KABUPATEN PIDIE JAYA
PROVINSI ACEH
Orientasi
Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Ibu kotanya adalah Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007, merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Pidie. Kabupaten Pidie Jaya adalah 1 dari 16 usulan pemekaran kabupaten/kota yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 8 Desember 2006.
Sejarah
Sejarah Asal Usul Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh
Ditulis oleh Muhammad Imron Senin, 23 April 2018 Tambah Komentar
Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Ibukotanya adalah Meureudu. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007, merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Pidie.
Sejarah Berdirinya Pidie Jaya
Pada zaman dahulu, Negeri Meureudu pernah dicalonkan sebagai ibu kota Kerajaan Aceh. Namun konspirasi politik kerajaan menggagalkannya. Sampai kerajaan Aceh runtuh, Meureudu masih sebuah negeri bebas.
Negeri
Meureudu sudah terbentuk dan diakui sejak zaman Kerajaan Aceh. Ketika Sultan
Iskandar Muda berkuasa (1607-1636) Meureudu semakin diistimewakan. Menjadi
daerah bebas dari aturan kerajaan
Hanya satu kewajiban Meureudu saat itu, menyediakan persediaan logistik (beras) untuk kebutuhan kerajaan Aceh. Dalam perjalanan tugas Iskandar Muda ke daerah Semenanjung Melayu (kini Malaysia) tahun 1613, singgah di Negeri Meureudu, menjumpai Tgk Muhammad Jalaluddin, yang terkenal dengan sebutan Tgk Ja Madainah. Dalam percaturan politik kerajaan Aceh negeri Meureudu juga memegang peranan penting.
Hal itu sebegaimana tersebut dalam Qanun Al-Asyi atau Adat Meukuta Alam, yang merupakan Undang-Undangnya Kerajaan Aceh. Saat Aceh dikuasai Belanda, dan Mesjid Indra Puri direbut, dokumen undang-undang kerajaan itu jatuh ke tangan Belanda. Oleh K F van Hangen, dokumen itu kemudian diterbitkan dalam salah satu majalah yang terbit di negeri Belanda.
Dalam pasal 12 Qanun Al-Asyi disebutkan, Apabila Ulee balang dalam negeri tidak menuruti hukum, maka sultan memanggil Teungku Chik Muda Pahlawan Negeri Meureudu, menyuruh pukul Uleebalang negeri itu atau diserang dan Uleebalang diberhentikan atau diusir, segala pohon tanamannya dan harta serta rumahnya dirampas.
Kutipan Undang-Undang Kerajaan Aceh itu, mensahihkan tentang keberadaan Negeri Meureudu sebagai daerah kepercayaan sultan untuk melaksanakan segala perintah dan titahnya dalam segala aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan Kerajaan Aceh Darussalam.
Malah karena kemampun tersebut, Meureudu pernah dicalonkan sebagai ibu kota kerajaan. Caranya, dengan menimbang air Krueng Meureudu dengan air Krueng Aceh. Hasilnya Air Krueng Meureudu lebih bagus. Namun konspirasi elit politik di Kerajaan Aceh mengganti air tersebut.
Hasilnya ibu kota Kerajaan Aceh tetap berada di daerah Banda Aceh sekarang (seputar aliran Krueng Aceh). Untuk mempersiapkan pemindahan ibu kota kerajaan tersebut, sebuah benteng pernah dididirikan Sultan Iskandar Muda di Meureudu. Benteng itu sekarang ada di tepi sungai Krueng Meureudu.
Peranan Negeri Meureudu yang sangat strategis dalam percaturan politik Pemerintahan Kerajaan Aceh. Ketika Sultan Iskandar Muda hendak melakukan penyerangan (ekspansi) ke semenanjung Melayu (Malaysia-red). Ia mengangkat Malem Dagang dari Negeri Meureudu sebagai Panglima Perang, serta Teungku Ja Pakeh-juga putra Meureudu-sebagai penasehat perang, mendampingi Panglima Malem Dagang.
Setelah Semenanjung Melayu, yakni Johor berhasil ditaklukkan oleh Pasukan Pimpinan Malem Dagang, Sultan Iskandar Muda semakin memberikan perhatian khusus terhadap Negeri Meureudu. Kala itu sultan paling tersohor dari Kerajaan Aceh itu mengangkat Teungku Chik di Negeri Meureudu, putra bungsu dari Meurah Ali Taher yang bernama Meurah Ali Husein, sebagai perpanjangan tangan Sultan di Meureudu.
Negeri Meureudu negeri yang langsung berada di bawah Kesultanan Aceh dengan status nenggroe bibeueh (negeri bebas-red). Di mana penduduk negeri Meureudu dibebaskan darisegala beban dan kewajiban terhadap kerajaan. Negeri Meureudu hanya punya satu kewajiban istimewa terhadap Kerajaan Aceh, yakni menyediakan bahan makanan pokok (beras-red), karena Negeri Meureudu merupakan lumbung beras utama kerajaan.
Keistimewaan Negeri Meureudu terus berlangsung sampai Sultan Iskandar Muda diganti oleh Sultan Iskandar Tsani. Pada tahun 1640, Iskandar Tsani mengangkat Teuku Chik Meureudu sebagai penguasa defenitif yang ditunjuk oleh kerajaan. Ia merupakan putra sulung dari Meurah Ali Husein, yang bermana Meurah Johan Mahmud, yang digelar Teuku Pahlawan Raja Negeri Meureudu.
Sejak Meurah Johan Mahmud hingga kedatangan kolonial Belanda, negeri Meureudu telah diperintah oleh sembilan Teuku Chik, dan selama penjajahan Belanda, Landscap Meureudu telah diperintah oleh tiga orang Teuku Chik (Zelfbeestuurders). Kemudain pada zaman penjajahan Belanda, Negeri Meureudu diubah satus menjadi Kewedanan (Orderafdeeling) yang diperintah oleh seorang Controlleur. Selama zaman penjajahan Belanda, Kewedanan Meureudu telah diperintah oleh empat belas orang Controlleur, yang wilayah kekuasaannya meliputi dari Ulee Glee sampai ke Panteraja.
Setelah
tentara pendudukan Jepang masuk ke daerah Aceh dan mengalahkan tentara Belanda,
maka Jepang kemudian mengambil alih kekuasaan yang ditinggalkan Belanda itu dan
menjadi penguasa baru di Aceh. Di masa penjajahan Jepang, masyarakat Meureudu
dipimpin oleh seorang Suntyo Meureudu Sun dan Seorang Guntyo Meureudu Gun.
Sesudah
melewati zaman penjajahan, sejak tahun 1967, Meureudu berubah menjadi Pusat
Kawedanan sekaligus pusat kecamatan. Selama Meureudu berstatus sebagai
kawedanan, telah diperintah oleh tujuh orang Wedana.
Pada tahun 1967, Kewedanan Meureudu dipecah menjadi empat kecamatan yaitu Ulee Glee, Ulim, Meureudu dan Trienggadeng Penteraja, yang masing-masing langsung berada dibawah kontrol Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie. Kini Daerah Kawedanan Meureudu menjelma menjadi Kabupaten Pidie Jaya, dengan Meureudu sebagai ibu kotanya. Kabupaten Pidie Jaya dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007.
Kabupaten Pidie Jaya yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Ad interim, Widodo AS di gedung Anjong Monmata Banda Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada hari Jum’at tanggal 15 juni 2007. Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan aspirasi 140.000, jiwa masyarakat di 8 (delapan) Kecamatan yaitu Kecamatan Bandar baru, Panteraja, Trienggadeng, Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Jangka Buya dan Bandar Dua serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Untuk
menunjang tugas-tugas pokok Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dibidang
Pembangunan dan kemasyarakatan dimaksud, maka ditetapkanlah Penjabat Bupati
Pidie Jaya pertama melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 131.11-138 tahun 2007 tanggal 21 Maret 2007 Tentang Pengangkatan Penjabat
Bupati Pidie Jaya atas nama Drs. Salman Ishak,M.,Si yang dilantik pada tanggal
15 juni 2007 oleh Mendagri.
Dan diperpanjang masa jabatannya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 131.11-360 Tahun 2008 tanggal 26 Mei 2008. Kemudian melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 131.11-908A Tahun2008 tanggal 25 November 2008 terhitung, mulai tanggal serah terima jabatan ini telah diberhentikan dengan hormat dari jabatan sebagai pejabat Bupati Pidie Jaya.
Sumber : Pidiejayakab.go.id dan Wikipedia
Geografi
Letak Georafi Kabupaten Pidie Jaya berada pada 4°54' 15,702"N sampai 5° 18' 2,244" N dan 96°1' 13,656"E sampai 96°22'1,007"E. Secara Topografi Kabupaten Pidie Jaya berada pada ketinggian 0 mdpl s.d 2300 mdpl dengan tingkat kemiringan lahan antara 0 sampai 40%. Wilayah Kecamatan Jangkabuya secara keseluruhan merupakan dataran rendah antara 0 mdpl s.d 20 mdpl, Kecamatan Bandar Dua berada pada 10 mdpl s.d. 2300 mdpl sedangkan Kecamatan Ulim, Meurah Dua, Meureudu, Trienggadeng, Pante Raja, dan Bandar Baru berada pada 0 mdpl s.d 2.300 mdpl terbentang dari Pesisir Selat Malaka hingga Puncak Gunong Peuet Sagoe pada Gugusan Bukit Barisan. Secara keseluruhan Kabupaten Pidie Jaya rawan terhadap banjir dan erosi. Dari klasifikasi lereng, Kabupaten Pidie Jaya merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki daerah kelas lereng sampai dengan 40%.
Batas Wilayah
Iklim
Jumlah Hari Hujan Kabupaten Pidie Jaya tahun 2015 :
Bulan |
Curah Hujan (mm³) |
Hari Hujan |
Januari |
1.223 |
9 |
Februari |
504 |
4 |
Maret |
793 |
5 |
April |
300 |
5 |
Mei |
711 |
5 |
Juni |
501 |
4 |
Juli |
516 |
7 |
Agustus |
278 |
4 |
September |
1.016 |
8 |
Oktober |
1.549 |
10 |
November |
1.736 |
11 |
Desember |
2.007 |
12 |
Lambang Daerah
1. Wadah Perisai: Perlindungan kepada segenap masyarakat Pidie Jaya dalam menghadapi berbagai tantangan guna menuju masyarakat yang adil dan makmur.
2. Untaian Padi dan Rangkaian Tandan Kapas: Kemakmuran rakyat Pidie Jaya yang adil dan merata.
3. Buku/Kitab dan Pena: Peningkatan SDM atau cita-cita agar Kabupaten Pidie Jaya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
4. Rencong: Kepahlawanan dan keperkasaaan serta menjunjung tinggi nilai budaya leluhur.
5. Timbangan dan Neraca: Pemerintah yang adil di Kabupaten Pidie Jaya.
6. Kubah Masjid dengan Bintang Bulan: Syariat Islam yang merupakan falsafah hidup bagi masyarakat Pidie Jaya.
7. Delapan Pintu di Bawah Kubah: Kabupaten Pidie Jaya memiliki delapan kecamatan dalam wilayahnya.
8. Pita Merah bertuliskan "Pidie Jaya": Masyarakat Pidie Jaya berani manghadapi tantangan kemajuan daerah.
9. Warna Dasar Biru Tua: Potensi laut di seluruh wilayah Pidie Jaya.
10. Warna Dasar Biru Muda: Bagian atas bermakna warna angkasa yang bersih sebagai cita-cita warga Pidie Jaya.
Demografi
Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya menurut BPS Pidie Jaya pada tahun 2015 adalah sebanyak 148.719 jiwa yang terdiri dari 72.703 laki-laki dan 76.016 jiwa perempuan.
Kecamatan |
Jumlah Penduduk ( x 000) |
Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%) |
||||
2010 |
2014 |
2015 |
2010-2015 |
2014-2015 |
||
1 |
Meureudu |
18.521 |
20.134 |
20.657 |
2,12 |
2,15 |
2 |
Meurah Dua |
10.164 |
11.048 |
11.287 |
2,12 |
2,16 |
3 |
Bandar Dua |
23.825 |
25.901 |
26.460 |
2,12 |
2,16 |
4 |
Jangka Buya |
8.776 |
9.541 |
9.747 |
2,12 |
2,16 |
5 |
Ulim |
13.432 |
14.604 |
14.919 |
2,12 |
2,16 |
6 |
Trienggadeng |
20.048 |
21.793 |
22.261 |
2,12 |
2,15 |
7 |
Panteraja |
7.588 |
8,249 |
8.426 |
2,12 |
2,15 |
8 |
Bandar Baru |
31.564 |
34.314 |
35.052 |
2,12 |
2,15 |
Pidie Jaya |
133.918 |
145.584 |
148.719 |
2,12 |
2,15 |
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar