SEJARAH SEBAGAI KISAH DAN PERISTIWA
Orientasi
Siapa di antara
RG Squad yang suka memelajari sejarah? Sebenarnya belajar sejarah itu menjadi
sebuah kewajiban bagi setiap manusia lho. Salah satu contohnya seperti mencari tahu bagaimana kita
saat masih kecil, bagaimana ayah dan ibu kita dulu, begitu juga dengan cerita
di lingkungan kita pada masa lalu. Tapi, apakah kamu tahu pengertian sejarah sebagai kisah dan
peristiwa? Di artikel ini kita akan bahas keduanya, yuk simak beberapa penjelasan di
bawah ini.
Ø Sejarah sebagai kisah
Sejarah dikatakan sebagai kisah karena sejarah adalah
kejadian-kejadian pada masa lalu yang kemudian dibangun kembali. Banyak
orang-orang yang mencoba menafsirkannya dan juga membangun ulang
ingatan-ingatan akan kejadian masa lalu itu. Sejarah itu gambaran masa lalu
kalian sebagai individu, maupun sebagai makhluk sosial. Kejadian-kejadian itu
kemudian disusun secara ilmiah berdasarkan fakta-fakta pada masa tersebut.
Kemudian fakta-fakta itu ditafsirkan dan dijelaskan secara terperinci, sehingga
dapat memberi pengertian kepada kita tentang apa sih yang terjadi pada masa lalu.
Peristiwa itu diperoleh dan disusun dari berbagai
sumber untuk kemudian dilakukan penafsiran. Hasil dari penafsiran itu
diceritakan kembali kepada generasi-generasi selanjutnya, seperti kita ini.
Banyak dari cerita-cerita peristiwa, diceritakan kembali oleh para sejarawan
dengan tafsiran yang berbeda antarmereka. Para sejarawan ini memiliki caranya
sendiri dalam menafsirkan sejarah, biasanya disesuaikan dengan konteks zaman.
Banyak orang yang mengenal sejarah dalam sehari-hari itu
sebagai sebuah cerita. Banyak manusia yang bercerita tentang sejarah, memiliki
kepribadian berbeda-beda. Dalam menyusun cerita sejarah sebagai kisah, mereka
berpendirian supaya cerita mereka bisa dipercaya dan bersifat obyektif. Ada
tetapinya nih
Squad, pada dasarnya setiap manusia yang menceritakan sejarah sebagai kisah,
mau tidak mau mereka akan dipengaruhi oleh sifat-sifat mereka sendiri. Secara
tidak langsung, setiap cerita yang dibuat, pastinya tidak dapat langsung
dikatakan sudah objektif.
Ø Sejarah
sebagai peristiwa
Apa
yang dimaksud sejarah sebagai peristiwa? Sejarah merupakan sebuah fakta yang
hadir dari masa lalu, merupakan sebuah kejadian yang nyata dan benar-benar terjadi
pada masanya. Sejarah menyajikan penggambaran tentang peristiwa-peristiwa masa
lalu, lebih spesifiknya yang dialami oleh manusia. Kemudian peristiwa itu
disusun secara ilmiah, di dalamnya terpadat gambaran waktu tertentu, kemudian
diberi tafsiran, dan dianalisis secara kritis agar mudah dipahami dan
dimengerti.
Oh ya
Squad, peristiwa dalam sejarah itu benar-benar harus yang terjadi pada masa
lalu ya, dan didapat dari berbagai sumber sejarah yang tepat. Secara umum
manusia tidak dapat mengingat keseluruhan kejadian yang pernah dialaminya, ia
juga tidak selamanya dapat diingat secara lengkap oleh suatu kejadian. Oleh
karena itu, tidak heran kalau banyak peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang
kemudian hilang. Pada umumnya sih
diantara yang hilang itu sebagian besarnya belum bisa ditemukan kembali.
Untuk
merekam peristiwa-peristiwa sejarah, tulisan menjadi alat yang banyak digunakan
oleh manusia dalam menceritakan dan menyatakan pikirannya. Melalui tulisan,
pikiran-pikiran manusia akan hidup jauh lebih lama, dibandingkan dengan sekadar
ucapan verbal. Melalui tulisan pula manusia dapat mengingat dan menambah daya
pengetahuannya. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang ingin merekam kejadian
atau peristiwa yang dialami dengan menulis. Dengan begitu, sejarah sebagai
peristiwa bisa dapat teruji kebenarannya, dan meminimalisir
kehilangan-kehilangan momen penting peristiwa sejarah.
Oke sekarang pastinya sudah terjawab dong pengertian sejarah sebagai kisah dan sejarah sebagai
peristiwa. Nah
kalau RG Squad ingin mengenal sejarah lebih dalam lagi, kalian bisa gabung di
grup diskusi yang berisi teman-teman se-Indonesia dan di sana pun terdapat
tutornya. Caranya? Kalian bisa mendaftar di Ruangguru
digitalbootcamp.
Dengan bergabung, kalian bisa dengan puas berdiskusi dan bertukar catatan.
Sejarah sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu, dan
Seni
Ø Sejarah
sebagai Peristiwa
Peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan
ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang
kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa yang telah terjadi
pada masa lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa
tersebut, yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan
sejarah sebagai kisah suatu peristiwa.
Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang akan datang.
Ø Sejarah
sebagai Kisah
Semua
hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup
dan dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari
peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai
kisah adalah hasil karya, cipta, dan penelitian berbagai ahli yang kemudian
menulisnya. Penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan harus melalui penafsiran
yang mendekati kebenaran peristiwa yang terjadi. Sementara itu, untuk merekonstruksi
kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu.
Dengan
kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan
kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa,
dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak
sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat
jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan dasar
jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak
sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup
kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.
Ø Sejarah
sebagai Ilmu
Sejarah
dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun
secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran
mengenai peristiwa masa lampau.
Menurut
C.E. Berry, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan, tidak kurang dan tidak
lebih. Adapun menurut York Powell, sejarah bukanlah hanya sekadar suatu cerita
indah, instruktif, dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus dibuktikan
secara keilmuan dengan menggunakan metode-metode dan berbagai standar ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kebenaran
itu dapat dibuktikan dari dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya
sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai ilmu sebab sejarah
memiliki syarat-syarat ilmu, antara lain ada masalah yang menjadi objek, ada
metode, tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran yang rasional, dan
kebenaran bersifat objektif.
Jika melihat hal tersebut, sejarah sebagai ilmu dapat memenuhinya, dikarenakan:
Ø objek kajian sejarah ialah
kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
Ø adanya metode sejarah yang
menghubungkan bukti-bukti sejarah;
Ø kisah sejarah tersusun secara
sistematis dan kronologis;
Ø kebenaran fakta diperoleh dari
penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang
sistematis;
Ø fakta bersifat subjektif karena tiap
orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya
"milik" peristiwa ini sendiri. Namun kebenaran fauna adalah juga
objektif, maksudnya kebenaran harus diakui oleh intersubjektivitas atau diakui
oleh banyak sejarawan dan masyarakat luas.
Ø Sejarah
sebagai Seni
Tokoh
penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Ia
menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena
memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat,
polemik, dan dapat sebagai propaganda. Sejarawan abad 19 bernama Comte,
Spencer,dan Mill menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam
dapat dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi
lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsuf modern, menyatakan bahwa
hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah
sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak
tidak mudah menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang
rasa.
Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti.
Dengan
demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu
peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan
tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi
ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa
sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah
juga mengandung elemen seni.
Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu
dan seni
Sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni Syajarotun yang berarti pohon.
Sejarah ibarat sebuah pohon yang tumbuh dan berkembang, dari hal yang paling
sederhana hingga yang paling kompleks. Sejarah dalam bahasa Inggris disebut
sebagai history yang memiliki arti cerita masa lampau. Sejarah juga berasal
dari bahasa Jerman, geschicht yakni sesuatu yang telah terjadi. Dari berbagai
bahasa tersebut dapat disimpulan pengertian sejarah yaitu peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. Berikut akan diuraikan sejarah sebaga peristiwa,
kisah, ilmu dan seni.
Ø Sejarah
sebagai peristiwa
Artinya
sejarah adalah suatu fakta, kejadian dan kenyataan yang benar-benar terjadi
pada masa lampau yang kemudian digunakan untuk merekonstruksi kejadian pada
masa tersebut. Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau
yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi kurun waktu tertentu,
diberi tafsiran, dan dianalisis kritis sehingga mudah dipahami dan dimengerti.
Persitiwa dalam sejarah harus benar-benar terjadi pada masa lalu, yang bisa
diperoleh dari berbagai sumber sejarah.
Manusia
pada umumnya tidak dapat mengingat seluruh kejadian yang dialaminya dan tidak
selamanya ia dapat diingat suatu kejadian saja secara lengkap. Maka dari itu
banyak kejadian di masa lampau ”hilang” dan diantara yang ”hilang’ itu sebagian
besar belum dapat ditemukan kembali. Tulisan adalah alat yang diciptakan
manusia untuk menyatakan pikirannya. Tulisan dapat bertahan jauh lebih lama
daripada ucapan. Tulisan membantu manusia dalam mengingat-ingat. manusia dengan
ingatan terbatas dapat menyimpan kejadian-kejadian yang dialaminya didalam
tulisan. Dalam sejarah dengan sendirinya tulisan menduduki tempat yang penting
dalam arti sempit sejarah juga berarti zaman ketika manusia telah mengenal
tulisan.
Ø Sejarah
sebagai kisah
Artinya
kejadian masa lalu dibangun kembali berdasarkan ingatan atau penafsiran
seseorang. Sejarah sebagai kisah merupakan gambaran masa lalu tentang manusia
baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial, yang disusun secara ilmiah
meliputi urutan fakta masa tersebut, dengan diberi tafsiran serta penjelasan
yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu. Dalam hal ini suatu
peristiwa sejarah pada masa lalu yang diperoleh dari berbagai sumber kemudian
dilakukan penafsiran terhadap kejadian tersebut. Kemudian diceritakan kembali
kepada generasi selanjutnya dengan berbagai penafsiran yang berbeda antara
sejarawan satu dengan yang lainnya.
Sejarah
sebagai kisah merupakan cerita, kesan, memori tafsiran tentang peristiwa pengalaman
masa lalu. Sejarah yang dikenal sehari-hari itu bagi orang banyak adalah
sejarah sebagai ceritera karena itu sifatnya tergantung pada siapa yang
menceritakan. Manusia sebagai pencerita memiliki kepribadian yang beraneka
ragam walauoun biasanya orang yang menyusun cerita sejarah berpendirian agar
cerita itu benar-benar dapat dipercayai dan obyektif tetapi pada kenyataannya
mau tidak mau penulis dipengaruhi oleh sifat-sifatnya.
Ø Sejarah
sebagai ilmu
Artinya
sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dan
memiliki metode pengkajian ilmiah untuk mendapatkan suatu kebenaran. Sejarah
sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia
di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang,
di mana tekanan perhatian terutama diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri,
dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan
perkembangannya, yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai
suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu
yang telah dialami (diucapkan, dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di
masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/diketemukan masa
sekarang.
Sejarah
sebagai ilmu harus memiliki objek yakni kejadian manusia dimasa lalu, metode
tersendiri, dan pokok permasalahan. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi
secara kritis, analitis,imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data,
peninggalan, bukti tulisan, rekaman. Di dalam metodologi penulisan sebuah
sejarah menggunakan berbagai tahapan. Tahapan penulisan sejarah yaitu
mengumpulkan sumber (heuristic), menyeleksi sumber (verifikasi/kritik),
penafsiran sumber (interpretasi) dan penulisan peristiwa sejarah
(Historiografi).
Ø Sejarah
sebagai seni
Sejarah
bisa diajarkan melalui seni yang menarik untuk dipelajari. Penulisan sejarah
sebagai seni menjadi petunjuk moral bagi pembacanya karena sejarawan harus
memiliki seni tersendiri dalam menyampaikan kisah-kisah sejarah bagi
pembacanya. Sejarah apabila diceritakan begitu saja akan terasa hambar. Seorang
sejarahwan yang baik akan mampu membawa orang yang membaca sejarah seolah-olah
melihat, mendengar, dan merasa secara langsung ketika membaca atau mendengarkan
peristiwa sejarah. Seorang sejarawan yang tidak memiliki cita rasa seni,
membuat tulisannya terkesan membosankan dan tidak menarik. Pada zaman dahulu
sejarah termasuk dalam ilmu sastra yang sangat erat kaitannya dengan seni.
Apa Sejarah itu ?
Kata sejarah berasal
dari bahasa Arab yakni Syajarotun
yang berarti pohon. Dalam hal ini menggambarkan bahwa peristiwa sejarah terus
tumbuh dan berkembang layaknya sebuah pohon yang bercabang-cabang. Jika kita
membaca silsilah raja-raja akan tampak seperti gambar pohon dari sederhana dan
berkembang menjadi besar, maka sejarah dapat diartikan silsilah keturunan
raja-raja yang berarti peristiwa pemerintahan keluarga raja pada masa lampau. Sejarah
dalam bahasa Inggris yakni History
berarti masa lampau umat manusia berasal dari kata benda Istoria yang berarti
ilmu. Sejarah dalam bahasa Jerman adalah Geschichte
yang berasal dari geschehen yang berarti terjadi. Sejarah merupakan peristiwa
yang benar benar terjadi pada masa lampau.
Berikut ini
pengertian sejarah dari berbagai tokoh:
Ø Herodotus yang terkenal sebagai the father of history menyatakan
bahwa sejarah tidak berkembang ke arah depan serta dengan tujuan yang pasti,
melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan
oleh keadaan manusia. Segala peristiwa yang terjadi menurut Herodotus dipengaruhi
oleh perbuatan dewa.
Ø Ibnu Khaldun mendifinisikan sejarah adalah catatan
tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia; tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.
Ø Sejarah adalah ilmu tentang manusia yang mengkaji manusia
dalam lingkup waktu dan ruang, menjelaskan masa kini, dialog antara peristiwa
masa lampau dan perkembangan ke masa depan, serta cerita tentang kesadaran
manusia baik dalam aspek individu maupun kolektif (Kochar, 2008: 3-6).
Ø Louis Gottschalk (1986: 235) menyatakan bahwa masa
lampau membantu untuk mengerti masa kini. Terjadi hubungan kausalitas antara
masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam kamus bahasa
Indonesia disebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian, yaitu:
Ø Kesusasteraan lama, silsilah, asal usul
Ø Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau
Ø Ilmu pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
Ø Kuntowijoyo menyatakan bahwa sejarah adalah
rekonstruksi masa lalu. Hampir sama dengan Sartono Kartodirdjo yang mengartikan
sejarah sebagai rekonstruksi masa lampau atau kejadian yang terjadi pada masa
lampau
Moh Ali dalam
pengantar ilmu sejarah indonesia, menyatakan bahwa sejarah mengandung arti yang
mengacu pada:
Ø Sejumlah perubahan perubahan, kejadian-kejadian dan
peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita
Ø Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian
dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
Ø Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan,
kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
Ø Taufik Abdullah (2001: 98) bahwa sejarah adalah hasil
dari sebuah usaha untuk merekam, melukiskan dan menerangkan peristiwa masa
lalu. Pembelajaran sejarah menekankan pada peristiwa yang terjadi pada masa
lampau.
Ø Sidi Gazalba (1966:11) mengungkapkan bahwa sejarah
adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai maklhuk
sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa
tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan pemahaman
tentang apa yang telah berlalu itu.
Sejarah terus
berkesinambungan sehingga merupakan rentang peristiwa yang panjang. Oleh karena
itu, sejarah mencakup:
Ø masa lalu yang dilukiskan berdasarkan urutan waktu
(kronologis);
Ø ada hubungannya dengan sebab akibat (kausalitas)
Ø kebenarannya bersifat subjektif sebab masih perlu
adanya penelitian lebih lanjut untuk mencari kebenaran yang hakiki;
Ø peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masa kini,
dan masa yang akan datang.
Guna Sejarah ?
Masa lalu yang pantas
dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam
hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya yang
telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Masa lalu sering
disebut dengan istilah Sejarah. Belajar sejarah banyak kegunaannya dalam
kehidupan sekarang atau untuk masa yang akan datang. Sejarah dapat memberikan
gambaran dan menjadi pedoman bagi suatu bangsa untuk melangkah dari kehidupan
masa kini ke masa yang akan datang. Tiap-tiap individu pada setiap bangsa dan
negara harus memiliki kesadaran akan arti pentingnya sejarah. Kesadaran sejarah
merupakan dimensi yang memuat konsepsi waktu yang dimiliki manusia yang
berbudaya.
Secara umum guna
sejarah dibagi menjadi dua yakni guna intrinsik dan guna ekstrinsik.
Ø Guna intrinsik sejarah meliputi:
Ø Sejarah sebagai ilmu. Sejarah merupakan ilmu yang
mempelajari kehidupan manusia pada masa lalu. Sebagai sebuah ilmu sejarah
memiliki tujuan, metode, pemikiran yang rasional, penyusunan yang sistematis
dan juga kebenaran yang objektif.
Ø Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau. Dalam hal
ini sejarah menceritakan peristiwa pada masa lampau manusia. Dengan belajar
sejarah, manusia bisa mengetahui mengenai konsep perkembangan, kesinambungan,
pengulangan dan perubahan. Perkembangan terjadi bila berturut-turut mesyarakat
bergerak dari satu ke bentuk yang lain. Kesinambungan terjadi bila suatu
masyarakat baru hanya mengadobsi lembaga-lembaga tertentu. pengulangan terjadi
bila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi. Perubahan
terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran sama dengan perkembangan.
Ø Sejarah sebagai pernyataan pendapat. Sejarah merupakan
pernyataan pendapat dari para ahli sejarah dalam melakukan penulisan sejarah.
Berdasarkan tahap-tahap penelitian
Ø sejarah, seorang sejarawan akan memberikan gambaran
mengenai peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Pada satu sisi, sejarah akan
bisa bersifat subjektif dikarenakan subjektifitas dari peneliti sejarah.
Ø Sejarah sebagai profesi. Beberapa profesi yang
berhubungan dengan sejarah adalah guru
Ø Sejarah, pegawai purbakala, museum, monument, balai
kajian sejarah, dan arsip.
Ø Guna ekstrinsik sejarah meliputi:
Ø Sejarah sebagai pendidikan moral
Ø Sejarah sebagai pendidikan penalaran
Ø Sejarah sebagai pendidikan politik
Ø Sejarah sebagai pendidikan kebijakan
Ø Sejarah sebagai pendidikan perubahan
Ø Sejarah sebagai pendidikan masa depan
Ø Sejarah sebagai pendidikan keindahan
Ø Sejarah sebagai ilmu bantu
Ø Sejarah sebagai rujukan
Ø Sejarah sebagai bukti
Kesadaran sejarah
yang tercermin pada individu akan lebih bermanfaat jika bersifat kolektif,
sebab sebagai ungkapan masyarakat bersama terhadap situasi yang ada, baik
politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang mampu membangun perasaan senasib
sebagai suatu anggota bangsa dan negara. Pengalaman yang dimiliki oleh suatu
masyarakat di masa lampau merupakan pengalaman yang bernilai sejarah dan
berharga bagi bangsa tersebut pada masa kini, sebab akan memberikan bantuan
daya pikir dan tindakan yang bijaksana. Oleh karena itu, sejarah memiliki arti
yang penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Historiografi Sejarah
Historiografi sejarah
merupakan langkah-langkah yang dilakukan sejarawan dalam menuliskan kembali
masa lalu. Sejarah sebagai ilmu memiliki metode atau langkah-langkah dalam
penelitiannya. Langkah penelitian dalam sejarah adalah Heuristik (pengumpulan
sumber), Kritik/Verifikasi (pengujian keaslian sumber), Verifikasi (penafsiran
sumber), dan yang terakhir Historiografi (penulisan sejarah). Pembahasan secara
lengkapnya sebagai beriku:
Heuristik
Heuristik berasal
dari bahasa yunani “Heurishein” yang artinya memperoleh. Heuristik adalah
kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau dengan cara mengumpulkan
bahan-bahan tertulis, tercetak atau sumber lain yang relevan dengan penelitian
ini. G.J Renier yang dikutip Dudung Abdurrahman (1999: 55) menyatakan heuristic
merupakan suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu
heuristic tidak mempunyai peraturan umum menurut Sidi Gazalba (1981: 115)
heuristik adalah mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk
mendapatkan bahan penelitian. Pada tahap ini dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang sesuai dengan penelitian.
Kritik/Verifikasi
Setelah sumber yang
diperlukan terkumpul, maka langkah berikutnya adalah melakukan kritik sumber
yaitu mengadakan penilaian atau pengujian terhadap sumber-sumber sehingga dapat
diketahui apakah sumber tersebut dapat dijadikan sebagai data bagi penelitian
tersebut atau tidak. Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 58) kritik sumber ini
meliputi:
Kritik Intern
Kritik intern
berhubungan dengan kredibilitas dan reabilitas isi dari suatu sumber sejarah
(Hellius Sjamsudin, 1996: 118). Dalam kritik intern, hal yang dilakukan adalah
menyelediki isi dari sumber sejarah. Kritik ini bertujuan untuk menguji apakah
isi, fakta dan cerita dari suatu sumber sejarah dapat dipercaya dan dapat
memberikan informasi yang diperlukan. Kritik intern yang berkenaan dengan isi
sumber dilakukan dengan cara apakah keaslian sumber tersebut dari pengarangnya
asli atau turunan karya orang lain, dari tahap ini akan didapat validitas data.
Kritik intern dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan antara
sumber yang satu dengan sumber yang lain. Sumber tersebut sesuai dengan yang
ada atau banyak dipengaruhi oleh subjektifitas pengarang, dan apakah sumber
tersebut sesuai dengan tema penelitian atau tidak.
Kritik ekstern
Kritik Ekstern yaitu
kritik terhadap keaslian sumber (otensitas) yang berkenaan dengan segi-segi
fisik dari sumber yang ditemukan, seperti: bahan (kertas atau tinta) yang
digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain.
Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 59), uji otensitas minimal dilakukan dengan
pertanyaan kapan, dimana, siapa, bahan apa serta bentuknya bagaimana sumber itu
dibuat. Sebelum semua kesaksian dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan
untuk merekontruksi masa lalu, maka terlebih dahulu dilakukan pemerikasaan
ketat.
Kritik ekstern
dilakukan dengan cara melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sebuah
sumber sejarah. Kritik ekstern berguna untuk memeriksa sumber sejarah dan
menjaga keaslian serta keutuhan sumber tersebut. Dalam kritik ekstern dilakukan
pengujian sumber dari aspek luarnya seperti pengarang dan asal sumber. Dalam
penelitian ini kritik ekstern dilakukan dengan menyeleksi bentuk sumber data
tertulis berupa buku dan literatur. Aspek fisik kedua sumber dilihat dari
pengarang, tahun, tempat penerbitan sumber, gaya bahasa dan ejaan yang
digunakan.
Interpretasi
Interpretasi atau
penafsiran sejarah disebut pula dengan analisis sejarah. Interpretasi merupakan
suatu kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari data yang telah
diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya análisis data. Dalam
penelitian ini peneliti berusaha untuk menafsirkan data yang diperoleh,
kemudian mencari kaitan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Setelah
itu data yang salin berkaitan dihubungkan sehingga akan diperoleh gambaran yang
jelas dan menyeluruh kemudian menjadi suatu fakta sejarah yang dapat dijadikan
sebagai data sejarah.
Pada tahap inilah
sejarah sering terdapat unsur subjektifitasnya. Penulisan sejarah yang baik
adalah sejarah yang objektif. Akan tetapi hal itu sulit diwujudkan, hal yang
bisa dilakukan oleh seorang sejarawan adalah meminimalisirkan unsur
subjektifitas tersebut. Unsur subjektifitas tersebut dipengaruhi oleh pandangan
tersendiri oleh sejarawan, ideology yang dianut, kecenderungan dekat dengan
objek sejarah, pendidikan, lingkungan tempat tinggal sejarawan dan lain
sebagainya.
Historiografi
Tahap historiografi
merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian sejarah,
historiografi merupakan karya sejarah dari hasil penelitian, dipaparkan dengan
bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang ditemukan beserta
argumentasinya secara sistematis. Dalam historiografi seorang penulis tidak
hanya menggunakan keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan
catatan-catatan tetapi penulis juga dituntut menggunakan pikiran kritis dan
analisis (Hellius syamsudin, 1992: 153).
Historiografi
merupakan langkah merangkai fakta sejarah menjadi cerita sejarah yang dilakukan
dengan cara menyalin buku-buku linteratur,surat kabar, dan sumber tertulis lainnya.
Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan untuk merangkai fakta yang satu
dengan fakta yang lain, sehingga menjadi suatu kisah sejarah yang menarik dan
dapat dipercaya kebenarannya. Tahap historiografi ini merupakan langkah
terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian historis. Dari data-data
yang sudah berhasil dikumpulkan oleh peneliti, maka peneliti berusaha
memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan bahasa
yang ilmiah beserta argumentasi secara sistematis.
Sumber
Ø Sidi Gazalba. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta : Bathara.
Ø Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Ø Helius Syamsudin. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta : Jalan Pintu Satu, Direktorat
jendral dikti depdikbud.
Unsur Utama Peristiwa Sejarah
Ilmu Sejarah adalah ilmu yang menggairahkan,
karena ia mengajak manusia untuk memikirkan kembali keberadaannya, sambil
bertamasya ke masa silam. Dengan belajar sejarah, kita akan meneruskan
peradaban yang sudah ada, tidak memulai kehidupan dari titik nol. Tentu saja,
bagi para sejarawan, gairah sejarah tidak hanya terletak sebatas ini. Sejarawan
sebagai orang yang “memproduksi” sejarah justru menjadi gairah ketika ia
melakukan pencarian terhadap sebuah kebenaran peristiwa sejarah. Pada peristiwa
sejarah terdapat tiga unsur utama yang saling mempengaruhi yaitu manusia, waktu
dan ruang.
Hubungan ketiga unsur tersebut adalah manusia
sebagai pelaku dari sejarah, pada ruang tertentu dalam kurun waktu tertentu.
Ø Unsur Manusia
Kejadian
pada masa lalu itu berlaku dalam masyarakat manusia, yakni gejala,
perbuatan dan keadaan manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Manusia
merupakan salah satu unsur yang penting dalam sejarah. Manusia adalah pemeran
utama dalam peristiwa sejarah. Sejarah adalah sejarahnya manusia bukan sejarah
tumbuhan atau binatang. Manusia sebagai pelaku dan penulis sejarah itu sendiri.
Ernst Berheim menyatakan bahwa manusia merupakan objek sejarah.
Ø Unsur Waktu
Secara
singkat konsep waktu itu ada dan bagai mana pemanfaatan waktu itu didasarkan
kepada kesadaran manusia. Hanya manusialah yang sadar akan waktu, maka hanya
manusia yang mempunyai sejarah (Zoon Historikon). Konsep waktu dalam sejarah
meliputi waktu atau tempo ialah proses kelangsungan dan waktu (duration) yaitu
kesatuan dari kelangsungan waktu berdimensi tiga: waktu yang lalu, sekarang,
dan waktu yang akan datang (the fast, the present, the future). Penentuan waktu
penting sebagai batas tinjauan kerangka gerak sejarah. Waktu perlu dibuat
batasan awal dan akhirnya yang disebut kurun waktu atau babakan waktu (periode)
secara berurutan yaitu prinsip kronologi dalam sejarah.
Ø Unsur Ruang
(Dimensi Spasial)
Proses
sejarah berlangsung dengan batasan ditinjau dari tempat atau lokasiterjadinya
peristiwa-peritiwa sejarah. Maka sejarah dapat dikategorika dalam sejarah
lokal, sejarah daerah, sejarah nasional, sejarah wialayah sebagian benua,
sejarah benua dan sejarah dunia/global. Ruang geografis sebagai medan sejarah
seakan-akan bergerak, yakni meluas dan menciut (sejarah adalah geografi dalam
gerak). Geografi meninjau kegiatan manusia dan hasil karyanya dalam dimensi
ruang. Sedangkan dalam sejarah meninjau perkembangan kegiatan tersebut dalam
dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu dalam mengkaji suatu masalah sejarah
membutuhkan ilmu bantu lain, sebagai contoh adalah geografi.
Ciri Utama Peristiwa Sejarah
Ø Sejarah adalah ilmu yang membahas masa lalu. Perhatian
sejarah terfokus pada pengalaman dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
manusia, serta peritiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi dalam
lingkup manusia. Sebagai suatu studi, sejarah meneliti sepanjang kehidupan
manusia, yaitu sejak manusia pertama kali muncul di bumi ini hingga
sekarang.
Berikut ini adalah
ciri utama sejarah
Ø Peristiwa sejarah itu abadi. Sejarah adalah peristiwa
yang terjadi pada masa lalu dan tidak akan pernah berubah. Abadi dalam hal ini
peristiwa sejarah tetap dikenang sepanjang masa oleh generasi selanjutnya.
Sebagai contoh sejarah mengenai kejayaan kerajaan Majapahit akan selalu abadi
dan dikenang oleh banyak orang Indonesia.
Ø Peristiwa sejarah itu unik yaitu peristiwa yang
terjadi hanya satu kali dan tidak akan pernah berulang kembali. Satu persitwa
terjadi tidak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya. Kalau ada istilah sejarah
yang berulang, itu bukan peristiwanya yang berulang melainkan ciri-ciri atau
bentuk peristiwa yang memiliki kesamaan alur, akan tetapi beda baik itu pelaku
(manusia), waktu dan bahkan tempatnya. Contoh proklamasi di Indonesia merupakan
peristiwa unik, hanya terjadi sekali dalam sejarah Indonesia.
Ø Peristiwa sejarah itu penting yakni menyangkut hajat
hidup orang banyak. Peristiwa yang masuk dalam sejarah sebagian besar hanya
sejarah orang-orang besar yakni pemimpin, pahlawan, dan biasanya hanya
mencangkup dalam bidang politik. Peristiwa yang masuk dalam pelajaran sejarah
adalah peristiwa yang penting dalam perjalanan bangsa ini. Sebagai contoh
peristiwa pemberontakan petani di Banten. Meskipun dilakukan oleh rakyat kecil,
akan tetapi memiliki dampak penting bagi pengambilan kebijakan oleh pemerintah
colonial Belanda.
Sejarah Lisan di Indonesia
Zaman pra-aksara
adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Oleh karena itu untuk
mengetahui jejak masyarakat pada zaman pra-aksara tidak bisa menggunakan sumber
tulisan melainkan sumber sejarang yang berupa lisan. Biasanya dalam satu
masyarakat terdapat cerita turun temurun yang diwariskan oleh para pendahulu.
Ada beberapa hal yang bisa membantu untuk menemukan jejak-jejak sejarah yang
terjadi pada masa lampau, antara lain : folklore, mitos, legenda, upacara dan
lagu daerah dari berbagai daerah di Indonesia.
Ø Folklore, yaitu adat-istiadat tradisional dan cerita
rakyat yang diwariskan secara turun menurun tetapi tidak dibukukan. Folklore
dibedakan menjadi dua yaitu :
Ø Folklore lisan yaitu folklore yang diciptakan,
disebarluaskan dan diwariskan dalam bentuk lisan seperti bahasa,teka-teki,
puisi rakyat dsb.
Ø Folklor sebagian lisan yaitu folklore yang bentuknya
merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Seperti : kepercayaan
rakyat, tarian rakyat, pesta rakyat, dsb.
Ø Folklor nonlisan yaitu folklor yang bentuknya bukan
lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Seperti : arsitektur
rakyat, kerajinan tangan, pakain dan perhiasan tradisional, obat-obatan
tradisional, dsb.
Mitos adalah ilmu
kesustraan yang mengandung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa dan
makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Cerita-cerita yang terkandung dalam mite
bukanlah sejarah tetapi di dalamnya terdapat unsur-unsur sejarahnya.. Contoh
mite:
Ø Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali, kalau di Jawa
Barat (sunda) digunakan nama Nyi Pohaci sebagai dewi kesuburan
Ø Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
Ø Legenda adalah sebuah cerita rakyat pada masa lampau
yang masih memiliki hubungan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau dengan
dongeng-dongeng seperti cerita tentang terbentuknya suatu negeri, gunung dsb.
Ø Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada
masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal
sekarang.
Ø Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya
mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
Ø Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif
(folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak
tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh
berbeda dengan kisah aslinya.
Untuk menjadikan
legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang
menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam
logika) dan rumus-rumus tradisi.
Legenda diwariskan
secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar
dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter
manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk,
sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi
generasi selanjutnya.
Contoh Legenda:
Legenda Sunan Bonang, Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga
dari Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah
dari Aceh.
Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah
syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik. Lagu daerah adalah
lagu yang menggunakan bahasa daerah. Setiap daerah memiliki lagu daerah
sendiri-sendiri, misalnya soleram (Riau), sue ora jamu, bengawan solo (Jawa),
potong bebek (NTT).
Upacara
Upacara merupakan
rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu
(adat istiadat, agama, dan kepercayaan). Contoh: Upacara penguburan, mendirikan
rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan,
upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang. Fungsi Upacara:
Ø Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa
terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan
kesejahteraan pada mereka. Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk
menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali
diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya terkait dengan
legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka.
Ø Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka
seperti tertuang dalam cerita rakyat. Contoh: Upacara “Kasodo” oleh masyarakat
Tengger di Sekitar Gunung Bromo.
Zaman Pra-aksara
Pra-aksara terdiri dari dua kata pra dan aksara, pra berarti
sebelum dan aksara adalah tulisan. Dengan demikian zaman pra-aksara adalah masa
kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan
istilah pra-aksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti
tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil
kebudayaan manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat
ditemukan.
Sejarah pada masa pra
aksara dapat dipelajari berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala berupa
artefak, fitur, ekofak, dan situs. Artefak adalah semua benda yang jelas
memperlihatkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber
alam oleh tangan manusia. Fitur adalah artefak yang tidak dapat dipindahkan
tanpa merusak tempatnya. Ekofak adalah benda dari unsur lingkungan abiotik atau
biotik. Situs adalah bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala.
Selama ini kebanyakan
orang mengartikan sama antara pra-aksara dengan zaman pra sejarah. Pada
hakikatnya berbeda, pra-aksara adalah zaman ketika manuisa belum memiliki
tulisan sedangkan pra sejarah terdiri dari Pra berarti sebelum dan
sejarah adalah sejarah sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum
ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya
sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan manusia sudah memiliki
sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli
mempopulerkan istilah pra-aksara untuk menggantikan istilah prasejarah.
Terdapat berbagai
pembabakan zaman pra aksara, antara lain berdasarkan pembentukan muka bumi,
berdasarkan alat-alat yang ditinggalkan, dan berdasarkan corak kehidupan
masyarakat pra-aksara.
Berdasarkan
pembentukan muka bumi atau lebih dikenal dengan pembabakan secara geologi.
Berdasarkan proses terbentuknya muka bumi, maka zaman pra-aksara dibagi menjadi
(1) Arkaikum, (2) Paleozoikum, (3) Mesozoikum dan (4) Neozoikum. Setiap
pembabakan tersebut berdasarkan kondisi bumi, dari yang awalnya berbentuk bola
panas hingga kondisi stabil dan bisa ditempati manusia. Dari yang awalnya tidak
ada malhuk hidup. muncul
manusia purba hingga muncul manusia
modern.
Berdasarkan alat-alat
yang ditinggalkan atau berdasarkan arkeologi. Zaman pra-aksara dibagi
menjaid zaman batu dan zaman logam. Pembabakan ini berdasarkan bahan baku
alat-alat kehidupan yang digunakan oleh manusia purba. Zaman batu berarti
alat-alatnya sederhana, sebagian besar terbuat dari batu, meski juga ada alat
dari tulang belulang dan kayu. Sedangkan zaman logan, alat-alat yang digunakan
terbuat dari logam.
Zaman batu dibagi
menjadi (1) Paleolitikum, (2) Mesolitikum, (3) Neolitikum, dan (4) Megalitikum. Pembagian ini berdasarkan kehalusan dari batu yang
digunakan, Pada awalnya alat yang digunakan masih sangat sederhana yaitu batu
yang masih sangat kasar, lama-lama dihaluskan pada bagian-bagian tertentu.
Alat-alat dari batu digunakan untuk berburu dan juga untuk ritual memuja roh
nenek moyang.
Sedangkan zaman logam
dibagi menjadi zaman besi, tembaga dan perunggu. Terdapat dua teknik pembuatan
logam yaitu teknik cire perdue
dan teknik bivalve. Teknik cire perdue atau cetakan lilin
memiliki kelebihan bentuk alat dari perunggu yang dihasilkan lebih bagus
sedangkan kekurangannya hanya bisa sekali digunakan. Sedangkan teknik Bivalve atau cetakan setangkap
terbuat dari batu sehingga bisa digunakan berulang kali, namun alat yang
dihasilkan bentuknya tidak seindah dengan menggunakan teknik cire perdue. Di
Indonesia, pada zaman logam tidak mengenal zaman tembaga, dikarenakan tidak
ditemukannya alat alat dari tembaga.
Pembabakan yang
terakhir adalah berdasarkan corak kehidupan masyarakat pra-akasara. Berdasarkan
corak kehidupan, masa pra-aksara dibagi menjadi masa hidup berburu dan
mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam dan beternak, serta masa perundagian
atau masa kemahiran teknik. Corak kehidupan berlangsung dari yang paling
sederhana hingga pembuatan alat-alat dari logam yang membutuhkan keahlian
khusus. Dari awalnya hidup berpindah-pindah hingga menetap dengan membuat
rumah. Dari yang awalnya hidup dengan cara mengumpulkan makanan hingga
menghasilkan makanan sendiri.
Terkait dengan masa
berakhirnya zaman pra-aksara masing-masing tempat akan berbeda. Penduduk di
Kepulauan Indonesia baru memasuki masa aksara sekitar abad ke-5 M. Hal ini jauh
lebih terlambat bila dibandingkan di tempat lain misalnya Mesir dan Mesopotamia
yang sudah mengenal tulisan sejak sekitar tahun 3000 SM. Fakta-fakta masa
aksara di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan
kerajaan tua seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Pada
prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal
dari India. Hal ini menandakan masuknya
pengaruh India di Indonesia.
Tradisi masyarakat
Indonesia sebelum mengenal tulisan adalah sebagai berikut.
Ø Organisasi kemasyarakatannya sudah ada, yaitu adanya
masyarakat teratur, demokratis, dan memilih pemimpinnya dengan primus inter pares (tokoh yang
dianggap memiliki kekuatan lebih) dalam bentuk kesukuan.
Ø Kemasyarakatan atau pranata sosialnya adalah
masyarakat yang hidup berkelompok sebagai makhluk sosial, dan bergotong royong.
Ø Memiliki pengetahuan alam, yakni memanfaatkan alam di
sekitarnya sebagai wujud peduli dan memelihara alam lingkungannya.
Ø Sudah mengenal sistem persawahan.
Ø Kemampuan berlayar dan berdagang dengan memanfaatkan
angin musim, bahkan mereka sudah berani mengarungi laut luas.
Ø Sudah memiliki teknologi perundagian, yakni pengecoran
logam dengan sistem bivalve dan a cire perdue.
Ø Sistem kepercayaan pada mulanya menyembah roh nenek
moyang kemudian menyembah dewa.
Ø Sudah memiliki sistem ekonomi barter.
Manfaat belajar Sejarah
Pada kenyataan selama
ini mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang kurang diminati siswa.
Beberapa hal yang membuat hal itu terjadi adalah dari materi dan penyampaian
guru. Materi sejarah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas
hanya diulang-ulang sehingga membuat siswa bosan dengan materi yang sama
(Hamid, 2014: 39). Pembelajaran sejarah semakin membosankan dengan cara
penyampaian materi yang dilakukan oleh guru cenderung monoton sehingga membuat
siswa kurang tertarik dengan mata pelejaran sejarah. Para guru hanya
mengajarkan isi bukan sikap dan keterampilan dari belajar sejarah (Wineburg,
2006: xxii).
Pembelajaran sejarah
menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang harus disampaikan di sekolah. Mata
pelajaran sejarah saat ini bukan lagi pelajaran minoritas melainkan mata
pelajaran yang utama. Salah satu manfaat belajar sejarah adalah adanya
kesadaran kebangsaan, terutama untuk Sejarah Indonesia yang khusus mengkaji
seluk beluk kehidupan bangsa Indonesia. Menurut Suyatno Kartodirdjo (1989:
1-7), kesadaran sejarah pada manusia sangat penting artinya bagi pembinaan
budaya bangsa.
Di sini, kesadaran
sejarah amat esensial bagi pembentukan kepribadian. Analog dengan sosiogenesis
individu, kepribadian bangsa juga secara inhern memuat kesadaran sejarah itu.
Implikasi hal tersebut di atas bagi national building ialah tidak lain bahwa
sejarah dan pendidikan memiliki hubungan yang erat dalam proses pembentukan
kesadaran sejarah. Dalam rangka nation building pembentukan solidaritas,
inspirasi dan aspirasi mengambil peranan yang penting. Tanpa kesadaran sejarah,
kedua fungsi tersebut sulit kiranya untuk dipacu, dengan perkataan lain
semangat nasionalisme tidak dapat ditumbuhkan tanpa kesadaran sejarah
(Kartodirdjo, 1993: 53). Sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas
nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa masa kini
maupun masa yanga akan datang (Widja, 2002: 7).
Kajian sejarah akan
berkontribusi terhadap pengembangan pribadi siswa agar tumbuh harmonis dan
seimbang melalui sajian peristiwa yang naratif (mengandung unsur humaniora),
sekaligus membentuk kognisi siswa dengan unsur science, dengan metodologi yang
bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, sudah saatnya para pendidik yang
masih mengunakan strategi pembelajaran konvensional yang menjemukan para siswa
mulai menerapkan pembelajaran yang inovatif.
Model pembelajaran
yang inovatif dimaksudkan untuk menghasilkan para siswa yang dapat berpikir
kritis dan analitis dalam memahami masa lalu bangsanya sehingga bisa diambil
pelajaran untuk menghadapi kehidupan saat ini dan mereflesikannya di masa yang
akan datang. Melalui ketrampilan berpikir yang menyejarah, diharapkan para
siswa memiliki visi yang jauh melampaui batas geografis lokal dan nasional,
dengan pemahamannya terhadap tiga dimensi waktu serta unsur spasial sebagai
panggung peristiwa.
Menurut Nugroho
Notosusanto (1979: 3-5) setidak-tidaknya ada empat kegunaan dalam mempelajari
sejarah, yaitu: 1) Kegunaan rekreatif; 2) Kegunaan inspiratif; 3) Fungsi
instruktif, dan 4) Fungsi edukatif. Mata pelajaran sejarah memiliki arti
strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta
dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air. Secara substantif, materi sejarah:
Ø Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan,
kepelaporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang
mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
Ø Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa,
termasuk peradaban bangsa Indonesia.
Ø Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta
solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi
bangsa.
Ø Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna
dalam mengatasi krisis multidimensional yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
Ø Berguna menanamkan dan mengembangkan sikap
bertanggungjawab dalam memelihara keseimbangan sikap bertanggungjawab dalam
memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup (Aman, 2011: 57).
Cara berpikir diakronis dan sinkronik dalam
Sejarah
Dalam menceritakan kembali masa lalu,
sejarawan menggunakan cara berpikir diakronis dan sinkronis. Pada umumnya
sejarah hanya menggunakan cara berpikir diakronis, sedangkan untuk cara
berpikir sinkronis banyak diterapkan pada ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ilmu
politik, sosiologi, antropologi, ekonomi dan lain sebagainya. Namun juga tidak
jarang sejarah juga menggunakan cara berpikir sinkronis dengan menggunakan
berbagai ilmu
bantu sejarah.
Demikian karena menurut Galtung, sejarah
merupakan ilmu diakronis. Diakronis berasal dari bahasa latin yaitu kata diachronich yang artinya melalui
atau melampaui; dan kata chronicus
yang artinya waktu.
Dengan demikian diakronis dapat diartikan memanjang dalam waktu tetapi tetap
terbatas dalam ruang. Sejarah
adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa dari waktu ke waktu. Sehingga
sejarah terdapat istilah periodisasi
dan kronologi yang berhubungan dengan waktu. Pola pikir diakronis berarti
peristiwa sejarah terdapat pada satu tempat dalam kurun waktu tertentu.
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang
dalam waktu sedangkan ilmu sosial itu sinkronis (menekankan struktur)
artinya ilmu sosial meluas dalam ruang. Melalui pendekatan diakronis
sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu
dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B, misalnya perkembangan Sarekat Islam di
Solo pada tahun 1911-1920; terjadinya Perang
Dipenogoro antara tahun 1925-1930; dan Revolusi Fisik
di Indonesia pada tahun 1945-1949.
Sinkronis berarti meluas dalam ruang tetapi
terbatas dalam waktu. Sedangkan melalui pendekatan sinkronis, sejarah
menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini
tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang
berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi
seperti itu. Misalnya : Penggambaran ekonomi di Indonesia pada tahun 1998,
disini penggambaran sejarah hanya menganalisis struktur dan fungsi ekonomi pada
keadaan di tahun 1998 saja.
Kedua ilmu ini saling berhubungan (ilmu
sejarah dan ilmu – ilmu sosial). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan
antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis, artinya ada
kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial
menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis. Sebagai contoh,
kondisi pereekonomian Indonesia pada era orde baru tahun 1966 sampai dengan
1998 yang ditulis oleh seorang ahli ilmu ekonomi.
Sejarah mempunyai kegunaan untuk ilmu ilmu
sosil yakni (1) sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial,
(2) permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu-ilmu sosial, (3)
pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu
sosial. Sedangkan penggunaan ilmu-lmu sosial dalam sejarah karena akan
mempertajam insight sejarawan.
Sumber:
Google Wikipedia
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Tiara Wacana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar