Thariq dipanggil ke Damaskus untuk menyerahkan harta rampasan, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (Al-Walid sudah meninggal sebelum sidang kasus Meja Sulaiman dilangsungkan) bertanya mengapa kaki Meja Sulaiman terpotong. Musa berkata memang sudah terpotong seperti itu saat ia temukan. Saat itulah Thariq mengeluarkan kaki meja yang sebelummnya telah ia potong. Ini menunjukkan bahwa Thariq-lah sebenarnya yang menemukan Meja Sulaiman. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik pun marah dan menghukum Musa.

Perselisihan Thariq-Rughyet

Menurut Alwi Alatas, Thariq sempat berselisih dengan Rughyet. Saat Thariq telah kembali ke Damaskus, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik memanggil Rughyet untuk meminta pendapatnya bagaimana kalau ia melanjutkan pengangkatan Thariq menjadi gubernur Al-Andalus.

Rughyet menolaknya dan mengatakan bahwa itu terlalu berbahaya, sebab

"Andaikata Thariq meminta rakyat Al-Andalus untuk shalat tidak menghadap Ka'bah, tentulah mereka akan mematuhinya", kata Rughyet.

Rughyet menggambarkan bahwa rakyat Al-Andalus sangat taat terhadap Thariq dan itu bisa membahayakan kedudukan khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Akhirnya, Sulaiman tidak jadi mengangkat Thariq kembali menjadi gubernur Al-Andalus.

Saat Thariq mendengar hal ini, ia menemui Rughyet dan menanyakan alasannya mengapa ia berkata seperti itu. Rughyet mengatakan ia membalasnya karena Thariq pernah merampas tawanan milik Rughyet.

"Jika kamu membiarkanku bersama tawananku dan tidak merebutnya, aku akan membiarkan Al-Andalus ada di tanganmu", kata Rughyet.

Tahun-Tahun Akhir Thariq bin Ziyad

Setelah beberapa saat menjadi gubernur Al-Andalus, Thariq bin Ziyad dipanggil kembali oleh khalifah Al-Walid ke Damaskus. Ia berangkat bersama Musa bin Nushair pada September 714 M. Tahun-tahun akhir hidup Thariq bin Ziyad masih penuh misteri dan belum diketahui. Ia wafat tahun 720 M di Damaskus.

Quotes tentang Thariq bin Ziyad

"Thariq adalah orang yang pemberani, gagah, lebih mencintai pertempuran dibandingkan harta benda" (Henry Coppee)

"Dia (Thariq bin Ziyad) pasti tidak terlalu tua, seorang penunggang kuda yang amat cekatan, dan hampir pasti terlahir sebagai seorang pemimpin" (David Levering Lewis)

"Seperti (Julius) Caesar, Thariq adalah seorang petaruh yang mampu mengilhami tentaranya untuk mati berjuang dengan penuh pengabdian melawan rintangan yang menakutkan" (David Levering Lewis)

Quotes tentang Pembebasan Al-Andalus

  "Pada malam kedatangan Islam di benua Eropa, peradaban Eropa hanya -dan memang, tak lebih dari- sebuah kemungkinan...Yang memberi janji kebangkitan kembali Eropa justru adalah peradaban baru umat Islam yang hendak ditransfer oleh Thariq bin Ziyad dan beberapa ribu prajurit Berbernya dari Afrika Utara ke Hispania" (David Levering Lewis)

  "Saat cahaya kebenaran menyinari Spanyol, realitas otentik negeri ini terungkap dalam alur yang paling terang" (Americo Castro)

  "Mereka (Visigoth) segera digantikan oleh 'Elang-Elang Arab dan Afrika' yang tidak hanya merebut Semenanjung Iberia dari tangan bangsa Visigoth, tetapi juga mengukir salah satu mozaik terindah dalam peradaban dunia" (Alwi Alatas)


Sumber : Google Wikipedia

 

oooooOooooo

 

 

KISAH THARIQ BIN ZIYAD

PANGLIMA BANI UMAYYAH  PENAKLUK ANDALUSIA

Orientasi

Salah satu pahlawan besar Islam yang banyak dikenang dan diingat orang adalah seorang panglima yang bernama Thariq bin Ziyad. Thariq adalah salah seorang panglima terbesar dalam sejarah Islam yang merupakan prajurit Kerajaan Umawiyah (Bani Umayyah). Setelah Musa bin Nushair membuka jalan pasukan Islam ke Eropa, Thariq bin Ziyad menyempurnakannya dengan menaklukkan Andalusia. Atas perintah Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, Thariq membawa pasukan Islam menyeberangi selat Gibraltar menuju daratan Eropa dari sinilah sejarah bangsa Ifranji –sebutan untuk orang-orang Eropa- itu berubah.

Tulisan kali ini akan memaparkan sedikit tentang perjalanan hidup Thraiq bin Ziyad rahimahullah dan bagaimana upayanya menaklukkan Spanyol.

Masa Kecil Thariq bin Ziyad

Thariq bin Ziyad dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukanlah seorang Arab, akan tetapi seorang yang berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Masa kecilnya sama seperti masa kecil kebanyakan umat Islam saat itu, ia belajar membaca dan menulis, juga menghafal surat-surat Alquran dan hadis-hadis. Tidak banyak yang dicatat oleh ahli sejarah mengenai masa kecil Thariq bin Ziyad, bahkan sejarawan seperti Imam Ibnu al-Atsir, ath-Thabari, dan Ibnu Khaldun tidak meriwayatkan masa kecil Thariq bin Ziyad dalam buku-buku mereka.

Dalam Tarikh Ibnu Nushair, sejarawan mengatakan Thariq adalah budak dari amir Kerajaan Umawiyah di Afrika Utara, Musa bin Nushair. Lalu Musa membebaskannya dari perbudakan dan mengangkatnya menjadi panglima perang. Setelah beberapa generasi kemudian, status Thariq sebagai budak dibantah oleh keturunan-keturunannya.

Jihad di Afrika Utara

Salah satu daerah yang paling strategis di wilayah Afrika Utara adalah Maroko. Daerah ini telah mengenal Islam sebelum kedatangan Musa bin Nushair dan pasukannya –Thariq bin Ziyad termasuk pasukan Musa bin Nushair-. Namun penduduk di daerah ini belum menerima Islam secara utuh dan keimanan mereka belum kokoh, terbukti dengan seringnya masyarakat wilayah ini berganti agama dari Islam ke agama selainnya.

Di antara penyebab pergantian agama ini karena penaklukan Maroko di masa Uqbah bin Nafi’, kurang memperhatikan pendidikan keagamaan. Islam belum mapan di suatu daerah, Uqbah dan pasukannya sudah berangkat ke daerah lainnya. Selain itu keadaan bangsa Barbar di Afrika Utara yang memang mewaspadai pergerakan Uqbah bin Nafi’. Keadaan demikian menyebabkan masyarakat Maroko sering murtad setelah masuk ke dalam Islam (Qishshatu al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth, Hal. 30).

Dalam perjalanan menaklukkan Afrika Utara, Musa bin Nushair dibuat kagum dengan kesungguhan dan keberanian salah seorang pasukannya yang bernama Thariq bin Ziyad. Setelah menaklukkan beberapa wilayah, akhirnya pasukan ini berhasil menaklukkan Kota Al-Hoceima, salah satu kota penting di Maroko. Kota ini sebagai wilayah strategis yang mengantarkan pasukan Islam menguasai semua wilayah Maroko. Musa kembali ke Qairawan sedangkan Thariq menetap disana dan memberi pengajaran keagamaan kepada masyarakat Barbar Maroko.

Menaklukkan Andalusia

Salah satu rahasia mengapa agama Islam begitu diterima di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya karena umat Islam tidak memperbudak dan bukan bertujuan mengusai, akan tetapi tujuannya adalah membebaskan wilayah tersebut, membebaskan wilayah tersebut dari kezaliman penguasanya dan hukum-hukum yang tidak adil. Oleh karena itu, kita jumpai wilayah-wilayah yang ditaklukkan umat Islam, penduduk pribuminya berbondong-bondong memeluk agama Islam.

Sebelum umat Islam menguasai Andalus, daratan Siberia itu dikuasai oleh seorang raja zalim yang dibenci oleh rakyatnya, yaitu Raja Roderick. Di sisi lain, berita tentang keadilan umat Islam masyhur di masyarakat seberang Selat Gibraltar ini. Oleh karena itu, orang-orang Andalusia sengaja meminta tolong dan memberi jalan kepada umat Islam untuk menngulingkan Roderick dan membebaskan mereka dari kezalimannya.

Segera setelah permintaan tersebut sampai kepada Thariq, ia langsung melapor kepada Musa bin Nushair untuk meminta izin membawa pasukan menuju Andalus. Kabar ini langsung disampaikan Musa kepada Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dan beliau menyetujui melanjutkan ekspansi penaklukkan Andalus yang telah dirintis sebelumnya.

Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.

Mendengar kedatangan  kaum  muslimin, Roderick yang tengah sibuk menghadapi pemberontak-pemberontak kecil di wilayahnya langsung mengalihkan perhatiannya kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq bin Ziyad.

Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5000 orang.

Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.

Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.

Kembali ke Damaskus

Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad tidak hanya mengalahkan penguasa-penguasa zalim di Eropa, namun mereka berhasil menaklukkan hati masyarakat Eropa dengan memeluk Islam. Mereka berhasil menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama mulia dan memuliakan manusia. Manusia tidak lagi menghinakan diri mereka di hadapan sesama makhluk, kemuliaan hanya diukur dengan ketakwaan bukan dengan nasab, warna kulit, status sosial, dan materi. Musa dan Thariq juga berhasil menanamkan nilai-nilai tauhid, memurnikan penyembahan hanya kepada Allah semata.

Memandang keberhasilan Musa dan Thariq menaklukkan Andalusia dan menanamkan nilai-nilai Islam di negeri tersebut, khalifah al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua kembali ke Damaskus.

Penutup

Sekali lagi, kisah Thariq bin Ziyad merupakan buah dari kebijakan-kebijakan Kerajaan Umawiyah yang seolah-olah dilupakan para pembencinya. Mereka disibukkan dengan isu-isu yang dibuat oleh orang-orang Syiah bahwa Bani Umayyah menzalimi ahlul bait Rasulullah. Mereka juga larut dengan kalimat-kalimat orientalis yang mengatakan Kerajaan Umawiyah jauh dari syariat Islam. Mereka tenggelam dengan kabar-kabar palsu itu dan lupa dengan jasa-jasa Bani Umayyah.

Bagi bangsa Eropa, tentu saja kedatangan Islam melalui Thariq bin Ziyad membawa dampak besar terhadap perkembangan peradaban mereka, sebagaimana tergambar pada kemajuan Kota Cordoba. Ini adalah awal kebangkitan modern dan terbitnya matahari yang menerangi kegelapan benua Eropa. Kediktatoran dan hukum rimba berganti dengan norma-norma humanis yang membawa kedamaian.

Jasa-jasa Thariq dan kepahlawanannya diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan dalam bahasa Arab sebagai Jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit Thariq.

Semoga Allah membalas jasa-jasa Thariq bin Ziyad rahimahullah

Sumber:
– Qishshatu al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth
– Islamstory.com

Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com

Sumber : Google Wikipedia

 

oooooOooooo

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...