Senin, 16 Juli 2018

KISAH JURAIJ

KISAH JURAIJ SEORANG HAMBA AHLI IBADAH
DAN IBUNYA YANG KECEWA

MUKADDIMAH,
Dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah berbicara ketika masih bayi kecuali tiga orang, di antaranya: Isa bin Maryam dan seorang bayi yang ada pada zaman Juraij.

Juraij adalah seorang laki-laki ahli Ibadah, dia membangun sendiri tempat ibadahnya. Ceritanya, pada suatu hari di saat ia sedang sholat ibunya memanggil, 'Wahai Juraij.' Juraij berkata, 'Ya Rabbi, apakah akan saya jawab panggilan ibuku atau aku meneruskan solatku?' Juraij meneruskan sholatnya. Lalu ibunya pergi. Keesokan harinya, Ibu Juraij datang ketika ia sedang sholat lagi. Sang Ibu memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij mengadukan kepada Allah, 'Ya Rabbi, aku memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan sholatku?' Ia meneruskan sholatnya. Lalu ibunya pergi meninggalkan Juraij.    

ORIENTASI
Pada pagi hari Ibu Juraij datang lagi, ketika itu Juraij sedang sholat. Sang Ibu memanggil, 'Wahai Juraij!' Juraij berkata, 'Ya Rabbi, Aku memenuhi panggilan ibuku terlebih dahulu atau meneruskan sholatku?' Tetapi Juraij meneruskan sholatnya. Lalu Ibu Juraij bersumpah, 'Ya Allah, janganlah Engkau matikan dia, sehingga ia melihat pelacur!' Orang-orang Bani Israil menyebut-nyebut ketekunan ibadah Juraij. Dan tersebutlah dari mereka seorang pelacur yang sangat cantik berkata, 'Jika kalian menghendaki, aku akan memberinya fitnah.' Perempuan tersebut lalu mendatangi Juraij dan menggodanya. Tetapi Juraij tidak memperdulikannya. Lalu pelacur tersebut mendatangi seorang penggembala yang sedang berteduh di dekat tempat ibadah Juraij. Akhirnya ia berzina dan hamil. 

Dari Abu Hurairah, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).

(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya.  Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.

Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij”, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.” Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.

Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi.”
Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.” Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”

(Disebutkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod) [Dikeluarkan pula oleh Bukhari: 60-Kitab Al Anbiyaa, 48-Bab ”Wadzkur fil kitabi Maryam”. Muslim: 45-Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab, hal. 7-8]



Selanjutnya : Tatkala ia melahirkan seorang bayi. Orang-orang bertanya, 'Bayi ini hasil perbuatan siapa?' Pelacur itu menjawab, 'Juraij'. Maka mereka mendatangi Juraij dan memaksanya keluar dari tempat ibadahnya. Selanjutnya mereka memukuli Juraij, mencaci maki dan merobohkan tempat ibadahnya. Juraij bertanya, 'Ada apa ini, mengapa kalian perlakukan aku seperti ini?.' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan pelacur ini, sehingga ia melahirkan seorang bayi.' Ia bertanya, 'Di mana sekarang bayi itu?' Kemudian mereka datang membawa bayi tersebut. Juraij berkata, 'Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan sholat!' Lalu Juraij sholat. Selesai sholat Juraij menghampiri sang bayi lalu mencoleknya di perutnya seraya bertanya, 'Wahai bayi, siapakah ayahmu?' Sang bayi menjawab, 'Ayahku adalah seorang penggembala.'

Serta merta orang-orang pun berhambur, menciumi dan meminta maaf kepada Juraij. Mereka berkata, 'Kami akan membangun kembali tempat ibadah untukmu dari emas!' Juraij menjawab, 'Jangan! Cukup dari tanah saja sebagaimana semula.' Mereka lalu membangun tempat ibadah sebagaimana yang dikehendaki Juraij. Ketika ibu si bayi memangku anaknya untuk disusui, tiba-tiba datang seorang lelaki menunggang kuda yang gagah dan tampan rupa. Maka ibu itu berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia.' Tiba-tiba bayi itu melepaskan susu ibunya dan menghadap kepada penunggang kuda tersebut seraya berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.' Lalu ia kembali lagi ke ibunya dan melanjutkan hisapan susunya."


Abu Hurairah berkata, "Seakan-akan aku melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam meniru gerakan si bayi dan meletakkan jari telunjuknya di mulut lalu mengisapnya. Lalu datang serombongan orang membawa wanita hamba sahaya yang sedang dipukul. Mereka menuduh, 'Kamu telah berzina, kamu telah mencuri!' Sementara hamba sahaya perempuan itu berkata, 'Cukuplah Allah sebagai Pelindungku!' Melihat kejadian ini, sang Ibu berdoa, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.' Maka bayi itu meninggalkan susu ibunya dan melihat ke tempat wanita hamba sahaya tersebut sambil berdoa, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia.'

Dan pembicaraan itu berulang. Sang ibu berkata kepada anaknya, 'Di belakangku berlalu seorang penunggang kuda yang gagah dan tampan, lalu aku berkata, 'Ya Allah, jadikan anakku seperti dia.' Lantas engkau berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia.' Lalu berlalu di hadapanku, wanita hamba sahaya dan mereka memukulinya serta mengatakan bahawa ia telah berzina, ia telah mencuri! Melihat hal ini, aku berdoa, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia.' Lalu engkau berkata, 'Ya Allah, jadikan aku seperti dia.'

Maka bayi itu menerangkan kepada ibunya, 'Wahai Ibu, sesungguhnya penunggang kuda yang tampan itu adalah orang yang sangat sombong. Maka aku berdoa, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia!' Sedangkan terhadap hamba sahaya wanita itu, yang orang-orang berkata, 'Kamu berzina, padahal dia tidak berzina, kamu mencuri padahal dia tidak mencuri.' Maka, aku berdoa, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia'." [1]


Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas :
Ø   Kewajiban birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) terutama ibu, dan bahawasanya jika ia menyumpahi anaknya maka akan dikabulkan.
Ø    Allah menyelamatkan seseorang dengan ketakwaan dan keshalihannya.
Ø   Jika suatu urusan nampak tumpang tindih, hendaknya mengutamakan yang terpenting kemudian yang penting.
Ø    Disunnahkan berwudhu terlebih dahulu sebelum berdoa untuk hal-hal yang genting.
Ø     Wudhu sudah dikenal umat dan disyariatkan sebelum Nabi Muhammad.
Ø   Penetapan karamah para wali, yang mampu diperoleh melalui ikhtiar atau usaha mereka.
Ø  Bersikap lemah lembut dan sayang kepada murid ketika memberikan pendidikan kepadanya.
Ø  Orang yang memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Allah tidak mudah termakan fitnah.
Ø Boleh melakukan ibadah yang banyak/secara maksimal bagi yang mengetahui bahawa dirinya mampu.
Ø     Orang yang biasa berbuat keji tidak akan memperoleh penghormatan.
Ø Orang yang secara tiba-tiba dilemparkan kepadanya suatu tuduhan hendaknya segera menghadap Allah dengan solat.
Ø  Menjelaskan keyakinan Juraij yang sangat tinggi begitu pula harapannya kepada Allah untuk memperoleh pertolongan-Nya. Sehingga ketika ia meminta anak bayi berbicara, Allah mengabulkannya. Padahal sebagaimana biasanya yang namanya bayi tentu belum mampu bicara.
Ø   Sombong dan membanggakan diri adalah perbuatan tercela, demikian pula orang yang sombong dan zalim, mereka semua dicela.
Ø    Orang yang dizalimi mempunyai kedudukan dan kelebihan di sisi Allah. Jika tidak demikian tentu tidak ada kebaikannya seorang anak yang masih menyusu ingin menjadi seorang pembantu yang rendah hati. Seseorang boleh membatalkan solat sunnahnya manakala dipanggil orang tuanya untuk melakukan sesuatu yang syar'i.
Ø     Tidak boleh cepat mempercayai suatu tuduhan tanpa bukti.
 
[1] HR. al-Bukhari, 3436; Muslim, 2550.

[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa Indonesia: "61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat"
Sumber : Google Wikipedia

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...