KISAH THARIQ BIN ZIYAD
Thariq
bin Ziyad Penaluk Andalusia (Spanyol)
MUKADDIMAH
Salah
satu pahlawan besar Islam yang banyak dikenang dan diingat orang adalah seorang
panglima yang bernama Thariq bin Ziyad. Thariq adalah salah seorang panglima
terbesar dalam sejarah Islam yang merupakan prajurit Kerajaan Umawiyah (Bani
Umayyah). Setelah Musa bin Nushair membuka jalan pasukan Islam ke Eropa, Thariq
bin Ziyad menyempurnakannya dengan menaklukkan Andalusia. Atas perintah
Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, Thariq membawa pasukan Islam menyeberangi
selat Gibraltar menuju daratan Eropa dari sinilah sejarah bangsa Ifranji
–sebutan untuk orang-orang Eropa- itu berubah.
Tulisan kali ini akan memaparkan sedikit tentang
perjalanan hidup Thraiq bin Ziyad rahimahullah dan bagaimana upayanya menaklukkan
Spanyol.
Masa Kecil Thariq bin
Ziyad
Thariq bin Ziyad dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M
di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukanlah seorang Arab, akan
tetapi seorang yang berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Masa kecilnya
sama seperti masa kecil kebanyakan umat Islam saat itu, ia belajar membaca dan
menulis, juga menghafal surat-surat Alquran dan hadis-hadis. Tidak banyak yang
dicatat oleh ahli sejarah mengenai masa kecil Thariq bin Ziyad, bahkan
sejarawan seperti Imam Ibnu al-Atsir, ath-Thabari, dan Ibnu Khaldun tidak
meriwayatkan masa kecil Thariq bin Ziyad dalam buku-buku mereka.
Dalam Tarikh Ibnu Nushair, sejarawan mengatakan
Thariq adalah budak dari amir Kerajaan Umawiyah di Afrika Utara, Musa bin
Nushair. Lalu Musa membebaskannya dari perbudakan dan mengangkatnya menjadi
panglima perang. Setelah beberapa generasi kemudian, status Thariq sebagai
budak dibantah oleh keturunan-keturunannya.
Jihad di Afrika Utara
Salah satu daerah yang paling strategis di wilayah Afrika
Utara adalah Maroko. Daerah ini telah mengenal Islam sebelum kedatangan Musa
bin Nushair dan pasukannya –Thariq bin Ziyad termasuk pasukan Musa bin
Nushair-. Namun penduduk di daerah ini belum menerima Islam secara utuh dan
keimanan mereka belum kokoh, terbukti dengan seringnya masyarakat wilayah ini
berganti agama dari Islam ke agama selainnya.
Di
antara penyebab pergantian agama ini karena penaklukan Maroko di masa Uqbah bin
Nafi’, kurang memperhatikan pendidikan keagamaan. Islam belum mapan di suatu
daerah, Uqbah dan pasukannya sudah berangkat ke daerah lainnya. Selain itu
keadaan bangsa Barbar di Afrika Utara yang memang mewaspadai pergerakan Uqbah
bin Nafi’. Keadaan demikian menyebabkan masyarakat Maroko sering murtad setelah
masuk ke dalam Islam (Qishshatu al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth,
Hal. 30).
Dalam
perjalanan menaklukkan Afrika Utara, Musa bin Nushair dibuat kagum dengan
kesungguhan dan keberanian salah seorang pasukannya yang bernama Thariq bin
Ziyad. Setelah menaklukkan beberapa wilayah, akhirnya pasukan ini berhasil
menaklukkan Kota Al-Hoceima, salah satu kota penting di Maroko. Kota ini
sebagai wilayah strategis yang mengantarkan pasukan Islam menguasai semua
wilayah Maroko. Musa kembali ke Qairawan sedangkan Thariq menetap disana dan
memberi pengajaran keagamaan kepada masyarakat Barbar Maroko.
Menaklukkan Andalusia
Salah
satu rahasia mengapa agama Islam begitu diterima di wilayah-wilayah yang
ditaklukkannya karena umat Islam tidak memperbudak dan bukan bertujuan
mengusai, akan tetapi tujuannya adalah membebaskan wilayah tersebut,
membebaskan wilayah tersebut dari kezaliman penguasanya dan hukum-hukum yang
tidak adil. Oleh karena itu, kita jumpai wilayah-wilayah yang ditaklukkan umat
Islam, penduduk pribuminya berbondong-bondong memeluk agama Islam.
Sebelum
umat Islam menguasai Andalus, daratan Siberia itu dikuasai oleh seorang raja
zalim yang dibenci oleh rakyatnya, yaitu Raja Roderick. Di sisi lain, berita
tentang keadilan umat Islam masyhur di masyarakat seberang Selat Gibraltar ini.
Oleh karena itu, orang-orang Andalusia sengaja meminta tolong dan memberi jalan
kepada umat Islam untuk menngulingkan Roderick dan membebaskan mereka dari
kezalimannya.
Segera
setelah permintaan tersebut sampai kepada Thariq, ia langsung melapor kepada
Musa bin Nushair untuk meminta izin membawa pasukan menuju Andalus. Kabar ini
langsung disampaikan Musa kepada Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dan beliau
menyetujui melanjutkan ekspansi penaklukkan Andalus yang telah dirintis
sebelumnya.
Pada
bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan
terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang
Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang
Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan,
Thariq bin Ziyad membawa serta 7000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju
Andalusia.
Mendengar kedatangan kaum muslimin, Roderick yang tengah sibuk
menghadapi pemberontak-pemberontak kecil di wilayahnya langsung mengalihkan
perhatiannya kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia
kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum
muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan
perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq
bin Ziyad.
Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa
Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair
untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5000
orang.
Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan
dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina
Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin
dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman
orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau
syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut
dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas
bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.
Kembali ke
Damaskus
Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad tidak
hanya mengalahkan penguasa-penguasa zalim di Eropa, namun mereka berhasil
menaklukkan hati masyarakat Eropa dengan memeluk Islam. Mereka berhasil
menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama mulia dan memuliakan manusia.
Manusia tidak lagi menghinakan diri mereka di hadapan sesama makhluk, kemuliaan
hanya diukur dengan ketakwaan bukan dengan nasab, warna kulit, status sosial,
dan materi. Musa dan Thariq juga berhasil menanamkan nilai-nilai tauhid,
memurnikan penyembahan hanya kepada Allah semata.
Memandang keberhasilan Musa dan Thariq
menaklukkan Andalusia dan menanamkan nilai-nilai Islam di negeri tersebut,
khalifah al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka beruda kembali ke Damaskus.
Penutup
Sekali lagi, kisah Thariq bin Ziyad merupakan
buah dari kebijakan-kebijakan Kerajaan Umawiyah yang seolah-olah dilupakan para
pembencinya. Mereka disibukkan dengan isu-isu yang dibuat oleh orang-orang
Syiah bahwa Bani Umayyah menzalimi ahlul bait Rasulullah. Mereka juga larut
dengan kalimat-kalimat orientalis yang mengatakan Kerajaan Umawiyah jauh dari
syariat Islam. Mereka tenggelam dengan kabar-kabar palsu itu dan lupa dengan
jasa-jasa Bani Umayyah.
Bagi bangsa Eropa, tentu saja kedatangan
Islam melalui Thariq bin Ziyad membawa dampak besar terhadap perkembangan
peradaban mereka, sebagaimana tergambar pada kemajuan Kota Cordoba. Ini adalah awal kebangkitan modern dan terbitnya
matahari yang menerangi kegelapan benua Eropa. Kediktatoran dan hukum rimba
berganti dengan norma-norma humanis yang membawa kedamaian.
Jasa-jasa Thariq dan kepahlawanannya
diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama
Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan
dalam bahasa Arab sebagai Jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit
Thariq.
Semoga Allah membalas jasa-jasa Thariq bin
Ziyad rahimahullah…
Sumber:
– Qishshatu al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth
– Islamstory.com
– Qishshatu al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth
– Islamstory.com
Ditulis oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com
Artikel www.KisahMuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar