KABUPATEN BLORA
PROVINSI JAWA TENGAH
Orientasi
Blora (bahasa Jawa: ꦧ꧀ꦭꦺꦴꦫ pengucapan bahasa Jawa: [blorɔ]) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Blora, sekitar 127 km sebelah timur Semarang. Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di selatan, serta Kabupaten Grobogan di barat.
Asal Usul Blora
Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata belor yang berarti lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama blora. Secara etimologi Blora berasal dari kata wai + lorah. Wai berarti air, dan lorah berarti jurang atau tanah rendah.
Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata. Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata wailorah menjadi bailorah, dari bailorah menjadi balora dan kata balora akhirnya menjadi blora.
Jadi nama Blora berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur. Namun mitos yang beredar, pengucapannya di luar bahasa Jawa, terdengar seperti kata "flora" yang artinya "sesuatu yang berhubungan/berkaitan dengan bunga".
Sejarah
Masa kerajaan Kadipaten Jipang
Blora berada di bawah pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih di bawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaannya meliputi Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri.[6] Akan tetapi, setelah Jaka Tingkir (Hadiwijaya) mewarisi takhta Demak, pusat pemerintahan dipindah ke Pajang.[7] Dengan demikian, Blora masuk Kerajaan Pajang.
Masa kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede, Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mataram bagian timur atau daerah Bang Wetan. Pada masa pemerintahan Pakubuwana I (1704-1719) daerah Blora diberikan kepada putranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = ¾ hektare). Pada tahun 1719–1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.
Blora pada zaman Perang Mangkubumi (tahun 1727–1755)
Pada saat Mataram di bawah Pakubuwana II (1727–1749), terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangkubumi dan Mas Sahid, Mangkubumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangkubumi diangkat oleh rakyatnya menjadi raja di Yogyakarta.
Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangkubumi menjadi raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangkubumi menjadi raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, di antaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Blora di bawah Kasultanan Perang Mangkubumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama 'palihan negari', karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Pakubuwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam palihan negari itu, Blora menjadi wilayah kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga dia pilih mundur dari jabatannya.
Blora sebagai kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram, Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini karena Blora terkenal dengan hutan jatinya.
Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan Hari Jadi Kabupaten Blora. Adapun bupati pertamanya adalah Wilatikta.
Perjuangan rakyat Blora menentang penjajahan
Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu.
Pada tahun 1882, pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah (petani). Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh Samin Surosentiko.
Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal bersenjata.
Beberapa indikator penyebab adanya pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah Belanda antara lain:
1. Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora
2. Perubahan pola pemakaian tanah komunal
3. Pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk
4. Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunyai corak millinarisme, yaitu gerakan yang menentang ketidakadilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.[10]
Situs kuno
Waduk Tempuran Kabupaten Blora
Situs fosil fauna purba
Lokasi situs fosil hewan purba terletak di Dukuh Kawung dan Singget, Desa Menden dan Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Lokasinya berada di tepian daerah aliran sungai Bengawan Solo dan berjarak kurang lebih 65 km arah selatan dari Kota Blora. Di lokasi ini telah ditemukan fosil Kepala kerbau purba, kura-kura purba, dan Gajah Purba. Diperkirakan umur fosil antara 200.000-300.000 tahun. Fosil ini awalnya ditemukan oleh penduduk kemudian diamankan oleh Yayasan Mahameru. Sekarang sedang diteliti oleh ahli antropologi dari Bandung, Fahrul Azis dan tim dari Universitas Wolongong, Australia, yang dipimpin Gertz Vandenburg.
Situs Wura-Wari
Lokasi situs Wura-Wari ini terletak di desa Ngloram. Haji Wura-Wari adalah penguasa bawahan (vasal) yang pada tahun 1017 Masehi menyerang Kerajaan Mataram Hindu (semasa Raja Darmawangsa Teguh). Saat itu Kerajaan Mataram Hindu berpusat di daerah yang sekarang dikenal dengan Maospati, Magetan, Jawa Timur. Serangan dilakukan ketika pesta pernikahan putri Raja Darmawangsa Teguh dengan Airlangga, yang juga keponakan raja, sedang dilangsungkan.
Membalas dendam atas kematian istri, mertua, dan kerabatnya, Airlangga yang lolos dari penyerangan dan tinggal di Wanagiri (di daerah perbatasan Jombang-Lamongan), akhirnya balik menghancurkan Haji Wura-Wari. Namun, sebelumnya Haji Wura-Wari terlebih dahulu menyerang Airlangga sehingga dia terpaksa mengungsi dan keluar dari keratonnya di Wattan Mas (sekarang Kecamatan Ngoro, Pasuruan, Jawa Timur). Serangan balik Airlangga, yang ketika itu sudah dinobatkan menggantikan Darmawangsa Teguh, ditulis dalam Prasasti Pucangan (abad XI) yang terjadi pada tahun 1032 M. Serangan itu pula yang memperkuat dugaan batu bata kuno berserakan di sekitar situs tersebut.
Situs yang ditemukan tim ekspedisi berada di tengah tegalan, di tepi persawahan, berupa tumpukan batu bata kuno berlumut yang kini dijadikan areal pemakaman. Sejak tahun 2000, telah dikumpulkan serpihan batu bata kuno berukuran 20 x 30 sentimeter dengan tebal sekitar 4 cm, serpihan keramik, serta serpihan perunggu yang kini disimpan di Museum Mahameru. Temuan di situs itu memperkuat isi Prasasti Pucangan bertarikh Saka 963 (1041/1042 Masehi) yang pernah diuraikan ahli huruf kuno (epigraf) Boechori dari Universitas Indonesia. Boechori menyebutkan, "Haji Wura-Wari mijil sangke Lwaram". Mijil mempunyai arti keluar (muncul dari).
Hasil analisis toponimi (nama tempat), kemungkinan nama Lwaram berubah menjadi Desa Ngloram sekarang. “Pelesapan konsonan ’w’, penyengauan di awal kata, dan perubahan vokal ’a’ menjadi ’o’ menjadikan nama lama Lwaram menjadi Ngloram sekarang. Penjelasan seperti itu pula yang membantah berbagai pendapat terdahulu yang menyebutkan Haji Wura-Wari berasal dari daerah Indocina atau Sumatra sebagai koalisi Sriwijaya. Cepu memiliki data arkeologis, toponimi, dan geografis kuat untuk melokasikannya di tepian Bengawan Solo di Desa Ngloram.
Petilasan Kadipaten Jipang Panolan
Petilasan Kadipaten Jipang Panolan berada di Desa Jipang, sekitar 8 kilometer dari Cepu. Petilasannya berwujud makam Gedong Ageng yang dahulu merupakan pusat pemerintahan dan bandar perdagangan Kadipaten Jipang. Di tempat tersebut juga terlihat Petilasan Siti Hinggil, Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore, dan Petilasan Masjid.
Ada juga makam kerabat kerajaan, antara lain makam R. Bagus Sumantri, R. Bagus Sosrokusumo, R. A. Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Di sebelah utara Makam Gedong Ageng, terdapat Makam Santri Songo. Disebut demikian karena di situ ada sembilan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang karena dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata Sultan Hadiwijaya.
Geografi
Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpl. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng, yang membentang dari timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur). Ibu kota kabupaten Blora sendiri terletak di cekungan Pegunungan Kapur Utara.
Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Dataran rendah di bagian tengah umumnya merupakan areal persawahan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air (baik untuk air minum maupun untuk irigasi) pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan kapur. Sementara pada musim penghujan, rawan banjir longsor di sejumlah kawasan.
Kali Lusi merupakan sungai terbesar di Kabupaten Blora, bermata air di Pegunungan Kapur Utara (Rembang), mengalir ke arah barat melintasi kota Purwodadi yang akhirnya bergabung dengan Kali Serang.
Kabupaten Blora berbatasan dengan beberapa wilayah administratif seperti :
Seperti wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Blora beriklim tropis dengan tipe monsunal (Am) yang memiliki dua perbedaan musim yang disebabkan oleh pergerakan angin monsun, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan dipengaruhi oleh angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air dan biasanya terjadi pada periode November hingga April. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Blora disebabkan oleh angin monsun timuran yang bersifat kering dan sedikit membawa uap air dan biasanya berlangsung pada periode Mei hingga Oktober. Suhu udara di wilayah Blora rata-rata berada dalam rentang 23°–35 °C dengan tingkat kelembapan relatif berkisar antara 60% hingga 90%.
Ekonomi
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora. Pada subsektor kehutanan, Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Pulau Jawa.
Daerah Cepu sejak lama dikenal sebagai daerah tambang minyak bumi, yang dieksploitasi sejak era Hindia Belanda.[20] Blora mendapat sorotan internasional ketika di kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Bulan Maret 2006 Kontrak Kerja Sama antara pemerintah dan kontraktor (PT Pertamina EP Cepu, Exxon Mobil Cepu Ltd, PT Ampolex Cepu) telah ditandatangani, dan Exxon Mobil Cepu Ltd. ditunjuk sebagai operator lapangan, sesuai kesepakatan Joint Operating Agreement (JOA) dari ketiga kontraktor tersebut, perkembangan terakhir untuk saat ini Plan Of Development (POD) Lapangan Banyu Urip telah disahkan Menteri ESDM.
Namun ironinya, walau Blora terkenal dengan hutan jati dan minyak bumi yang dikelola sejak zaman kolonial Belanda sampai dengan pemerintah NKRI sekarang ini, tetapi perekonomian rakyat Blora termasuk salah satu yang terendah di Jawa Tengah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh kabupaten Blora ternyata tidak mampu mengangkat taraf kehidupan dan taraf ekonomi masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena semua hasil SDA dinikmati oleh pemerintah pusat dan pegawai perusahaan yang sebagian besar dari luar Blora, tanpa ada program yang jelas untuk meningkatkan perekonomian rakyat sekitar.
Potensi ekonomiMinyak bumi di desa Cepu
1. Batik Blora di desa Klopoduwur dan desa Blumbangrejo
2. Gula Merah di desa Sendangwates
3. Sentra Kerajinan Kayu Jati, di Desa Jepon
4. Sentra Tanaman Kelor Indonesia, di Kecamatan Kunduran
5. Sentra Gas Alam, di Desa Sumber
Pusat Perbelajaan
1. Mall dan swalayan di Blora:
2. Luwes Mall Blora
3. MD Mall Blora
4. Alfim Swalayan Blora
5. Gajah Mas Swalayan Blora
6. Gajah Mas Centre Blora
7. Morodadi Swalayan Blora
8. Bravo Mall Cepu
9. Blok T Blora
10. Cepu City Center
Pasar di Blora:
1. Pasar Induk Kota Blora
2. Pasar Modern Jepon
3. Pasar Medang (Blok M)
4. Pasar Jiken
5. Pasar Sambong
6. Pasar Induk Cepu
7. Pasar Kedungtuban
8. Pasar Menden
9. Pasar Randublatung
10. Pasar Doplang
11. Pasar Kunduran
12. Pasar Todanan
13. Pasar Japah
14. Pasar Tunjungan
15. Pasar Banjarejo
16. Pasar Puledagel
17. Pasar Bleboh
18. Pasar Pelem
19. Pasar Ponan
20. Pasar Ngronggah
21. Pasar Tinapan
22. Pasar Ngawen
Transportasi
Bus
Blora dilalui jalan provinsi yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Surabaya lewat Purwodadi. Jalur ini cukup ramai, jika dibandingkan dengan jalur Semarang-Surabaya lewat Rembang, karena kondisi jalannya yang kalah lebar. Blora juga dapat dicapai dengan menempuh jalur Semarang-Kudus-Rembang-Blora. Blora sendiri setidaknya memiliki tiga terminal bus tipe B; yaitu Terminal Gagak Rimang di Kecamatan Blora, Terminal Lama Blora dekat Stasiun Blora, dan Terminal Cepu di Cepu. Terminal Cepu ini juga memiliki tiga subterminal bertipe C; diantaranya SubterminalKunduran,Subterminal Ngawen,SubTerninal Kedungtuban Subterminal Sambong dan Subterminal Randublatung.
Kereta api
Jalur kereta api melewati wilayah Kabupaten Blora, namun tidak melintasi ibu kota kabupaten ini. Jalur tersebut melintas di bagian selatan. Stasiun kereta api Cepu merupakan yang terbesar, di mana berhenti kereta api jurusan Surabaya-Jakarta (KA Sembrani), Surabaya-Semarang (KA Maharani), Surabaya-Bandung (KA Harina), Surabaya-Kutoarjo (KA Sancaka Utara), serta kereta api lokal Semarang-Bojonegoro (KRD). Pada jalur kereta Semarang-Demak-Godong-Purwodadi-Wirosari-Kunduran-Blora-Cepu sebenarnya terdapat empat stasiun yang kini sudah tak beroperasi, yaitu:
Jalur kereta itu sendiri saat ini sudah tidak difungsikan lagi. Rencananya akan beroperasi kembali segera dan akan melayani kembali dengan dua pilihan jalur.
Pesawat
Blora terdapat moda trasportasi jalur udara dengan adanya Bandar Udara Ngloram.
Diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Desember 2021 dengan Konsep ramah lingkungan dengan metode Nuansa Pohon Jati yang dimaksudkan Blora akan kota Jati.
Pesawat sementara Citilink anak buah Garuda Indonesia Dengan rute Jakarta–Blora PP dan Surabaya–Blora PP.
Pariwisata
Tempat Wisata
1. Tempat wisata di Kabupaten Blora:
2. Waduk Greneng, di Desa Tunjungan
3. Goa Terawang, di Desa Kedungwungu
4. Waduk Tempuran, di Desa Tempuran
5. Kampoeng Bluron, di Desa Tempuran
6. Waduk Bentolo, di Desa Tinapan
7. Wisata Kereta Lokomotif Cepu, di Kota Cepu
8. Pemandian Sayuran, di Desa Soko
9. Taman Rekreasi Tirtonadi, di kelurahan Kedungjenar
10. Taman Water Splash Sarbini, di JL.JEND.Ahmad Yani kelurahan Karangjati
11. Gunung Manggir, di Desa Ngumbul
12. Ara-Ara Kesanga, di Desa Gabusan
13. Goa Sentono, di Desa Mendenrejo
14. Gunung Pencu, di Desa Bogorejo
15. Blora City Park, di kelurahan Bangkle
16. Taman Seribu Lampu, di Kota Cepu
17. Taman Mustika, di pusat kota Blora tepatnya Jalan Pemuda Kelurahan Kedungjenar
18. Taman Patung Sate di dekat perbatasan kabupaten sebelah barat yaitu di Desa Gagaan
19. Air Terjun Temajang, di Banjarejo
20. Kampoeng Gojekan, di Desa Tempuran
21. Desa Wisata, di Desa Tempuran
22. Sendang Banyu Biru, di Desa Kedungwungu
23. Air Terjun Kedung Mansur, di desa Jatisari
24. Bendungan Randugunting, di desa Kalinanas
25. Perayaan Tradisi
26. Blora mempunya beberapa acara perayaan, yaitu:
27. Blora Expo, di desa Gersi
28. Blora Barongan Festival (BBF), di desa Gersi
29. Parade Seni Budaya Blora, di desa Gersi
30. Gas Deso atau Sedekah Bumi
31. Kirab Budaya hari jadi Kabupaten Blora
Kuliner khas
1. Masakan
2. Masakan khas Blora adalah:
4. Nasi Pecel Blora
5. Sayur Menir
6. Sayur Lodeh
11. Lontong Tahu
12. Betiti
13. Mie Puyang Kuah (Mie Ramen khas Blora)
14. Mie Puyang tanpa kuah
15. Mangut ikan panggang
16. Rawon khas Blora
17. Sego Kobong
18. Lontong Opor Ngloram
19. Sambel Iwak Jendil
20. Lontong Sambel
21. Jajanan pasar
22. Jajanan pasar khas Blora adalah:
23. Egg Roll Waloh khas Blora
24. Arem–Arem khas Blora
25. Tahu Penthol khas Blora
26. Manco
27. Kerupuk Kulit Sapi
28. Bolang-Baling khas Blora
29. Kerupuk Sarmiyer
30. Minuman
31. Minuman khas Blora adalah:
32. Wedang Cemohe
33. Limun Kawis
34. Kopi Santan
Kesenian
Kesenian khas Blora adalah:
1. Barongan
2. Tayub
3. Ketoprak
4. Wayang kulit
5. Wayang krucil
6. Kentrung
Bahasa
Berdasarkan tutur bahasa Jawa, dialek Aneman merupakan bahasa pergaulan dan termasuk tataran ngoko atau bahasa kasar. Jadi, di daerah Blora tataran Krama (halus) maupun Madya (biasa, campuran krama dan ngoko) tetap digunakan selain tataran dialek pergaulan ngoko kasar tersebut.
Madya adalah salah satu tingkatan bahasa Jawa yang paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Tingkatan ini merupakan bahasa campuran antara ngoko dan krama, bahkan kadang dipengaruhi dengan bahasa Indonesia. Bahasa madya ini mudah dipahami dan dimengerti.
Bahasa yang digunakan di daerah kabupaten Blora adalah bahasa Indonesia dan Aneman/Mataraman Pesisir dalam tingkat tutur ngoko, madya maupun krama oleh penggunanya masing-masing (formal "mis: pidato tema-solving-analisis, dll" maupun non formal dalam wawancara atau dialog percakapan–lancar / njagong;epyek).
Pendidikan
1. SMA/SMK negeri
2. SMAN 1 Blora
3. SMAN 2 Blora
4. SMAN 1 Tunjungan
5. SMAN 1 Cepu
6. SMAN 2 Cepu
7. SMAN 1 Ngawen
8. SMAN 1 Randublatung
9. SMAN 1 Jepon
10. SMKN 1 Blora
11. SMKN 2 Blora
12. SMKN 1 Kunduran
13. SMKN 1 Cepu
14. SMKN 1 Jati
15. SMKN 1 Jepon
Perguruan tinggi
Kabupaten Blora memiliki beberapa perguruan tinggi, yaitu:
1. Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu
3. Akademi Minyak dan Gas Bumi, di Jalan Srogo No. 1 Cepu
6. STKIP Muhammadiyah Blora
7. Universitas Terbuka Blora
Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Blora:
1. RSUD Dr. R Soetijono Blora, tipe C: Jalan Dr Sutomo No.42 Blora
2. RSU Suprapto Cepu, tipe C: Jalan RSU No.50 Cepu
3. RS PPT Migas Cepu: Jalan Diponegoro No.9 Cepu
4. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu: J. RSU Cepu
5. RS Permata: Jalan Reksodiputro No.57 Blora
Media massa
Radio
Beberapa stasiun radio di Kabupaten Blora:
1. RSPD Blora (RSPD Gagak Rimang), AM 711 kHz
2. Radio Blora Sakti (RBS), AM 909v kHz
3. Radio GPN FM, FM 92.5 MHz
4. Radio M9 (Thomson Radio Network), FM 92.0 MHz
5. Radio Raka FM, 98.7 MHz
6. Radio Thomson Blora, FM 94.1 MHz
7. Radio XFM (Thomson Radio Network), FM 99.2 MHz
8. Radio Citra FM, FM 100.8 MHz
9. Radio Duta Suara FM, FM 102.7 MHz
10. RSPD Blora (RSPD Gagak Rimang), FM 105.9 MHz
11. Radio Gloria FM, FM 106.7 MHz
12. Radio Sion Blora, FM 107.7 MHz
Media Online
Beberapa media di Kabupaten Blora:
5. haloblora.co
9. lingkarjateng.id ( Koran Lingkar Jateng )
Julukan
1. Kota Sate
2. Dijuluki Kota Sate, karena di Blora terdapat sate khas dengan bumbu khas Blora.
3. Kota Barongan
4. Dijuluki Kota Barongan, karena Blora adalah kota yang paling gencar melestarikan seni budaya Barongan.
5. Kota Samin
6. Dijuluki Kota Samin, karena kota ini merupakan ibu kota kabupaten yang masyarakatnya banyak terdapat masyarakat Samin, pusat kegiatannya berada di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Blora.
7. Kota Kayu Jati
8. Dijuluki Kota Kayu Jati, karena Blora merupakan penghasil kayu jati terbesar se-pulau Jawa. Kayu jati dari Blora dikenal memiliki kualitas paling baik se-Indonesia, bahkan kayu jati Blora juga dikenal di mancanegara.
Tokoh terkenal
Tokoh terkenal asal Kabupaten Blora adalah:
Tokoh kolosal
2. Pocut Meurah Intan, pejuang Aceh yang dibuang Belanda ke Blora dan meninggal serta dimakamkan di Desa Temurejo, Blora.
3. Tokoh politik
7. Ali Moertopo
8. Mukti Ali
9. LB Moerdani
10. Samin Surosentiko pelopor Ajaran Samin (Saminisme).
11. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
12. Mas Sutardjo Kertohadikusumo; pencetus Petisi Sutarjo
13. Prasetyo
Tokoh selebriti
1. Farid Aja
2. Maria Asteria Sastrayu Rahajeng
3. Yeni inka new star dangdut
4. Tokoh olahraga
-oooooooooo oOo oooooooooo-
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar