KABUPATEN ASMAT
Orientasi
Kabupaten Asmat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Selatan, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Agats. Nama Asmat juga menjadi salah satu suku yang ada di kabupaten ini, yakni Suku Asmat, yang merupakan penduduk asli kabupaten Asmat. Pada tahun 2020, penduduk di kabupaten Asmat berjumlah 110.105 jiwa, dengan kepadatan 4 jiwa/km². Ibukota kabupaten Asmat terletak di distrik Agats.
Sejarah
Penemuan daerah Asmat
Nama Asmat sudah dikenal dunia sejak tahun 1904. Tercatat pada tahun 1770 sebuah kapal yang dinahkodai James Cook mendarat di sebuh teluk di daerah Asmat. Tiba-tiba muncul puluhan perahu lesung panjang didayungi ratusan laki-laki berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah, hitam, dan putih. Mereka ini menyerang dan berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah James Cook.
Berabad-abad kemudian tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1904, Kapal SS Flamingo mendarat di suatu teluk di pesisir barat daya Irian jaya. Terulang peristiwa yang dialami oleh James Cook dan anak buahnya pada saat dahulu. Mereka didatangi oleh ratusan pendayung perahu lesung panjang berkulit gelap tersebut. Namun, kali ini tidak terjadi kontak berdarah. Sebaliknya terjadi komunikasi yang menyenangkan di antara kedua pihak. Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka berhasil melakukan pertukaran barang. Kejadian ini yang membuka jalan adanya penyelidikan selanjutnya di daerah Asmat.
Sejak itu, orang mulai berdatangan ke daerah yang kemudian dikenal dengan daerah Asmat itu. Ekspedisi-ekspedisi yang pernah dilakukan di daerah ini antara lain ekspedisi yang dilakukan oleh seseorang berkebangsaan Belanda bernama Hendrik A. Lorentz pada tahun 1907 hingga 1909. Kemudian ekspedisi Inggris dipimpin oleh A.F.R Wollaston pada tahun 1912 sampai 1913. Suku Asmat yang seminomad itu mengembara sampai jauh keluar daerahnya dan menimbulkan peperangan dengan penduduk daerah yang didatanginya.
Untuk mengatasi kekacauan yang sering terjadi tersebut, Pemerintah Belanda pada waktu itu, melancarkan usaha-usaha dalam rangka mengurangi peperangan dan memulihkan ketertiban. Pada tahun 1938, didirikan suatu pos pemerintahan yang berlokasi di Agats. Namun terpaksa ditinggalkan ketika pecah perang dengan Jepang pada tahun 1942. Selama perang itu berlangsung, hubungan dengan orang-orang Asmat tidak terjalin.
Hubungan tetap dengan masyarakat Asmat terjalin kembali dengan didirikannya suatu pos polisi pada tahun 1953. Mei 1963, daerah Irian Jaya resmi masuk menjadi wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sejak saat itu pula, Pemerintah Indonesia melaksanakan usaha-usaha pembangunan di Irian Jaya termasuk daerah Asmat. Suku Asmat yang tersebar di pedalaman hutan-hutan dikumpulkan dan ditempatkan di perkampungan- perkampungan yang mudah dijangkau. Biasanya kampung-kampung tersebut didirikan di dekat pantai atau sepanjang tepi sungai. Dengan demikian hubungan langsung dengan Suku Asmat dapat berlangsung dengan baik.
Dewasa ini, sekolah-sekolah, puskesmas dan rumah-rumah ibadah telah banyak juga didirikan peemrintah dalam rangka menunjang pembangunan daerah dan masayarakat Asmat.
Pembangunan
Pada tanggal 12 Maret 2018 Presiden Joko Widodo (Jokowi), didampingi Ibu Negara Iriana, mengunjungi Kabupaten Asmat, Papua. Presiden dan Ibu Iriana menumpangi Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 dari Jayapura menuju Kabupaten Mimika, kemudian Presiden berganti helikopter Super Puma untuk menuju Kabupaten Asmat. Setibanya di sana, Presiden pun memboncengi Ibu Iriana dengan motor listrik berwarna merah menuju Aula Wiyata Mandala, Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat yang berjarak 2,8 kilometer. Tiba di aula, Presiden dan Ibu Iriana menyaksikan langsung pemberian makanan tambahan kepada anak-anak dan ibu-ibu. Selain itu keduanya juga berdialog dengan para ibu. Bahkan beberapa kali Presiden menggendong anak-anak. Dari aula tersebut, Presiden dan Ibu Iriana melanjutkan dengan motor listrik berwarna merah menuju proyek infrastruktur di Kampung Kayeh. Di sini tengah dibangun berbagai proyek infrastruktur untuk Kabupaten Asmat, di antaranya jembatan gantung.
Saat menuju proyek ini, Presiden harus mengendarai motor listrik itu melewati jembatan panjang yang terbuat dari kayu dan hanya memiliki lebar tidak lebih dari 3 meter. Ketika tengah menuju proyek infrastruktur, Presiden dan Ibu Iriana disambut tari-tarian oleh warga. Usai meninjau Kampung Kayeh, Presiden dan Ibu Iriana bersama rombongan menyeberangi sungai ke lokasi pembangunan 114 unit rumah khusus yang telah dibangun sejak 2016 dengan biaya Rp.19,9 miliar di Kampung Amanamkai, Distrik Atjs dan Kampung Syuru, Distrik Agats sebanyak 114 Unit dengan menggunakan speed boat. Tahun ini kembali dibangun sebanyak 100 unit rumah khusus yang tersebar di 4 kampung, yakni Kampung Priend Distrik Fayid (34 unit), Kampung Ass dan Kampung Atat Distrik Pulau Tiga (33 unit), dan Kampung Warkai Distrik Betsbamu (33 unit). Juga dibangun 4 jembatan gantung dengan anggaran Rp. 46 miliar dengan lokasi di Kampung Syuru Baru Distrik Agats (72 meter), Kampung Yerfum Distrik Der Koumor (72 meter), Kampung Hainam Distrik Pantai Kasuari (120 meter), Kampung Sawaerma (96 meter).
Jalan panggung dari kayu yang sudah lapuk juga akan diperbaiki dengan jalan beton dengan teknologi pracetak sepanjang sekitar 12 km dengan lebar rata-rata 4 meter. Ketika Presiden dan Ibu Iriana akan kembali ke helipad untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan motor listrik, hujan turun dengan lebatnya. Presiden tetap memacu motor listriknya sejauh 3,5 kilometer. Pukul 15.03 WIT, dengan menumpangi helikopter Super Puma Presiden meninggalkan Kabupaten Asmat menuju Timika, Kabupaten Mimika untuk berganti Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 menuju Sorong, Papua Barat.
Geografi
Batas wilayah
Utara |
|
Timur |
|
Selatan |
|
Barat |
Pemerintahan
Daftar Distrik
Kabupaten Asmat terdiri atas 19 distrik dan 221 kampung dengan luas wilayah 31.983,69 km² dan jumlah penduduk 103.074 jiwa
(2017). Kode Wilayah Kabupaten Asmat adalah 91.18
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Asmat adalah sebagai berikut:
Kode Wilayah |
Nama Distrik |
Ibu kota |
Jumlah Kampung |
Status |
Daftar |
||||
91.18.01 |
12 |
Kampung |
|||||||
91.18.02 |
9 |
Kampung |
|||||||
91.18.03 |
10 |
Kampung |
|||||||
91.18.04 |
11 |
Kampung |
|
||||||
91.18.05 |
23 |
Kampung |
|||||||
91.18.06 |
9 |
Kampung |
|||||||
91.18.07 |
27 |
Kampung |
|
||||||
91.18.08 |
23 |
Kampung |
|||||||
91.18.09 |
11 |
Kampung |
|
||||||
91.18.10 |
9 |
Kampung |
|||||||
91.18.11 |
6 |
Kampung |
|||||||
91.18.12 |
11 |
Kampung |
|||||||
91.18.13 |
8 |
Kampung |
|||||||
91.18.14 |
9 |
Kampung |
|||||||
91.18.15 |
10 |
Kampung |
|||||||
91.18.16 |
12 |
Kampung |
|||||||
91.18.17 |
8 |
Kampung |
|
||||||
91.18.18 |
6 |
Kampung |
|||||||
91.18.19 |
7 |
Kampung |
|
||||||
Total |
221 |
|
Distrik Sawaerma merupakan distrik terluas yaitu dengan luas 6.974 km² (29,37%), sedangkan Distrik Fayit merupakan distrik terkecil dengan luas 968 km² (4,08%).
Demografi
Suku Bangsa
Kabupaten Asmat adalah kabupaten yang pemusatan penduduknya berada di pesisir pantai atau di pinggir sungai. Suku bangsa mayoritas di kabupaten ini adalah suku Asmat, dan ada juga suku Papua lainnya, serta suku pendatang dari wilayah lain di Indonesia. Data Sensus Penduduk Indonesia 2010, penghitungan berdasarkan jenis kelamin laki-laki, penduduk asli orang Papua sebanyak 35.592 jiwa (88,49%), sementara orang non asli Papua sebanyak 4.628 jiwa (11,51%).
Agama
Data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 mencatat bahwa mayoritas penduduk kabupaten Asmat memeluk agama Kristen yakni 93,67% dimana Katolik 57,70% dan Protestan 35,97%. Kemudian, pemeluk agama Islam berjumlah 6,29% diantaranya banyak berada di ibukota kabupaten, di distrik Agats. Sebagian kecil lagi beragama Hindu 0,03% dan Buddha 0,01%. Kehadiran Gereja Katolik Roma sudah dirasakan sebelum kelahiran pemerintahan. Terdapat juga beberapa denominasi Kristen lainnya, termasuk GPdI, GPKAI, GKI Di Tanah Papua, GPI, GBI, dan beberapa lainnya.
Bahasa
Bahasa-bahasa yang digunakan orang Asmat termasuk kelompok bahasa yang oleh para ahli linguistik disebut sebagai Language of the Southern Division, bahasa-bahasa bagian selatan Irian Jaya. Bahasa ini pernah dipelajari dandigolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Irian (Papua) Non-Melanesia.
Transportasi
Tidak terdapat akses darat yang menghubungkan satu distrik dengan distrik yang lain. Kendaraan yang umum dipakai oleh masyarakat adalah speedboat ataupun longboat dengan mesin motor. Masih ada masyarakat lokal yang mengendarai kole-kole (sampan kayu dengan dayung panjang) untuk dapat pergi dari satu kampung ke kampung lainnya atau menuju ke hutan untuk mencari sagu ataupun gaharu.
Sedangkan untuk masyarakat yang berada di dalam kota khususnya Agats dan Atsj, menggunakan motor listrik untuk transportasi sehari-hari.
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar