Jumat, 28 September 2018

KISAH KEN DEDES

KISAH KEN DEDES

Orientasi
Ken Dedes adalah nama permaisuri dari Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel (Singhasari). Ia kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa, nenek moyang wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singhasari dan Majapahit. Tradisi lokal menyebutkan ia sebagai perempuan yang memiliki kecantikan luar biasa, perwujudan kecantikan yang sempurna.

Perkawinan Pertama
Menurut Pararaton, Ken Dedes adalah putri dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha aliran Mahayana dari desa Panawijen. Pada suatu hari Tunggul Ametung akuwu Tumapel singgah di rumahnya. Tunggul Ametung jatuh hati padanya dan segera mempersunting gadis itu. Karena saat itu ayahnya sedang berada di hutan, Ken Dedes meminta Tunggul Ametung supaya sabar menunggu. Namun Tunggul Ametung tidak kuasa menahan diri. Ken Dedes pun dibawanya pulang dengan paksa ke Tumapel untuk dinikahi. Ketika Mpu Purwa pulang ke rumah, ia marah mendapati putrinya telah diculik. Ia pun mengutuk "Hai orang yang melarikan anak ku, semoga tidak mengenyam kenikmatan, matilah dia dibunuh dengan keris. demikian juga orang-orang Panawijen, keringlah sumurnya, semoga tidak keluar air dari kolamnya".

Perkawinan Kedua
Tunggul Ametung memiliki pengawal kepercayaan bernama Ken Arok. Pada suatu hari Tunggul Ametung dan Ken Dedes pergi bertamasya ke Hutan Baboji. Ketika turun dari kereta, kain Ken Dedes tersingkap sehingga auratnya yang bersinar terlihat oleh Ken Arok. Ken Arok menyampaikan hal itu kepada gurunya, yang bernama Lohgawe, seorang pendeta dari India. Menurut Lohgawe, wanita dengan ciri-ciri seperti itu disebut sebagai Stri Nariçwari yang diramalkan akan menurunkan raja-raja di Tanah Jawa. Mendengar ramalan tersebut, Ken Arok semakin berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes untuk menjadi Raja.

Maka, dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung sewaktu tidur. Yang dijadikan kambing hitam adalah rekan kerjanya, sesama pengawal bernama Kebo Hijo. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes, bahkan menjadi akuwu baru di Tumapel. Ken Dedes sendiri saat itu sedang dalam keadaan mengandung anak Tunggul Ametung.

Keturunan Ken Dedes
Lebih lanjut Pararaton menceritakan keberhasilan Ken Arok menggulingkan Kertajaya raja Kadiri tahun 1222, dan memerdekakan Tumapel menjadi sebuah kerajaan baru. Dari perkawinannya dengan Ken Arok, lahir beberapa orang anak yaitu, Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Sedangkan dari perkawinan pertama dengan Tunggul Ametung, Ken Dedes dikaruniai seorang putra bernama Anusapati.

Seiring berjalannya waktu, Anusapati merasa dianaktirikan oleh Ken Arok. Setelah mendesak ibunya, akhirnya ia tahu kalau dirinya bukan anak kandung Ken Arok. Bahkan, Anusapati juga diberi tahu kalau ayah kandungnya telah mati dibunuh Ken Arok.
Maka, dengan menggunakan tangan pembantunya, Anusapati membalas dendam dengan membunuh Ken Arok pada tahun 1247.

Keistimewaan Ken Dedes
Tokoh Ken Dedes hanya terdapat dalam naskah Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit, sehingga kebenarannya cukup diragukan. Namanya sama sekali tidak terdapat dalam Nagarakretagama atau prasasti apa pun. Mungkin pengarang Pararaton ingin menciptakan sosok leluhur Majapahit yang istimewa, yaitu seorang wanita yang bersinar auratnya.

Keistimewaan merupakan syarat mutlak yang didambakan masyarakat Jawa dalam diri seorang pemimpin atau leluhurnya. Masyarakat Jawa percaya kalau raja adalah pilihan Tuhan. Ken Dedes sendiri merupakan leluhur raja-raja Majapahit versi Pararaton. Maka, ia pun dikisahkan sejak awal sudah memiliki tanda-tanda sebagai wanita nareswari. Selain itu dikatakan pula kalau ia sebagai seorang penganut Buddha yang telah menguasai ilmu karma amamadang, atau cara untuk lepas dari samsara.
Dalam kisah kematian Ken Arok dapat ditarik kesimpulan kalau Ken Dedes merupakan saksi mata pembunuhan Tunggul Ametung. Anehnya, ia justru rela dinikahi oleh pembunuh suaminya itu. Hal ini membuktikan kalau antara Ken Dedes dan Ken Arok sesungguhnya saling mencintai, sehingga ia pun mendukung rencana pembunuhan Tunggul Ametung. Perlu diingat pula kalau perkawinan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.

Kepustakaan
Ø R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Ø Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
Ø Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara

Kisah Cinta Ken Arok dari Aurat Ken Dedes yang Tersingkap
Ken Dedes adalah putri dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha dari desa Panawijen. Pada suatu hari, Tunggul Ametung, Akuwu Tumapel singgah di rumahnya. Tunggul Ametung jatuh hati padanya dan segera mempersunting gadis itu. Demikian menurut Serat Pararaton Jilid 2 terjemahan R.M. Mangkudimedja. 1979.

Karena saat itu ayahnya sedang berada di hutan, Ken Dedes meminta Tunggul Ametung supaya sabar menunggu. Namun Tunggul Ametung tidak kuasa menahan diri. Ken Dedes pun dibawanya pulang dengan paksa ke Tumapel untuk dinikahi. Ketika Mpu Purwa pulang ke rumah, ia marah mendapati putrinya telah diculik. Ia pun mengutuk barangsiapa yang telah menculik putrinya, maka ia akan mati akibat kecantikan Ken Dedes.

Tokoh Ken Dedes hanya terdapat dalam naskah Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah zaman Tumapel dan Majapahit, sehingga kebenarannya diragukan. Namanya sama sekali tidak terdapat dalam Nagarakretagama atau prasasti apa pun. Mungkin pengarang Pararaton ingin menciptakan sosok leluhur Majapahit yang istimewa, yaitu seorang wanita yang bersinar auranya.
Ken Dedes sendiri merupakan leluhur raja-raja Majapahit versi Pararaton. Maka, ia pun dikisahkan sejak awal sudah memiliki tanda-tanda sebagai wanita nareswari. Selain itu dikatakan pula kalau ia sebagai seorang penganut Buddha yang telah menguasai ilmu karma amamadang, atau cara untuk lepas dari samsara.

Tunggul Ametung memiliki pengawal kepercayaan bernama Ken Arok. Pada suatu hari Tunggul Ametung dan Ken Dedes pergi bertamasya ke Hutan Baboji. Ketika turun dari kereta, kain Ken Dedes tersingkap sehingga auratnya yang bersinar terlihat oleh Ken Arok. ….. kengkis wetisira, kengkab tekeng rahasyanica, nener katon murub denira Ken Angrok …. (Sebuah kutipan dari Pararaton yang artinya: …. tersingkap betisnya, yang terbuka sampai rahasyanya, lalu kelihatan bernyala oleh Ken Angrok ….) Angin penyingkap kain istri Sang Akuwu, hingga menyingkap terlihat betis dan paha, bahkan sampai jauh ke ujung yang disebut dalam kitab Pararaton sebagai "rahasianya" Ken Dedes. Nyala "rahasianya" Ken Dedes itu yang bikin Ken Arok  mabuk kepayang. Pemuda ini tahu apa arti "rahasianya" wanita, namun nyala "rahasianya" Ken Dedes membuatnya panas dingin.

Ken Arok Jatuh Cinta
Kasmaran sira Ken Angrok tan wruh ring tingkahira …. , jatuh cintalah Ken Angrok, tak tahu apa yang akan diperbuatnya. Ken Arok menanyakannya pada pendeta Loh Gawe, asal India yang juga Bapak angkatnya. "Bapak Dang Hyang, ada seorang perempuan bernyala rahasianya,tanda perempuan yang bagaimanakah? Tanda buruk atau baik?" Dang Hyang menjawabnya, "Jika ada perempuan yang demikian, buyung, perempuan itu namanya nariswari. Ia adalah perempuan yang paling utama. Meskipun orang berdosa, jika memperistri perempuan itu, ia akan menjadi maharaja".

Ken arok tertegun dan kemudian berkata, "Bapa Dang Hyang, perempuan yang bernyala rahasianya itu adalah istri sang Akuwu di Tumapel". Jika demikian Akuwu akan saya bunuh dan saya ambil istrinya. Tentu ia akan mati, itu kalau Bapak Dang Hyang mengijinkan.
Loh Gawe menjawab, "Ya, tentu matilah, Tunggul Ametung olehmu. Hanya saja saya tak pantas memberi ijin itu kepadamu, itu bukan tindakan seorang pendeta. Batasnya adalah kehendakmu sendiri".

Maka, dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring, Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung sewaktu tidur.  Yang dijadikan kambing hitam adalah rekan kerjanya, sesama pengawal bernama Kebo ijo. Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes, bahkan menjadi akuwu baru di Tumapel. Ken Dedes sendiri saat itu sedang dalam keadaan mengandung anak Tunggul Ametung.

Dimas Cokro Pamungkas, budayawan asal Jombang menyebut ada sebuah  teori konspirasi tentang peristiwa itu. Ken Dedes merupakan saksi mata pembunuhan Tunggul Ametung. Tapi dia mau dinikahi oleh pembunuh suaminya itu. Kemungkinan antara Ken Dedes dan Ken Arok sebenarnya telah jatuh cinta. Bahkan mungkin mereka telah berselingkuh. Maka ia  mendukung rencana pembunuhan Tunggul Ametung. "Mungkin Ken Dedes bersekongkol dengan Ken Arok untuk melenyapkan Tunggul Ametung.  Teori ini berangkat dari cerita bahwa perkawinan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung karena terpaksa. Dengan kata lain Ken Dedes tidak mencintai Sang Akuwu Tunggul Ametung yang sudah tua," katanya.

Dari perkawinan Ken Dedes dengan Ken Arok, lahir beberapa orang anak yaitu, Mahisa Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Sedangkan dari perkawinan pertama dengan Tunggul Ametung, Ken Dedes dikaruniai seorang putra bernama Anusapati.

Nafsu dan Perselingkuhan Dalam Cerita Ken Dedes
Alkisah dalam Naskah Paparaton...
Kala itu ada seorang tokoh masyarakat bernama Tunggul Ametung yang menjabat sebagai akuwu (pejabat kadipaten) pada zaman kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Raja Kertajaya (1185 -1222). Pada suatu masa Tunggul Ametung singgah di desa Panawijen dan disanalah ia bertemu dengan seorang gadis nan cantik rupawan. Tunggul Ametung terpikat hatinya dan berusaha mencari tahu siapakah gadis nan elok yang telah mempesonanya. Tidak sulit baginya untuk mengetahui siapa gadis itu karena dia adalah seorang akuwu pejabat yang disegani kala itu.

"Cah ayu, bidadari yang dikirim Gusti Kang Maha Agung sopo jenengmu nduk?" kata sang akuwu bertanya kepada gadis itu. "Dalem Ken dedes kanjeng prabu", gumam Ken dedes lirih nyaris tak terdengar. Gadis nan elok rupawan itu bernama Ken Dedes, putri seorang pendeta Buddha bernama Mpu Purwa. Tunggul Ametung pun terpikat oleh kecantikan Ken Dedes. Siapalah yang tidak terpesona dengan seorang gadis ayu nan rupawan yang kecantikannya bagaikan bidadari yang turun dari khayangan. Ken Dedes gadis yang berkulit kuning langsat  bagaikan porselen yang bercahaya. Wajahnya berbinar memancarkan aura kecantikannya yang alami. Dengan hanya berbalut kain batik  yang membalut tubuhnya yang padat berisi dengan belahan  dada yang menyembul dari balik balutan kembennya semakin membuat Tunggul Ametung tidak sabar memperistri Ken Dedes. Pancaran pesona kecantikan Ken Dedes telah membuat Tunggul Ametung mabuk kepayang. Pada saat itu juga Tunggul Ametung meminang Ken Dedes untuk dijadikan istrinya.

"Aku ingin cah ayu mau menjadi istriku", kata Sang akuwu dengan mantapnya. "Pangapunten kanjeng prabu Gusti Tunggul Ametung, romo kulo belum kembali dari pertapaannya di hutan..sudilah kiranya kanjeng prabu menunggunya hingga datang", kata ken Dedes dengan terbata bata kepada Sang akuwu.

Rupanya Tunggul Ametung tidak kuasa menahan hasratnya untuk segara membawa Ken Dedes bersamanya saat itu juga. Sang akuwu tidak mempedulikan bahwa romo sang gadis sedang bertapa di hutan dan belum kembali. Saat itu juga Tunggul Ametung memerintahkan kepada para pengawalnya untuk membawa Ken Dedes dengan paksa. Tunggul Ametung menculik Ken Dedes dan membawanya ke Tumapel. Mpu Purwa pun kembali ke rumah. Didapatinya kondisi rumah sederhana itu dalam keadaan porak poranda. Dan yang paling menyakitkan hatinya adalah bahwa putri semata wayangnya talah hilang bak ditelan bumi. Mpu Purwa lalu mencari tahu apa yang telah menimpa putri kesayangannya pada penduduk desa. Alangkah murka dan marahnya ia mendengar kabar bahwa Ken Dedes telah dibawa secara paksa oleh Sang akuwu. Lalu Mpu Purwa pun bersumpah.....  "Barang siapa yang telah menculik Ken Dedes putri semata wayangku, niscaya akan terbunuh karena tikaman sebuah keris", kata kata kutukan pun keluar dari mulut Sang Mpu.

Di kadipaten Tumapel...
Ken Dedes pun akhirnya menjadi istri sang akuwu Tumapel. Tunggul Ametung mempunyai pengawal kepercayaan bernama ken Arok. Sang akuwu pun memperkenalkan Ken Dedes kepada seluruh penghuni pendopo sebagai istrinya tak terkecuali Ken Arok. Ken Dedes sekilas memandang ken Arok, tak beda dengan pemuda biasa dengan rambut berombak yang dibiarkan tergerai melewati pundak dan seikat kain yang diikatkan pada kepalanya. Berkulit kecoklatan sebagaimana laki laki yang banyak menghabiskan waktu dibawah jerangan matahari. Semula Ken Arok adalah penjahat yang buron dari kerajaan Kediri tapi berkat pertolongan pendeta Buddha bernama Lohgawe ia mendapat pekerjaan di Tumapel.

Pada suatu ketika Tunggul Ametung dan Ken Dedes melakukan perjalanan ke Hutan Baboji untuk berwisata. Cericit kicauan burung burung dalam hutan Baboji mengiringi perjalanan sang akuwu Tumapel dan istrinya. Semburat wajah yang bersinar milik Ken Dedes membuat Ken Arok semakin terpesona.  Setibanya disana, Ken Arok membantu istri Tunggul Ametung itu turun dari kereta. "Monggo gusti ayu, silahkan menuruni kereta kencono ini..."., Ken Arok berkata sambil mempersilahkan Ken Dedes menuruni kereta.

Dan ketika Ken Dedes hendak menapakkan kakinya ke tanah tiba tiba kain yang dikenakannya tersingkap. Ken Arok pun terkesiap melihat  aurat dari wanita berwajah cantik rupawan tersebut. Melihat sepasang betis mulus yang bersinar mengeluarkan cahaya membuat Ken Arok langsung terpikat akan kecantikan Ken Dedes. Ken Arok pun menceritakan pengalamannya tersebut kepada Lohgawe. Pendeta Buddha itu  pernah meramalkan bahwa akan ada seorang wanita yang cantik rupawan dengan ciri ciri seperti yang ada pada Ken Dedes,  yang nantinya akan menurunkan keturunan raja raja Jawa. Kemudian timbul niat jahat Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung untuk kemudian berhasrat merebut Ken Dedes dari sang akuwu Tumapel tersebut. Ken Arok bernafsu dan berambisi ingin keturunannya menjadi raja Jawa  sekaligus ingin memperistri Ken Dedes.

Ken Arok lalu merencanakan membunuh Tunggul Ametung dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring miliknya. Keris tersebut sebelumnya dipinjamkannya kepada Kebo Hijo dan Kebo Hijo memamerkan keris itu sebagai miliknya. Siasat Ken Arok berhasil ia berniat memfitnah Kebo Hijo. Pada suatu malam disaat sang akuwu tengah tertidur lelap ditemani sang istri yang cantik rupawan, Ken Arok berjalan mengendap endap memasuki kamar Tunggul Ametung dan langsung membunuhnya seketika menggunakan keris buatan Mpu Gandring tersebut. "Aku telah membunuh sang akuwu Tumapel, sekarang gusti ayu menjadi istriku", kata Ken Arok pada ken Dedes. Wanita itu melihat dan menyaksikan sendiri suaminya di bunuh di depan matanya. Tapi karena rayuan Ken Arok hati wanita itupun luluh dan mau menerima cinta laki laki yang telah membunuh suaminya. Lagipula Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung tanpa di dasari cinta.

Keesokan harinya kadipaten Tumapel di gemparkan oleh terbunuhnya sang akuwu yaitu Tunggul Ametung. "Tangkap Kebo Hijo...dialah yang sudah membunuh sang akuwu Tumapel, keris yang menancap di dada Tunggul Ametung adalah miliknya", teriak Ken Arok. Kebo Hijo pun ditangkap dan Ken Arok memerintahkan untuk menghukum mati Kebo Hijo yang ditenggarai sebagai  pemilik keris buatan Mpu Gandring. "Sekarang aku yang menjadi akuwu Tumapel menggantikan Tunggul Ametung", kata Ken Arok memproklamirkan dirinya sebagai penguasa baru.
Ken Arok lalu menikahi Ken Dedes wanita cantik berparas rupawan yang pada saat itu tengah mengandung anak dari Tunggul Ametung.

Rahasia Ken Dedes, Leluhur Raja-raja Jawa
Mendengar nama Ken Dedes tentunya kita akan teringat dengan Ken Arok pendiri Kerajaan  Singosari. Kisah mengenai Ken Arok pun sudah banyak diceritakan dalam berbagai versi.  Berdasarkan Kitab Pararaton, Ken Dedes adalah putri dari Mpu Purwa, seorang pendeta Buddha aliran Mahayana dari Desa Panawijen. Ken Dedes dianggap sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa, nenek moyang wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singosari, Majapahit hingga Mataram.

Kisah Ken Dedes dimulai saat Tunggul Ametung Akuwu Tumapel jatuh hati padanya dan segera ingin mempersunting gadis itu. Lalu Tunggul Ametung mendatangi kediaman Ken Dedes. Karena saat itu ayahnya sedang berada di hutan, Ken Dedes meminta Tunggul Ametung supaya sabar menunggu. Namun Tunggul Ametung tidak kuasa menahan diri. Ken Dedes pun dibawanya pulang dengan paksa ke Tumapel untuk dinikahi.

Ketika Mpu Purwa pulang ke rumah, dia marah mendapati putrinya telah diculik. Dia pun mengutuk  "Hai orang yang melarikan anak ku, semoga tidak mengenyam kenikmatan, matilah dia dibunuh dengan keris. Demikian juga orang-orang Panawijen, keringlah sumurnya, semoga tidak keluar air dari kolamnya,". Menurut Pararaton, Ken Dedes disebut sebagai wanita Nareswari. Nareswari berarti wanita utama. Kitab Pararaton menyebutkan “kengkis wetisira, kengkab tekeng rahasyanica, nener katon murub denira Ken Arok,” yang berarti “tersingkap betisnya, yang terbuka sampai terbuka rahasianya, lalu terlihat oleh Ken Arok”.

Suntingan Pararaton tersebut menunjukkan bahwa ada bagian tubuh istimewa dari Ken Dedes yang memancarkan cahaya saat terlihat oleh Ken Arok sewaktu masih menjadi abdi dalem Tunggul Ametung Akuwu Tumapel. Kemudian Ken Arok menceritakan apa yang dilihatnya kepada gurunya Pendeta Lohgawe. Lalu Lohgawe menjelaskan kepada Ken Arok kalau wanita yang memancarkan cahaya seperti itu adalah Nareswari. Dia adalah seorang wanita utama. Jika seorang laki-laki memperistri wanita seperti itu, maka dia akan menjadi maharaja. Mendengar penjelasan itu Ken Arok termenung. Berbagai hal berkecamuk dalam batinnya. Lalu Ken Arok berusaha mendapatkan Ken Dedes.
 
Dia memesan keris Mpu Gandring, untuk membunuh Tunggul Ametung. Dengan kelihaiannya, Ken Arok dapat memperoleh tahta Tunggul Ametung, sekaligus memperistri Ken Dedes sehingga dia menjadi raja pertama Singosari. Kutukan Mpu Purwa pun terbukti dengan tewasnya Tunggul Ametung ditangan Ken Arok dengan keris Mpu Gandring. Sementara itu ada juga versi yang menyatakan Ken Dedes memiliki wahyu keprabon. Selain itu Ken Dedes adalah penganut Buddha yang telah menguasai ilmu Karma Amamadang. Pemilik Ilmu Karma Amamadang ini bertingkah laku sempurna, tanpa cela dan salah langkah.

Dalam sejarah dicatat keturunan Ken Dedes dari benih Tunggul Ametung jauh sampai ke cucu-cicitnya mulai Anusapati, Ranggawuni, dan Kertanegara menjadi raja maupun pembesar di Singosari. Juga dari benih Ken Arok, Ken Dedes memberikan keturunan hingga cicitnya menjadi orang-orang besar di Kerajaan Singosari maupun Majapahit hingga Raden Wijaya.  Sampai digaris keturunan ke empat, terjadi penyatuan antara keturunan Ken Dedes dari darah Ken Arok yaitu Raden Wijaya dengan keturunan Ken Dedes dari darah Tunggul Ametung.
 
Peristiwa ini diketahui dari pernikahan Raden Wijaya dengan dua putri Kertanegara, Tribhuana Prameswari dan Gayatri Rajapatni yang tercatat sebagai manusia-manusia tangguh dan besar yang di Kerajaan Singosari dan Majapahit. Selain itu dipercaya jika Sultan Trenggana raja Kesultanan Demak adalah juga keturunan Ken Dedes. Sementara Raden Patah juga merupakan adalah putra Prabu Brawijaya, dan tentunya masih dalam garis keturunan Raden Wijaya.

Demikian pula ketika Demak digantikan Pajang yang diperintah Sultan Hadiwijaya di mana Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir adalah anak Ki Ageng Pengging yang juga keturunan Raden Patah. Hal ini terus berlanjut ketika tanah Jawa dipegang oleh Kerajaan Mataram di mana Ki Ageng Sela, kakek buyut dari Sutawijaya (raja pertama Mataram) adalah keturunan Bondan Kejawan putra dari Prabu Brawijaya juga. Keturunan Ken Dedes juga diyakini tetap memerintah di tanah Jawa karena hingga kini, Kasunanan Surakarta maupun Kesultanan Yogyakarta merupakan keturunan Sutawijaya.

Tidak ada keterangan yang pasti kapan istri Tunggul Ametung dan Ken Arok ini menutup ajal.
Dari rahim Ken Dedes inilah telah menurunkan raja-raja besar Singosari dan Majapahit, dinasti Rajasa, diantaranya adalah Kertanegara dan Hayam Wuruk.

Sumber :
-iqbalromadhon.blogspot
-sufisfavorites.wordpress
-wikipedia dan diolah dari berbagai sumber


Bikin Baper, Api Cinta Ken Arok dan Ken Umang di Masa Revolusi Tumapel
Sejarah masa lalu yang diterakan di berbagai kitab atau prasasti kerap memberi ruang interpretasi. Pun dalam kisah percintaan sang pendiri Kerajaan Singosari Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.

Seperti diketahui, Ken Arok yang memperistri Ken Dedes setelah merebut tampuk kekuasaan Tunggul Ametung ternyata memiliki cinta lain sebelumnya kepada seorang perawan bernama Umang. Umang adalah anak bungsu Ki Bango Samparan, bapak angkat Ken Arok ketika masih muda. Saat itu Arok masih dikenal sebagai anak bengal dan biang kerok di masa kerajaan Tumapel. Arok muda adalah Robin Hood di masa tersebut. Pemimpin begal yang meresahkan para pejabat Tumapel yang saat itu dengan sewenang-wenang memberlakukan penarikan upeti kepada rakyat. Uang upeti inilah yang jadi incaran Arok muda melalui berbagai aksi perampokan. 
Dalam petualangannya itulah, Arok yang meninggalkan Bango Samparan dan Umang untuk menimba ilmu kedigjayaan lain kepada para brahmana kembali bertemu. Umang yang telah memendam perasaan sayang kepada Arok sejak kecil, cintanya kembali membuncah. Pun, Arok yang sejak berada di rumah Umang telah memiliki perasaan sayang kepada Umang.

Kisah cinta Arok dan Umang ini secara indah dituliskan dalam buku Arok Dedes karya (alm) Pramoedya Ananta Toer. Diceritakan, setiap kali pulang berjudi atau mencuri, Arok selalu memberi Umang berbagai hadiah. Berbagi perhatian dan rasa sayang kedua insan tersebut terhenti sejak Arok kembali melanglang buana mencari ilmu. Takdir mempertemukan kembali mereka dalam masa pergolakan di Tumapel. Berbagai kerusuhan dan kemiskinan masyarakat yang semakin diperparah dengan tabiat para pejabat saat itu menimbulkan reaksi keras. Yaitu dengan melakukan perlawanan gerilya dari sudut-sudut gelap Tumapel. Umang di masa itu tampil menjadi salah satu perempuan yang berjuang dalam perlawanan tersebut. Otak cerdas dengan kemampuan yang tangkas dalam melakukan berbagai perlawanan membuat dirinya tampil menjadi pemimpin wanita satu-satunya di masa itu.

Sampai saatnya Umang kembali dipertemukan dengan cinta pertamanya yang ternyata merupakan pucuk pimpinan gerombolan perlawanan prajurit Tumapel. Arok, yang saat itu telah menyandang gelar Ken dari gurunya, Empu Loh Gawe, bahu-membahu melakukan revolusi terhadap Tumapel. Suka duka memimpin perlawanan tersebut semakin mendekatkan kedua hati yang lama terpisah. Rasa cinta dan sayang keduanya akhirnya diikat dalam sebuah perkawinan sederhana. Ken Arok memberikan gelar Ken kepada Umang yang dengan setia mendampinginya berjuang. Perkawinan mereka juga berjalan terus dalam pasang surut perjuangan melawan kelaliman Ametung.

Sampai akhirnya Ken Arok menikahi Ken Dedes sebagai perempuan yang diramalkan akan melahirkan para raja Jawa dari rahimnya. Ken Umang yang berasal dari kasta Sudra harus mengikhlaskan cinta sejatinya kepada Ken Arok yang saat itu telah mampu menumbangkan Ametung dan menjadi raja pertama Singosari menggantikan nama Kerajaan Tumapel. Ken Umang juga ikhlas dirinya hanya dijadikan selir, bukan permaisuri yang sudah digenggam oleh Ken Dedes.

Tapi cinta tidak mengenal kasta maupun kejelitaan raga saja. Ken Arok yang telah memperistri Ken Dedes kerap mengunjungi Ken Umang di salah satu candi bernama Telih di Dusun Sumbul, Desa Klampok, Kecamatan Singosari. Di Candi Telih yang memiliki ketinggian sekitar 2 meter dan lebar bangunan dasarnya sekitar 2,5 meter itu, menurut beberapa sumber yang ada, Ken Arok kerap melakukan pertemuan dan melepas kerinduan dengan Ken Umang yang merupakan istri pertamanya. Dalam setiap kencan, Ken Arok berangkat dari Tumapel (Singosari), Ken Umang berangkat dari Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso sekarang. Dari hasil cinta Ken Arok dan Ken Umang tersebut, menurut Prasasti Mula Malurung 1255, lahirlah empat anak.  Yaitu Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola, dan Dewi Rambi. Kelak, Tohjaya kemudian menjadi raja bawahan di Kerajaan Kadiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...