KISAH MPU GANDRING
Orientasi
Mpu Gandring
adalah tokoh dalam Pararaton yang
dikisahkan sebagai seorang pembuat senjata ampuh. Keris buatannya konon telah
menewaskan Ken Arok pendiri Kerajaan
Singosari.
Asal Usul
Mpu
Gandring berasal dari desa Lulumbang atau Palumbangan atau Desa Plumbangan,
Kecamatan Doko, dekat Wlingi-Blitar. Ia merupakan sahabat dari Bango Samparan
,ayah angkat Ken Arok. Dikisahkan dalam Pararaton bahwa Ken Arok berniat mencari
senjata ampuh untuk membunuh majikannya, yaitu Tunggul Ametung akuwu Tumapel. Ia ingin memiliki
sebilah keris yang dapat membunuh
hanya sekali tusuk. Bango Samparan dari Karuman (Garum-Blitar) pun
memperkenalkan Ken Arok pada Mpu Gandring.
Untuk mewujudkan pesanan Ken Arok,
Mpu Gandring meminta waktu setahun. Ken Arok tidak sabar. Ia
berjanji akan datang lagi setelah lima bulan.
Desa
Lulumbang tempat tinggal Mpu Gandring diperkirakan saat ini berada di daerah
Plumbangan-Doko, dekat Wlingi Blitar. Tempat pembuatan keris tersebut sampai
sekarang masih bisa ditemukan di dukuh Pandean-Wlingi-Blitar. Di kemudian hari
setelah Ken Arok menjadi raja, sebagai penebus kesalahannya, Ken Arok
menjadikan desa Lulumbang atau Palumbangan menjadi daerah bebas pajak. Pintu
gerbang masuk wilayah Palumbangan ini pernah diperbaiki era Majapahit, yang
sampai sekarang dikenal dengan Candi Plumbangan (Sukatman, 2012).
Kutukan Mpu Gandring
Lima
bulan kemudian, Ken Arok
benar-benar datang menemui Mpu Gandring. Ia marah melihat keris pesanannya baru
setengah jadi. Karena marah, keris itu direbut dan digunakan untuk menikam dada
Mpu Gandring. Meskipun belum sempurna, namun keris itu mampu membelah lumpang
batu milik Mpu Gandring. Mpu Gandring pun tewas terkena keris buatannya
sendiri. Namun ia sempat mengutuk kelak keris tersebut akan merenggut nyawa
tujuh keturunan Ken Arok,
termasuk Ken Arok sendiri.
Ken Arok kembali ke Tumapel untuk membunuh dan
merebut kedudukan Tunggul
Ametung. Rekan kerjanya yang bernama Kebo Hijo dijadikan kambing
hitam segera dihukum mati menggunakan keris yang sama. Ken Arok sendiri akhirnya
tewas oleh Anusapati putra Tunggul Ametung. Pengarang Pararaton
mengisahkan adanya pembunuhan susul menyusul sejak Tunggul Ametung yang
beberapa di antaranya terkena keris buatan Mpu Gandring. Mereka yang tewas
terkena keris pusaka tersebut adalah Mpu Gandring, Tunggul Ametung, Kebo Hijo,
Ken Arok, pembantu
Anusapati, dan terakhir Anusapati
sendiri. Sedangkan Tohjaya
dikisahkan mati terkena tusukan tombak.
Rupanya
pengarang Pararaton kurang
teliti dalam mewujudkan kelanjutan kutukan Mpu Gandring. Dari tujuh keturunan Ken Arok (termasuk dirinya)
ternyata hanya Ken Arok saja yang mati
oleh keris itu. Adapun Anusapati
adalah anak tiri, sedangkan Tohjaya
meskipun anak kandung namun kematiannya akibat tertusuk tombak Bukan Kena Keris
Mpu Gandring. -
Pergeseran Makna
Gelar
mpu atau empu merupakan gelar Nusantara asli yang kini
identik dengan istilah untuk profesi pembuat keris. Padahal sebenarnya tidak
demikian. Mpu sendiri artinya penguasa atau majikan atau pemilik. Kata
ini masih dijumpai dalam bahasa Indonesia. Pada
zaman Kerajaan
Medang, pengguna gelar mpu tidak harus laki-laki. Misalnya, permaisuri Mpu Sindok menurut
data-data prasasti bernama Mpu Kebi. Pada zaman Singhasari dan Majapahit, gelar mpu hanya dipakai oleh golongan terhormat namun bukan
bangsawan, dan itu hanya berlaku untuk laki-laki, misalnya Mpu Nambi atau Mpu Sora. Pada zaman Kesultanan
Mataram gelar mpu tergeser oleh gelar kyai. Gelar mpu kemudian hanya dipakai oleh para pembuat senjata saja,
dan ini diperkirakan berasal dari popularitas tokoh Mpu Gandring dalam Pararaton atau Empu Supa dari naskah-naskah babad.
Kepustakaan
Ø
R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Ø
Sukatman.2012. "Mitos Asal usul Ken Arok-Raja
Singasari: Kajian Tradisi Lisan". Laporan Penelitian. Jember: FKIP
Universitas Jember.
Keris Mpu Gandring
Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat
berdirinya Kerajaan
Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris
ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari
termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok. Keris ini dibuat
oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok, salah seorang
tokoh penyamun yang menurut seorang brahmana bernama Lohgawe adalah titisan wisnu. Ken Arok memesan keris ini
kepada Mpu Gandring dengan waktu satu malam saja, yang merupakan pekerjaan
hampir mustahil dilakukan oleh para "mpu" (gelar bagi seorang pandai logam yang sangat sakti)
pada masa itu. Namun Mpu Gandring menyanggupinya dengan kekuatan gaib yang
dimilikinya. Bahkan kekuatan tadi "ditransfer"
kedalam keris buatannya itu untuk menambah kemampuan dan kesaktian keris
tersebut.
Setelah
selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki
kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu
Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut. Namun belum
lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut
yang menurutnya sudah satu hari dan harus diambil. Kemudian Ken Arok menguji
Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring yang
konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai
dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut
melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam
keris itu untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring
mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh
turunan dari Ken Arok. Dalam
perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit
kerajaan Singhasari yakni :
Terbunuhnya Tunggul
Ametung
Tunggul
Ametung, kepala daerah Tumapel
(cikal bakal Singhasari) yang saat itu adalah bawahan dari Kerajaan Kadiri yang saat
itu diperintah oleh Kertajaya
yang bergelar "Dandang Gendis"
(raja terakhir kerajaan ini). Tumapel sendiri adalah pecahan dari sebuah
kerajaan besar yang dulunya adalah Kerajaan Jenggala yang
dihancurkan Kadiri, dimana kedua-duanya awalnya adalah satu wilayah yang
dipimpin oleh Airlangga.
Ken
Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken Dedes. Ken Arok sendiri
saat itu adalah pegawai kepercayaan dari Tunggul Ametung yang sangat dipercaya.
Latar belakang pembunuhan ini adalah karena Ken Arok mendengar dari Brahmana
Lohgawe bahwa "barang siapa yang
memperistri Ken Dedes akan menjadi Raja Dunia".
Sebelum
Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada rekan kerjanya,
yang bernama Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu dan selalu
dibawa-bawanya kemana mana untuk menarik perhatian umum. Bagi Ken Arok sendiri,
peminjaman keris itu adalah sebagai siasat agar nanti yang dituduh oleh publik
Tumapel adalah Kebo Ijo dalam kasus pembunuhan yang dirancang sendiri oleh Ken
Arok. Siasatnya berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel termasuk beberapa
pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken
Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung langsung membunuh
Kebo Ijo yang konon, dengan keris pusaka itu.
Terbunuhnya Ken Arok
Setelah
membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok
mengambil jabatannya, memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung dan
memperluas pengaruh Tumapel sehingga akhirnya mampu menghancurkan Kerajaan
Kediri. Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singhasari.
Rupanya
kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan ayah Tunggul
Ametung. Anusapati, yang diangkat anak oleh Ken Arok mengetahui semua kejadian
itu dari ibunya, Ken Dedes dan bertekat untuk menuntut balas. Anusapati
akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu dengan menyuruh seorang pendekar
sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan.
Pada
saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan
yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung
buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring. Melihat ceceran
darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih lebih terdengar suara
ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu
Gandring yang dibunuhnya, dan serta merta mebantingnya ke tanah sampai hancur
berkeping-keping. Ia bermaksud memusnahkannya. Namun ternyata keris tersebut
melayang dan menghilang. Sementara Anusapati dan Ki Pengalasan merancang
pembunuhan tersebut, tiba-tiba keris tersebut berada di tangan Anusapati.
Anusapati menyerahkan keris kepada Ki Pengalasan yang menurut bahasa sekarang,
bertugas sebagai "eksekutor"
terhadap Ken Arok. Tugas itu dilaksanakannya, dan untuk menghilangkan jejak,
Anusapati membunuh Ki Pengalasan dengan keris itu.
Terbunuhya Anusapati
Anusapati
mengambil alih pemerintahan Ken Arok, namun tidak lama. Karena Tohjaya, Putra Ken Arok
dari Ken Umang akhirnya
mengetahui kasus pembunuhan itu. Dan Tohjaya pun menuntut balas. Tohjaya
mengadakan acara Sabung Ayam kerajaan yang sangat digemari Anusapati. Ketika
Anusapati lengah, Tohjaya mengambil keris Mpu Gandring tersebut dan langsung
membunuhnya di tempat. Tohjaya membunuhnya berdasarkan hukuman dimana Anusapati
diyakini membunuh Ken Arok. Setelah membunuh Anusapati, Tohjaya mengangkat
dirinya sebagai raja menggantikan Anusapati.
Tohjaya
sendiri tidak lama memerintah. Muncul berbagai ketidak puasan baik dikalangan
rakyat dan bahkan kalangan elit istana yang merupakan keluarganya dan
saudaranya sendiri, diantaranya Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal.
Ketidakpuasan dan intrik istana ini akhirnya berkobar menjadi peperangan yang
menyebabkan tewasnya Tohjaya. Setelah keadaan berhasil dikuasai, tahta kerajaan
akhirnya dilanjutkan oleh Ranggawuni
yang memerintah cukup lama dan dikatakan adalah masa damai kerajaan Singashari.
Sejak terbunuhnya Tohjaya, Keris Mpu Gandring hilang tidak diketahui rimbanya.
Tujuh Keturunan Ken Arok
Keris Mpu Gandring ini menurut beberapa sumber
spritual sebenarnya tidak hilang. Dalam arti hilang musnah dan benar-benar
tidak ketahuan keberadaannya. Pada bagian ini tak hendak membahas masalah itu.
Pada bagian ini hendak mengajak para pembaca untuk sejenak menganalisa
"keampuhan" atau "tuah" dari keris itu maupun pembuatnya
(Mpu Gandring).
Di akhir hayatnya di ujung keris buatannya sendiri,
Mpu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa keris itu akan menelan korban tujuh
turunan dari Ken Arok. Sekarang marilah kita hitung. Dalam sejarah ataupun legenda
yang kita ketahui, ternyata hanya ada 6 (enam) orang yang terbunuh oleh Keris
Mpu Gandring:
Ø
Mpu Gandring, Sang Pembuat Keris.
Ø
Kebo Ijo, rekan Ken Arok.
Ø
Tunggul Ametung, Penguasa Tumapel saat itu.
Ø
Ken Arok, Pendiri Kerajaan Singasari.
Ø
Ki Pengalasan, pengawal
Anusapati yang membunuh Ken Arok
Ø
Anusapati, Anak Ken Dedes yang memerintah Ki Pengalasan
membunuh Ken Arok.
Ø
Tohjaya, putera Ken Arok dari selirnya Ken Umang tidak
terbunuh oleh keris ini, namun terluka oleh lembing, dan akhirnya tewas karena
luka-lukanya.
Ø
Satu lagi yang terakhir adalah Ken Dedes yang mati
oleh keris itu. Dan keris itu diambil oleh Raja Jawa yang memiliki kesaktian
luar biasa untuk memusnahkan keris itu.
Kisah Empu
Gandring, Pembuat Keris Paling Sakti Se-Nusantara
Begitu
mendengar kata Empu atau Mpu apa yang ada di pikiran anda? Tepat! Seorang yang
sangat pandai dalam membuat senjata. Biasanya berupa pusaka keris atau benda
tajam lainnya. Empu dianggap sebagai orang yang sakti dan mampu membuat senjata
mematikan dalam waktu yang relatif singkat. Seperti yang dilakukan oleh Empu
Gandring. Seorang pembuat senjata yang tenar di era Kerajaan Singasari.
Empu
sebenarnya bukan orang yang membuat keris saja. Sejatinya ia adalah orang yang
memiliki kekuasaan besar. Memiliki kepemilikan atas banyak tanah dan harta.
Terpenting lagi, seorang Empu biasanya orang-orang yang sangat terpelajar.
Seperti halnya Empu Gandring yang merupakan orang pandai di zamannya. Berikut
kisah Empu Gandring yang pernah membuat keris paling sakti se-nusantara. Bahkan
memiliki kutuk mematikan yang masih menjadi misteri hingga sekarang!
Tempat Tinggal Empu
Gandring
Empu
Gandring adalah sebutan orang yang sangat pandai membuat senjata di daerah
Lulumbang (Plumbangan), sebelah utara Kota Wlingi, Blitar. Di tempat ini ia
banyak membuat senjata yang merupakan pesanan dari banyak petinggi yang
berkuasa di kawasan Jawa Timur. Dikisahkan dalam Pararaton atau kitab
raja-raja, Ken Arok sedang mencari senjata ampuh untuk membunuh majikannya yang
bernama Tunggul Ametung. Akhirnya ia dikenalkan kepada Empu Gandring oleh Bango
Samparan yang merupakan ayah angkat Ken Arok.
Bango
Samparan yang tinggal di Karuman (Garum, Blitar) membawa Ken Arok menemui
Empu Gandring. Pria yang terobsesi dengan kekuasaan Singasari ini akhirnya
memesan keris yang bisa membunuh orang dalam sekali tusuk. Empu Gandring
akhirnya menyetujui permintaan itu dan berjanji akan membuatnya dalam waktu
setahun. Saat itu tiba Ken Arok bisa kembali ke Lulumbang untuk mengambil keris
saktinya.
Empu Gandring Tak
Menyelesaikan Keris Ken Arok
Membuat
keris bukan perkara mencetak logam menjadi sebentuk senjata. Perlu ada ritual
khusus seperti puasa hingga pemilihan bahan yang tepat. Empu Gandring berjanji
akan menyelesaikannya dalam setahun. Namun Ken Arok datang dalam tempo lima
bulan setelah kunjungannya. Tentu saja keris belum selesai dengan sempurna. Mengetahui
hal ini Ken Arok marah-marah. Ia tak mau tahu, bagaimana membuat sebuah keris
yang sakti hingga dalam sekali tusuk lawan bisa meregang nyawa. Empu Gandring
pun juga tak kalah murka. Membuat keris butuh ketelatenan dan kesabaran. Namun
Ken Arok terlalu kuat untuk dihadapi hingga Empu Gandring akhirnya membiarkan
keris yang belum ia selesaikan dibawa oleh Ken Arok.
Kematian Empu Gandring
dan Sebuah Kutukan Mematikan
Adu
mulut antara Ken Arok dan Empu Gandring akhirnya menjadi petaka. Keris yang
dibuat dengan susah payah oleh Empu Gandring justru digunakan untuk menusuk
tubuhnya. Ken Arok melakukannya karena terbawa emosi dan ambisi. Meski belum
selesai dengan sempurna, keris nyatanya sudah menampakkan kesaktiannya hingga
Empu Gandring mati di tempat. Sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Empu
Gandring yang terkenal sangat sakti akhirnya membuat sebuah kutukan. Keris yang
telah dibuat itu nantinya akan membunuh tujuh keturunan Ken Arok termasuk
dirinya sendiri. Mendengar hal itu, Ken Arok tak peduli hingga ia memutuskan
kembali ke Tumapel untuk merebut kekuasaan Tunggul Ametung.
Orang-Orang yang
Terbunuh Oleh Keris Sakti Empu Gandring
Kutukan
Empu Gandring ternyata tak sepenuhnya bekerja. Tak semua keturunan Ken Arok
terbunuh keris yang telah dikutuk itu. Beberapa orang mengatakan jika Tohjaya,
anak dari Ken Arok terbunuh oleh keris itu. Namun faktanya, anak itu terbunuh
akibat lembing dan tewas akibat banyaknya luka-luka di tubuh. Keris yang dibuat
belum selesai ini hanya mampu membunuh enam orang saja hingga akhirnya
menghilang. Mereka adalah Empu Gandring si pembuat, Kebo Ijo yang merupakan
rekan Ken Arok, Tunggul Ametung, Ki Pengalasan, Anusapati, dan Ken Arok
sendiri. Saat ini keberadaan keris yang memakan banyak orang hebat itu tak
diketahui. Ada yang mengatakan keris itu lenyap dalam kawah Gunung Kelud. Ada
juga yang mengatakan jika keris itu terpendam dalam tanah dan menunggu pemilik
barunya.
Itulah
sekelumit kisah tentang Empu Gandring yang menjadi legenda di masyarakat.
Menurut anda, keris seperti ini masih ada atau tidak di era modern seperti ini?
Dan adakah Empu Gandring baru yang mampu membuat senjata hebat?
Sumber
: Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar