Senin, 06 November 2023

KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

KABUPATEN SUKABUMI

PROVINSI JAWA BARAT

Orientasi

Sukabumi (bahasa Sundaᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa BaratIndonesia. Ibu kotanya adalah Palabuhanratu. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor di utara, Kabupaten Cianjur di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Lebak di barat. Kota Sukabumi menjadi enklave dari kabupaten ini.

Sejarah

Era Kerajaan Hindu dan Buddha

Ditemukannya Prasasti Sanghyang Tapak di daerah Cibadak menjelaskan bahwa kawasan sekitar Kabupaten Sukabumi saat ini setidaknya sudah dihuni oleh manusia sejak abad ke-9 M, dimana isi prasasti tersebut menyebutkan larangan dari penguasa Kerajaan Sunda kepada penduduk setempat untuk menangkap ikan. Terdapat juga peninggalan sejarah lainnya yaitu Prasasti Pasir Datar yang ditemukan di Cicantayan namun tulisan prasasti tersebut belum diterjemahkan sehingga isinya belum diketahui.

Pembentukan

Pada awalnya daerah Kabupaten Sukabumi saat ini ada dibawah Kabupaten Cianjur pada masa Pemerintahan kolonial Hindia Belanda, yang merupakan bagian dari Karesidenan Priangan (Residentie Preanger Regentschappen). Pada tahun 1776 Bupati Cianjur keenam Raden Noh Wiratanudatar VI membentuk sebuah kepatihan bernama Kepatihan Tjikole yang terdiri dari beberapa distrik yaitu distrik Goenoengparang, distrik Tjimahi, distrik Tjiheulang, distrik Tjitjoeroeg, distrik Djampangtengah, dan distrik Djampangkoelon dengan pusat pemerintahan di Tjikole (sekarang bagian dari Kota Sukabumi).

Pada tanggal 13 Januari 1815, Kepatihan Tjikole berganti nama menjadi Kepatihan Soekaboemi. Nama Soekabumi diusulkan oleh Dr. Andries de Wilde, seorang dokter bedah pemilik perkebunan teh yang mempunyai usaha perkebunan kopi dan teh di daerah Soekaboemi. Asal nama "Sokaboemi" berasal dari Bahasa Sanskerta soeka, "kesenangan, kebahagiaan, kesukaan" dan bhoemi, "bumi, tanah". Jadi "Soekabumi" memiliki arti "tanah yang disukai".

Dari Kepatihan menjadi Kabupaten

Kabupaten Sukabumi sendiri mulai berdiri sejak ditetapkan berdasarkan Besluit (keputusan) Gubernur Jenderal Dirk Fock tertanggal 25 April 1921 no. 71 di mana dijelaskan status baru Soekaboemi sebagai Kabupaten (Regentschap) tersendiri yang terpisah dari Kabupaten Tjianjoer. Keputusan ini dikuatkan oleh peraturan yang tertera dalam Staatsblad (Berita negaraHindia Belanda tahun 1921 no. 256 dimana penetapan status tersebut mulai berlaku sejak 1 Juni 1921. Bupati pertamanya adalah R. A. A. Soerianatabrata, Patih terakhir dari Kepatihan Soekaboemi. 

Pada tahun 1923, diputuskan bahwa Karesidenan Priangan dimekarkan menjadi tiga bagian yaitu West Preanger (Priangan Barat) berpusat di Soekaboemi, Midden Preanger (Priangan Tengah) berpusat di Bandoeng dan Oost Preanger (Priangan Timur) berpusat di Tasikmalaja, dimana pemerakan ini mulai berlaku pada tahun 1925. R. A. A. Soerianatabrata sendiri memerintah sampai tahun 1930. Bupati kedua Kabupaten Soekabumi adalah R. A. A. Soeriadanoeningrat yang memerintah sampai masa pendudukan Jepang. Terjadi perombakan pembagian administratif di wilayah Jawa Barat pada masa pemerintahannya.

Dibentuk 5 Karesidenan baru di Jawa Barat, yaitu Residentie Bantam (Karesidenan Banten), Residentie Batavia (Karesidenan Batavia), Residentie Boeitenzorg (Karesidenan Boeitenzorg/Bogor), Residentie Tjirebon (Karesidenan Tjirebon) dan Residentie Preanger Regentschappen (Karesidenan Kabupaten-Kabupaten Priangan). Kabupaten Soekaboemi yang sebelumnya merupakan bagian dari Karesidenan Priangan Barat untuk selanjutnya dimasukkan sebagai bagian dari Karesidenan Boeitenzorg, karena itu wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi saat ini memiliki plat nomor kendaraan F.

Masa penjajahan Jepang

Setelah Jepang menaklukkan Hindia Belanda pada 8 Maret 1942, dikeluarkanlah UU no. 27 tahun 1942 tentang perubahan Tata Pemerintahan Daerah pada tanggal 5 Agustus 1942. Karesidenan (Residentie Preanger Regentschappen) berganti nama menjadi Syukocan dan kepala daerahnya disebut Syukocanco. Kabupaten (Afdeling) berganti nama menjadi Ken dan kepala daerahnya disebut Kenco. Kenco pertama Soekaboemi masih R. A. A. Soeriadanoeningrat. R. A. A. Soeriadanoeningrat sendiri wafat pada tahun 1942 dan digantikan oleh R. Tirta Soeyatna sebagai Kenco kedua.

Awal Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dilaksanakan pertemuan Musyawarah oleh tokoh-tokoh seperti Mr. R. Syamsoedin, Mr. Haroen dan Dr. Aboe Hanifah yang menyepakati akan mengirimkan delegasi ke Karesidenan Boeitenzorg untuk mendesak pelaksanaan serah terima kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Apabila gagal, disepakati juga akan diadakannya aksi massa pada tanggal 1 Oktober 1945 yang terdiri dari Badan Keamanan Rakyat, Kepolisian, KNID, Alim Ulama dan Utusan daerah.

Setelah diumumkan pada tanggal 1 Oktober 1945 di mana perundingan di Boeitenzorg mengalami kegagalan, massa pun hari ini juga melakukan aksi mengurung kantor Kempetai untuk membebaskan seluruh tahanan politik dan menyita seluruh persenjataan didalamnya. Di Lapangan Victoria (Sekarang Lapangan Merdeka Kota Sukabumi) bendera Jepang diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih secara resmi. Kantor-kantor pemerintahan pendudukan Jepang juga direbut pada hari itu juga. Hanya dalam beberapa hari seluruh Kabupaten Sukabumi telah dapat dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia. Terjadi penggantian besar-besaran para pejabat Kewedanaan dan Kecamatan yang tidak pro-kemerdekaan dengan tokoh-tokoh yang pro-kemerdekaan.

Setelah berada dibawah kendali Pemerintahan Republik Indonesia, pada akhir 1945 Mr. Haroen diangkat sebagai Bupati Sukabumi pertama paska-kemerdekaan, sedangkan Mr. R. Syamsoedin diangkat menjadi Wali Kota Kota Sukabumi. Istilah-istilah administratif pemerintahan Jepang sendiri diganti dengan Istilah Indonesia, seperti Ken yang diubah menjadi Kabupaten. Tanggal 1 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Sukabumi.

Sejarah Kabupaten Sukabumi

Ada yang mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen, yang bermakna bahwa pada kawasan yang memiliki udara sejuk dan nyaman ini membuat orang-orang suka bumen-bumen atau menetap. Penjelasan yang lebih masuk akal adalah bahwa nama “Sukabumi” berasal dari bahasa Sansekerta suka, “kesenangan, kebahagiaan, kesukaan” dan bhumi, “bumi”. Jadi “Sukabumi” artinya “bumi kesukaan”.

Kabupaten Sukabumi, berada pada koordinat: 106º49 – 107º bujur Timur (BT), 60º57 – 70º25 lintang Selatan (LS). Setelah ditemukannya Prasasti Sanghyang Tapak peninggalan Kerajaan Hindu dan Buddha di daerah Cibadak, terbukti kawasan ini sudah dihuni manusia sejak abad ke-9 M. Prasasti tersebut menyebut larangan penguasa Kerajaan Sunda kepada penduduk setempat menangkap ikan. Terdapat juga peninggalan sejarah lain yaitu Prasasti Pasir Datar (Cicantayan) namun tulisan prasasti tersebut belum diterjemahkan.

Pada masa kolonial Hindia Belanda, Kabupaten Sukabumi berada di bawah Kabupaten Cianjur, bagian dari Karesidenan Priangan. Pada 1776, Bupati Cianjur keenam Raden Noh Wiratanudatar VI membentuk kepatihan Tjikole, terdiri dari enam distrik yaitu Tjimahi, Tjitjoeroeg, Goenoengparang, Tjiheoelang, Djampangtengah, dan Djampangkoelon dengan pusat pemerintahan di Tjikole (Kota Sukabumi).

13 Januari 1815, Kepatihan Tjikole berubah menjadi Kepatihan Sukabumi, atas usulan ahli bedah Dr. Andries de Wilde, pemilik perkebunan kopi dan teh di Sukabumi. Nama “Soekabhoemi” berasal dari Bahasa Sansekerta, soeka berarti kesenangan, kesukaan, kebahagiaan, dan bhoemi berarti bumi atau tanah. Jadi Sukabumi memiliki arti, tanah yang disukai.

Kabupaten Sukabumi berdiri sejak ditetapkan Besluit Gubernur Jenderal Dirk Fock no. 71 tanggal 25 April 1921. Terpisah dari Kabupaten Cianjur sejak 1 Juni 1921, dengan bupati pertama adalah R. A. A. Soerianatabrata. Tahun 1923, Karesidenan Priangan dimekarkan tiga yaitu Priangan Barat berpusat di Sukabumi, Priangan Tengah di Bandung, dan Priangan Timur di Tasikmalaya.

Bupati kedua Sukabumi adalah R. A. A. Soeriadanoeningrat, memerintah sampai masa pendudukan Jepang. Hingga terjadi perombakan pembagian administratif di wilayah Jawa Barat, dengan membentuk lima karesidenan baru, yaitu Banten, Batavia, Bogor, Cirebon, dan Priangan.

Kabupaten Sukabumi sebelumnya merupakan bagian dari Karesidenan Priangan Barat, selanjutnya dimasukkan ke Bogor, karenanya wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi memiliki plat nomor kendaraan F.

Hindia Belanda takluk dari Jepang pada 8 Maret 1942, Karesidenan Priangan pun berganti nama menjadi Syukocan dengan kepala daerahnya Syukocanco. Kabupaten menjadi Ken, kepala daerahnya disebut Kenco. Kenco pertama Sukabumi R. A. A. Soeriadanoeningrat, wafat tahun 1942, lalu digantikan R. Tirta Soeyatna.

Setelah Indonesia merdeka, digelar musyawarah oleh Mr. R. Syamsoedin, Mr. Haroen, dan Dr. Aboe Hanifah, disepakati mengirim delegasi ke Karesidenan Bogor untuk mendesak pelaksanaan serah terima kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Jika gagal, akan ada aksi massa dari Badan Keamanan Rakyat, polisi, KNID, ulama, dan utusan daerah pada 1 Oktober 1945.

Gagalnya perundingan di Bogor, pada 1 Oktober 1945, menimbulkan aksi massa mengurung kantor Kempetai untuk membebaskan seluruh tahanan politik dan menyita persenjataan. Di Lapang Victoria (Sekarang Lapang Merdeka Kota Sukabumi) bendera Jepang diturunkan dan diganti Merah Putih. Kantor-kantor pemerintahan pendudukan Jepang pun berhasil direbut.

Dalam beberapa hari seluruh Kabupaten Sukabumi sudah dikuasai Pemerintah Republik Indonesia. Terjadi penggantian para pejabat Kewedanaan dan Kecamatan yang tidak pro dengan tokoh-tokoh pro-kemerdekaan.

Setelah berada di bawah kendali Pemerintahan Republik Indonesia, akhir 1945 Mr. Haroen diangkat sebagai Bupati Sukabumi pertama paska-kemerdekaan, sedangkan Mr. R. Syamsoedin menjadi Wali Kota Sukabumi. Istilah-istilah administratif pemerintahan Jepang sendiri diganti dengan istilah Indonesia, seperti Ken yang diubah menjadi Kabupaten. Tanggal 1 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Sukabumi.

Kabupaten Sukabumi saat ini merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Aksi massa pada 1 Oktober 1945, ditetapkan sebagai hari lahir Kabupaten Sukabumi. Saat ini, Kabupaten Sukabumi beribu kota Pelabuhanratu, luasnya 4.128 kilometer persegi, populasi penduduk laki-laki 1.239.279, perempuan 1.205.337 dengan totalnya 2.444.616 (data BPS 2016). Jumlah desa di kabupaten ini 386, yang tersebar di 47 kecamatan. Mayoritas warganya menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa percakapan.

Kabupaten Sukabumi adalah terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di (Jawa Timur). Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan Kabupaten Bogor di Utara, Cianjur di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Lebak di Barat.

Bupati Sukabumi, Marwan Hamami mengatakan, selama ini hari jadi Kabupaten Sukabumi (1 Oktober 1945) lebih muda dari pada hari jadi Kota Sukabumi (1 April 1914). Sehingga muncul pertanyaan dari kalangan masyarakat dan tokoh pergerakan tentang kepastian hari jadi Kabupaten Sukabumi.Oleh karena itu pemerintah daerah menggelar seminar untuk meluruskan sejarah dari masa yang tercatat dari jaman kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan hingga sekarang ini.

Marwan mengatakan, saat ini masyarakat banyak yang bertanya-tanya mengenai hari jadi Kabupaten Sukabumi yang menjadi polemik. Meskipun kata dia Kabupaten Sukabumi sudah memiliki hari jadi yaitu 1 Oktober 1945, yang lebih muda dibandingkan Kota Sukabumi. Menurut Marwan, informasi yang diperoleh pada tahun 10 September 1870 ada satu surat menyurat yg ditujukan kepada kanjeng bupati. Sebabnya pada tanggal tersebut dikenalkan pertama kali istilah patih atau saat ini bupati Sukabumi.

Jika hari jadi disepakati pada 10 September 1870, maka Sukabumi memiliki sejarah yang pasti. Di mana berdasarkan data yang ada, Sukabumi memiliki bupati yang merupakan putra daerah bukan dari Belanda. Di sisi lain, hari jadi saat ini yakni 1 Oktober 1945 didasarkan pada perebutan Gedung Juang yang berkaitan dengan perjuangan Bojongkokosan.

Data ini, kata Marwan, sudah difotokopi dan ditelusuri selama satu tahun terakhir untuk menjawab pertanyaan sejarah Kabupaten Sukabumi. Untuk merubah hari jadi Kabupaten Sukabumi, tidak bisa secara merta dilakukan. Melainkan memerlukan bantuan dari para pakar dan kajian keilmuan.

Untuk itu pemerintah daerah meminta bantuan guru besar ilmu sejarah dari Universitas Padjadjaran Prof Dr Nina Herlina, didampingi pakar hukum dari Unpad Dr. Hernadi Affandi dan pakar sosiologi Unpad Ade Kartawinata, untuk membuat naskah akademis sesuai Peraturan Kemendagri Tahun 2011, dimana terlebih dahulu membuat kajian.

”Hasil dari kajian ini akan diajukan ke DPRD Kabupaten Sukabumi untuk menjadi pertimbangan, yang nantinya akan disusun peraturan daerah (Perda) mengenai perubahan hari jadi, ujar Marwan di seminar uji publik naskah akademis pengusulan ulang hari jadi Kabupaten Sukabumi, di Pendopo Negara Kabupaten Sukabumi di Jalan Ahmad Yani Kota Sukabumi, Rabu (21/2/2018).

Marwan mengatakan, pelurusan sejarah hari jadi ini penting. Harapannya kata dia anak cucu bisa memahami sejarah Sukabumi dengan lebih baik.

”Kalau mau lebih baik maka luruskan kembali sejarah,” harap Marwan. (*)

Visi & Misi Kabupaten Sukabumi

VISI

TERWUJUDNYA KABUPATEN SUKABUMI YANG RELIGIUS DAN MANDIRI

MISI

Meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi ekonomi local melalui sektor agribisnis, pariwiwsata, dan industry berwawasan lingkungan;

Mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi dan religious

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan professional

Optimalisasi pelayanan pubilk khususnya dibidang kesehatan, pendidikan dan ifrastruktur Daerah

Batas Wilayah

Berikut merupakan batas wilayah Kabupaten Sukabumi:

Utara

Kabupaten Bogor

Timur

Kabupaten Cianjur

Selatan

Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur dan Samudra Hindia

Barat

Kabupaten LebakProvinsi Banten dan Samudra Hindia

Dengan luas wilayah 4.128 km², Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas kedua di Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi. Batas wilayah Kabupaten Sukabumi 40 % berbatasan dengan lautan dan 60% merupakan daratan. Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki areal yang relatif luas yaitu ± 419.970 ha. Pada Tahun 1993 Tata Guna Tanah di wilayah ini, adalah sebagai berikut: Pekarangan/perkampungan 18.814 Ha (4,48 %), sawah 62.083 Ha (14,78 %), Tegalan 103.443 Ha (24,63 %), perkebunan 95.378 Ha (22, 71%), Danau/Kolam 1. 486 Ha (0, 35 %), Hutan 135. 004 Ha (32,15 %), dan penggunaan lainnya 3.762 Ha (0,90 %).

Beberapa puncak gunung terdapat di bagian utara, diantaranya: Gunung Halimun (1.929 m dpl), Gunung Salak (2.211 m dpl), dan yang tertinggi adalah Gunung Gede (2.958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3.019 m dpl) yang secara administratif berada di Kecamatan Kadudampit. Di antara sungai yang mengalir adalah Sungai Cimandiri dan Sungai Cikaso, yang bermuara di Samudra Hindia.

Demografi

Menurut data Sensus Penduduk Indonesia 2000, berikut adalah besaran penduduk Kabupaten Sukabumi berdasarkan suku bangsa;

No

Suku

Populasi (2000)

%

1

Sunda

1.993.324


2

Jawa

28.215


3

Betawi

6.487


4

Banten

1.637


5

Batak

1.534


6

Minangkabau

1.513


7

Tionghoa

721


8

Cirebon

213


9

Suku lainnya

41.009


Kabupaten Sukabumi

2.074.653

100%

Lambang Daerah

1. Lambang Perisai: Menggambarkan perlindungan Pemerintah Daerah terhadap penduduk dan semua kekayaan alam di wilayah Kabupaten Sukabumi.

2.    Warna Hitam: Berarti kekal dan abadi.

3.    Warna kuning: Berarti keadaan yang gilang gemilang.

4. Gambar Punggung Penyu dan Sayap Walet: Menggambarkan sumber daya alam yang sangat potensial, dan warna HIJAU pada kotak punggung penyu melambangkan kehidupan yang tenteram, subur, dan makmur.

5.  Gambar Kujang melambangkan: Pusaka Kerajaan Pajajaran yang dahulu kala berkuasa di bumi Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi.

6.  Kata "Gemah Ripah Loh Jinawi": Adalah MOTTO yang mengandung makna Subur Makmur Wibawa Mukti.

Pariwisata

Tempat Wisata

1.      Jembatan Situ Gunung di Kecamatan Kadudampit yang merupakan jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan ini memiliki panjang 243 meter dengan lebar 1,2 meter dan berada 107 meter dari dasar tanah.

2.      Pantai Palabuhanratu terletak di Kota Palabuhanratu pantai ini merupakan tempat wisata paling terpopuler di Jawa Barat hingga mancanegara, sekaligus menjadi tempat wisata andalan Jawa Barat.

3.      Pemandian Air Panas Palabuhanratu, terletak 17 km barat daya Kota Palabuhanratu. Tempat ini terdapat sungai dengan mata air panas dengan letupan vulkanis. Di dekatnya terdapat air terjun dan perkebunan karet.

4.     Pantai Karang Hawu terletak di Kota Palabuhanratu, lokasinya kira-kira 20 km dari pusat Kota Palabuhanratu. Pantai ini terdapat karang dengan beberapa lubang pada seperti tungku, yang disebut hawu oleh orang setempat. Di pantai ini dapat dilakukan olahraga selancar air.

5.  Guha Lalay terletak di Kota Pelabuhan Ratu, lokasinya kira-kira 3 km dari pusat Kota Palabuhanratu. Gua ini merupakan rumah dari ribuan kelelawar.

6.  Taman Bumi Ciletuh-Palabuhanratu terletak di 8 kecamatan yang merupakan Geopark Internasional atau Unesco Global Geopark.

7.        Situs Cungkuk

Pendakian Gunung Gede atau Gunung Pangrango di Taman Nasional Gede Pangrango di utara Kota Sukabumi. Dapat ditemui berbagai jenis ragam tumbuhan serta Bunga Edelweis yang abadi di puncak. Petualangan menantang lainnya adalah arung jeram di Sungai Cicatih atau di Sungai Citarik, yang berada 30 km sebelah selatan Kota Sukabumi

8.   Wisata Situ Batukarut, Pasirhalang, Sukaraja yang merupakan sumber air PDAM Kab/kota Sukabumi berada 5 km dari Kota Sukabumi

9.        Wisata Pantai Ujung Genteng di Kec. Ciracap

 

-oooooooooo oOo oooooooooo-

Sumber : Google Wikipedia

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...