Jumat, 28 September 2018

KISAH MPU GANDRING

KISAH MPU GANDRING

Orientasi
Mpu Gandring adalah tokoh dalam Pararaton yang dikisahkan sebagai seorang pembuat senjata ampuh. Keris buatannya konon telah menewaskan Ken Arok pendiri Kerajaan Singosari.

Asal Usul
Mpu Gandring berasal dari desa Lulumbang atau Palumbangan atau Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, dekat Wlingi-Blitar. Ia merupakan sahabat dari Bango Samparan ,ayah angkat Ken Arok. Dikisahkan dalam Pararaton bahwa Ken Arok berniat mencari senjata ampuh untuk membunuh majikannya, yaitu Tunggul Ametung akuwu Tumapel. Ia ingin memiliki sebilah keris yang dapat membunuh hanya sekali tusuk. Bango Samparan dari Karuman (Garum-Blitar) pun memperkenalkan Ken Arok pada Mpu Gandring. Untuk mewujudkan pesanan Ken Arok, Mpu Gandring meminta waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Ia berjanji akan datang lagi setelah lima bulan.

Desa Lulumbang tempat tinggal Mpu Gandring diperkirakan saat ini berada di daerah Plumbangan-Doko, dekat Wlingi Blitar. Tempat pembuatan keris tersebut sampai sekarang masih bisa ditemukan di dukuh Pandean-Wlingi-Blitar. Di kemudian hari setelah Ken Arok menjadi raja, sebagai penebus kesalahannya, Ken Arok menjadikan desa Lulumbang atau Palumbangan menjadi daerah bebas pajak. Pintu gerbang masuk wilayah Palumbangan ini pernah diperbaiki era Majapahit, yang sampai sekarang dikenal dengan Candi Plumbangan (Sukatman, 2012).

Kutukan Mpu Gandring
Lima bulan kemudian, Ken Arok benar-benar datang menemui Mpu Gandring. Ia marah melihat keris pesanannya baru setengah jadi. Karena marah, keris itu direbut dan digunakan untuk menikam dada Mpu Gandring. Meskipun belum sempurna, namun keris itu mampu membelah lumpang batu milik Mpu Gandring. Mpu Gandring pun tewas terkena keris buatannya sendiri. Namun ia sempat mengutuk kelak keris tersebut akan merenggut nyawa tujuh keturunan Ken Arok, termasuk Ken Arok sendiri.

Ken Arok kembali ke Tumapel untuk membunuh dan merebut kedudukan Tunggul Ametung. Rekan kerjanya yang bernama Kebo Hijo dijadikan kambing hitam segera dihukum mati menggunakan keris yang sama. Ken Arok sendiri akhirnya tewas oleh Anusapati putra Tunggul Ametung. Pengarang Pararaton mengisahkan adanya pembunuhan susul menyusul sejak Tunggul Ametung yang beberapa di antaranya terkena keris buatan Mpu Gandring. Mereka yang tewas terkena keris pusaka tersebut adalah Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Kebo Hijo, Ken Arok, pembantu Anusapati, dan terakhir Anusapati sendiri. Sedangkan Tohjaya dikisahkan mati terkena tusukan tombak.

Rupanya pengarang Pararaton kurang teliti dalam mewujudkan kelanjutan kutukan Mpu Gandring. Dari tujuh keturunan Ken Arok (termasuk dirinya) ternyata hanya Ken Arok saja yang mati oleh keris itu. Adapun Anusapati adalah anak tiri, sedangkan Tohjaya meskipun anak kandung namun kematiannya akibat tertusuk tombak Bukan Kena Keris Mpu Gandring. -

Pergeseran Makna
Gelar mpu atau empu merupakan gelar Nusantara asli yang kini identik dengan istilah untuk profesi pembuat keris. Padahal sebenarnya tidak demikian. Mpu sendiri artinya penguasa atau majikan atau pemilik. Kata ini masih dijumpai dalam bahasa Indonesia. Pada zaman Kerajaan Medang, pengguna gelar mpu tidak harus laki-laki. Misalnya, permaisuri Mpu Sindok menurut data-data prasasti bernama Mpu Kebi. Pada zaman Singhasari dan Majapahit, gelar mpu hanya dipakai oleh golongan terhormat namun bukan bangsawan, dan itu hanya berlaku untuk laki-laki, misalnya Mpu Nambi atau Mpu Sora. Pada zaman Kesultanan Mataram gelar mpu tergeser oleh gelar kyai. Gelar mpu kemudian hanya dipakai oleh para pembuat senjata saja, dan ini diperkirakan berasal dari popularitas tokoh Mpu Gandring dalam Pararaton atau Empu Supa dari naskah-naskah babad.

Kepustakaan
Ø R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Ø Sukatman.2012. "Mitos Asal usul Ken Arok-Raja Singasari: Kajian Tradisi Lisan". Laporan Penelitian. Jember: FKIP Universitas Jember.

Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok, salah seorang tokoh penyamun yang menurut seorang brahmana bernama Lohgawe adalah titisan wisnu. Ken Arok memesan keris ini kepada Mpu Gandring dengan waktu satu malam saja, yang merupakan pekerjaan hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar bagi seorang pandai logam yang sangat sakti) pada masa itu. Namun Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang dimilikinya. Bahkan kekuatan tadi "ditransfer" kedalam keris buatannya itu untuk menambah kemampuan dan kesaktian keris tersebut.

Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut. Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan harus diambil. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni :

Terbunuhnya Tunggul Ametung
Tunggul Ametung, kepala daerah Tumapel (cikal bakal Singhasari) yang saat itu adalah bawahan dari Kerajaan Kadiri yang saat itu diperintah oleh Kertajaya yang bergelar "Dandang Gendis" (raja terakhir kerajaan ini). Tumapel sendiri adalah pecahan dari sebuah kerajaan besar yang dulunya adalah Kerajaan Jenggala yang dihancurkan Kadiri, dimana kedua-duanya awalnya adalah satu wilayah yang dipimpin oleh Airlangga.

Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken Dedes. Ken Arok sendiri saat itu adalah pegawai kepercayaan dari Tunggul Ametung yang sangat dipercaya. Latar belakang pembunuhan ini adalah karena Ken Arok mendengar dari Brahmana Lohgawe bahwa "barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi Raja Dunia".

Sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada rekan kerjanya, yang bernama Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu dan selalu dibawa-bawanya kemana mana untuk menarik perhatian umum. Bagi Ken Arok sendiri, peminjaman keris itu adalah sebagai siasat agar nanti yang dituduh oleh publik Tumapel adalah Kebo Ijo dalam kasus pembunuhan yang dirancang sendiri oleh Ken Arok. Siasatnya berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel termasuk beberapa pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung langsung membunuh Kebo Ijo yang konon, dengan keris pusaka itu.

Terbunuhnya Ken Arok
Setelah membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok mengambil jabatannya, memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung dan memperluas pengaruh Tumapel sehingga akhirnya mampu menghancurkan Kerajaan Kediri. Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singhasari.
Rupanya kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan ayah Tunggul Ametung. Anusapati, yang diangkat anak oleh Ken Arok mengetahui semua kejadian itu dari ibunya, Ken Dedes dan bertekat untuk menuntut balas. Anusapati akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu dengan menyuruh seorang pendekar sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan.
Pada saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring. Melihat ceceran darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih lebih terdengar suara ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu Gandring yang dibunuhnya, dan serta merta mebantingnya ke tanah sampai hancur berkeping-keping. Ia bermaksud memusnahkannya. Namun ternyata keris tersebut melayang dan menghilang. Sementara Anusapati dan Ki Pengalasan merancang pembunuhan tersebut, tiba-tiba keris tersebut berada di tangan Anusapati. Anusapati menyerahkan keris kepada Ki Pengalasan yang menurut bahasa sekarang, bertugas sebagai "eksekutor" terhadap Ken Arok. Tugas itu dilaksanakannya, dan untuk menghilangkan jejak, Anusapati membunuh Ki Pengalasan dengan keris itu.

Terbunuhya Anusapati
Anusapati mengambil alih pemerintahan Ken Arok, namun tidak lama. Karena Tohjaya, Putra Ken Arok dari Ken Umang akhirnya mengetahui kasus pembunuhan itu. Dan Tohjaya pun menuntut balas. Tohjaya mengadakan acara Sabung Ayam kerajaan yang sangat digemari Anusapati. Ketika Anusapati lengah, Tohjaya mengambil keris Mpu Gandring tersebut dan langsung membunuhnya di tempat. Tohjaya membunuhnya berdasarkan hukuman dimana Anusapati diyakini membunuh Ken Arok. Setelah membunuh Anusapati, Tohjaya mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Anusapati.

Tohjaya sendiri tidak lama memerintah. Muncul berbagai ketidak puasan baik dikalangan rakyat dan bahkan kalangan elit istana yang merupakan keluarganya dan saudaranya sendiri, diantaranya Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal. Ketidakpuasan dan intrik istana ini akhirnya berkobar menjadi peperangan yang menyebabkan tewasnya Tohjaya. Setelah keadaan berhasil dikuasai, tahta kerajaan akhirnya dilanjutkan oleh Ranggawuni yang memerintah cukup lama dan dikatakan adalah masa damai kerajaan Singashari. Sejak terbunuhnya Tohjaya, Keris Mpu Gandring hilang tidak diketahui rimbanya.

Tujuh Keturunan Ken Arok
Keris Mpu Gandring ini menurut beberapa sumber spritual sebenarnya tidak hilang. Dalam arti hilang musnah dan benar-benar tidak ketahuan keberadaannya. Pada bagian ini tak hendak membahas masalah itu. Pada bagian ini hendak mengajak para pembaca untuk sejenak menganalisa "keampuhan" atau "tuah" dari keris itu maupun pembuatnya (Mpu Gandring).
Di akhir hayatnya di ujung keris buatannya sendiri, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa keris itu akan menelan korban tujuh turunan dari Ken Arok. Sekarang marilah kita hitung. Dalam sejarah ataupun legenda yang kita ketahui, ternyata hanya ada 6 (enam) orang yang terbunuh oleh Keris Mpu Gandring:
Ø Mpu Gandring, Sang Pembuat Keris.
Ø Kebo Ijo, rekan Ken Arok.
Ø Tunggul Ametung, Penguasa Tumapel saat itu.
Ø Ken Arok, Pendiri Kerajaan Singasari.
Ø Ki Pengalasan, pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok
Ø Anusapati, Anak Ken Dedes yang memerintah Ki Pengalasan membunuh Ken Arok.
Ø Tohjaya, putera Ken Arok dari selirnya Ken Umang tidak terbunuh oleh keris ini, namun terluka oleh lembing, dan akhirnya tewas karena luka-lukanya.
Ø Satu lagi yang terakhir adalah Ken Dedes yang mati oleh keris itu. Dan keris itu diambil oleh Raja Jawa yang memiliki kesaktian luar biasa untuk memusnahkan keris itu.

Kisah Empu Gandring, Pembuat Keris Paling Sakti Se-Nusantara
Begitu mendengar kata Empu atau Mpu apa yang ada di pikiran anda? Tepat! Seorang yang sangat pandai dalam membuat senjata. Biasanya berupa pusaka keris atau benda tajam lainnya. Empu dianggap sebagai orang yang sakti dan mampu membuat senjata mematikan dalam waktu yang relatif singkat. Seperti yang dilakukan oleh Empu Gandring. Seorang pembuat senjata yang tenar di era Kerajaan Singasari.

Empu sebenarnya bukan orang yang membuat keris saja. Sejatinya ia adalah orang yang memiliki kekuasaan besar. Memiliki kepemilikan atas banyak tanah dan harta. Terpenting lagi, seorang Empu biasanya orang-orang yang sangat terpelajar. Seperti halnya Empu Gandring yang merupakan orang pandai di zamannya. Berikut kisah Empu Gandring yang pernah membuat keris paling sakti se-nusantara. Bahkan memiliki kutuk mematikan yang masih menjadi misteri hingga sekarang!

Tempat Tinggal Empu Gandring
Empu Gandring adalah sebutan orang yang sangat pandai membuat senjata di daerah Lulumbang (Plumbangan), sebelah utara Kota Wlingi, Blitar. Di tempat ini ia banyak membuat senjata yang merupakan pesanan dari banyak petinggi yang berkuasa di kawasan Jawa Timur. Dikisahkan dalam Pararaton atau kitab raja-raja, Ken Arok sedang mencari senjata ampuh untuk membunuh majikannya yang bernama Tunggul Ametung. Akhirnya ia dikenalkan kepada Empu Gandring oleh Bango Samparan yang merupakan ayah angkat Ken Arok.

Bango Samparan yang  tinggal di Karuman (Garum, Blitar) membawa Ken Arok menemui Empu Gandring. Pria yang terobsesi dengan kekuasaan Singasari ini akhirnya memesan keris yang bisa membunuh orang dalam sekali tusuk. Empu Gandring akhirnya menyetujui permintaan itu dan berjanji akan membuatnya dalam waktu setahun. Saat itu tiba Ken Arok bisa kembali ke Lulumbang untuk mengambil keris saktinya.

Empu Gandring Tak Menyelesaikan Keris Ken Arok
Membuat keris bukan perkara mencetak logam menjadi sebentuk senjata. Perlu ada ritual khusus seperti puasa hingga pemilihan bahan yang tepat. Empu Gandring berjanji akan menyelesaikannya dalam setahun. Namun Ken Arok datang dalam tempo lima bulan setelah kunjungannya. Tentu saja keris belum selesai dengan sempurna. Mengetahui hal ini Ken Arok marah-marah. Ia tak mau tahu, bagaimana membuat sebuah keris yang sakti hingga dalam sekali tusuk lawan bisa meregang nyawa. Empu Gandring pun juga tak kalah murka. Membuat keris butuh ketelatenan dan kesabaran. Namun Ken Arok terlalu kuat untuk dihadapi hingga Empu Gandring akhirnya membiarkan keris yang belum ia selesaikan dibawa oleh Ken Arok.

Kematian Empu Gandring dan Sebuah Kutukan Mematikan
Adu mulut antara Ken Arok dan Empu Gandring akhirnya menjadi petaka. Keris yang dibuat dengan susah payah oleh Empu Gandring justru digunakan untuk menusuk tubuhnya. Ken Arok melakukannya karena terbawa emosi dan ambisi. Meski belum selesai dengan sempurna, keris nyatanya sudah menampakkan kesaktiannya hingga Empu Gandring mati di tempat. Sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Empu Gandring yang terkenal sangat sakti akhirnya membuat sebuah kutukan. Keris yang telah dibuat itu nantinya akan membunuh tujuh keturunan Ken Arok termasuk dirinya sendiri. Mendengar hal itu, Ken Arok tak peduli hingga ia memutuskan kembali ke Tumapel untuk merebut kekuasaan Tunggul Ametung.

Orang-Orang yang Terbunuh Oleh Keris Sakti Empu Gandring
Kutukan Empu Gandring ternyata tak sepenuhnya bekerja. Tak semua keturunan Ken Arok terbunuh keris yang telah dikutuk itu. Beberapa orang mengatakan jika Tohjaya, anak dari Ken Arok terbunuh oleh keris itu. Namun faktanya, anak itu terbunuh akibat lembing dan tewas akibat banyaknya luka-luka di tubuh. Keris yang dibuat belum selesai ini hanya mampu membunuh enam orang saja hingga akhirnya menghilang. Mereka adalah Empu Gandring si pembuat, Kebo Ijo yang merupakan rekan Ken Arok, Tunggul Ametung, Ki Pengalasan, Anusapati, dan Ken Arok sendiri. Saat ini keberadaan keris yang memakan banyak orang hebat itu tak diketahui. Ada yang mengatakan keris itu lenyap dalam kawah Gunung Kelud. Ada juga yang mengatakan jika keris itu terpendam dalam tanah dan menunggu pemilik barunya.

Itulah sekelumit kisah tentang Empu Gandring yang menjadi legenda di masyarakat. Menurut anda, keris seperti ini masih ada atau tidak di era modern seperti ini? Dan adakah Empu Gandring baru yang mampu membuat senjata hebat?

Sumber : Google Wikipedia
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...