Selasa, 17 Juli 2018

KISAH NABI UZAIR AS.


KISAH NABI UZAIR AS.

Kisah Teladan Nabi Uzair As. Tidur 100 Tahun
Mukaddimah,
Pada suatu hari yang cerah, setelah memetik buah-buahan di kebun miliknya, Nabi Uzair Alaihissalam naik ke atas punggung keledainya untuk kembali pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan, Ia senantiasa memikirkan rahasia alam yang luas dan elok ini, Alam yang penuh dengan taman-taman indah, buah-buahan berbagai rasa, dan angkasa yang tak bertepi, Karena asyiknya dalam memikirkan hal ini, dia tidak mengetahui bahwa keledai yang dikendarainya sudah tersesat dalam mengambil jalan. Setelah lama kemudian, barulah dia mengetahui bahwa dirinya sudah berada di sebuah daerah yang jauh dari negerinya sendiri, sehingga tidak dikenalnya sama sekali.

Dia rupanya sedang berada di sebuah kampung yang baru saja diserbu habis-habisan oleh musuh, sehingga menjadi rusak parah. Dilihatnya bekas-bekas rumah yang sudah runtuh, juga mayat-mayat manusia yang bergelimpangan dan mulai membusuk. Melihat pemandangan yang mengerikan itu, Uzair lalu turun dari punggung keledainya, dan menurunkan pula dua buah keranjang yang penuh dengan buah-buahan. Sang keledai kemudian ditambatkannya, sementara dia duduk bersandar pada sebatang pohon besar, untuk melepaskan Ielah, baik Ielah badan maupun pikiran. Akhirnya kekuatan badan dan pikirannya kembali seperti semula. Dia merasakan senang hatinya. Angin sepoi- sepoi yang datang berhembus dan meniup tubuhnya, dihirupnya dalam-dalam.

Sejurus berselang, pikirannya mulai lagi memikirkan mayat-mayat yang sudah busuk dan bergelimpangan itu. Bagaimanakah caranya orang-orang yang sudah mati dan hancur ini dihidupkan Tuhan kembali di kampung akhirat nanti untuk diadili? Padahal daging dan tulang mereka sudah berguguran menjadi satu dengan tanah? Demikian pikir Uzair. Pemikirannya ini begitu dalam dan susah serta tak menemui jawaban pasti, sehingga badannya menjadi tak berdaya lagi. Segala sendi tulangnya menjadi lemah lunglai, kedua matanya pun terserang kantuk. Lalu tertidurlah Ia dengan sangat Ielapnya. Tidur yang luar biasa, seakan-akan dia bertemu dengan semua arwah orang yang sudah mati itu.

Bukan hanya sejam atau semalaman, tetapi tidur terus-menerus dengan tidak pernah bangun, selama seratus tahun. Benar-benar genap seratus tahun. Dalam masa yang panjang itu, anak yang masih bayi sekarang ini sudah menjadi tua, bahkan banyak orang yang sudah mati. Kebanyakan yang tinggal adalah turunan atau generasi baru. Di sekitar tempat itu pun sekarang ini sudah menjadi kawasan yang ramai oleh manusia generasi baru. Telah banyak pula rumah dan gedung besar yang berdiri.

Pelajaran di balik kisah teladan Nabi Uzair As yang tertidur 100 tahun
Jelasnya, dalam masa seratus tanun itu, segala-galanya sudah berubah, sedang Uzair sendiri tetap terlentang di atas tempat dia menidurkan diri itu, menjadi jasad yang tidak bernyawa lagi, sudah mati. Dagingnya sudah hancur, tulang-belulangnya sudah bercerai-berai. Dan jasad Uzair yang telah mati, daging yang sudah hancur dan tulang belulang yang telah cerai-berai itu, Tuhan akan memperlihatkan kekuasaanNya kepada Uzair dan orang banyak. Agar mereka dapat mengerti akan kekuasaan Allah dengan lebih nyata.

Daging-daging yang sudah busuk dan hancur itu, begitu pula tulang-belulang yang telah bercerai-berai dan lemah, kemudian disusun kembali oleh-Nya, diatur dan ditempatkan seperti keadaan awalnya. Setelah itu lalu ditiupkan kepadanya roh, sehingga Uzair hidup kembali, tepat seperti keadaannya semula sebelum dia tidur atau mati. Uzair lalu berdiri seperti orang yang baru bangun dari tidur biasa, dan segera mencari keledai serta buah-buahan miliknya. Tiba-tiba turun beberapa sosok malaikat dan bertanya kepadanya, “Tahukah engkau ya Uzair, berapa lamakah tadi tertidur?” Dengan tidak berpikir terlebih dahulu Uzair langsung menjawab bahwa dirinya tertidur kira-kira sehari atau setengah hari. Malaikat berkata lagi, “Engkau terhampar di sini, lamanya genap seratus tahun.

Dalam masa yang sepanjang itu, makanan-makananmu tetap baik keadaannya, tetapi keledaimu telah hancur-lebur, dagingnya membusuk seluruhnya, tulang-belulangnya pun telah pula bercerai-berai. Lihat dan perhatikanlah sungguh-sungguh. Demikianlah kekuasaan Allah. Dia sanggup menghidupkan kembali orang yang sudah mati, mengembalikan jasad-jasad yang sudah hancur-lebur, menjadi seperti keadaan semula.
Dengan semudah itu pulalah Tuhan membangkitkan semua manusia yang sudah mati itu nanti di Akhirat untuk dihisab atau diadili. Hal ini diperlihatkan Tuhan kepadamu, agar tetap imanmu dan supaya engkau sendiri dapat menjadi ayat atau bukti bagi manusia yang banyak. Agar jangan ragu lagi tentang apa yang diterangkan Tuhan tentang akhirat.” Setelah melihat makanan dan keledainya sebagaimana yang diterangkan malaikat, lalu Uzair berkata, “Tahulah saya, bahwa Allah kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” Tiba-tiba keledainya yang sudah hancur, nampak mulai berkumpul lagi daging dan tulang belulangnya. Akhirnya menjadi seperti sediakala pula, hidup kembali dan bergerak. Menyaksikan itu kembali Uzair berkata, “Saya tahulah sekarang, bahwa Allah kuasa atas segala-galanya”.

Dalam perjalanan pulang, Ia merasa berada di alam mimpi. Betapa tidak, kini segalanya telah berubah. Bahkan Ia pun harus berpikir keras mengingat-ingat letak rumahnya.
Akhirnya dia sampailah ke rumahnya sendiri. Tapi keadaan rumah tersebut sekarang sudah hancur, yang tinggal hanya bekas-bekasnya saja. Uzair lalu melihat seorang perempuan tua, yang rupanya masih bertempat tinggal di rumahnya yang sudah runtuh itu. Kepada perempuan tersebut Uzair bentanya, “Apakah ini rumah Uzair ?“ “Benar, ini adalah rumah Uzair. Tetapi Tuan Uzair sudah lama pergi dan tidak didengar beritanya lagi, sehingga semua orang sudah lupa kepadanya dan saya sendiri tak pennah lagi menyebut namanya, selain kali ini saja,” kata perempuan itu sambil menangis dengan sangat sedihnya. “Saya inilah Uzair, saya sudah dimatikan Tuhan seratus tahun lamanya dan sekarang dihidupkan kembali olehNya,” terang Uzair.

Mendengar ucapan in perempuan itu terkejut dan seakan-akan tidak percaya. Dia lalu berkata, “Tuan Uzair adalah seorang yang paling shalih, doanya selalu dikabulkan Tuhan. Saya ini adalah budaknya dan badanku telah tua serta Iemah, mataku sudah buta karena selalu menangisi Uzair. Seandainya benar, cobalah berdo’a agar mataku sembuh dan bisa melihat wajah Uzair.” Uzair lalu menadahkan tangannya ke langit, berdo’a ke hadirat Allah. Tiba-tiba mata orang tua itu terbuka dan dapat melihat dengan terang sekali. Tubuhnya yang lemah dan tua itu pun kembali menjadi kuat. Setelah melihat muka Uzair, dia berkata, “Benar, engkau inilah Uzain, saya masih ingat.” Perèmpuan itupun segera mencium tangan dan kaki Uzair. Keduanya lalu pergi mendapatkan orang banyak, yaitu bangsa israil. Kepada mereka ini Uzair memperkenalkan diri, bahwa dia pernah hidup di kampung itu seratus tahun yang silam.

Kabar ini sangat mengagetkan bangsa lsrail. Di antara mereka ada yang percaya, namun sebagian besan mengingkarinya. Sungguhpun begitu kabar ini tetap menarik hati semua orang yang hidup ketika itu. Rupanya, di antara mereka ada pula yang ingin menguji Uzair, untuk mengetahui tentang kebenaran kata-katanya. Orang ini, yang tak lain adalah anak Uzair sendiri, lalu berkata, “Saya masih ingat bahwa bapakku, Uzair, mempunyai tanda di punggungnya. Cobalah periksa tanda itu. Kalau ada, benarlah dia Uzair bapak saya.” Ternyata tanda yang dikatakan itu benar ada. Tetapi mereka ingin bukti lagi. Salah seorang lau berkata, “Sejak penyerbuan Nebukadnezar atas bangsa Israil, tidak seorang juga di antara Bani lsrail yang hafal isi Taurat selain Uzair saja. Kalau benar ini Uzair, cobalah engkau sebutkan isi Taurat itu.” Uzair pun segera membaca isi Taurat dengan lancar dan tak salah sedikitpun. Sekarang barulah mereka pencaya, bahwa benar dia ini adalah Uzair. Orang-orang lalu berebutan menjabat dan menciumi tangan Uzair, membenarkan semua yang diucapkannya, serta mengakui sebagai nabi yang suci bersih.

Tetapi sayang sekali, sudah menjadi tabi’at mereka rupanya, bahwa keimanan mereka yang benar itu hanya sekejap mata saja. Sebentar kemudian berubah menjadi kekafiran dan kemusyrikan lagi. Uzair di kemudian hari mereka pandang bukan sebagal nabi dan orang suci lagi, tetapi dianggap anak Allah atau Allah sendiri. Padahal tentu saja, Uzair tak pernah mengajarkan hal yang demikian.

Selanjutnya, pendapat dan kepercayaan yang menyimpang dari kebenaran itu lalu disiarkan di kalangan mereka. Maka semakin banyaklah di antara orang-orang tersebut yang menjadi murtad. Ya, begitulah memang tabi’at mereka. Gampang tersesat dan tergelincir dari kebenaran, serta amat susah membawanya kembali ke jalan yang lurus.(disarikan dari berbagai kitab tarikh).

Sumber : Google Wikipedia
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...