KISAH NABI UZAIR AS.
Kisah Teladan Nabi Uzair As.
Tidur 100 Tahun
Mukaddimah,
Pada
suatu hari yang cerah, setelah memetik buah-buahan di kebun miliknya, Nabi
Uzair Alaihissalam naik ke atas punggung keledainya untuk kembali pulang ke
rumahnya. Dalam perjalanan, Ia senantiasa memikirkan rahasia alam yang luas dan
elok ini, Alam yang penuh dengan taman-taman indah, buah-buahan berbagai rasa,
dan angkasa yang tak bertepi, Karena asyiknya dalam memikirkan hal ini, dia
tidak mengetahui bahwa keledai yang dikendarainya sudah tersesat dalam
mengambil jalan. Setelah lama kemudian, barulah dia mengetahui bahwa dirinya
sudah berada di sebuah daerah yang jauh dari negerinya sendiri, sehingga tidak
dikenalnya sama sekali.
Dia rupanya sedang berada di sebuah kampung yang baru
saja diserbu habis-habisan oleh musuh, sehingga menjadi rusak parah. Dilihatnya
bekas-bekas rumah yang sudah runtuh, juga mayat-mayat manusia yang
bergelimpangan dan mulai membusuk. Melihat pemandangan yang mengerikan itu,
Uzair lalu turun dari punggung keledainya, dan menurunkan pula dua buah
keranjang yang penuh dengan buah-buahan. Sang keledai kemudian ditambatkannya,
sementara dia duduk bersandar pada sebatang pohon besar, untuk melepaskan
Ielah, baik Ielah badan maupun pikiran. Akhirnya kekuatan badan dan pikirannya
kembali seperti semula. Dia merasakan senang hatinya. Angin sepoi- sepoi yang
datang berhembus dan meniup tubuhnya, dihirupnya dalam-dalam.
Bukan hanya sejam atau semalaman, tetapi tidur
terus-menerus dengan tidak pernah bangun, selama seratus tahun. Benar-benar
genap seratus tahun. Dalam masa yang panjang itu, anak yang masih bayi sekarang
ini sudah menjadi tua, bahkan banyak orang yang sudah mati. Kebanyakan yang
tinggal adalah turunan atau generasi baru. Di sekitar tempat itu pun sekarang
ini sudah menjadi kawasan yang ramai oleh manusia generasi baru. Telah banyak
pula rumah dan gedung besar yang berdiri.
Pelajaran di
balik kisah teladan Nabi Uzair As yang tertidur 100 tahun
Jelasnya, dalam masa seratus tanun itu, segala-galanya
sudah berubah, sedang Uzair sendiri tetap terlentang di atas tempat dia
menidurkan diri itu, menjadi jasad yang tidak bernyawa lagi, sudah mati.
Dagingnya sudah hancur, tulang-belulangnya sudah bercerai-berai. Dan jasad
Uzair yang telah mati, daging yang sudah hancur dan tulang belulang yang telah
cerai-berai itu, Tuhan akan memperlihatkan kekuasaanNya kepada Uzair dan orang
banyak. Agar mereka dapat mengerti akan kekuasaan Allah dengan lebih nyata.
Daging-daging yang sudah busuk dan hancur itu, begitu
pula tulang-belulang yang telah bercerai-berai dan lemah, kemudian disusun
kembali oleh-Nya, diatur dan ditempatkan seperti keadaan awalnya. Setelah itu
lalu ditiupkan kepadanya roh, sehingga Uzair hidup kembali, tepat seperti
keadaannya semula sebelum dia tidur atau mati. Uzair lalu berdiri seperti orang
yang baru bangun dari tidur biasa, dan segera mencari keledai serta buah-buahan
miliknya. Tiba-tiba turun beberapa sosok malaikat dan bertanya kepadanya,
“Tahukah engkau ya Uzair, berapa lamakah tadi tertidur?” Dengan tidak berpikir
terlebih dahulu Uzair langsung menjawab bahwa dirinya tertidur kira-kira sehari
atau setengah hari. Malaikat berkata lagi, “Engkau terhampar di sini, lamanya
genap seratus tahun.
Dengan semudah itu pulalah Tuhan membangkitkan semua
manusia yang sudah mati itu nanti di Akhirat untuk dihisab atau diadili. Hal
ini diperlihatkan Tuhan kepadamu, agar tetap imanmu dan supaya engkau sendiri
dapat menjadi ayat atau bukti bagi manusia yang banyak. Agar jangan ragu lagi
tentang apa yang diterangkan Tuhan tentang akhirat.” Setelah melihat makanan
dan keledainya sebagaimana yang diterangkan malaikat, lalu Uzair berkata,
“Tahulah saya, bahwa Allah kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” Tiba-tiba keledainya
yang sudah hancur, nampak mulai berkumpul lagi daging dan tulang belulangnya.
Akhirnya menjadi seperti sediakala pula, hidup kembali dan bergerak.
Menyaksikan itu kembali Uzair berkata, “Saya tahulah sekarang, bahwa Allah
kuasa atas segala-galanya”.
Dalam perjalanan pulang, Ia merasa berada di alam
mimpi. Betapa tidak, kini segalanya telah berubah. Bahkan Ia pun harus berpikir
keras mengingat-ingat letak rumahnya.
Akhirnya
dia sampailah ke rumahnya sendiri. Tapi keadaan rumah tersebut sekarang sudah
hancur, yang tinggal hanya bekas-bekasnya saja. Uzair lalu melihat seorang
perempuan tua, yang rupanya masih bertempat tinggal di rumahnya yang sudah
runtuh itu. Kepada perempuan tersebut Uzair bentanya, “Apakah ini rumah Uzair
?“ “Benar, ini adalah rumah Uzair. Tetapi Tuan Uzair sudah lama pergi dan tidak
didengar beritanya lagi, sehingga semua orang sudah lupa kepadanya dan saya
sendiri tak pennah lagi menyebut namanya, selain kali ini saja,” kata perempuan
itu sambil menangis dengan sangat sedihnya. “Saya inilah Uzair, saya sudah
dimatikan Tuhan seratus tahun lamanya dan sekarang dihidupkan kembali olehNya,”
terang Uzair.
Mendengar ucapan in perempuan itu terkejut dan
seakan-akan tidak percaya. Dia lalu berkata, “Tuan Uzair adalah seorang yang
paling shalih, doanya selalu dikabulkan Tuhan. Saya ini adalah budaknya dan
badanku telah tua serta Iemah, mataku sudah buta karena selalu menangisi Uzair.
Seandainya benar, cobalah berdo’a agar mataku sembuh dan bisa melihat wajah
Uzair.” Uzair lalu menadahkan tangannya ke langit, berdo’a ke hadirat Allah.
Tiba-tiba mata orang tua itu terbuka dan dapat melihat dengan terang sekali.
Tubuhnya yang lemah dan tua itu pun kembali menjadi kuat. Setelah melihat muka
Uzair, dia berkata, “Benar, engkau inilah Uzain, saya masih ingat.” Perèmpuan
itupun segera mencium tangan dan kaki Uzair. Keduanya lalu pergi mendapatkan
orang banyak, yaitu bangsa israil. Kepada mereka ini Uzair memperkenalkan diri,
bahwa dia pernah hidup di kampung itu seratus tahun yang silam.
Kabar ini sangat mengagetkan bangsa lsrail. Di antara
mereka ada yang percaya, namun sebagian besan mengingkarinya. Sungguhpun begitu
kabar ini tetap menarik hati semua orang yang hidup ketika itu. Rupanya, di
antara mereka ada pula yang ingin menguji Uzair, untuk mengetahui tentang
kebenaran kata-katanya. Orang ini, yang tak lain adalah anak Uzair sendiri,
lalu berkata, “Saya masih ingat bahwa bapakku, Uzair, mempunyai tanda di
punggungnya. Cobalah periksa tanda itu. Kalau ada, benarlah dia Uzair bapak
saya.” Ternyata tanda yang dikatakan itu benar ada. Tetapi mereka ingin bukti
lagi. Salah seorang lau berkata, “Sejak penyerbuan Nebukadnezar atas bangsa
Israil, tidak seorang juga di antara Bani lsrail yang hafal isi Taurat selain
Uzair saja. Kalau benar ini Uzair, cobalah engkau sebutkan isi Taurat itu.” Uzair
pun segera membaca isi Taurat dengan lancar dan tak salah sedikitpun. Sekarang
barulah mereka pencaya, bahwa benar dia ini adalah Uzair. Orang-orang lalu
berebutan menjabat dan menciumi tangan Uzair, membenarkan semua yang
diucapkannya, serta mengakui sebagai nabi yang suci bersih.
Tetapi sayang sekali, sudah menjadi tabi’at mereka
rupanya, bahwa keimanan mereka yang benar itu hanya sekejap mata saja. Sebentar
kemudian berubah menjadi kekafiran dan kemusyrikan lagi. Uzair di kemudian hari
mereka pandang bukan sebagal nabi dan orang suci lagi, tetapi dianggap anak
Allah atau Allah sendiri. Padahal tentu saja, Uzair tak pernah mengajarkan hal
yang demikian.
Selanjutnya,
pendapat dan kepercayaan yang menyimpang dari kebenaran itu lalu disiarkan di
kalangan mereka. Maka semakin banyaklah di antara orang-orang tersebut yang
menjadi murtad. Ya, begitulah memang tabi’at mereka. Gampang tersesat dan
tergelincir dari kebenaran, serta amat susah membawanya kembali ke jalan yang
lurus.(disarikan dari berbagai kitab tarikh).
Sumber
: Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar