KABUPATEN BENGKALIS
PROVINSI RIAU
Orientasi
Bengkalis adalah salah satu
kabupaten di provinsi Riau, Indonesia. Ibu
kotanya berada di Kecamatan Bengkalis Kota. Wilayah dari kabupaten ini mencakup daratan
bagian Timur Pulau
Sumatra dan wilayah
kepulauan, dengan luas adalah 6.973,00 km². Jumlah penduduk Bengkalis pada
tahun 2020 sebanyak 593.397 jiwa. Penduduk aslinya
terdiri dari suku Melayu, suku Sakai dan suku Akik. Ibu kota kabupaten berada di kecamatan Bengkalis tepatnya berada di Pulau
Bengkalis yang terpisah
dari Pulau Sumatra.
Pulau Bengkalis sendiri berada tepat di muara Sungai Siak, sehingga dikatakan bahwa Pulau Bengkalis adalah delta sungai Siak. Kota terbesar di kabupaten ini adalah kota Duri, yang berada di kecamatan Mandau.
Penghasilan terbesar Kabupaten Bengkalis adalah minyak bumi yang menjadi sumber terbesar APBD-nya bersama dengan gas. Kabupaten Bengkalis mempunyai letak yang sangat strategis, karena dilalui oleh jalur perkapalan internasional menuju ke Selat Malaka. Bengkalis juga termasuk dalam salah satu program Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT).
Sejarah Bengkalis
Oleh : Anastasia Wiwik Swastiwi
Peneliti Madya di Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjungpinang
Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 Lembaran Negara Nomor 25 Tahun 1956, ditentukan bahwa Kabupaten Bengkalis dengan ibukotanya Bengkalis dipimpin oleh seorang Bupati Kepala Daerah Tingkat II. Kabupaten Bengkalis merupakan wilayah kabupaten yang terluas nomor satu di Propinsi Riau.
Propinsi Riau itu sendiri termasuk salah satu propinsi paling kaya di Indonesia. Kekayaannya meliputi hasil pertambangan minyak bumi, batu bara, hutan, hasil-hasil perkebunan seperti kelapa sawit, karet, hasil-hasil laut serta sungai, dan sebagainya. Sedangkan sumbangan Propinsi Riau ke pusat setiap tahunnya hampir mencapai jumlah 59,6 triyun (Salamm, Alfitra, 2001;13).
Propinsi Riau menjadi salah satu propinsi andalan untuk pemasukan kas negara. Salah satunya, untuk minyak saja Riau menyumbang sekitar 50% produksi nasional. Bahkan, Riau termasuk tiga propinsi terkaya di Indonesia dengan pendapatan 3,7 trilyun, di bawah Jawa Barat (5,2 trilyun), dan Jatim (4,3 trilyun) (Tempo, 9 April 2000).
Bengkalis pada masa lalu memegang peranan penting dalam sejarah. Berdasarkan cerita rakyat yang ada , dimulai pada tahun 1645, Bengkalis hanya merupakan Kampung nelayan. Berdasarkan sumber sejarah, pada tahun 1678 daerah ini menjadi tempat pertemuan pedagang-pedagang Melayu, Jawa, Arab yang membawa barang dagangannya bersama dengan pedagang-pedagang dari Palembang, Jambi, Indragiri, Aceh, Kedah, Perak, Kelong, Johor, Penang, Petani, Siam, Kamboja, Kocin, Cina dan orang-orang Minangkabau yang mendiami Sumatera dan datang ke sana untuk mengambil garam, beras, dan juga ikan (terubuk) yang banyak ditangkap oleh orang-orang Selat.
Dalam perkembangannya, pada tahun 1717 Bengkalis dijadikan sebagai baris penyerangan terhadap Johor oleh Raja Kecil. Di Bengkalis inilah, Raja Kecil menyusun kekuatan angkatan perang. Selanjutnya, Raja Kecil mendirikan Kerajaan Buantan yang kemudian disebut Kerajaan Siak pada tahun 1723. Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1748). Daerah kekuasaannya meliputi Perbatinan Gasib, Perbatinan Senapelan, Perbatinan Sejaleh, Perbatinan Perawang, Perbatinan Sakai, Perbatinan Petalang, Perbatinan Tebing Tinggi, Perbatinan Senggoro, Perbatinan Merbau, Perbatinan Rangsang, Kepenghuluan Siak Kecil, Kepenghuluan Siak Besar, Kepenghuluan Rempah dan Kepenghuluan Betung.
Saat didirikannya
Kerajaan Siak tersebut Bengkalis dan Bukit Batu dijadikan pos terdepan dalam
rangka pertahanannya dengan pimpinan Datuk Laksamana Raja Di Laut. Datuk
Laksamana Raja Dilaut membangun armada yang kuat serta membuat kapal-kapal
perang yang dilengkapi dengan senjata yang didatangkan dari negara-negara
Islam.
Selanjutnya, saat Bengkalis berada pada kekuasaan Belanda, Bengkalis dijadikan
ibukota Keresidenan Sumatera Timur. Namun demikian, Belanda kemudian
memindahkan ibukota keresidenan dari Bengkalis ke Medan. Sesudah perpindahan
tersebut Bengkalis dijadikan ibukota Afdeling Bengkalis sampai akhir kekuasaan
Belanda di Indonesia. Sedangkan saat pendudukan Jepang, Bengkalis dijadikan
ibukota Bengkalis Bun.
Sementara itu, perjuangan masyarakat Bengkalis untuk mempertahankan kemerdekaan mencapai puncaknya ketika Belanda berhasil menduduki Bengkalis kembali pada tanggal 30 Desember 1948. Pada saat itu, Belanda mendapat perlawanan yang cukup sengit dari masyarakat Bengkalis.
Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Bengkalis meliputi bagian pesisir Timur Pulau Sumatera antara 2°30! Lintang Utara (LU), -0°17 Lintang Utara atau 100°52 Bujur Timur (BT), -102°52 Bujur Timur (BT), -102° Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bengkalis adalah 30.646.83 km², meliputi pulau-pulau (daratan) dan lautan. Kabupaten Bengkalis pusat pemerintahannya dan menjadi ibukotanya adalah Kota Bengkalis dan terletak di Pulau Bengkalis.
Wilayah adminsitrasinya sebagian diantaranya meliputi wilayah di Pulau Sumatera seperti Duri, Dumai. Jarak antara Duri – Bengkalis 106 kilometer, Dumai- Bengkalis 78 kilometer, kedua wilayah tersebut berada di Pulau Sumatera yang dipisahkan oleh laut. Sarana transposrtasi dari Pulau Sumatera ke daerah ini dapat menggunakan kapal penumpang (ferry) yakni dari Dumai, Pakning, dan Pekanbaru.
Selain itu masih terdapat kapal Roro yakni kapal yang dapat mengangkut barang dan kendaraan roda empat. Artinya, bahwa untuk menuju ke Bengkalis sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bengkalis tidak ada kesulitan, hanya saja jadwalnya masih terbatas karena kapal penumpang maupun barang hanya satu sampai dua kali saja sehari. Dengan demikian para penumpang menunggu kapal sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Wilayah Kabupaten Bengkalis di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Riau. Daerah Bengkalis ini beriklim tropis dengan jumlah curah hujan antara 773-1734 mm/tahun dengan temperatur udara berkisar antara 26°-32ºC.
Musim kemarau di daerah ini pada umumnya terjadi pada bulan Pebruari sampai dengan Agustus, sedangkan musim penghujan pada bulan September sampai dengan Januari, dengan jumlah curah hujan tertinggi dalam tahun sekitar 1734 mm/tahun dan jumlah hujan terendah adalah 773 mm/tahun.
Kabupaten Bengkalis, wilayah administrasinya sebagian besar berada di Pulau Sumatera, namun ibukotanya berada di Pulau Bengkalis. Sehubungan dengan itu, Kota Bengkalis senantiasa di kunjungi orang-orang dari Pulau Sumatera untuk urusan pemerintahan (surat-surat izin dan lain sebagainya). Kota Bengkalis sendiri terkenal dengan sebutan Kota Terubuk. Terubuk merupakan jenis ikan yang sangat terkenal terutama pada masa Datuk Laksamana, sedangkan pada saat ini semakin sulit ditemukan. Harganya yang mahal membuat para pemburu ikan berlomba-lomba mencarinya sehingga sangat mengancam perkembangan ikan ini.
Jarak Kota
Bengkalis dengan ibukota Propinsi (Pekanbaru) sejauh 173 km. Untuk mencapai
ibukota propinsi digunakan dua jalur transportasi yaitu laut dan darat, dengan
jarak tempuh sekitar 6 jam perjalanan. Jalur laut ditempuh melalui Selat
Bengkalis dan terus melalui Sungai Siak. Sedangkan jalus darat ditempuh melalui
Selat Bengkalis menuju Dumai atau dapat juga melalui Buton atau Pakning dan
dilanjutkan menggunakan transportasi darat ke Pekanbaru.
Topografi wilayah ini cukup unik, yakni bagian tepi pantai pada umumnya lebih
tinggi daripada bagian tengahnya.
Tanah di pinggir pantai berupa tanah liat lumpur, sedangkan bagaian tengahnya cukup rendah yang terdiri dari rawa-rawa. Apabila musim hujan daerah Bengkalis tergenang air karena air mengalir ke bagian tengah. Pulau Bengkalis sering diibaratkan sebuah piring. Pada bagian sisinya lebih tinggi sedangkan bagian tengahnya lebih rendah (bentuk pulau Bengkalis cekung). Pada bagian tengah pulau ini dilapisi oleh gambut dengan kedalaman mencapai 2 meter. Selain itu juga terdapat hutan rawa yang luasnya semakin lama semakin berkurang.
Sosial Budaya
Kota Bengkalis sebagai ibukota Kabupaten Bengkalis merupakan daerah yang baru saja berkembang. Namun secara historis Bengkalis pernah memegang peranan penting dalam sejarah. Sehubungan dengan itu, di Kota Bengkalis ini banyak ditemukan bangunan-bangunan bersejarah dan rumah-rumah tua walaupun banyak diantaranya sudah punah maupun tidak utuh lagi. Dalam perkembangannya Kota Bengkalis dihuni oleh berbagai suku bangsa terutama Melayu, Cina, Jawa, Minang, dan Batak disamping suku bangsa lainnya yang merupakan penduduk minoritas.
Masyarakat Melayu Bengkalis beragama Islam dan dalam kesehariannya identik dengan budaya Islam. Upacara-upacara tradisionalnya cenderung dengan tradisi Islam dan juga nilai-nilai kehidupan bernuansa Islami. Sehubungan dengan itu dalam falsafah Melayu disebutkan bahwa ”Melayu adalah Islam, apabila tidak Islam berarti tidak Melayu”.
Asal usul Bengkalis
Menurut Jasman K (tt) dari berbagai versi oral yang dikumpulkannya dan menurutnya dari sebuah buku Kisah Pelayaran Raja Kecil Ke Johor dan sebuah naskah yang berjudul ”Asal –muasal Nama Terubuk” dan sebuah naskah Syair Ikan Terubuk huruf Jawi, maka dibuatnyalah sebuah kisah sejarah seperti berikut ini :
Bengkalis bermula setelah pudarnya Kerajaan Gasib pada abad ke-17 atau sekitar 1625. Kerajaan Gasib ini terletak di hulu Sungai Gasib di sebelah Selatan Buatan. Muara Sungai Gasib menuju ke Sungai Jantan Siak. Sesudah keruntuhan Kerajaan Gasib, daerah ini seperti ditimpa bala bencana. Daerah ini tidak lagi punya pemimpin, dan berlakulah ”hukum rimba”, siapa yang kuat maka dialah yang menjadi raja. Kekosongan pucuk kekuasaan kerajaan ini kemudian diisi oleh datuk-datuk yang menjadi tempat berpegang. Tersebutlah Datuk Bandar di Bengkalis dan Datuk Bandar di Sabak Aur. Para datuk ini diceritakan konon datang dari Johor (Elmustian, 2003: 36).
Bengkalis ketika itu belumlah bernama Bengkalis, seperti halnya kejadian sebuah negeri Melayu dalam tradisi Melayu. Disebut orang Kuala Batanghari namanya. Di hulu Kuala Batanghari ini terdapat tanah busut di sebuah tasik kecil. Karena itu pulaulah orang di daerah ini mengenal tanah tumpukan ini dengan sebutan ”Pulau Sembilan”. Menurut Jasman K (tt) seorang guru SR dan ditulisnya pada 27 September 1980 lagi – tanpa menyebutkan sumber – nama Kuala Batanghari dan Pulau Sembilan kemudian kelak berganti nama menjadi Bengkalis.
Peristiwa pergantian nama ini bermula setelah menghilirnya perangkat Raja Kecil yang diiringi dengan empatpuluh orang awak lancang dan emp[at orang kepala suku, yaitu suku Limapuluh, suku Tanah Datar, suku Pesisir, dan ditambah satu suku lagi dari suku Limapuluh juga. Konon dalam Sejarah Melayu Raja Kecil memang dibesarkan di Ranah Minang.
Perangkatan Raja Kecil menghiliri sungai Jantan yang kemudian nama sungai ini
bernama Sungai Siak. Rombongan Raja Kecil ini singgah di Sabak Aur (Sungai Apit
sekarang ini) kemudian singgah pula di Kuala Batanghari. Di Sabak Aur ini konon
pernah terjadi perselisihan antara rombongan Raja Kecil dengan Datuk Bandar
Sabak Aur. Perselisihan berawal dari Datuk Sabak Aur meminta cukai lalu lintas
sungai kepada rombongan – yang tidak diketahuinya itu yang ternyata – Raja
Kecil yang telah merapatkan lancangnya di jembatan di Sabak Aur.
Raja Kecil mau tidak mau memotong puntel pundi-pundinya yang terbuat dari emas. Lalu puntel pundi-pundi itu diterima oleh pengawal Datuk Sabak Aur. Sambil menyerahkan puntel pundi-pundinya konon Raja Kecil berkata “akan kucucup juga darahnya di kemudian hari nanti”. Ternyata konon apa yang diucapkannya itu berlaku dan menurut Jasman K mempunyai kisah tersendiri. Kisah ini masih gelap untuk diteroka. Lancang pembawa perangkatan @rombongan Raja Kecil terus menghilir ke muara sungai. Awak lancang menyebut sejumlah nama hutan, nama tanjung, nama pulau, dan nama sungai-sungai yang dilalui. Tersebutlah Selat Pulau Padang. Selain itu, juga disebut Sungai Selari, Tanjung Ja, dan banyak lagi nama lain.
Jasman K (tt) selanjutnya mengisahkan, menurut adat kebiasaan setempat, bahwa setiap orang yang datang ke suatu tempat baru yang dituju di wilayah ini harus tunduk pada adat tuan rumah. Peraturan adat itu antara lain belum boleh menyauk air sungai atau naik ke darat, sebelum terlebih dahulu mengadakan surah-bersurah dan memperoleh izin dari penguasa di tempat ini. Rupanya tanpa disangka adat masyarakat ini juga diberlakukan terhadap rombongan Raja Kecil ini, yaitu belum boleh menyauk air sungai apalagi naik ke darat, sebelum surah-bersurah dan keizinan dari tuan rumah. Ketibaan macang perangkatan Raja Kecil menjadikan pembicaraan orang ramai di Bandar Kuala Batanghari. Karena orang di dalam lancang itu berbahasa sekerat-kerat yang tak dapat dipahami oleh pengawal pantai. Apa yang didengar oleh pengawal pantai (bahasa orang di dalam lancang itu) dihafal baik-baik, supaya mudah menyampaikannya kepada Tuk Bandar.
Setelah dapat disimak ucapan bahasa atau kata-kata orang yang di dalam lancang itu lalu disampaikan oleh pengawal kepada Datuk Bandar Jamal, orang yang memegang tampuk kekuasaan di Kuala Batanghari. Terjadilah surah-surahan antara Datuk Bandar Jamal dengan Raja Kecil dan orang-orang besar di dalam lancang. Raja Kecil memperkenalkan dirinya lalu menyebutkan namanya. Mendengar nama Raja Kecil itu tak syak lagi bagi Datuk Bandar Jamal, bahwa itulah keturunan Sultan Johor. Datuk Bandar pun mempersilahkan Raja Kecil dan orang-orang besar dalam lancang untuk sudi naik ke darat dan tinggal beberapa lamanya di Kuala Batanghari.
Konon setelah beberapa lama lancang perangkatan Raja Kecil berada di Kuala Batanghari banyak sekali hal-hal yang timbul dan ditanyakan kepada Raja Kecil. Seperti ketika mandi di kuala sungai banyak ikan-ikan berebut makanan. Lalu ditanyakan nama ikan itu. Dijawab oleh Raja Kecil dengan singkat, bahwa ikan itu bernama ikan ”teru” menangkapnya harus dengan tali ”pu”, sisiknya tidak boleh dikikis. Jika ingin dikikis juga hendaklah jangan dipaksakan. Kemudian, ditanyakan lagi nama tanjung di seberang, di sebelah Barat Laut Kuala Batanghari. Dijawab oleh Raja, bahwa tanjung itu bernama Tanjung ”ja”. Raja Kecil menyarankan, supaya tepat sebaiknya ditanyakan lagi kepada Bunda Dalam di Johor, orang yang dikenal pandai menafsirkan makna-makna yang tersirat.
Kelak, setelah Raja Kecil menjadi Sultan Johor, maka semua yang tumbuh dan setiap peristiwa yang terjadi di sepanjang pelayaran yang pernah dialami di Kualabatanghari, ditanyakan kepada Bunda Dalam. Satu per satu dieja dan diartikan oleh Bunda Dalam, misalnya tentang ”ikan teru” berarti ”ikan terubuk”. Ikan terubuk asal-usul induknya dari ikan Bengkalis hidup di sungai, begitu juga bentuknya tidak besar. Konon hanya di daerah ini saja yang ada ikan ini di tempat lain (mungkin ada tapi) lain pula namanya. Menangkap ikan terubuk ini hendaklah dengan tali purun dan itulah disebut tali ”Pu” (dan nama ”Pu” juga nama pukat). Menangkap terubuk itu hendaklah dengan pukat yang menggunakan tali purun. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, ikan tersebut tidak boleh diperdagangkan.
Adapun nama kayu ”beng” berasal dari nama kayu Bengkalis. Kayu itu konon cuma ada hidup di tempat itu. Batangnya hampir mirip dengan batang manggis, tetapi tidak berbuah. Dan begitu juga tentang nama Tanjung ”ja” itu artinya Tanjung Jati letaknya di ujung pulau di sebelah matahari turun. Setelah mendapat arti makna dan tunjuk-ajar dari Bunda Dalam, lalu Sultan Johor yang ketika itu dipegang oleh Raja Kecil, mengirim utusan ke Kuala Batanghari menyampaikan kepada Datuk Bandar Jamal bahwa sejak perutusan itu sampai memberi khabar hendaklah berubah nama Kuala Batanghari menjadi Bengkalis, di dalam sungai itu ada hidup Ikan Bengkalis dan ditepi sungai itu ada juga hidup batang Bengkalis yang berasal dari sungai itu juga. Begitu juga nama pulau itu sekaligus diberi pula nama selatnya dengan sebutan yang sama yaitu Pulau Bengkalis dan Selat Bengkalis. Demikian penjelasan Djasman K, (tt).
Bengkalis Mulai Disebut Dalam Sejarah
Hanya beberapa tahun setelah tahun 1511, terbit sebuah buku tentang Melaka, yaitu The Suma Oriental. Penulisnya, Tome Pires, yang berbangsa Portugis, memberikan suatu gambaran yang jelas, khusus tentang masyarakat masyarakat Melaka dari tahun 1400 sehingga tahun 1515, walaupun tulisannya berorientasi dari sudut pandangannya. Kisah sejarah tersebut dibuat ketika beliau berada di kota kosmopolitan Melaka dari tahun 1512 hingga tahun 1515, yaitu tahun-tahun awal penaklukan dan pendudukan (bangsa Portugis Eropah yang pertama ini di Melaka).
Mungkin disebabkan Tome Pires menyaksikan sendiri suasana pada periode awal zaman peralihan, yaitu dari pendudukan Melayu ke pendudukan Portugis, maka beliau bersikap condong ke arah Portugis, dengan mengedepankan nilai-nilai asli keportugisannya, dari segi etos, agama, kepercayaan dan pandangannya tentang dunia (Muhammad Yusoff Hashim, 1990: xxv).
Sumber Cina pada abad ke-5 dan abad ke-6 Masehi (daripada Dinasti Sung dan
Dinasti Liang) menyebutkan bahwa sebuah tempat yang bernama Kan-t’o-li yang
terletak di tenggara Sumatera (tempatnya dikatakan terdapat di sekitar Jambi,
bermuarakan Sungai Batang Hari. Lihat N.J. Krom, Hindoe –Javvansche
Geschiedenis, hlm. 112; G. Coedes, “A Possible Intrepretation of the
Inscription of Kedukan Bukit (Palembang)”, dalam J. Bastin and R. Roolvink,
(eds), Malayan and Indonesian Studies, Kuala Lumpur, 1964).
Untuk keperluan
jalur perdagangan di Selat Malaka serta kemunculan pola perdagangan yang baru
ini, Kan-t’o-li dipastikan berhasil untuk menguasai sebagian besar dari
muara-muara sungai di sepanjang pantai timur Sumatera, hingga ke Pantai Timur
dan Pantai Barat Semenanjung Tanah Melayu. Kan-t’o-li merupakan sebuah pusat
kekuasaan laut Melayu yang muncul secara langsung dari peluang sosioekonomi dan
jalan perdagangan laut yang muncul ketika itu. Kelahiran Kan-t’o-li menandakan
wibawa politik dan keunggulan ekonomi Funan dan Langkasuka. Kan-t’o-li
menggantikan kedua kekuasaan ini. Kan-t’o-lilah yang dianggap memberi jalan ke
arah kemunculan Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya kemudian menjadi sebuah empayar Melayu.
Pada zaman puncak kekuasaannya pada abad ke-11, Sriwijaya disebut menguasai jalan perdgangan dan jalan laut yang cukup luas, yaitu dari kawasan Gerahi di timur Teluk Benggala hingga ke Selat Sunda di selatan, lalu menguasai seluruh geopolitik tradisional pantai timur Sumatera, seluruh Thai Selatan, Semenanjung Tanah Melayu dan barat laut Gugusan Kepulauan Melayu. Sriwijaya yang berpusat di Palembang, kemudian berpindah ke Jambi juga berhasil menundukkan kekuasaan setempat dan bandar-bandar pelabuhan yang lebih kecil. Proses dan pola politik serta penguasaan jalan perdagangan laut oleh Sriwijaya ini berlangsung hingga abad ke-13 (Muhammad Yusoff Hashim, 1990: 242).
Kawasan-kawasan
lain yang tidak menjadi daerah takluk (jajahan) di pantai barat dan timur
Sumatera adakalanya mempunyai hubungan perdagangan dengan Melaka. Bahan-bahan
eksport dari kawasan ini dihantar ke Melaka melalui pelabuhan yang menjadi
daerah takluk (jajahan). Pedir contohnya, menghantar lada dan beras menerusi
Pasai ke Melaka. Bengkalis membekalkan ikan kering dan ikan terubuk (Muhammad
Yusoff Hashim, 1990: 245).
Pada tahun 1678 digambarkan oleh Tuan Bort tempat tersebut sebagai berikut :
Bengkalis, sebagaimana telah dihuraikan, termasuk dalam wilayah Kerajaan Johor,
terletak di suatu pulau kira-kira satu mil dari pantai Sumatera, hanya
merupakan perkampungan nelayan , dipimpin oleh seorang syahbandar yang mengurus
semua kepentingan Johor.
Meskipun hanya merupakan perkampungan nelayan, disana terdapat pelayaran yang ramai terdiri dari orang Melayu, Jawa dan Arab yang berkumpul untuk melakukan pembelian barang-barang dari Pantai Jawa, Palembang, Jambi, Indragiri, Aceh, Kedah, Perak, Kelang, Johor, Pahang, Patani, Siam, Kamboja, dan Kocin Cina. Bahkan, orang Minangkabau yang tinggal di Sumatera datang ke sana beramai-ramai membeli garam, beras dan juga ikan, yang banyak ditangkap pada musim-musim tertentu disana oleh orang-orang Selat, yang dengan anak istrinya tinggal di pulau-pulau dan mengembara kesana kemari-ikan tersebut mempunyai telur yang bersih, dikeringkan dan digarami serta sangat digemari oleh penduduk (Wan Ghalib, 2002: 64).
Penutup
Bengkalis merupakan daerah yang pernah memegang peranan penting dalam sejarah. Banyak terjadi berbagai peristiwa sejarah di sana. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa di Bengkalis banyak sekali terjadi peristiwa sejarah terlihat dari berbagai bangunan fisik yang ada, walaupun banyak yang sudah tidak utuh lagi. Dari peninggalan sejarah yang ada banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hal ini bisa kita peroleh setelah kita mengetahui bagaimana proses terjadinya peninggalan sejarah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
ü Aswandi Syahri. Kota Kara Dan Situs-Situs
Sejarah Bintan Lama. Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau.2007
ü Elmustian Rahman, dkk. Syair Ikan Terubuk
Tinjauan Teks, Peristiwa Kelisanan,
Dan Struktur Upaya-Upaya Dialog Dengan Teks Simbolik-Romantik. Unri
Press. Kerjasama Pemerintah Kabupaten Bengkalis Yayasan Peduli
Negeri.2003
ü Hasan Junus. Sejarah Kabupaten Bengkalis
Sebuah Tinjuauan Paling Dasar Serta
Beberapa Makalah. Pemda Kabupaten Bengkalis.2002
ü Irza Arnyta Djafaar. Jejak Portugis Di Maluku
Utara. Yogyakarta : Penerbit
Ombak. Desember.2006
ü Muhammad Yusoff Hashim Ph.D. Kesultanan
Melayu Melaka Kajian Beberapa
Aspek Tentang Melaka Pada Abad ke-15 dan Abad ke-16 Dalam Sejarah
Malaysia. Dewan Bahasa dan Pustaka. Kementerian Pendidikan Malaysia.
Kuala Lumpur.1990
ü Rekomendasi Ulang Tahun Bengkalis Negeri Junjungan
ü Silaturahmi Sejarah dan Kebudayaan Melayu
Serantau, Perlukah ? oleh Tenas
Effendy
ü Umar Junus. Fiksyen dan Sejarah. Suatu
Dialog. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Kementerian Pendidikan malaysia. Kuala lumpur. Malaysia. 1989.
ü Wan Ghalib, dkk. Belanda Di Johor Dan Siak
1602-1865 Lukisan
Sejarah(terjemahan) . Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dan Yayasan
Arkeologi Dan Sejarah ”Bina Pusaka”. 2002
Geografis
Kabupaten Bengkalis terletak di sebelah timur Pulau Sumatra yang mencakup area seluas 8.403,28 km² dengan batas sebagai berikut:
Utara |
|
Timur |
|
Selatan |
|
Barat |
Bengkalis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata sekitar 2-6,1 m dari permukaan laut. Sebagian besar merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Di daerah ini juga terdapat beberapa sungai, tasik (danau) serta 24 Pulau besar dan kecil. Beberapa di antara pulau besar itu adalah Pulau Rupat (1.524,84 km²) dan Pulau Bengkalis (938,40 km²).
Bengkalis mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim laut dengan temperatur 26 °C – 32 °C. Musim hujan biasa terjadi sekitar bulan September – Januari dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 809–4.078 mm/tahun. Periode musim kering (musim kemarau) biasanya terjadi antara bulan Februari hingga Agustus.
Pemerintahan
Secara Administrasi Pemerintah, Kabupaten Bengkalis terbagi dalam 11 Kecamatan, 19 Kelurahan dan 136 desa, dengan luas wilayah 8.403,28 km². Tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis 553.938 jiwa (2019) dengan sifatnya yang heterogen, mayoritas penduduknya adalah penganut agama Islam. Disamping suku Melayu yang merupakan mayoritas penduduk, juga terdapat suku-suku lainnya seperti: suku Jawa yang mayoritas tinggal di Desa Pedekik dan desa Wonosari, suku minang,suku Batak, suku Bugis, etnis Tionghoa dan sebagainya. Bengkalis sebagai ibu kota kabupaten dikenal juga dengan julukan Kota Terubuk, karena daerah ini adalah penghasil telur ikan Terubuk yang sangat disukai masyarakat karena rasanya yang amat lezat dan tentu saja menyebabkan harga telur ikan Terubuk menjadi amat mahal. Kota lainnya adalah Duri sebagai daerah penghasil minyak.
Kecamatan
Artikel utama: Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bengkalis
Kabupaten Bengkalis memiliki 11 kecamatan, 19 kelurahan dan 136 desa (dari total 166 kecamatan, 268 kelurahan dan 1.591 desa di seluruh Riau). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 537.142 jiwa dengan luas wilayahnya 6.975,41 km² dan sebaran penduduk 77 jiwa/km².
Perhubungan
Transportasi darat
Kota Duri dan Sungai Pakning dihubungkan dengan jalan raya untuk menuju ke Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau dan kota kota lainnya di Sumatra. Fasilitas jalan raya di Kabupaten Bengkalis khususnya di Pulau Bengkalis telah menggunakan aspal hotmix, namun masih belum mencapai daerah pelosok yang masih harus sabar menikmati fasilitas jalan aspal biasa. Kota Duri pun sekarang sudah mulai terhubung dengan Jalan Tol Pekanbaru–Dumai yang pintu masuknya berada di Kecamatan Pinggir atau tepatnya lebih kurang 6 km dari pusat kota Duri.
Dengan terhubungnya jalan tol ini, Duri semakin maju dan mudah untuk diakses yang dahulunya melewati jalan nasional memakan waktu 4/5 jam sekarang hanya 1 Jam perjalanan saja dari Pekanbaru dan dari Dumai biasanya menempuh jalan biasa memakan waktu 1 hingga 1 1/2 jam karena faktor jalan sempit, jalan berlubang dan banyaknya truk CPO ataupun truk-truk barang yang berlalu lalang sehingga perjalanan dahulunya lama dan adanya tol ini jarak dari Duri ke Dumai ataupun sebaliknya hanya 45 menit saja dari gerbang tol.
Transportasi laut
Tranportasi Laut dilayani oleh kapal-kapal kargo kelas menengah dan kapal penumpang ferry cepat berjenis speed boat yang berkapasitas angkut sampai dengan 300 penumpang. Pelabuhan laut di Kabupaten Bengkalis cukup banyak, sebahagian besar adalah pelabuhan rakyat yang di singgahi oleh kapal-kapal kecil dan menengah. Sementara pelabuhan besar di Pulau Bengkalis ada 2 (dua) yaitu pelabuhan utama Bandar Sri Laksamana dan sebuah pelabuhan laut yang melayani jalur internasional yang berada di daerah Selat Baru, kecamatan Bantan. Melayani rute Bengkalis–Muar, Malaysia.
Pelabuhan ini di
beri nama Bandar Sri Setia Raja, sesuai dengan nama seorang tokoh masyarakat Melayu Bengkalis pada dahulu kala. Juga melayani jalur tujuan domestik seperti
Dumai,Selatpanjang,Batam,Tanjung
Pinang, dll. Mulai tanggal 13 April 2021, Roll on roll off (Roro) yang menghubungkan antara Bengkalis (pelabuhan
air putih) dan Sungai Pakning (pelabuhan sungai selari) dibuka secara
operasional selama 24 jam penuh demi menunjang kegiatan aktivitas ekonomi
masyarakat bengkalis.
Transportasi udara
Untuk transportasi udara, terdapat sebuah Bandar udara perintis yang bernama Bandar Udara Sei Selari yang berada di Sungai Pakning. Bandar udara ini merupakan milik dari PT Pertamina UP II Dumai di Sei. Pakning untuk kebutuhan transportasi perusahan minyak negara tersebut dan juga untuk aktivitas perusahan minyak Kondur Petroleum S.A., sebuah perusahaan minyak swasta milik anak negeri. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM. 34 tahun 2003, penetapan sementara Bandar Udara Sei Selari Sei Pakning milik PT Pertamina UP II Dumai di Sei Pakning sebagai bandar udara khusus yang dapat melayani penerbangan bagi kepentingan umum.
Fasilitas
Untuk memenuhi kebutuhan listrik, PT PLN mensuplai listrik keseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkalis dengan kapasitas sebagai berikut:
1. Bengkalis 3870 kw dan Teluk Pambang 100 kw.
2. Sungai Pakning 1090 kw dan Tenggayun 100 kw.
3. Duri 10.830 kw .
4. Batu Panjang 420 kw, Pangkalan Nyirih 40 kw dan Teluk Lecah, Titi Akar, Medang 100 kw.
5. Tanjung Samak 300 kw.
6. Teluk Belitung 200 kw dan Bandul 100 kw.
Untuk saat ini air bersih dapat disuplai oleh PDAM ke daerah Bengkalis dan Duri, sementara untuk kota lainnya sedang dalam perencanaan. PT Pos Indonesia telah mencapai seluruh bagian di Kabupaten Bengkalis, disamping itu juga dilengkapi dengan layanan telepon untuk daerah Bengkalis, Sungai Pakning dan Duri. Saat ini telepon seluler dapat dilayani di Bengkalis dan Duri.
Saat ini ada beberapa bank di Kabupaten Bengkalis, yaitu:
1. Bank Rakyat Indonesia di Bengkalis, Selat Baru, Duri, Tanjung Samak dan Sungai Pakning.
2. Bank Negara Indonesia di Bengkalis dan Duri.
3. Bank Riau di Duri.
4. Bank Mandiri di Bengkalis dan Duri.
5. Bank Mega di Bengkalis dan Duri
Pariwisata
Letak geografis Kabupaten Bengkalis terdiri dari pulau-pulau dengan daerah pantai pesisir yang menghadap langsung ke Selat Malaka dengan pemandangan yang indah – sangat menjadi perhatian para turis, berpusat di Pulau Rupat. Untuk akomodasi bagi para pengunjung, maka disediakan beberapa hotel di Bengkalis, Duri, Sungai Pakning dan Tanjung Lapin serta Rupat Utara.
Kota Bengkalis
Sebenarnya mempunyai potensi pariwisata yang cukup besar. Hal ini di tunjukkan dengan cukup banyaknya bangunan-bangunan tua peninggalan zaman kolonial Belanda yang masih terawat dengan baik. Salah satunya seperti penjara peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1883 yang dijadikan cagar budaya oleh pemerintah daerah kabupaten Bengkalis. Pada saat ini penjara tersebut dalam perawatan Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkalis beserta bangunan-bangunan tua lainnya. Menunjukkan bahwa masyarakat Bengkalis khususnya pemerintah daerah kabupaten Bengkalis amat menghargai sejarah.
Pantai Pasir Panjang di Pulau Rupat
Berlokasi di Selat Malaka dan merupakan pantai kebangaan dari 3 daerah di Pulau Rupat, yaitu Tanjung Medang, Tanjung Rhu dan Tanjung Punak. Tempat ini dapat dicapai dengan boat kecil yang dikenal dengan nama ‘pompong’ dari Dumai. Perjalanan akan memakan waktu selama 15 menit dengan boat dan 45 menit dengan kendaraan beroda dua (ojek). Jalur ini dilalui oleh boat nasional dan pengunjung internasional karena keindahan pantai Rupat dan pemandangan laut yang nyaman. Rencananya akan dibangun jembatan sepanjang 50 km untuk menghubungkan pulau ini dengan Malaka – Malaysia. Di pulau Rupat juga dapat ditemukan komunitas suku terbelakang yang disebut dengan suku Akit yang melakukan berbagai atraksi untuk menghibur pengunjung.
Pantai Selat Baru
Berlokasi di pantai Timur Bengkalis, tepatnya di kecamatan Bantan yang terbentang sepanjang 4 km dengan ciri khas yang unik berupa bibir pantai yang melebar ke arah laut (± 100 m) pada saat air laut surut. Keadaan ini membuat pengunjung pantai dapat bermain sepuasnya di sepanjang pantai. Tidak jauh dari bibir pantai, mengalir sungai kecil yang diberi nama Sungai Liong. Sepanjang tepi sungai terdapat tempat pengembang-biakkan telur ikan Kakap Putih. Tepat di muara Sungai Liong kini berdiri sebuah Pelabuhan Laut yang melayari rute internasional bernama Bandar Sri Setia Raja yang diresmikan oleh Gubernur Riau, HM. Rusli Zainal, SE, MP, pada tanggal 1 Maret 2010 yang melayari rute salah satunya Bengkalis–Muar, Malaysia.
Hutan Lindung dan Pusat Pelatihan Gajah
Hutan lindung dan kawasan konversi margasatwa terdapat di daerah Bukit Batu dan kecamatan Mandau yang dimiliki oleh Departemen Kehutanan RI. Daerah Sebanga – Duri yang berjarak ± 40 km dari kota Pekanbaru merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi, di tempat ini beberapa gajah dilatih untuk melakukan berbagai atraksi yang dapat menghibur pengunjung. Kawasan Konservasi Gajah ini merupakan bagian dari TAHURA (Taman Hutan Raya) Sultan Syarif Hasyim dan sudah berulang kali diliput oleh tim Jejak Petualang serta acara-acara lain yang berbau Dokumenter Petualangan oleh stasiun TV swasta.
Kota Duri
Terletak pada jarak 89 km dari Minas atau 119 km dari Pekanbaru, Duri adalah salah satu kota penting yang menghasilkan minyak. Di daerah ini terdapat pipa minyak berukuran besar dengan diameter 60 inci di sepanjang jalan dan kilang minyak Dumai.
Perekonomian
Sebelum dibagi menjadi 4 daerah otonom, kabupaten Bengkalis adalah penghasil minyak terbesar di provinsi Riau dan di Indonesia. Eksplorasi minyak ini dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia dan konsesi dengan Kondur Petroleum.
Perikanan
Karena memiliki daerah perairan yang cukup luas, maka Bengkalis sangat berpotensi menghasilkan ikan laut, selain itu juga terdapat budidaya ikan kakap putih di tepi sungai.
Pertanian dan Holtikultura
Komoditas hasil panen yang ada di Kabupaten Bengkalis berupa beras di lahan seluas 14.319 ha, Sagu 17.710 ha, ubi kayu 1.273 ha, jagung 402 ha, kacang 162 ha, buah-buahan (durian, pisang, rambutan, nenas, mangga dan lain-lain) serta sayur-sayuran 1.151 ha. Beberapa daerah ditunjuk untuk pengembangan komoditas hasil panen sebagai berikut:
1. Pengembangan beras di Bantan dan Bukit Batu.
2. Pengembangan komoditas buah-buahan di Bengkalis.
3. Komoditas sayur-sayuran di Bengkalis, Rupat, Mandau dan Bukit Batu.
Perkebunan
Komoditas utama di sektor perkebunan termasuk kelapa, karet dan minyak sawit dan VCO. Tanaman penting lainnya seperti kopi, coklat dan buah pinang.
Kehutanan
Di Kabupaten Bengkalis terdapat hutan seluas 463.441 ha yang tersebar di 8 kecamatan di kabupaten ini. Hutan di daerah ini terdiri dari berbagai macam flora dan fauna. Hutan mangrove banyak terdapat di tepian pantai. Hutan lainnya ada yang menghasilkan kayu gelondongan, rotan, resin dan bahan baku lainnya yang berasal dari hutan.
Industri
Selain daripada kilang pengelolaan minyak yang dimiliki oleh Pertamina UP II Sungai Pakning, saat ini juga terdapat beberapa industri seperti kayu gergaji, perabotan dan mangrove arang.
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar