KABUPATEN PURWOREJO
PROVINSI JAWA TENGAH
Orientasi
Purworejo (bahasa Jawa: ꦥꦸꦂꦮꦉꦗ, translit. Purwarêja)
adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Ibu kota berada di kota Purworejo. Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Kabupaten Kulon Progo (Daerah Istimewa Yogyakarta di
timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten
Kebumen di barat
Geografi
Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari dataran aluvium Jawa Tengah Selatan, yang dibatasi oleh Pegunungan Serayu Selatan dan Gunung Sumbing di sebelah utara, Pegunungan Menoreh di timur, Samudra Hindia di selatan dan dataran Kebumen-Banyumas di sebelah barat. Dataran Kabupaten Purworejo ini tersusun oleh endapan aluvium yang terutama berasal dari rombakan batuan gunung api Tersier penyusun Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Menoreh, serta Gunung Api Kuarter Gunung Sumbing. Di bagian utara sebelah timur endapan rombakan tua membentuk kipas aluvium Purworejo, sedangkan di sebelah barat membentuk kipas aluvium Kutoarjo.
Dataran Kabupaten Purworejo bagian tengah terdiri atas endapan aluvium pantai tua yang kemudian ditutupi oleh endapan aluvium sungai masa kini yang diangkut oleh Kali Wawar/ Kali Medono di bagian barat, Sungai Jali di bagian tengah, dan Sungai Bogowonto di bagian timur. Dataran Purworejo bagian selatan, mulai dari Kali Lereng sampai garis pantai sekarang, dibentuk oleh endapan aluvium pantai muda. Diperkirakan sumber daya air tanah di bawah dataran Kabupaten Purworejo ini sangat melimpah, dan khusus endapan aluvium pantai muda mempunyai potensi yang tinggi akan bahan tambang pasirbesi serta mineral ikutannya.
Kabupaten Purworejo Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 109° 47’28” – 110° 8’20” Bujur Timur dan 7° 32’ – 7° 54’ Lintang Selatan. Secara topografis merupakan wilayah beriklim tropis basah dengan suhu antara 19 C – 28 C, sedangkan kelembaban udara antara 70%–90% dan curah hujan tertinggi pada bulan Desember 311 mm dan bulan Maret 289 mm.[7] Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Purworejo antara lain Sungai Wawar/ Kali Medono, Sungai Bogowonto, Sungai Jali, Sungai Gebang, Sungai Bedono, Sungai Kedunggupit, Sungai Kodil, dan Sungai Kalimeneng berhulu di Pegunungan Serayu Selatan.
Sedangkan Sungai Jebol, Sungai Ngemnan, Sungai Dulang dan Sungai Kaligesing berhulu di Pegunungan Menoreh. Gunung-gunung yang ada di Kabupaten Purworejo diantaranya Gunung Pupur Gunung Mentosari (1.059 m), Gunung Rawacacing (1.035 m), Gunung Gambarjaran (1.035 m) di Pegunungan Serayu Selatan. Sedangkan di Pegunungan Menoreh terdapat Gunung Gepak (859 m) dan Gunung Ayamayam (1.022 m).
Sejarah
Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke Pakuan. Sampai sekarang, kapan tepatnya tanggal ulang tahun berdirinya Kabupaten Purworejo, masih jadi bahan perdebatan. Ada yang berpatokan pada pada tanggal prasasti diatas, ada juga yang berpatokan pada diangkatnya bupati Purworejo I pada 30 Juni 1830. Setelah dilakukan pengkajian ulang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, ulang tahun Purworejo ditetapkan berpatokan dengan diangkatnya bupati Purworejo. Namun, hal ini masih belum disosialisasikan kembali oleh pemerintah daerah pada masyarakat umum.
Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.
Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa.
Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitamdipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879). Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektare, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa.
Ekonomi
Pertanian
Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain. Sentra tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan Banyuurip. Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh.
Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa: empon-empon), yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur, kunyit dan jahe yang sekarang merupakan komoditas biofarmaka binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. Selain untuk bumbu penyedap masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang paling banyak dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan Kaligesing, Loano dan Bener. Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa dan rumah makan.
Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap, seperti Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur dan Cap Tawon Sapi. Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di Pasar Baledono.
Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra kelapa yang produksinya selain dimanfaatkan sebagai kelapa sayur, juga diolah menjadi gula merah dan minyak kelapa serta merupakan pusat penghasil mlinjo yang buahnya dijadikan makanan kecil, yaitu: emping. Kecamatan Kaligesing, Bener, Bruno dan Bagelen dikenal sebagai penghasil durian di Kecamatan Pituruh anda akan menemukan sentra hortikultura/pusat hasil buah, yaitu: buah pisang, karena di antara pasar yang ada di Purworejo, Pituruh menyumbang 40% pisang dari keseluruhan pisang di Purworejo.Komoditas pisang di pasar Pituruh dihasilkan dari desa Ngandagan,Kalikotes,Klaigintung,Pamriyan dan Petuguran.
Perkebunan
Kelapa merupakan tanaman perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan kedua setelah padi bagi sebagian besar petani di Kabupaten Purworejo. Komoditas unggulan perkebunan yang lain, yaitu: Kopi, Karet, Kakao, Vanili (tanaman tahunan) dan Tebu serta Nilam (tanaman semusim). Komoditas Tembakau rakyat sebagai usaha tani komersial, juga telah memberi kontribusi kepada pendapatan negara (Devisa) dan pendapatan asli daerah (PAD), sehingga pada 2008 dan 2009 Kabupaten Purworejo mendapat Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Upaya pemerintah pusat dalam pembangunan perkebunan di daerah, telah merintis pengembangan tanaman jarak pagar yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mewujudkan desa mandiri energi sebagai solusi menanggulangi kelangkaan bahan bakar.
Peternakan
Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing peranakan etawa (PE), yakni kambing dari India yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal, sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatra (Bengkulu, Jambi), Riau dan Kalimantan(Banjarmasin), bahkan pada 2005–2006 pernah ekspor ke Malaysia.
Perikanan
Di bidang perikanan, Kabupaten Purworejo memiliki potensi cukup besar, baik perikanan tangkap yang dilakukan para nelayan pantai laut selatan meliputi kecamatan Grabag, Ngombol dan Purwodadi. Adapun komoditasnya seperti ikan bawal laut, ikan pari, ikan GT, kakap merah dll. Untuk perikanan budidaya tambak terdapat di desa Jatimalang, Jatikontal dan Gedangan dengan komoditas udang vaname dan udang galah, sedangkan untuk perikanan budidaya air tawar meliputi Budidaya Ikan Gurami terdapat di Desa Kaliurip, Sendangsari, Karangsari (Kecamatan Bener) Desa Penungkulan, Lugosobo dan Pakem (Kecamatan Gebang) serta Desa Maron dan Mudalrejo (kecamatan Loano). Khusus untuk Desa Kaliurip, merupakan pusat percontohan budidaya ikan gurami jenis Jepun dan pernah menjuarai lomba tingkat provinsi Jawa Tengah dan juara harapan II di tingkat nasional.
Meski mengalami pasang surut, namun eksistensi budidaya gurami seakan tak pernah mati. Menurut salah satu tokoh penggiatnya Idi Sunarto mengatakan, bahwa sejak tahun 1980-an budidaya ikan gurami telah menjadi mata pencarian sekaligus kebanggaan bagi warga Desa Kaliurip hingga kini.
Pada tahun 2013, kerjasama desa Sendangsari dan Penungkulan telah mengajukan penetapan sebagai Kawasan Minapolitan. hal ini dilakukan sebagai langkah terobosan untuk memajukan sektor perikanan air tawar secara lebih besar dan lebih modern. sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih banyak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Industri
Di bidang industri, Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat Kecamatan Bener.
Pada tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di Kecamatan Bayan yang telah memberi kesempatan kerja relatif banyak dengan SDM tidak hanya yang berasal dari Kabupaten Purworejo saja, karena banyak juga tenaga kerja berasal dari luar kabupaten, yaitu: dari Kabupaten Wonosobo dan Temanggung.
Pariwisata
Dalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Keburuhan (Pasir Puncu), "Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua seperti "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya kolam di bawah pohon sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi di sendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan. Gua Seplawan, terdapat di kecamatan Kaligesing. Goa ini banyak diminati wisatawan karena keindahan goa yang masih asli dan juga keindahan pemandangan alamnya serta hasil buah durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak di Kabupaten Purworejo.
Di samping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami.[12] Gua pencu di desa Ngandagan merupakan bentuk benteng seperti gua pada zaman Hindia Belanda, dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh Presiden Sukarno, tetapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang pedulinya aparatur pemerintahan desa.
Beberapa objek wisata lainnya di Purworejo;
10. Air Terjun Siklotok-Silangit
20. Goa Selokarang
21. Goa Seplawan
22. Goa Sikantong
23. Pantai Ketawang
24. Pantai Keburuhan
29. Hutan Kusumo Asri Purworejo
30. Museum Tosan Aji
31. Stasiun Kereta Api Purworejo
32. Sendang Sono
34. Sungai Bogowonto
37. Bendungan Bener
Kuliner Daerah
Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain:
1. Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta.
2. Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
3. Clorot: makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa yang masih muda (janur kuning). (Berasa dari kecamatan Grabag)
4. Rengginang: gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng.
5. Lanting: makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah.
6. Kue Satu: Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis.
7. Kue Lompong: Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah mengering berwarna kecoklatan (klaras).
8. Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu
9. Krimpying: Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tetapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan. Rasa makanan ini gurih.
10. Cenil: makanan ini tebuat dari tepung ketela.
11. Awuggawug: terbuat dari tepung beras ketan yang berisi gula jawa rasanya manis.
12. Lapis: dari tepung beras ketan.
Transportasi
Purworejo terletak di jalur Selatan Jawa yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan kota-kota lain di pantai Selatan Jawa. Purworejo dapat ditempuh melalui darat menggunakan moda transportasi jalan raya dan kereta api, namun ibu kota kabupaten Purworejo tidak dilintasi oleh layanan kereta api setelah nonaktifnya Jalur kereta api Kutoarjo-Purworejo pada tahun 2010. Stasiun besar di kabupaten ini terletak di Kutoarjo yang disinggahi kereta api ekonomi jurusan Kiaracondong–Stasiun Yogyakarta, Bandung–Madiundan Purwokerto–Surabaya Gubeng serta kereta Eksekutif dan Ekonomi Premium seperti Senja Utama Solodan Senja Utama Yogya. Kereta eksekutif yang singgah di stasiun ini adalah Taksaka.
Dari stasiun Kutoarjo sendiri juga memberangkatkan kereta api sendiri yaitu Sawunggalih Utama dengan menggunakan rangkaian Eksekutif dan Ekonomi Premium jurusan Kutoarjo–Jakarta Pasar Senen PP, Kutojaya Utaradengan menggunakan rangkaian Ekonomi Premium jurusan Kutoarjo–Jakarta Kota PP serta Kutojaya Selatan dengan menggunakan rangkaian Ekonomi PSO jurusan Kutoarjo–Kiaracondong PP dan Kereta yang baru saja diluncurkan Sancaka Utara dengan menggunakan rangkaian Eksekutif dan Bisnis dengan rute Kutoarjo–Pasarturi Via Gambringan PP.
Terminal bus utama di kabupaten ini terletak di antara Purworejo–Kutoarjo tepatnya di desa Candisari kecamatan Banyuurip. Sementara itu, Purworejo menghubungkan kota-kota Kebumen di sebelah barat, Wonosobo di sebelah utara, Magelang di sebelah timur laut, dan kota Wates (Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta) di sebelah timur. Di sebelah selatan kota Purworejo dikenal jalan raya yang diyakini sebagai bagian dari proyek pembangunan jalan raya Trans-Jawa, Anyer-Panarukan, saat pemerintahan Hindia Belanda berkuasa yang saat ini lebih dikenal dengan jalan Daendels.
Kesenian
Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu dolalak, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti: Bedug, rebana, kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari: Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak.
Dzikir Saman mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (arab, artinya: sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton).
Tari Dolalak
Tari dolalak merupakan tarian khas daerah Purworejo. Tari ini merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi sindiran sehingga merupakan pantun. Kata dolalak sebenarnya berasal dari notasi Do La La yang merupakan bagian dari notasi do re mi fa so la si do yang kemudian berkembang dalam logat Jawa menjadi Dolalak yang sampai sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak.
Legenda
Tundan Obor: setiap musim penghujan, saat hujan rintik, pada senja hari (surup), terdengar suara bergemuruh seperti kentongan ditabuh di sepanjang kali Jali, dimana akan ditemukan beberapa barisan obor yang melayang sepanjang sungai Jali, dari Gunung Sumbing hingga ke pantai, sampai saat ini beberapa warga masyarakat masih meyakini hal ini (dan beberapa mengaku masih menyaksikan). Sebagai bagian dari daerah pesisir Pantai Selatan, legenda Nyi Roro Kidul juga beredar luas di kalangan penduduk.
Tokoh Purworejo
1. Ahmad Yani, pahlawan revolusi.
2. Jan Toorop, pelukis Belanda.
3. A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia.
4. Yum Soemarsono, Bapak Helikopter Indonesia.
5. Wilopo, Perdana Menteri Indonesia ke-7.
6. Sarwo Edhie Wibowo, mertua presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
7. Bustanul Arifin, mantan Kabulog Orde Baru
8. Oerip Soemohardjo, pendiri TNI.
9. Johan Hendrik Caspar Kern, ahli bahasa dan orientalis
10. Syekh Imam Puro, Ulama Purworejo.
11. Syekh Abdul Jalal, Ulama Purworejo, makam di desa Awu-Awu, Ngombol Purworejo.
12. Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" (masih diperdebatkan–lihat artikel).
13. Kyai Sadrach, Tokoh Penginjil Jawa; Perintis Gereja Kristen Jawa (GKJ).
14. Danurwindo, mantan pemain dan pelatih Timnas Indonesia, kelahiran Kutoarjo.
15. Erman Suparno,(mentri Tenaga Kerja Kabinet Indonesia Bersatu).
16. Slamet Kirbiantoro, mantan Pangdam Jaya.
17. Endriartono Sutarto,mantan Panglima TNI 2006.
18. Kasman Singodimedjo,tokoh pergerakan 1945.
19. Herman Alex Veenstra, olahragawan polo air Belanda
20. H. Winoto Danoe Asmoro, kepala rumah tangga presiden Soekarno
21. Mayjend. Mardiyanto, mantan Mendagri KIB I
22. Kolonel HR. Soebrantas Siswanto, mantan Gubernur Riau
23. Tafsir Nuchamid, Mantan Wakil Rektor-II Universitas Indonesia 2007-2012
24. Aris Yunanto, Komisaris PT Energy Management Indonesia (Persero)
25. Karel Heijting, pemain sepak bola Belanda
26. Nicolaus Driyarkara, guru besar filsafat di Universitas Indonesia era 1960-an
27. Thé Tjong-Khing, pelukis Belanda
28. Tjitrowardojo, dokter Jawa semasa politik etis kolonial Hindia Belanda, pengajar Stovia, kakek buyut dari Presiden ke-3 RI, Bacharuddin Jusuf Habibie
29. Laksda. Lilik Supramono, mantan Pangarmatim
30. Brigjend. (Mar) Bambang Sulisno Sono, Sahli KSAL
31. Letjend. Bayu Purwiyono, mantan Danjen Akademi TNI
32. Prof. Dr. Med. Puruhito, Sp.BTKV, ahli bedah jantung, mantan rektor Unair
Pendidikan
Pondok Pesantren
1. Pondok Pesantren Al–Anshory, Tulusrejo, Grabag, Purworejo (KH. Masrur Afandi, KH. Muhammad Luthfi Rochman)
2. Pondok Pesantren Al-Anwar An-Nuur, Maron, Loano, Purworejo (KHR. Rofiq Chamid, KHR. Chakim Chamid, KHR Machfud Chamid, KH. Syarqowi Siroj)
3. Pondok Pesantren Al-Iman[13] Bulus Gebang Purworejo, Asuhan Sayyid Hasan Agil Ba'bud
4. Padepokan Sinar Buana, Solotiyang Loano Purworejo (Ustadz Teguh Susanto, LC)
5. Darul Hikmah Islamic Boarding School, Jl S.Parman Kutoarjo
6. Pondok Pesantren An-Nawawi, Berjan Gebang Purworejo Asuhan KH. Achmad Chalwani Nawawi As-Shomadani
7. Pondok Pesantren Misriyyu Nuril Anwar, Maron Loano Purworejo (KHR. Abd Hakim Hamid)
8. Pondok Pesantren Al-Amin Dukuh Gintungan Gebang Purworejo
9. Pondok Pesantren Rodhothul Atfal Bruno Purworejo
10. Pondok Pesantren Daarul Tauhied Kedungsari Purworejo, Asuhan KH Toyfur Mawardi
11. Pondok Pesantren At-Tin Doplang Purworejo
12. Pondok Pesantren Roudlotul Asna Pogungrejo Bayan
13. Pondok Pesantren Al-Barokah Cokroyasan Ngombol
14. Pondok Pesantrean Ma'hadul Ulumis Syariyyah, Plaosan Purworejo, Asuhan KH. Nur Asnawi Kholil
15. Pondok Pesantrean Ma'unah, Plaosan Baledono Purworejo, Asuhan KH. R Dawud Masykuri
16. Pondok Pesantrean Darrussalaam, Plaosan Baledono Purworejo, Asuhan KH. Muslim Sofyan
17. Pondok Pesantrean Darun Naja, Lengkong, Purworejo, Asuhan KH. ABdul Ghofar Sulaiman
18. Pondok Pesantrean Darul Hikmah Kutoarjo, Purworejo,
19. Pondok Pesantren Al–Huda, Sirembes Penungkulan Gebang Purworejo (KH. Muh Barzachi Yusuf)
20. Pondok Pesantren Al–Falah, Manisjangan Bener Purworejo (KH. Ibnu Hajar Dahlan)
21. Pondok Pesantren Al Baidhowi, Kedungloteng Bener Purworejo (KHR.Chadiq Baidlowi)
22. Pondok Pesantren As Shidiqiyyah, Berjan Gebang Loano (KH.Attabiq Bakir)
23. Pondok Pesantren Al Falah, Lugosobo Gebang Purworejo (KH. Ja'far Syamsudin)
24. Pondok Pesantren Irsyadut Tholibin, Sucenjurutengah Purworejo, asuhan Kyai Makin Mubasir
25. Pondok Pesantren Tasymirut Thullab Kebonlegi Bener Purworejo (KH. Zaenal Mukarrom,SH.Alh)
26. Pondok Pesantren Syahir Al falah, Bandongan Sendangsari Bener (Gus Robert Jazuly)
27. Pondok Pesantrean Al–Kholaash Kiyangkongrejo Kutoarjo Purworejo (KH.Muhammad Wahib)
28. Pondok Pesantren Lu'lu'il Qur'anil Maknun Senepo Kutoarjo Purworejo ( KH. Mas'udi Yusuf )
29. Pondok Pesantren Hidayatullah Qur'an Semawung Kutoarjo Purworejo (KH.Zaenal 'Abidin Al Hafidz)
30. Pondok Pesantren Asy-Syifa Besole Bayan Purworejo (K.Mustawin S.Pdi)
31. Pondok Pesantren Al Qudus Jogoresan Purwodadi Purworejo (KH Abdul Wahid)
32. Pondok Pesantren As Sunan Joso Ngombol Purworejo
33. Pondok Pesantren Al-Jamali Pelutan Gebang Purworejo (KH Muh Asnawi Dahlan, Gus Mustajibburrohman)
34. Pondok At Taslimiyyah Lubanglor Butuh Purworejo (KH.Machin Syadzali)
35. Pondok Pesantren Darul Arqom SMP Muhammadiyah Jono Bayan (Ust Teguh Priyono, S.Pdi)
Perguruan Tinggi
1. IBISA (Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia)
2. Universitas Muhammadiyah Purworejo
3. Akademi Komputer Bina Sarana Informatika (BSI) Cabang Purworejo
4. Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi
5. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
6. Politeknik Sawunggalih Aji Kutoarjo
7. Politeknik Megatek
8. Akademi Keperawatan Purworejo
9. Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa
10. STIE "RAJAWALI" Purworejo
11. Ma'had Aly Al-Iman Bulus
-oooooooooo oOo oooooooooo-
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar