PROVINSI SUMATERA SELATAN
KOTA PALEMBANG
Orientasi
Sumatera Selatan atau Sumatra Selatan (Jawi: سومترا سلاتن, disingkat Sumsel) adalah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Selatan pulau Sumatera. Ibu kota Sumatera Selatan berada di kota Palembang, dan pada tahun 2021 penduduk provinsi ini berjumlah 8.550.849 jiwa. Secara geografis, Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kepulauan Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Selain itu, ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena menjadi pusat Kedatuan Sriwijaya.
Dari abad ke-7 hingga akhir abad ke-14, provinsi ini merupakan pusat Kerajaan Buddha Sriwijaya, yang memengaruhi sebagian besar kawasan Asia Tenggara. Sriwijaya adalah pusat penting bagi perluasan agama Buddha di Kepulauan Nusantara pada abad ke-8 hingga abad ke-12. Sriwijaya juga kerajaan bersatu pertama yang mendominasi sebagian besar Nusantara yang kini disebut Indonesia. Karena posisi geografisnya, ibu kota Sriwijaya, Palembang, menjadi pelabuhan berkembang yang sering dikunjungi oleh para pedagang dari Timur Tengah, Subbenua India, dan Tiongkok. Dimulai pada abad ke-13, Islam mulai menyebar di wilayah tersebut, secara efektif menggantikan agama Hindu dan Buddha sebagai agama dominan di wilayah tersebut.
Pada abad ke-17, Kesultanan Palembang didirikan dengan Palembang sebagai ibukotanya, pada saat itu pula orang-orang Eropa mulai berdatangan di wilayah ini. Belanda menjadi kekuatan dominan di wilayah tersebut. Melalui Vereenigde Oostindische Compagnie, Belanda memberikan pengaruh terhadap Kesultanan Palembang. Hingga pada akhirnya Kesultanan Palembang dibubarkan. Wilayah ini seperti wilayah lainnya di Indonesia, Belanda mengambil alih pemerintahan untuk abad berikutnya, tetapi selama Perang Dunia II, Jepang menyerang Palembang dan mengusir Belanda.
Jepang menduduki wilayah Sumatra Selatan sampai Agustus 1945, ketika mereka menyerah kepada pasukan Sekutu. Belanda berusaha untuk kembali ke wilayah tersebut, tetapi ini ditentang oleh Republik Indonesia yang baru dideklarasikan, sehingga terjadi Perang Kemerdekaan. Pada akhirnya, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan menarik diri dari wilayah tersebut pada tahun 1950. Provinsi Sumatera Selatan kemudian dibentuk pada 12 September 1950. Namun, berdasarkan peraturan daerah Provinsi Sumatera Selatan tentang hari jadi provinsi Sumatera Selatan maka pemerintah Sumatera Selatan menetapkan bahwa 15 Mei 1946 merupakan hari jadi provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Sejarah
Provinsi Sumatra Selatan dikenal juga dengan sebutan "Bumi Sriwijaya". Pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat Kedatuan Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika.
Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara terutama dari negeri Tiongkok. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya Kolonialisme Barat, lalu disusul oleh Jepang. Ketika masih berjaya, Kedatuan Sriwijaya juga menjadikan Palembang sebagai Kota Kerajaan.
Menurut Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada 1926 menyebutkan, pemukiman yang bernama Sriwijaya itu didirikan pada tanggal 17 Juni 683 Masehi. Tanggal tersebut kemudian menjadi hari jadi Kota Palembang yang diperingati setiap tahunnya.
Geografi
Provinsi Sumatra Selatan secara astronomis terletak antara 1–4° Lintang Selatan dan 102–106° Bujur Timur, dan luas daerah seluruhnya adalah 87.017.41 km2.
Batas batas wilayah Provinsi Sumatra Selatan sebagai berikut:
1. sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Jambi,
2. sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung,
3. sebelah timur berbatasan dengan Selat Bangka dan Provinsi Bangka Belitung,
4. sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.
Secara topografi, wilayah Sumatra Selatan di Pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayu rawa (bakau). Sedikit makin ke barat merupakan dataran rendah yang luas. Lebih masuk kedalam wilayahnya semakin bergunung-gunung. Disana terdapat bukit barisan yang membelah Sumatra Selatan dan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 900 – 1.200 meter dari permukaan laut. Bukit barisan terdiri atas puncak Gunung Seminung (1.964 m), Gunung Dempo (3.159 m), Gunung Patah (1.107 m) dan Gunung Bengkuk (2.125m).
Disebelah Barat Bukit Barisan merupakan lereng. Provinsi Sumatra Selatan mempunyai beberapa sungai besar. Kebanyakan sungai-sungai itu bermata air dari Bukit Barisan, kecuali Sungai Mesuji, Sungai Lalan dan Sungai Banyuasin. Sungai yang bermata air dari Bukit Barisan dan bermuara ke Selat Bangka adalah Sungai Musi, sedangkan Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Kelingi, Sungai Lakitan, Sungai Rupit dan Sungai Rawas merupakan anak Sungai Musi.
Secara administratif Sumatra Selatan terdiri dari 13 (tiga belas) Pemerintah Kabupaten dan 4 (empat) Pemerintah Kota, dengan Palembang sebagai ibu kota provinsi. Pemerintah kabupaten dan kota membawahi pemerintah kecamatan dan desa atau kelurahan. Sumatra Selatan memiliki 13 kabupaten, 4 kota madya, 212 kecamatan, 354 kelurahan, dan 2.589 desa. Kabupaten Ogan Komering Ilir menjadi Kabupaten dengan luas wilayah terbesar dengan luas 16.905,32 ha, diikuti oleh Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas wilayah sebesar 14.477 ha.
Terdapat empat sektor yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap PDRB. Pada 2010, empat sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah sektor industri pengolahan, diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan Restoran. Pada tahun yang sama, kontribusi masing-masing sektor diatas secara berurutan adalah 23,67%, 21,62%, 16,85%, 12,70%.
Sebagai salah satu provinsi tujuan investasi, Sumatra Selatan memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang, di antaranya adalah Bandara S.M. Badaruddin II yang terdapat di Kota Palembang, Bandara Silampari yang terletak di kota Lubuklinggau, Bandara Tanjung Enim di Kabupaten Muara Enim, Bandara Banding Agung yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Pelabuhan Boom Baru yang terletak di Kota Palembang.
Iklim
Provinsi Sumatra Selatan mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan antara 9/7 – 492/23 mm sepanjang tahun 2003. Setiap bulannya hujan cenderung turun.Dipantai Timur tanah nya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang dipengarui oleh pasang surut.Vegitasinya berupa tumbuhan palmase dan kayu rawa (Bakau).Sedikit makin kebarat merupakan dataran rendah yang luas.lebih masuk dalam wilayah semakin daerahnya bergunung-gunung. Sumatra Selatan memiliki Iklim Am, yaitu iklim tropis dengan musim kemarau yang pendek.
Politik dan pemerintahan
Gubernur
Daftar Gubernur Sumatra Selatan
Gubernur merupakan jabatan tertinggi di pemerintahan provinsi Sumatra Selatan, dan bertanggungjawab atas wilayah tersebut. Saat ini, gubernur atau kepala daerah yang menjabat di provinsi Sumatra Selatan ialah Herman Deru, dibantu wakil gubernur Mawardi Yahya. Mereka menang pada Pemilihan umum Gubernur Sumatra Selatan 2018. Herman merupakan gubernur Sumatra Selatan ke-16, sejak provinsi ini dibentuk. Herman dan Mawardi dilantik oleh presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Istana Negara Jakarta pada 1 Oktober 2018, untuk masa jabatan 2018-2023.
Dewan Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatra Selatan
DPRD Sumsel beranggotakan 75 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Sumsel terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Sumsel yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 24 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Palembang di Gedung DPRD Provinsi Sumatra Selatan.
Komposisi anggota DPRD Sumsel periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 13 kursi, kemudian disusul oleh PDI Perjuangan yang meraih 11 kursi dan Partai Gerindra yang meraih 10 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Sumsel dalam tiga periode terakhir.
Partai Politik |
Jumlah Kursi dalam Periode |
|||
2009-2014 |
2014-2019 |
2019-2024 |
||
16 |
10 |
13 |
||
11 |
13 |
11 |
||
6 |
10 |
10 |
||
13 |
11 |
9 |
||
4 |
6 |
8 |
||
7 |
5 |
6 |
||
(baru) 5 |
6 |
|||
4 |
6 |
5 |
||
(baru) 4 |
5 |
3 |
||
(baru) 3 |
||||
5 |
2 |
1 |
||
3 |
2 |
0 |
||
1 |
||||
(baru) 1 |
||||
Jumlah Anggota |
75 |
75 |
75 |
|
Jumlah Partai |
12 |
11 |
11 |
Kabupaten dan Kota
Daftar kabupaten dan kota di Sumatra Selatan
Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 13 kabupaten, 4 kotamadya, 236 kecamatan, 386 kelurahan dan 2.853 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 8.152.528 jiwa dengan total luas wilayah 91.592,43 km².
No. |
Kode |
Kabupaten/Kota |
Luas Wilayah |
Penduduk |
2017 |
||
Kecamatan |
Kelurahan |
Desa |
|||||
1 |
16.07 |
11.832,99 |
843 871 |
19 |
16 |
288 |
|
2 |
16.11 |
2.256,44 |
343 839 |
10 |
9 |
147 |
|
3 |
16.04 |
5.311,74 |
434 939 |
24 |
18 |
360 |
|
4 |
16.03 |
7.383,90 |
617 846 |
22 |
10 |
245 |
|
5 |
16.06 |
14.266,26 |
627 070 |
14 |
13 |
227 |
|
6 |
16.05 |
6.350,10 |
398 732 |
14 |
13 |
186 |
|
7 |
16.13 |
6.008,55 |
190 420 |
7 |
7 |
82 |
|
8 |
16.10 |
2.666,09 |
419 401 |
16 |
14 |
227 |
|
9 |
16.02 |
18.359,04 |
772 742 |
18 |
13 |
314 |
|
10 |
16.01 |
4.797,06 |
371 106 |
13 |
14 |
143 |
|
11 |
16.09 |
5.493,94 |
416 616 |
19 |
7 |
252 |
|
12 |
16.08 |
3.370,00 |
653 062 |
20 |
7 |
305 |
|
13 |
16.12 |
1.840,00 |
197 290 |
5 |
6 |
65 |
|
14 |
16.73 |
401,50 |
236 828 |
8 |
72 |
- |
|
15 |
16.72 |
633,66 |
195 748 |
5 |
35 |
- |
|
16 |
16.71 |
369,22 |
1 686 073 |
18 |
107 |
- |
|
17 |
16.74 |
251,94 |
195 748 |
6 |
25 |
12 |
|
TOTAL |
91.592,43 |
8 550 849 |
238 |
386 |
2853 |
Demografi
Masalah kependudukan di antara lain meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar merupakan salah satu modal dasar pembangunan, tetapi dapat juga menjadi beban dalam proses pembangunan jika mempunyai kualitas yang rendah. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional dalam menangani permasalahan penduduk pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Di samping itu program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.
Pada tahun 2020 jumlah penduduk Sumatra Selatan sudah mencapai 8.497.196 jiwa, yang menempatkan Sumatra Selatan sebagai provinsi ke-6 terbesar penduduknya di Indonesia. Secara absolut jumlah penduduk Sumatra Selatan terus bertambah dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 1971 jumlah penduduk sebesar 2,931 juta jiwa, meningkat menjadi 3,975 pada tahun 1980, 5,493 juta jiwa pada tahun 1990 serta 6,273 pada tahun 2000. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar maka Sumatra Selatan dihadapkan kepada suatu masalah kependudukan yang sangat serius. Oleh karena itu, upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk disertai dengan upaya peningkatan kesejahteraan penduduk harus merupakan suatu upaya yang berkesinambungan dengan program pembangunan yang sedang dan akan terus dilaksanakan.
Berikut adalah jumlah penduduk Sumatra Selatan dari tahun ke tahun:
Tahun |
1971 |
1980 |
1990 |
2000 |
2003 |
2005 |
2010 |
2020 |
|
Jumlah penduduk |
2.930.830 |
3.975.904 |
5.492.993 |
6.210.800 |
6.503.918 |
6.782.339 |
7.450.394 |
8.497.196 |
|
Sumber: -,- |
Sejarah
kependudukan Sumatra Selatan
Suku bangsa
Masyarakat Sumatra Selatan memiliki ragam etnis dan kelompok budaya, umumnya terbagi atas etnis pribumi (Iliran dan Uluan) dan etnis pendatang. Etnis pribumi berada dalam satu istilah kolektif "Melayu Palembang" yang terbagi menjadi dua, yaitu Orang Iliran dan Orang Uluan. Di Sumatra Selatan, semua etnis hidup berdampingan dan damai, bahkan tidak pernah terjadi konflik antar etnis dan umat beragama.
Berdasarkan data dari Sensus Badan Pusat Statistik Tahun 2010. Berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di Provinsi Sumatra Selatan:
No |
Suku |
Jumlah 2010 |
% |
1 |
Asal Sumatra Selatan* |
4.120.408 |
55,43% |
2 |
2.037.715 |
27,41% |
|
3 |
602.741 |
8,11% |
|
4 |
180.018 |
2,42% |
|
5 |
Asal Sumatra lainnya |
104.386 |
1,40% |
6 |
95.983 |
1,04% |
|
7 |
72.575 |
0,98% |
|
8 |
64.403 |
0,87% |
|
9 |
45.709 |
0,61% |
|
10 |
42.977 |
0,58% |
|
11 |
38.552 |
0,52% |
|
12 |
16.198 |
0,22% |
|
13 |
Suku lainnya |
63.377 |
0,85% |
Sumatra Selatan |
7.434.042 |
100% |
Catatan:* Data yang dihitung adalah data yang tercatat, di luar data yang tidak diketahui, dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010. Suku asal Sumatra Selatan lainnya termasuk semua suku dari Sumatra Selatan seperti Melayu (Melayu Palembang dan Banyuasin-Pesisir) serta suku Daya, Enim, Gumai, Kayu Agung, Kikim, Kisam, Komering, Lematang, Lengkayap, Lintang, Lom, Mapur, Sekak, Meranjat, Musi Ulu, Musi Sekayu, Ogan, Orang Sampan, Pesemah, Pedamaran, Pegagan, Rambang, Ranau, Rawas, Saling, Semendo, Teloko, Ulu.[19][20] Selain itu, terdapat pula kelompok etnik Rejang asli Sumatra Selatan di daerah Ulu Rawas, Musi Rawas Utara.
Bahasa
Sumatra Selatan memiliki beragam bahasa daerah, logat dan dialek yang sangat kaya dan berbeda. Bahasa daerah yang umum dipakai dan menjadi lingua franca antar suku di Sumatra Selatan adalah Bahasa Melayu Palembang. Selain itu, Di wilayah tenggara Sumatra Selatan yaitu wilayah Komering (OKU Timur dan OKI), Bahasa Komering menjadi bahasa utama di sana bagi ratusan ribu penduduknya namun di sisi lain Bahasa Ogan menjadi bahasa alternatif penghubung bagi masyarakat yang tinggal di wilayah OKU Raya (Ogan Komering Ulu, OKU Timur dan OKU Selatan). Di wilayah barat Sumatra Selatan tepatnya sepanjang dataran tinggi Gunung Dempo dan aliran Sungai Lematang, Bahasa Besemah menjadi bahasa utama antara masyarakat asli dan wilayah utara Bahasa Musi memegang peran dalam komunikasi sehari-hari masyarakat di sana.
-oooooooooooo oOo oooooooooo-
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar