KOTA DEPOK
PROVINSI JAWA BARAT
Orientasi
Depok (bahasa Sunda: , terj. Dépok) adalah sebuah
kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Depok umumnya merupakan bagian dari kawasan
metropolitan Jabodetabekpunjur dan berada di bagian
selatan Jakarta.
Depok awalnya dikenal dengan nama Gemeente Depok atau desa otonom pada zaman Hindia Belanda
Pada 1982, pemerintah pusat meresmikan Depok sebagai kota administratif dan akhirnya mendapat status kota madya pada 1999. Pada tahun 2021, jumlah penduduk Kota Depok sebanyak 1.886.890 jiwa dengan kepadatan 9.421 jiwa/km². Saat ini Kantor Wali Kota Depok berlokasi di Jalan Margonda Raya.
Geografi
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6° 19’ 00”–6° 28’ 00” Lintang Selatan dan 106° 43’ 00”–106° 55’ 30” Bujur Timur. Dengan luas wilayah sekitar 200,29 km², Depok merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 50-140 mdpl dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%.
Depok dilalui sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan.[7] Selain itu, ada juga 13 sub satuan wilayah aliran sungai dan 22 situ atau danau. Hal ini menjadikan Depok sebagai daerah yang rawan banjir di sebagian wilayah.
Batas Wilayah
Secara administratif, Depok dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 1999 tentang terbentuknya Kota Depok dan Kota Cilegon. Pada tanggal 27 April 1999, Kota Administratif Depok dan Kota Administratif Cilegon berubah menjadi Kotamadya. Batas sebelah utara Depok dengan Kota Batavia ini tidak berubah setidaknya semenjak tahun 1933.
Kota Jakarta Selatan, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Jakarta Timur |
|
Sejarah
Sejarah Depok berawal pada 18 Mei 1696, yakni ketika seorang saudagar Belanda bernama Cornelis Chastelein membeli tanah di Depok seluas 12,44km² dengan harga Rp2,4 juta. Status tanah itu adalah tanah partikelir milik Cornelis Chastelein seorang sehingga terlepas dari kekuasaan Hindia Belanda. Sebagian besar tanah di Depok, Cilodong, Bojong Gede dan Sawangan pernah menjadi tanah partikelir milik keluarga besar Khouw pada tahun 1877, dikuasai penuh oleh Khouw Wie Seng pada tahun 1894, dan, berdasarkan pemberitaan koran Het Vaderland, dijual lagi kepada Pemerintah Belanda pada 16 November 1930 seharga 600 ribu gulden.
Pada zaman Hindia Belanda serta sampai pendudukan Jepang dan hingga masa Republik Indonesia Serikat, wilayah Kota Depok modern masih terpisah ke dalam 3 Kawedanan yang berbeda di wilayah Kabupaten Bogor yaitu:
Kawedanan Depok meliputi:
1. Kecamatan Depok, termasuk Pancoran Mas dan Beji;
2. Kecamatan Limo, termasuk Cinere;
3. Kecamatan Sawangan, termasuk Bojongsari dan Parung.
Kawedanan Jonggol meliputi: Kecamatan Cimanggis, termasuk Tapos.
Kawedanan Cibinong meliputi: Kecamatan Sukmajaya, termasuk Cilodong.
Pada tahun 1898, 1909 dan 1933, daerah-daerah yang berada di bawah Kawedanan Depok tersebut masuk ke dalam suatu distrik yang berpusat di Parung, Afdeeling Buitenzorg. Setelah penghapusan Kawedanan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 1963, Kecamatan Depok saat itu terdiri dari 11 desa, yaitu Depok, Depok Jaya, Pancoran Mas, Mampang, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Beji, Kemiri Muka, Pondok Cina, Tanah Baru dan Kukusan.
Depok pernah menjadi pusat Residensi Ommelanden van Batavia atau Keresidenan Daerah sekitar Jakarta berdasarkan Keputusan Gubernur Batavia yaitu en Ommelanden per tanggal 11 April 1949 №Pz/177/G.R. yang dimuat di dalam Javasche Courant 1949 №31. Residensi ini membubarkan Regentschap Meester Cornelis yang terbentuk sejak 1925.
Sejak era Orde Baru pembangunan di Kecamatan Depok menggeliat, Depok yang dahulunya sepi kini mulai dilirik oleh pemerintah sebagai bagian dampak dari cepatnya urbanisasi di DKI Jakarta. Pemerintah Orde Baru kemudian menata Depok untuk dijadikan kawasan hunian yang tertata melalui pembangunan yang diprakarsai oleh Perumnas.
Pada akhir 1980-an pemerintah Orde Baru juga memindahkan kampus utama Universitas Indonesia dari Salemba ke Beji, hal tersebut membuat Depok semakin banyak didatangi para perantau dari penjuru Indonesia.
Atas dasar tersebut, Pemerintah Orde Baru melakukan pelebaran dan pembangunan jalan-jalan disekitar Depok seperti pembangunan:
1. Jalan Margonda Raya (penghubung Depok dengan Jakarta Selatan di DKI Jakarta).
2. Jalan Raya Sawangan (penghubung Depok dengan Parung di Kabupaten Bogor).
4. Jalan Raya Citayam (penghubung Depok dengan Bojong gede di Kabupaten Bogor).
6. Jalan Tole Iskandar.
7. Jalan Transyogi (penghubung DKI Jakarta dengan Jonggol di Kabupaten Bogor).
8. dan pelebaran Jalan Raya Bogor (penghubung DKI Jakarta dengan Kota Bogor).
9. Hal itu mengakibatkan angka pertumbuhan penduduk serta ekonomi di Depok melonjak naik dan mulai mengalahkan beberapa kecamatan lain yang ada di Kabupaten Bogor seperti Bojonggede, Tajurhalang, Sukaraja, Parung, Cileungsi maupun Jonggol.
Perkembangan Depok yang begitu cepat menjadi perhatian bagi Pemerintah Orde Baru, lewat Menteri Dalam Negeri kala itu, Amir Machmud mulai mengkaji peningkatan status Kecamatan Depok menjadi kota administratif. Peningkatan status tersebut dimaksudkan agar pembangunan lebih tertata dan terarah sebagai kota masa depan, ketimbang dikelola sepenuhnya oleh Kabupaten Bogor hanya sebagai kecamatan yang dipimpin oleh camat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 tentang Pembentukan Kota Administratif Depok, Pemerintah Pusat melakukan pemekaran wilayah Kecamatan Depok, tujuannya untuk meningkatkan status kecamatan menjadi kota administratif. Hasil pemekaran tersebut antara lain:
1. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 desa, yaitu: Beji, Kemiri Muka, Pondok Cina, Tanah Baru dan Kukusan.
2. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 desa, yaitu Pancoran Mas, Depok, Depok Jaya, Mampang, Rangkapan Jaya dan Rangkapan Jaya Baru.
Kota Administratif Depok
Pada 18 Maret 1982, Pemerintah Pusat meresmikan pembentukan Kota Administratif Depok dengan memasukkan Kecamatan Sukmajaya yang sebelumnya merupakan sebuah desa di wilayah Jonggol, Kawedanan Cibinong. Saat itu, Depok menjadi Kota Administratif keempat di Jawa Barat setelah Cimahi, Tasikmalaya dan Tangerang. Saat ini, Tangerang telah memisahkan diri dari Jawa Barat dan bergabung dengan Provinsi Banten.
1. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 desa, yaitu: Sukmajaya, Mekar Jaya, Sukamaju, Kalibaru, Kalimulya dan Cisalak.
2. Peresmian pembentukan Kota Administratif Depok dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Amir Machmudsekaligus pelantikan Wali Kota Administratif pertama, yaitu Mochammad Rukasah Suradimadja oleh Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi. Di awal tahun 1999, Kota Administratif Depok dimekarkan dan seluruh desa berganti status menjadi kelurahan.
3. Kecamatan Beji, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Beji, Beji Timur, Pondok Cina, Kemiri Muka, Kukusan dan Tanah Baru.
4. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Pancoran Mas, Depok, Depok Jaya, Mampang, Rangkapan Jaya dan Rangkapan Jaya Baru.
5. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: Sukmajaya, Tirtajaya, Mekar Jaya, Abadijaya, Bakti Jaya, Cisalak, Cilodong, Sukamaju, Kalibaru, Kalimulya dan Jatimulya.
Kota Depok
Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat, maka pada tanggal 27 April 1999terbentuklah Kota Depok yang terdiri dari 3 kecamatan dan ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Bogor, yaitu:
1. Kecamatan Cimanggis
2. Kecamatan Limo
3. Kecamatan Sawangan
Dan ditambah 5 desa dari Kecamatan Bojonggede.
Setelah beberapa wilayah di Kabupaten Bogor itu memilih gabung ke Kota Depok sesuai Undang-Undang Nomor 15 tahun 1999, wilayah Kota Depok terdiri dari 6 kecamatan diantaranya:
1. Kecamatan Beji, terdiri dari 6 kelurahan, yaitu: Beji, Beji Timur, Pondok Cina, Kemiri Muka, Kukusan dan Tanah Baru.
2. Kecamatan Cimanggis, terdiri dari 13 kelurahan, yaitu: Cisalak Pasar, Pasir Gunung Selatan, Tugu, Mekarsari, Curug, Harjamukti, Tapos, Cilangkap, Sukatani, Sukamaju Baru, Jatijajar, Cimpaeun dan Leuwinanggung.
3. Kecamatan Limo, terdiri dari 8 kelurahan, yaitu: Limo, Meruyung, Krukut, Grogol, Cinere, Gandul, Pangkalan Jati dan Pangkalan Jati Baru.
4. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: Pancoran Mas, Depok, Depok Jaya, Mampang, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Cipayung, Cipayung Jaya, Ratujaya, Bojong Pondok Terong dan Pondok Jaya.
5. Kecamatan Sawangan, terdiri dari 14 kelurahan, yaitu: Sawangan Lama, Sawangan Baru, Cinangka, Kedaung, Pengasinan, Bedahan, Pasir Putih, Bojongsari Lama, Bojongsari Baru, Serua, Pondok Petir, Curug, Duren Seribu dan Duren Mekar.
6. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: Sukmajaya, Tirtajaya, Mekar Jaya, Abadijaya, Bakti Jaya, Cisalak, Cilodong, Sukamaju, Kalibaru, Kalimulya dan Jatimulya.
Pemekaran Kecamatan
Pada tahun 2007, kecamatan yang ada di Depok dimekarkan. Adapun selengkapnya nama kecamatan dan kelurahan hasil pemekaran yang disahkan oleh DPRD Kota Depok, sebagai berikut:
1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Beji, Beji Timur, Kemiri Muka, Pondok Cina, Kukusan dan Tanah Baru.
2. Kecamatan Bojongsari meliputi wilayah kerja: Bojongsari Lama, Bojongsari Baru, Serua, Pondok Petir, Curug, Duren Mekar dan Duren Seribu.
3. KecamatanCilodong meliputi wilayah kerja: Cilodong, Sukamaju, Kalibaru, Kalimulya dan Jatimulya.
4. Kecamatan Cimanggis meliputi wilayah kerja: Cisalak Pasar, Mekarsari, Tugu, Pasir Gunung Selatan, Harjamukti dan Curug.
5. Kecamatan Cinere meliputi wilayah kerja: Cinere, Gandul, Pangkalan Jati dan Pangkalan Jati Baru.
6. Kecamatan Cipayung meliputi wilayah kerja: Cipayung, Cipayung Jaya, Ratujaya, Bojong Pondok Terong dan Pondok Jaya.
7. Kecamatan Limo meliputi wilayah kerja: Limo, Meruyung, Grogol dan Krukut.
8. Kecamatan Pancoran Mas meliputi wilayah kerja: Pancoran Mas, Depok, Depok Jaya, Mampang, Rangkapan Jaya dan Rangkapan Jaya Baru.
9. Kecamatan Sawangan meliputi wilayah kerja: Sawangan Lama, Sawangan Baru, Kedaung, Cinangka, Bedahan, Pengasinan dan Pasir Putih.
10. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja: Sukmajaya, Mekar Jaya, Bakti Jaya, Abadijaya, Tirtajaya dan Cisalak.
11. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Tapos, Leuwinanggung, Sukatani, Sukamaju Baru, Jatijajar, Cilangkap dan Cimpaeun.
Demografi
Suku bangsa
Karakteristik suku bangsa penduduk Kota Depok memiliki keberagaman. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2000, sebagian besar penduduk Kota Depok adalah orang Betawi, Jawa, dan Sunda. Jumlah yang signifikan juga berasal dari suku Batak, dan Minangkabau. Keberagaman suku bangsa di Kota Depok memengaruhi perbedaan budaya dan adat istiadat masyarakat. Berikut adalah besaran penduduk Kota Depok berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;
Perguruan Tinggi
1. Universitas Azzahra
2. Universitas Bina Sarana Informatika
5. Universitas Islam Internasional Indonesia
6. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
7. Universitas Jakarta Global
10. Universitas Muhammadiyah Depok
12. Universitas Veteran Jakarta
13. Akademi Imigrasi
14. Institut Digital Bisnis Indonesia
15. Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
17. Politeknik Kesehatan Genesis Medicare
18. Politeknik LP3I Cilodong
20. Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah
21. Sekolah Tinggi Agama Islam Madinatul Ilmi
22. Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Gazalie
23. Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hamidiyah
24. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
25. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Ar-Ridho
26. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia
27. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Fajar
28. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi GICI
29. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah
30. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen Bisnis Indonesia
31. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Iblam
32. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Raflesia
33. Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara
34. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ar-Rahmaniyah
35. Sekolah Tinggi Teknologi Nurul Fikri
Tokoh terkenal
Arif Rahman Hakim adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia yang meninggal karena ditembak sewaktu berlangsungnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut tritura atas pemerintahan orde lama dibawah Presiden Soekarno pada tanggal 24 Februari 1966.
2. Margonda
Lahir di Bogor, Jawa Barat, meninggal dalam pertempuran ketika pasukannya menyerang tentara Inggris di Kali Bata, Depok pada tanggal 16 November 1945. Sejak saat itu peristiwa ini dinamakan Gedoran Depok.
3. Ridwan Rais
Ridwan Rais merupakan salah satu tokoh pahlawan ampera yang tewas di Jakarta pada Tragedi Wisma Marta. Ia gugur dalam usia yang relatif muda (14 tahun). Dalam catatan sejarah, namanya sejajar dengan salah satu pahlawan ampera yaitu Arif Rahman Hakim.
Lahir di Depok, Jawa Barat, meninggal dalam pertempuran dengan sekutu di Perkebunan Cikasintu, Jawa Barat pada tahun 1947. Tole Iskandar berjasa karena telah membebaskan Depok dari tangan NICA yang sebelumnya telah mempropaganda agar tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.
Fasilitas
Perumahan
Menurut data Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Depok tahun 2022, jumlah perumahan di Depok hingga kini ada sekitar 520 perumahan.
Tempat Ibadah
Depok memiliki 387 Masjid dan 83 Musala, 33 Gereja Kristen, 5 Gereja Katolik Roma, 2 Pura, 1 Wihara dan 1 Klenteng yang tersebar di 11 kecamatan.
Museum
Kota Depok saat ini per tahun 2022 sedang gencar-gencarnya untuk membangun pusat sejarah, dikarenakan Depok dulunya memiliki kaitan dengan Hindia Belanda. Terbukti dengan adanya Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein di Jalan Pemuda dan gereja-gereja berarsitektur Hindia Baru di sekitaran Depok Lama.
Taman
Wali kota Depok Mohammad Idris menyebutkan ada hampir 100 taman di Kota Depok atau lebih tepatnya sekitar 65 taman. Angka ini lebih banyak apabila dibandingkan dengan Kota Bandung yang terkenal memiliki berbagai macam taman dengan beragam konsep yang kreatif.
Stadion
Pemerintah Kota Depok meresmikan 5 stadion diantaranya 4 stadion umum dan 1 stadion internasional. Stadion ini diresmikan dikarenakan minat pemuda terhadap sepak bola cukup tinggi terlebih di Kota Depok. Berikut beberapa stadion yang sudah diresmikan:
5. Stadion Universitas Indonesia
Wi-Fi gratis
Saat ini per tahun 2022, Diskominfo Depok sudah memasang WiFi gratis sebanyak 74 titik diseluruh kecamatan dan kelurahan. 11 titik dipasang tahun 2012, sedangkan 63 titik dipasang pada tahun 2013.
-oooooooooo oOo oooooooooo-
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar