KABUPATEN PIDIE
PROVINSI ACEH
Orientasi
Pidie adalah
salah satu kabupaten di
provinsi Aceh, Indonesia.
Pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Sigli, kabupaten ini merupakan kabupaten dengan
jumlah penduduk terbesar kedua di provinsi Aceh setelah kabupaten Aceh Utara.
Jumlah penduduk kabupaten Pidie pada tahun 2021 sebanyak
435.492 jiwa, dengan kepadatan 141 jiwa/km2.
Sejarah
Kerajaan Pedir
Pidie sebelumnya adalah kerajaan Pedir yang berbeda dengan Aceh, sehingga sampai sekarang Pidie tidak disebut sebagai Aceh Pidie, melainkan kabupaten Pidie saja. Ketika terjadi konfrontasi dengan Portugal, maka kerajaan Pedir menggabungkan diri dengan Kerajaan Aceh untuk melawan Penjajah Portugis. Daerah ini merupakan tempat cikal bakal lahirnya Gerakan Aceh Merdeka atau Hasan Tiro yang kini bermukim di Swedia. Namun anehnya, pergolakan justru paling banyak terjadi di kawasan tetangganya dibanding Pidie sendiri.
Ketika Meureudu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Kerajaan Poli (Pedir) sebagai cikal bakal daerah Pidie. Keberadaan dan sejarah kerajaan-kerajaan tersebut masih perlu ditelusuri lagi. Catatan-catatan sejarah yang ada sekarang, hanya sedikit yang menjelaskan tentang hal itu. Meski demikian, kedatangan Sultan Iskandar Muda ke Negeri Meureudu sebelum menyerang Pahang di Semenanjung Malaya bisa membuka sedikit tabir informasi tersebut.
Informasi tentang kerajaan-kerajaan di Pidie dan Pidie Jaya sekarang lebih banyak didominasi oleh sejarah daerah tersebut setelah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam. Malah Negeri Meureudu dalam Kerajaan Aceh Darussalam memiliki peranan penting sebagai lumbung pangan. Informasi-informasi tentang keberadaan Negeri Meureudu sebelum Kerajaan Aceh Darussalam masih perlu penelitian lebih lanjut. Untuk membuka tabir informasi ke arah sana, keterangan dari sejarawan H M Zainuddin bisa menjadi informasi awal.
H M Zainuddin dalam makalahnya Aceh Dalam Inskripsi dan Lintasan Sejarah pada seminar sejarah dan budaya Aceh pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II Agustus 1972 mengungkapkan, sebelum Islam masuk ke Aceh, di Aceh telah berkembang kota-kota kerajan hindu seperti: Kerajaan Poli di Pidie yang berkembang sekitar tahun 413 M. Kerajan Sahe sering juga di sebut Sanghela di kawasan Ulei Gle dan Meureudu, kerajan ini terbentuk dan dibawa oleh pendatang dari pulau Ceylon. Kerajaan Indrapuri di Indrapuri. Kerajaan Indrapatra di Ladong. Kerajaan Indrapurwa di Lampageu, Kuala pancu (Ujong Pancu, -red).
Semua kota-kota Hindu tersebut setelah islam kuat di Aceh dihancurkan. Bekas-bekas kerajaan itu masih bisa diperiksa walau sudah tertimbun, seperti di kawasan Paya Seutui Kecamatan Ulim (perbatasan Ulim dengan Meurah Dua), reruntuhan di Ladong. Bahkan menurut H M Zainuddin, masjid Indrapuri dibangun diatas reruntuhan candi. Pada tahun 1830, Haji Muhammad, yang lebih dikenal sebagai Tuanku Tambusi juga meruntuhkan candi-candi dan batunya kemudian dimanfaatkan untuk membangun masjid dan benteng-benteng.
Untuk mengungkap tentang keberadaan Kerajaan Sahe/Sanghela itu, maka perlu diadakan penelitian secara arkeologi ke daerah Paya Seutui yang disebut H M Zainuddin tersebut. Dalam makalahnya H M Zainuddin mengatak pernah ada temuan sisa-sisa kerajaan Sahe/Sanghela itu di kawasan persawahan di Paya Seutui, namun ia tidak jelas menyebutkan di Paya Seutui bagian mana itu ditemukan.
Untuk mengetahui keberadaan para pendiri dan penduduk Kerajaan Sahe/Sanghela tersebut, informasi dari asal-usul kerajaan Poli/Pedir di Kabupaten Pidie sekarang mungkin bisa membantu, karena keberadaan negeri Meureudu dan Negeri Pedir keduanya tak bisa dipisahkan.
Selama ini kita mengetahui asal mula daerah Pidie sekarang adalah Kerajaan Poli atau Pedir, tapi ternyata jauh sebelumnya sudah ada Kerajaan Sama Indra sebagai cikal bakalnya. Kuat dugaan, Kerajaan Sama Indra ini berkembang pada waktu yang sama dengan kerajaan Sahe/Sanghela di Meureudu atau bisa jadi satu kesatuan yang hidup saling berdampingan.
Informasi tentang keberadaan Kerajaan Sama Indra ini diungkap oleh sejarawan lainnya, M Junus Djamil dalam sebuah buku yang disusun dengan ketikan mesin tik. Buku dengan judul Silsilah Tawarick Radja-radja Kerajaan Aceh itu diterbitkan oleh Adjdam-I/Iskandar Muda tidak lagi jelas tahun penerbitnya. Tapi pada kata pengantar yang ditulis dengan ejaan lama oleh Perwira Adjudan Djendral Kodam-I/Iskandar Muda, T Muhammad Ali, tertera 21 Agustus 1968.
Buku setebal 57 halaman itu pada halaman 24 berisi tentang sejarah Negeri Pidie/Sjahir Poli. Kerajaan ini digambarkan sebagai daerah dataran rendah yang luas dengan tanah yang subur, sehingga kehidupan penduduknya makmur.
M Junus Djamil menyebutkan batas-batas kerajaan ini meliputi, sebelah timur dengan Kerajaan Samudra/Pasai, sebelah barat dengan Kerajaan Aceh Darussalam, sebelah selatan dengan pegunungan, serta dengan selat Malaka di sebelah utara. Bila merujuk pada batas yang disebutkan tersebut, berarti kerajaan Sahe/Sanghela termasuk dalam wilayah kerjaan Sama Indra di bagian timur.
Suku yang mendiami kerajaan ini berasal dari Mon Khmer yang datang dari Asia Tenggara yakni dari Negeri Campa. Suku Mon Khmer itu datang ke Poli beberapa abad sebelum masehi. Rombongan ini dipimpin oleh Sjahir Pauling yang kemudian dikenal sebagai Sjahir Poli. Mereka kemudian berbaur dengan masyarakat sekitar yang telah lebih dahulu mendiami kawasan tersebut.
Setelah berlabuh dan menetap di kawasan itu, Sjahir Poli mendirikan sebuah kerajaan yang dinamai Kerajaan Sama Indra. Waktu itu mereka masih menganut agama Budha Mahayana atau Himayana. Oleh M Junus Djamil diyakini dari agama ini kemudian masuk pengaruh Hindu.
Tentang kedatangan bangsa Mon Khmer itu juga diungkapkan H Muhammad Said dalam makalah sejarahnya, Wajah Rakyat Aceh dalam Lintasan Sejarah, pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II, Agustus 1972 Ia menjelaskan, pada tahun 1891, seorang peneliti asing bernama G K Nieman sudah menemukan 150 kata dari bahasa Campa dalam bahasa Aceh. Demikian juga dengan bahasa Khmer (Kamboja) tetapi yang sangat dominan adalah bahasa Melayu dan bahasa Arab.
Sementara tentang pengaruh Hindu di Aceh pernah diungkapkan oleh sejarawan Belanda JC Van Luer, yang mengatakan bahwa sejarah dan budaya Aceh sebelum kedatangan Islam dan bangsa barat telah terisi dengan landasan Hindu-sentris (Indonesia Trade and Society, hal 261)
Lama kelamaan Kerajaan Sama Indra pecah mejadi beberapa kerajaan kecil. Seperti pecahnya Kerajaan Indra Purwa (Lamuri) menjadi Kerajaan Indrapuri, Indrapatra, Indrapurwa dan Indrajaya yang dikenal sebagai kerajaan Panton Rie atau Kantoli di Lhokseudu. Bisa jadi juga, Kerjaan Sahe/Sanghela berdiri setelah Kerajaan Sama Indra ini pecah menjadi beberapa kerajaan kecil, hingga kemudian membentuk sebuah kerajaan tersendiri.
Kala itu Kerajaan Sama Indra menjadi saingan Kerajaan Indrapurba (Lamuri) di sebelah barat dan kerajaan Plak Plieng (Kerajaan Panca Warna) di sebelah timur. Kerajaan Sama Indra mengalami goncangan dan perubahan yang berat kala itu. Menurut M Junus Djamil, pada pertengahan abad ke-14 masehi penduduk di Kerajaan Sama Indra beralih dari agama lama menjadi pemeluk agama Islam, setelah kerajaan itu diserang oleh Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Mansyur Syah (1354 – 1408 M). Selanjutnya, pengaruh Islam yang dibawa oleh orang-orang dari Kerajaan Aceh Darussalam terus mengikis ajaran hindu dan budha di daerah tersebut.
Setelah kerajaan Sama Indra takluk pada Kerajaan Aceh Darussalam, maka sultan Aceh selanjutnya, Sultan Mahmud II Alaiddin Johan Sjah mengangkat Raja Husein Sjah menjadi sultan muda di negeri Sama Indra yang otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan Sama Indra kemudian berganti nama menjadi Kerajaan Pedir, yang lama kelamaan berubah menjadi Pidie seperti yang dikenal sekarang.
Meski sebagai kerajaan otonom di bawah Kerajaan Aceh Darussalam, peranan raja negeri Pidie tetap dipererhitungkan. Malah, setiap keputusan Majelis Mahkamah Rakyat Kerajaan Aceh Darussalam, sultan tidak memberi cap geulanteu (stempel halilintar) sebelum mendapat persetujuan dari Laksamana Raja Maharaja Pidie. Maha Raja Pidie beserta uleebalang syik dalam Kerajaan Aceh Darussalam berhak mengatur daerah kekuasaannya menurut putusan balai rakyat negeri masing-masing.
Masih menurut M Junus Djamil, setelah Sultan Mahmud II Alaiddin Jauhan Syah raja Kerajaan Aceh Darussalam Mangkat, maka Sultan Husain Syah selaku Maharaja Pidie diangkat sebagai penggantinya. Ia memerintah Kerajaan Aceh dari tahun 1465 sampai 1480 Masehi. Kemudian untuk Maharaja Pidie yang baru diangkat anaknya yang bernama Malik Sulaiman Noer. Sementara putranya yang satu lagi, Malik Munawar Syah diangkat menjadi raja muda dan laksamana di daerah timur, yang mencakup wilayah Samudra/Pase, Peureulak, Teuminga dan Aru dengan pusat pemerintahan di Pangkalan Nala (Pulau Kampey).
Geografi
Batas wilayah kabupaten Pidie adalah sebagai berikut;
Kabupaten Pidie Jaya,Kabupaten Bireuen,Kabupaten Aceh Tengah |
|
Iklim
1. Iklim Tropis (Dataran Rendah/Pesisir Pantai) ; Iklim Sejuk (Dataran Tinggi /Lembah/Pegunungan)
2. Curah Hujan dan Suhu Rata-Rata
3. Curah Hujan 1.532 mm pertahun ; Suhu rata-rata 24° – 32 °C
4. Panjang Pantai dan Sungai
5. Sungai 567, 40 KM ; Garis Pantai 42,9 KM
Jenis Tanah
Alluvial (Kembang Tanjong, Pidie, Simpang Tiga);
1. Hydromof (Peukan Baro, Geulumpang Tiga, Mutiara, Titeue, Keumala, Tiro, Teurusep, Muara Tiga) ;
2. Podsolik (Padang Tiji, Kota Sigli, Indra Jaya, Tangse)
Penggunaan Tanah
1. Sawah 29.391 Ha
2. Pekarangan 9.175
3. Tegalan/Kebun 26.857
4. Ladang/Huma 19.772
5. Padang Penggembalaan 16.194
6. Hutan Rakyat 23.782
7. Hutan Negara 81.448
8. Perkebunan 21.212
9. Rawa-Rawa 2.128
10. Tambak 2.890
11. Tebat/Empang 162
12. Pemukiman 30.714
13. Belum diupayakan 78.093
Kecamatan
Daftar kecamatan dan gampong di Kabupaten Pidie
Kabupaten Pidie memiliki 23 kecamatan dan 730 gampong dengan kode pos 24115-24186 (dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah ini adalah 378.278 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 183.675 pria dan 194.603 wanita (rasio 94,38). Dengan luas daerah 316.924 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 133 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 437.740 jiwa dengan luas wilayahnya 3.086,95 km² dan sebaran penduduk 142 jiwa/km².
Setelah pemekaran, maka kecamatan di Kabupaten Pidie tersisa sebanyak 23 buah, yaitu:
1. Batee
2. Delima
3. Geumpang
6. Grong Grong
7. Indrajaya
8. Keumala
10. Kota Sigli
11. Mane
12. Mila
13. Muara Tiga
14. Mutiara
15. Mutiara Timur
16. Padang Tiji
17. Peukan Baro
18. Pidie
19. Sakti
20. Simpang Tiga
21. Tangse
22. Tiro
23. Titeue
Demografi
220.917 jiwa laki-laki ( 49,78 % ) + 222.801 jiwa perempuan ( 50,22 % ) = 443.718 jiwa ; 117.592 KK. Kepadatan, Laju Pertumbahan Penduduk dan Jumlah Jiwa/KK Kepadatan 143 jiwa / Km2 ; Laju pertumbuhan 2,29 % ; + 4 Jiwa / KK
Jumlah Penduduk per Kecamatan
1. Batee 20.405 Jiwa
2. Delima 22.986
3. Geumpang 6.657
4. Glumpang Tiga 19.542
5. Indra Jaya 24.987
6. Kembang Tanjong 22.561
7. Kota Sigli 22.311
8. Mila 10.221
9. Muara Tiga 19.367
10. Mutiara 21.267
11. Padang Tiji 23.575
12. Peukan Baro 20.314
13. Pidie 45.630
14. Sakti 21.752
15. Simpang Tiga 24.180
16. Tangse 27.720
17. Tiro/Truseb 8.298
18. Keumala 10.468
19. Mutiara Timur 36.451
20. Grong-Grong 7.018
21. Mane 9.391
22. Glumpang Baro 11.439
23. Titeue 7.178
Kelompok Umur
0-4 Thn 34.296 Jiwa ; 5-9 Thn 42.433 ; 10-14 Thn 42.433 ; 15-19 Thn 41.190 ; 20-24 Thn 43.501 ; 25-29 Thn 44.798 ; 30-34 Thn 39.172 ; 35-39 Thn 32.514 ; 40-44 Thn 27.837 ; 45-49 Thn 20.968 ; 50-54 Thn 19.253 ; 55-59 Thn 14.938 ; 60-64 Thn 12.670 ; 65-69 Thn 8.814 ; 70-74 Thn 8.183 ; Di atas 74 Thn 10.185; 00
Tingkat Pendidikan
Strata 3 = 16 Jiwa ; Strata 2 = 462 ; Srata 1 = 12.137 ;
D-III = 7.107 ; D-II = 6.506 ; SLTA = 94.284 ; SLTP = 79.226 ; SD = 90.451;
Tidak Tamat SD = 64.650 ; Belum Sekolah = 88.135
Mata Pencaharian
PNS 9.545 Jiwa ; TNI 964 ; POLRI 1.075 ; Pensiunan 3.523 ; Ibu Rumah Tangga 70.703 ; Pelajar/Mahasiswa 112.834 ; Pengusaha 2.570 ; Petani/Pekebun 60.963 ; Peternak 125 ; Nelayan 3.929 ; Industri 143 ; Konstruksi 88 ;
Transportasi 261 ; Kary.Swasta 1.685 ; Kary.BUMN 300 ; Honorer 3.516 ; Buruh Harian Lepas 2.516 ; Buruh Tani 4.722 ; Buruh Perikanan 649 ; Buruh Peternakan 38 ; Pembantu Rumah Tangga 244 ; Tukang Cukur 142 ; Tukang Listrik 86 ; Tukang Batu 518 ; Tukang Kayu 1.654 ; Tukang Sol Sepatu 26 ; Tukang Las 182 ; Tukang Jahit 1.052 ; Tukang Gigi 9 ; Penata Rias 18 ; Penata Busana 11 ; Penata Rambut 33 ; Mekanik 439 ; Seniman 34 ; Tabib 20 ; Perajin 6 ;
Perancang Busana 6 ; Penerjemah 3 ; Imam Masjid 57 ; Pastor 1 ; Wartawan 33 ; Ustaz/Mubaligh 794 ; Juru Masak 19 ; Promotor Acara 1 ; Agt. DPR-RI 5 ; Menteri 1; Gubernur 1; Bupati 1 ; Wakil Bupati 1 ; Agt. DPRA 6 ; Agt DPRK 45 ; Dosen 79 ; Guru 4.005 ; Pengacara 13 ; Notaris 5 ; Arsitek 6 ; Akuntan 1 ; Konsultan 21 ; Dokter 112 ; Bidan 511 ; Perawat 295 ; Apoteker 15 ; Penyiar TV 2 ; Penyiar Radio 7 ; Pelaut 50 ; Peneliti 9 ; Sopir 2.771 ; Pialang 6 ; Paranormal 11 ; Pedagang 11.766 ; Perangkat Gampong 124 ; Keuchik Gampong 209 ; Wiraswasta 36.668 ; Belum Bekerja 101,244 ; Lain-lain 99
Sarana Ibadah
Masjid 181 unit ; Meunasah 1.023 ; Mushalla 121
Pendidikan
Angka Partisipasi Murni (APM) tahun 2017 adalah proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. Pada tahun 2017 Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Pidie tingkat SD/MI 100 persen, tingkat SMP/MTs sebesar 97,62 persen dan tingkat SMA/SMK/MA sebesar 88,85 persen.
No |
Jumlah murid tahun ajaran 2017/2018 di Kabupaten Pidie |
|
Jenjang |
Jumlah |
|
1 |
TK |
4.808 siswa |
2 |
SD |
35.548 siswa |
3 |
MI |
12.274 siswa |
4 |
SMP |
13.800 siswa |
5 |
MTs |
8.194 siswa |
6 |
MA |
4.411 siswa |
Sarana Pendidikan Agama
Pesantren 242 unit ; Balai Dayah 85 ; Balai Pengajian 379 ; Majelis Taqlim 980
Sarana Pendidikan
TK/RA 70 unit ; SD 277 ; SMP 54 ; SMU 26 ; SMK 8 ; MIN 53 ; MIS 8 ; MTsN 13 ; MTsS 13 ; MAN 8 ; MAS 5 ; Universitas/PT 2 ; Akademi 7
Kesehatan
Sarana Kesehatan
Pukesmas 26 unit ; Pukesmas Pembantu 70 ; Poskesdes 79 ; Posyandu 764 ; Polindes 79
Tenaga Kesehatan
Spesialis Kandungan 4 orang ; Spesialis Peny.Dalam 2 ; Spesialis Anak 2 ; Spesialis Mata 2 ; Spesialis THT 2 ; Spesialis Jiwa 2 ; Spesialis Saraf 3 ; Spesialis Ortopedi 1 ; Spesialis Bedah 2 ; Spesialis Urologi 1 ; Spesialis Patologi Klinik 1 ; Spesialis Radiologi 1 ; Dokter umum 76; Dokter Gigi 10
Ekonomi
Potensi Alam
Tanaman Pangan (Padi, Kedelai, Kacang Tanah, dan Jagung), Palawija (Cabe, Tomat, Bawang Merah, dan Tomat), Hortikultura (Melinjo, Durian, Rambutan, Jeruk dan Mangga). Perkebunan (Kopi, Kelapa, Pinang, Kakao, Kemiri, Randu dan Nilam). Peternakan (Sapi, Kerbau, Kambing, Ayam dan Itik). Pariwisata (Air Terjun, Kolam Air Panas, Situs Bersejarah dan Pantai), Kehutanan (Kayu, Rotan, Flora dan Fauna). Bahan Tambang/Galian ( Emas, Timah, Tembaga, Mangan, Pasir Besi, Batu, Gamping, Batu Gip Promium, Molidenium, Fosfat, Tanah Liat, Supertenit, Borit, Batu Sabak,) dll
Pertanian
Luas Sawah 29.391 Ha terdiri dari sawah berpengairan: Teknis 3.700 Ha ; Semi Teknis 15.522 Ha ; Sederhana 6.365 Ha ; Non PU 1.932 ; Tadah Hujan 1.958 Ha Sawah yang ditanami Dua Kali Setahun seluas 17.553 Ha dan yang Satu kali Setahun 13.584 Ha Jenis atau Varietas yang dianjurkan: Ciherang, Mikongga, Cigeulis, Impari 13 (Padi) ; Anjasmoro, Kipas Merah, Kipas Putih, Mutiara (Kedelai) ; Bisi 2, Bisi 9, Pioneer 21 (Jagung).
Peternakan
1. Sapi 65.660 ekor
2. Kerbau 16.858
3. Kambing 68.111
4. Domba 4.028
5. Ayam Buras 556.887;
6. Ayam Broiler 129.816
7. Ayam Ras 3.630
8. Itik 498.764
9. Puyuh 4.520
10. Angsa 2.780
Industri Pangan
1. Emping Melinjo 1.326 unit usaha
2. Bubuk Kopi 14
3. Kerupuk Kulit 5
4. Tempe 18
5. Tahu 4
6. Asam Kana 3
7. Roti Kering 5
8. Roti Basah 3
9. Dodol Halua 38
10. Kerupuk Tepung 4
11. Pengupasan Kopi
12. Pengupasan Kacang 7
13. Kipang Beras/Kacang 3
14. Peyek Kacang 12
15. Es Lilin 6
16. Es Balok 3
17. Tepung Beras 19
18. Sirup/Limun 4
19. Kacang Asin 5
20. Keripik Pisang 6
21. Kerupuk Ubi 3
22. Bumbu Masak 8
23. Pengasinan Ikan 5
24. Emping Beras 6
25. Air minum isi ulang 76
26. Mie Basah 12
27. Jamu Bubuk 1
28. Garam Rakyat 358
29. Coklat 1
Potensi Wisata
1. Monumen Tsunami (Kota Sigli)
2. Air Terjun
3. Kolam Air Panas
4. Krueng Geunie
5. Arung Jeram (Tangse)
6. Guha Tujoh (Laweung)
7. Masjid Po Teumeureuhom (Mutiara Barat)
8. Tungkat Po Teumeureuhom (Masjid Labui)
9. Pantai (Kota Sigli, Mantak Tari, Jeumeurang, Pusong, Biheue)
10. Benteng Kuta Asan (Lampoh Lada)
11. Rumah Adat Bentara Pineung (Pekan Baro)
12. Rumah Adat Bentara Blang (Simpang Tiga)
13. Situs bersejarah lainnya berupa Masjid dan Makam Para Ulama, Syuhada dan Raja/Bangsawan (tersebar di beberapa Kecamatan)
14. Lingkok Kuwieng (Padang Tiji)
15. Rumoh Geudong (Bili aron, Glumpang Tiga)
Koperasi
KUD 32 unit ; Non KUD 489 unit ; Jumlah Anggota 38.185 orang
Pasar
1. Pasar Tradisional 32 unit
2. Pasar Lokal 10
3. Pasar Swalayan/Toserba 17
4. Pasar Grosir 4
5. Pertokoan 3.200
PerbankanBank Aceh
1. Bank Aceh Syariah
2. Bank BRI
3. Bank BNI
4. Bank Muamalat
5. Bank Syariah Mandiri
6. Bank Mandiri
7. Bank BTPN
8. Bank Pundi
9. Bank Danamon
10. Bank BPR Tgk Syik Pante Kulu
11. Bank Mustakim
Transportasi
1. Angkutan Barang & Jasa 752 unit
2. Bus Besar 112
3. Bus Kecil 25
4. Labi-labi 366
5. Truk Sedang 46
6. Truk Besar 30
7. Pick Up Kecil 153 ; Becak 302
Jalan
1. Panjang Jalan Negara 96,00 Km
2. Jalan Provinsi 267,58 Km
3. Jalan Kabupaten 1.084,150 Km
4. Jalan Gampong 1.798,03 Km
Perhotelan
1. Riza Hotel
2. Grand Blang Asan Hotel
3. Hotel Cempaka
4. Losmen Paris
5. Losmen Batik
6. Losmen Mali
7. Losmen Mali II
8. Wisma Mutia
9. Wisma Seulawah
10. Wisma Dian
11. Wisma Safira
Tokoh Pidie
Daftar tokoh-tokoh Pidie diantaranya:
1. Teungku Daud Beureueh, Gubernur Aceh ke-2 (1948-1952)
2. Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatra (1945-1948)
3. Prof. Ibrahim Hasan, Menteri Negara Urusan Pangan Indonesia (1993-1995)
4. Dr. Ir. Mustafa Abubakar, Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia ke-6 (2009-2011)
5. Dr. Hasballah M Saad, Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia (1999-2000)
6. Dr. Tengku Hasan di Tiro, Wali Neugara Aceh (1976-2010)
7. dr. Husaini M. Hasan, Sekretaris Neugara Aceh (1976-1985)
8. dr. Zaini Abdullah (24 April 1940), Gubernur Aceh ke-17 (2012-2017)
9. Dr.(H.C.) Sanusi Juned, Ph.D, Menteri Besar Kedah ke-7, Malaysia (1996-1999)
10. Ismail Hassan Metareum, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (1992-1997)
11. Ibrahim Richard, Pengusaha Aceh di Indonesia (1965-2012).
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar