Senin, 15 Oktober 2018

SEJARAH SEBAGAI KISAH DAN PERISTIWA

SEJARAH SEBAGAI KISAH DAN PERISTIWA

Orientasi
Siapa di antara RG Squad yang suka memelajari sejarah? Sebenarnya belajar sejarah itu menjadi sebuah kewajiban bagi setiap manusia lho. Salah satu contohnya seperti mencari tahu bagaimana kita saat masih kecil, bagaimana ayah dan ibu kita dulu, begitu juga dengan cerita di lingkungan kita pada masa lalu. Tapi, apakah kamu tahu pengertian sejarah sebagai kisah dan peristiwa? Di artikel ini kita akan bahas keduanya, yuk simak beberapa penjelasan di bawah ini.

Ø Sejarah sebagai kisah
Sejarah dikatakan sebagai kisah karena sejarah adalah kejadian-kejadian pada masa lalu yang kemudian dibangun kembali. Banyak orang-orang yang mencoba menafsirkannya dan juga membangun ulang ingatan-ingatan akan kejadian masa lalu itu. Sejarah itu gambaran masa lalu kalian sebagai individu, maupun sebagai makhluk sosial. Kejadian-kejadian itu kemudian disusun secara ilmiah berdasarkan fakta-fakta pada masa tersebut. Kemudian fakta-fakta itu ditafsirkan dan dijelaskan secara terperinci, sehingga dapat memberi pengertian kepada kita tentang apa sih yang terjadi pada masa lalu.

Peristiwa itu diperoleh dan disusun dari berbagai sumber untuk kemudian dilakukan penafsiran. Hasil dari penafsiran itu diceritakan kembali kepada generasi-generasi selanjutnya, seperti kita ini. Banyak dari cerita-cerita peristiwa, diceritakan kembali oleh para sejarawan dengan tafsiran yang berbeda antarmereka. Para sejarawan ini memiliki caranya sendiri dalam menafsirkan sejarah, biasanya disesuaikan dengan konteks zaman.

Banyak orang yang mengenal sejarah dalam sehari-hari itu sebagai sebuah cerita. Banyak manusia yang bercerita tentang sejarah, memiliki kepribadian berbeda-beda. Dalam menyusun cerita sejarah sebagai kisah, mereka berpendirian supaya cerita mereka bisa dipercaya dan bersifat obyektif. Ada tetapinya nih Squad, pada dasarnya setiap manusia yang menceritakan sejarah sebagai kisah, mau tidak mau mereka akan dipengaruhi oleh sifat-sifat mereka sendiri. Secara tidak langsung, setiap cerita yang dibuat, pastinya tidak dapat langsung dikatakan sudah objektif.

Ø Sejarah sebagai peristiwa
Apa yang dimaksud sejarah sebagai peristiwa? Sejarah merupakan sebuah fakta yang hadir dari masa lalu, merupakan sebuah kejadian yang nyata dan benar-benar terjadi pada masanya. Sejarah menyajikan penggambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, lebih spesifiknya yang dialami oleh manusia. Kemudian peristiwa itu disusun secara ilmiah, di dalamnya terpadat gambaran waktu tertentu, kemudian diberi tafsiran, dan dianalisis secara kritis agar mudah dipahami dan dimengerti.

Oh ya Squad, peristiwa dalam sejarah itu benar-benar harus yang terjadi pada masa lalu ya, dan didapat dari berbagai sumber sejarah yang tepat. Secara umum manusia tidak dapat mengingat keseluruhan kejadian yang pernah dialaminya, ia juga tidak selamanya dapat diingat secara lengkap oleh suatu kejadian. Oleh karena itu, tidak heran kalau banyak peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang kemudian hilang. Pada umumnya sih diantara yang hilang itu sebagian besarnya belum bisa ditemukan kembali.

Untuk merekam peristiwa-peristiwa sejarah, tulisan menjadi alat yang banyak digunakan oleh manusia dalam menceritakan dan menyatakan pikirannya. Melalui tulisan, pikiran-pikiran manusia akan hidup jauh lebih lama, dibandingkan dengan sekadar ucapan verbal. Melalui tulisan pula manusia dapat mengingat dan menambah daya pengetahuannya. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang ingin merekam kejadian atau peristiwa yang dialami dengan menulis. Dengan begitu, sejarah sebagai peristiwa bisa dapat teruji kebenarannya, dan meminimalisir kehilangan-kehilangan momen penting peristiwa sejarah.

Oke sekarang pastinya sudah terjawab dong pengertian sejarah sebagai kisah dan sejarah sebagai peristiwa. Nah kalau RG Squad ingin mengenal sejarah lebih dalam lagi, kalian bisa gabung di grup diskusi yang berisi teman-teman se-Indonesia dan di sana pun terdapat tutornya. Caranya? Kalian bisa mendaftar di Ruangguru digitalbootcamp. Dengan bergabung, kalian bisa dengan puas berdiskusi dan bertukar catatan.

Sejarah sebagai Peristiwa, Kisah, Ilmu, dan Seni
Ø Sejarah sebagai Peristiwa
Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau menjadi sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah. Melalui peristiwa, ilmu sejarah mendapat gambaran tentang kehidupan manusia di masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau mengakibatkan kita tidak mungkin lagi mengamati peristiwa tersebut, yang dapat kita amati adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penelaahan sejarah sebagai kisah suatu peristiwa. 

Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya peristiwa sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian, dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Kejadian masa lampau tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengetahui dan merekonstruksi kehidupan pada masa tersebut. Dari peristiwa-peristiwa itu, dapat diketahui sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Tanpa memandang besar kecilnya suatu peristiwa atau kejadian-kejadian dalam ruang lingkup kehidupan manusia, ilmu sejarah berusaha menyusun rangkaian peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupan manusia sejak dahulu sampai sekarang, bahkan prediksi kejadian yang akan datang.

Ø Sejarah sebagai Kisah
Semua hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup dan dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya, cipta, dan penelitian berbagai ahli yang kemudian menulisnya. Penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan harus melalui penafsiran yang mendekati kebenaran peristiwa yang terjadi. Sementara itu, untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu. 

Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau kejadian dalam lingkup kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.

Ø Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau. 

Menurut C.E. Berry, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan, tidak kurang dan tidak lebih. Adapun menurut York Powell, sejarah bukanlah hanya sekadar suatu cerita indah, instruktif, dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus dibuktikan secara keilmuan dengan menggunakan metode-metode dan berbagai standar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. 

Kebenaran itu dapat dibuktikan dari dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai ilmu sebab sejarah memiliki syarat-syarat ilmu, antara lain ada masalah yang menjadi objek, ada metode, tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran yang rasional, dan kebenaran bersifat objektif.

Jika melihat hal tersebut, sejarah sebagai ilmu dapat memenuhinya, dikarenakan:
Ø objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
Ø adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah;
Ø kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis;
Ø kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang sistematis;
Ø fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya "milik" peristiwa ini sendiri. Namun kebenaran fauna adalah juga objektif, maksudnya kebenaran harus diakui oleh intersubjektivitas atau diakui oleh banyak sejarawan dan masyarakat luas.

Ø Sejarah sebagai Seni
Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah  George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan seni. Menulis sejarah merupakan seni, filsafat, polemik, dan dapat sebagai propaganda. Sejarawan abad 19 bernama Comte, Spencer,dan Mill menyebutkan bahwa metode dan sikap ilmiah pengetahuan alam dapat  dipergunakan untuk mempelajari sejarah, tanpa memerlukan modifikasi lebih lanjut. Namun menurut Dithley, seorang filsuf modern, menyatakan bahwa hal tersebut adalah tidak benar, sebab sifat alami dari pengetahuan alam adalah sesuatu yang selalu nyata dan terlihat, sehingga sejarah yang bersifat abstrak tidak mudah menganalisisnya. Oleh karena itu, sejarah adalah pengetahuan tentang rasa.

Dithley menambahkan bahwa pemahaman dengan cara imajinatif mampu menjadikan fakta sejarah lebih hidup dan lebih berarti. Itulah sebabnya, menurut George Macauly Travelyan dalam penulisan kisah sejarah harus menggunakan bahasa yang indah, komunikatif, menarik, dan isinya mudah dimengerti. 

Dengan demikian, diperlukan seni dalam penulisan sejarah sehingga tercipta suatu peristiwa sejarah yang dapat dipelajari secara urut, lengkap, menarik, dan tidak membosankan. Oleh karena itu, seorang sejarawan harus bersedia menjadi ahli seni untuk menghidupkan kembali kisah kehidupan di masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang. Dengan demikian selain elemen ilmiah sejarah juga mengandung elemen seni.

Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni
Sejarah berasal dari bahasa Arab, yakni Syajarotun yang berarti pohon. Sejarah ibarat sebuah pohon yang tumbuh dan berkembang, dari hal yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Sejarah dalam bahasa Inggris disebut sebagai history yang memiliki arti cerita masa lampau. Sejarah juga berasal dari bahasa Jerman, geschicht yakni sesuatu yang telah terjadi. Dari berbagai bahasa tersebut dapat disimpulan pengertian sejarah yaitu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Berikut akan diuraikan sejarah sebaga peristiwa, kisah, ilmu dan seni.

Ø Sejarah sebagai peristiwa
Artinya sejarah adalah suatu fakta, kejadian dan kenyataan yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang kemudian digunakan untuk merekonstruksi kejadian pada masa tersebut. Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi kurun waktu tertentu, diberi tafsiran, dan dianalisis kritis sehingga mudah dipahami dan dimengerti. Persitiwa dalam sejarah harus benar-benar terjadi pada masa lalu, yang bisa diperoleh dari berbagai sumber sejarah.

Manusia pada umumnya tidak dapat mengingat seluruh kejadian yang dialaminya dan tidak selamanya ia dapat diingat suatu kejadian saja secara lengkap. Maka dari itu banyak kejadian di masa lampau ”hilang” dan diantara yang ”hilang’ itu sebagian besar belum dapat ditemukan kembali. Tulisan adalah alat yang diciptakan manusia untuk menyatakan pikirannya. Tulisan dapat bertahan jauh lebih lama daripada ucapan. Tulisan membantu manusia dalam mengingat-ingat. manusia dengan ingatan terbatas dapat menyimpan kejadian-kejadian yang dialaminya didalam tulisan. Dalam sejarah dengan sendirinya tulisan menduduki tempat yang penting dalam arti sempit sejarah juga berarti zaman ketika manusia telah mengenal tulisan.

Ø Sejarah sebagai kisah
Artinya kejadian masa lalu dibangun kembali berdasarkan ingatan atau penafsiran seseorang. Sejarah sebagai kisah merupakan gambaran masa lalu tentang manusia baik sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial, yang disusun secara ilmiah meliputi urutan fakta masa tersebut, dengan diberi tafsiran serta penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu. Dalam hal ini suatu peristiwa sejarah pada masa lalu yang diperoleh dari berbagai sumber kemudian dilakukan penafsiran terhadap kejadian tersebut. Kemudian diceritakan kembali kepada generasi selanjutnya dengan berbagai penafsiran yang berbeda antara sejarawan satu dengan yang lainnya.

Sejarah sebagai kisah merupakan cerita, kesan, memori tafsiran tentang peristiwa pengalaman masa lalu. Sejarah yang dikenal sehari-hari itu bagi orang banyak adalah sejarah sebagai ceritera karena itu sifatnya tergantung pada siapa yang menceritakan. Manusia sebagai pencerita memiliki kepribadian yang beraneka ragam walauoun biasanya orang yang menyusun cerita sejarah berpendirian agar cerita itu benar-benar dapat dipercayai dan obyektif tetapi pada kenyataannya mau tidak mau penulis dipengaruhi oleh sifat-sifatnya.

Ø Sejarah sebagai ilmu
Artinya sejarah merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dan memiliki metode pengkajian ilmiah untuk mendapatkan suatu kebenaran. Sejarah sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, di mana tekanan perhatian terutama diletakkan pada aspek peristiwanya sendiri, dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya, yang kemudian disusun dalam suatu cerita sejarah. Sebagai suatu studi yang berusaha untuk mendapatkan pengertian tentang segala sesuatu yang telah dialami (diucapkan, dipikirkan, dan dilaksanakan) oleh manusia di masa lampau yang bukti-buktinya masih bisa ditelusuri/diketemukan masa sekarang.

Sejarah sebagai ilmu harus memiliki objek yakni kejadian manusia dimasa lalu, metode tersendiri, dan pokok permasalahan. Metode khas sejarawan untuk merekonstruksi secara kritis, analitis,imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data, peninggalan, bukti tulisan, rekaman. Di dalam metodologi penulisan sebuah sejarah menggunakan berbagai tahapan. Tahapan penulisan sejarah yaitu mengumpulkan sumber (heuristic), menyeleksi sumber (verifikasi/kritik), penafsiran sumber (interpretasi) dan penulisan peristiwa sejarah (Historiografi).

Ø Sejarah sebagai seni
Sejarah bisa diajarkan melalui seni yang menarik untuk dipelajari. Penulisan sejarah sebagai seni menjadi petunjuk moral bagi pembacanya karena sejarawan harus memiliki seni tersendiri dalam menyampaikan kisah-kisah sejarah bagi pembacanya. Sejarah apabila diceritakan begitu saja akan terasa hambar. Seorang sejarahwan yang baik akan mampu membawa orang yang membaca sejarah seolah-olah melihat, mendengar, dan merasa secara langsung ketika membaca atau mendengarkan peristiwa sejarah. Seorang sejarawan yang tidak memiliki cita rasa seni, membuat tulisannya terkesan membosankan dan tidak menarik. Pada zaman dahulu sejarah termasuk dalam ilmu sastra yang sangat erat kaitannya dengan seni.

Apa Sejarah itu ?
Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yakni Syajarotun yang berarti pohon. Dalam hal ini menggambarkan bahwa peristiwa sejarah terus tumbuh dan berkembang layaknya sebuah pohon yang bercabang-cabang. Jika kita membaca silsilah raja-raja akan tampak seperti gambar pohon dari sederhana dan berkembang menjadi besar, maka sejarah dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja yang berarti peristiwa pemerintahan keluarga raja pada masa lampau. Sejarah dalam bahasa Inggris yakni History berarti masa lampau umat manusia berasal dari kata benda Istoria yang berarti ilmu. Sejarah dalam bahasa Jerman adalah Geschichte yang berasal dari geschehen yang berarti terjadi. Sejarah merupakan peristiwa yang benar benar terjadi pada masa lampau.

Berikut ini pengertian sejarah dari berbagai tokoh:
Ø Herodotus yang terkenal sebagai the father of history menyatakan bahwa sejarah tidak berkembang ke arah depan serta dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia. Segala peristiwa yang terjadi menurut Herodotus dipengaruhi oleh perbuatan dewa.
Ø Ibnu Khaldun mendifinisikan sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.
Ø Sejarah adalah ilmu tentang manusia yang mengkaji manusia dalam lingkup waktu dan ruang, menjelaskan masa kini, dialog antara peristiwa masa lampau dan perkembangan ke masa depan, serta cerita tentang kesadaran manusia baik dalam aspek individu maupun kolektif (Kochar, 2008: 3-6).
Ø Louis Gottschalk (1986: 235) menyatakan bahwa masa lampau membantu untuk mengerti masa kini. Terjadi hubungan kausalitas antara masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian, yaitu:
Ø Kesusasteraan lama, silsilah, asal usul
Ø Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
Ø Ilmu pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
Ø Kuntowijoyo menyatakan bahwa sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Hampir sama dengan Sartono Kartodirdjo yang mengartikan sejarah sebagai rekonstruksi masa lampau atau kejadian yang terjadi pada masa lampau

Moh Ali dalam pengantar ilmu sejarah indonesia, menyatakan bahwa sejarah mengandung arti yang mengacu pada:
Ø Sejumlah perubahan perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita
Ø Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
Ø Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut.
Ø Taufik Abdullah (2001: 98) bahwa sejarah adalah hasil dari sebuah usaha untuk merekam, melukiskan dan menerangkan peristiwa masa lalu. Pembelajaran sejarah menekankan pada peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Ø Sidi Gazalba (1966:11) mengungkapkan bahwa sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai maklhuk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian dan pemahaman tentang apa yang telah berlalu itu.

Sejarah terus berkesinambungan sehingga merupakan rentang peristiwa yang panjang. Oleh karena itu, sejarah mencakup:
Ø masa lalu yang dilukiskan berdasarkan urutan waktu (kronologis);
Ø ada hubungannya dengan sebab akibat (kausalitas)
Ø kebenarannya bersifat subjektif sebab masih perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mencari kebenaran yang hakiki;
Ø peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

Guna Sejarah ?
Masa lalu yang pantas dikenang, baik yang menyenangkan maupun yang membuat manusia sedih dalam hidupnya. Setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun dan seterusnya yang telah dilewati oleh manusia merupakan bagian dari masa lalu. Masa lalu sering disebut dengan istilah Sejarah. Belajar sejarah banyak kegunaannya dalam kehidupan sekarang atau untuk masa yang akan datang. Sejarah dapat memberikan gambaran dan menjadi pedoman bagi suatu bangsa untuk melangkah dari kehidupan masa kini ke masa yang akan datang. Tiap-tiap individu pada setiap bangsa dan negara harus memiliki kesadaran akan arti pentingnya sejarah. Kesadaran sejarah merupakan dimensi yang memuat konsepsi waktu yang dimiliki manusia yang berbudaya.

Secara umum guna sejarah dibagi menjadi dua yakni guna intrinsik dan guna ekstrinsik.
Ø Guna intrinsik sejarah meliputi:
Ø  Sejarah sebagai ilmu. Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan manusia pada masa lalu. Sebagai sebuah ilmu sejarah memiliki tujuan, metode, pemikiran yang rasional, penyusunan yang sistematis dan juga kebenaran yang objektif.
Ø  Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau. Dalam hal ini sejarah menceritakan peristiwa pada masa lampau manusia. Dengan belajar sejarah, manusia bisa mengetahui mengenai konsep perkembangan, kesinambungan, pengulangan dan perubahan. Perkembangan terjadi bila berturut-turut mesyarakat bergerak dari satu ke bentuk yang lain. Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya mengadobsi lembaga-lembaga tertentu. pengulangan terjadi bila peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi. Perubahan terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran sama dengan perkembangan.
Ø  Sejarah sebagai pernyataan pendapat. Sejarah merupakan pernyataan pendapat dari para ahli sejarah dalam melakukan penulisan sejarah. Berdasarkan tahap-tahap penelitian
Ø  sejarah, seorang sejarawan akan memberikan gambaran mengenai peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Pada satu sisi, sejarah akan bisa bersifat subjektif dikarenakan subjektifitas dari peneliti sejarah.
Ø  Sejarah sebagai profesi. Beberapa profesi yang berhubungan dengan sejarah adalah guru
Ø  Sejarah, pegawai purbakala, museum, monument, balai kajian sejarah, dan arsip.

Ø Guna ekstrinsik sejarah meliputi:
Ø  Sejarah sebagai pendidikan moral
Ø  Sejarah sebagai pendidikan penalaran
Ø  Sejarah sebagai pendidikan politik
Ø  Sejarah sebagai pendidikan kebijakan
Ø  Sejarah sebagai pendidikan perubahan
Ø  Sejarah sebagai pendidikan masa depan
Ø  Sejarah sebagai pendidikan keindahan
Ø  Sejarah sebagai ilmu bantu
Ø  Sejarah sebagai rujukan
Ø  Sejarah sebagai bukti

Kesadaran sejarah yang tercermin pada individu akan lebih bermanfaat jika bersifat kolektif, sebab sebagai ungkapan masyarakat bersama terhadap situasi yang ada, baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang mampu membangun perasaan senasib sebagai suatu anggota bangsa dan negara. Pengalaman yang dimiliki oleh suatu masyarakat di masa lampau merupakan pengalaman yang bernilai sejarah dan berharga bagi bangsa tersebut pada masa kini, sebab akan memberikan bantuan daya pikir dan tindakan yang bijaksana. Oleh karena itu, sejarah memiliki arti yang penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Historiografi Sejarah
Historiografi sejarah merupakan langkah-langkah yang dilakukan sejarawan dalam menuliskan kembali masa lalu. Sejarah sebagai ilmu memiliki metode atau langkah-langkah dalam penelitiannya. Langkah penelitian dalam sejarah adalah Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik/Verifikasi (pengujian keaslian sumber), Verifikasi (penafsiran sumber), dan yang terakhir Historiografi (penulisan sejarah). Pembahasan secara lengkapnya sebagai beriku:

Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa yunani “Heurishein” yang artinya memperoleh. Heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak atau sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. G.J Renier yang dikutip Dudung Abdurrahman (1999: 55) menyatakan heuristic merupakan suatu teknik, suatu seni dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu heuristic tidak mempunyai peraturan umum menurut Sidi Gazalba (1981: 115) heuristik adalah mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian. Pada tahap ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang sesuai dengan penelitian.

Kritik/Verifikasi
Setelah sumber yang diperlukan terkumpul, maka langkah berikutnya adalah melakukan kritik sumber yaitu mengadakan penilaian atau pengujian terhadap sumber-sumber sehingga dapat diketahui apakah sumber tersebut dapat dijadikan sebagai data bagi penelitian tersebut atau tidak. Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 58) kritik sumber ini meliputi:

Kritik Intern
Kritik intern berhubungan dengan kredibilitas dan reabilitas isi dari suatu sumber sejarah (Hellius Sjamsudin, 1996: 118). Dalam kritik intern, hal yang dilakukan adalah menyelediki isi dari sumber sejarah. Kritik ini bertujuan untuk menguji apakah isi, fakta dan cerita dari suatu sumber sejarah dapat dipercaya dan dapat memberikan informasi yang diperlukan. Kritik intern yang berkenaan dengan isi sumber dilakukan dengan cara apakah keaslian sumber tersebut dari pengarangnya asli atau turunan karya orang lain, dari tahap ini akan didapat validitas data. Kritik intern dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain. Sumber tersebut sesuai dengan yang ada atau banyak dipengaruhi oleh subjektifitas pengarang, dan apakah sumber tersebut sesuai dengan tema penelitian atau tidak.

Kritik ekstern
Kritik Ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otensitas) yang berkenaan dengan segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti: bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 59), uji otensitas minimal dilakukan dengan pertanyaan kapan, dimana, siapa, bahan apa serta bentuknya bagaimana sumber itu dibuat. Sebelum semua kesaksian dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekontruksi masa lalu, maka terlebih dahulu dilakukan pemerikasaan ketat.

Kritik ekstern dilakukan dengan cara melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sebuah sumber sejarah. Kritik ekstern berguna untuk memeriksa sumber sejarah dan menjaga keaslian serta keutuhan sumber tersebut. Dalam kritik ekstern dilakukan pengujian sumber dari aspek luarnya seperti pengarang dan asal sumber. Dalam penelitian ini kritik ekstern dilakukan dengan menyeleksi bentuk sumber data tertulis berupa buku dan literatur. Aspek fisik kedua sumber dilihat dari pengarang, tahun, tempat penerbitan sumber, gaya bahasa dan ejaan yang digunakan.

Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut pula dengan analisis sejarah. Interpretasi merupakan suatu kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya análisis data. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk menafsirkan data yang diperoleh, kemudian mencari kaitan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Setelah itu data yang salin berkaitan dihubungkan sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh kemudian menjadi suatu fakta sejarah yang dapat dijadikan sebagai data sejarah.

Pada tahap inilah sejarah sering terdapat unsur subjektifitasnya. Penulisan sejarah yang baik adalah sejarah yang objektif. Akan tetapi hal itu sulit diwujudkan, hal yang bisa dilakukan oleh seorang sejarawan adalah meminimalisirkan unsur subjektifitas tersebut. Unsur subjektifitas tersebut dipengaruhi oleh pandangan tersendiri oleh sejarawan, ideology yang dianut, kecenderungan dekat dengan objek sejarah, pendidikan, lingkungan tempat tinggal sejarawan dan lain sebagainya.

Historiografi
Tahap historiografi merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian sejarah, historiografi merupakan karya sejarah dari hasil penelitian, dipaparkan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang ditemukan beserta argumentasinya secara sistematis. Dalam historiografi seorang penulis tidak hanya menggunakan keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi penulis juga dituntut menggunakan pikiran kritis dan analisis (Hellius syamsudin, 1992: 153).

Historiografi merupakan langkah merangkai fakta sejarah menjadi cerita sejarah yang dilakukan dengan cara menyalin buku-buku linteratur,surat kabar, dan sumber tertulis lainnya. Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan untuk merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga menjadi suatu kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Tahap historiografi ini merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian historis. Dari data-data yang sudah berhasil dikumpulkan oleh peneliti, maka peneliti berusaha memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan bahasa yang ilmiah beserta argumentasi secara sistematis.

Sumber
Ø  Sidi Gazalba. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta : Bathara.
Ø  Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Ø  Helius Syamsudin. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta : Jalan Pintu Satu, Direktorat jendral dikti depdikbud.

Unsur Utama Peristiwa Sejarah
Ilmu Sejarah adalah ilmu yang menggairahkan, karena ia mengajak manusia untuk memikirkan kembali keberadaannya, sambil bertamasya ke masa silam. Dengan belajar sejarah, kita akan meneruskan peradaban yang sudah ada, tidak memulai kehidupan dari titik nol. Tentu saja, bagi para sejarawan, gairah sejarah tidak hanya terletak sebatas ini. Sejarawan sebagai orang yang “memproduksi” sejarah justru menjadi gairah ketika ia melakukan pencarian terhadap sebuah kebenaran peristiwa sejarah. Pada peristiwa sejarah terdapat tiga unsur utama yang saling mempengaruhi yaitu manusia, waktu dan ruang.

Hubungan ketiga unsur tersebut adalah manusia sebagai pelaku dari sejarah, pada ruang tertentu dalam kurun waktu tertentu.
Ø Unsur Manusia
Kejadian pada masa lalu itu berlaku dalam masyarakat manusia, yakni gejala, perbuatan  dan keadaan manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Manusia merupakan salah satu unsur yang penting dalam sejarah. Manusia adalah pemeran utama dalam peristiwa sejarah. Sejarah adalah sejarahnya manusia bukan sejarah tumbuhan atau binatang. Manusia sebagai pelaku dan penulis sejarah itu sendiri. Ernst Berheim menyatakan bahwa manusia merupakan objek sejarah.
Ø Unsur Waktu
Secara singkat konsep waktu itu ada dan bagai mana pemanfaatan waktu itu didasarkan kepada kesadaran manusia. Hanya manusialah yang sadar akan waktu, maka hanya manusia yang mempunyai sejarah (Zoon Historikon). Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo ialah proses kelangsungan dan waktu (duration) yaitu kesatuan dari kelangsungan waktu berdimensi tiga: waktu yang lalu, sekarang, dan waktu yang akan datang (the fast, the present, the future). Penentuan waktu penting sebagai batas tinjauan kerangka gerak sejarah. Waktu perlu dibuat batasan awal dan akhirnya yang disebut kurun waktu atau babakan waktu (periode) secara berurutan yaitu prinsip kronologi dalam sejarah.
Ø Unsur Ruang (Dimensi Spasial)
Proses sejarah berlangsung dengan batasan ditinjau dari tempat atau lokasiterjadinya peristiwa-peritiwa sejarah. Maka sejarah dapat dikategorika dalam sejarah lokal, sejarah daerah, sejarah nasional, sejarah wialayah sebagian benua, sejarah benua dan sejarah dunia/global. Ruang geografis sebagai medan sejarah seakan-akan bergerak, yakni meluas dan menciut (sejarah adalah geografi dalam gerak). Geografi meninjau kegiatan manusia dan hasil karyanya dalam dimensi ruang. Sedangkan dalam sejarah meninjau perkembangan kegiatan tersebut dalam dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu dalam mengkaji suatu masalah sejarah membutuhkan ilmu bantu lain, sebagai contoh adalah geografi.

Ciri Utama Peristiwa Sejarah
Ø Sejarah adalah ilmu yang membahas masa lalu. Perhatian sejarah terfokus pada pengalaman dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manusia, serta peritiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi dalam lingkup manusia. Sebagai suatu studi, sejarah meneliti sepanjang kehidupan manusia, yaitu sejak manusia pertama kali muncul di bumi ini hingga sekarang. 

Berikut ini adalah ciri utama sejarah
Ø Peristiwa sejarah itu abadi. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan tidak akan pernah berubah. Abadi dalam hal ini peristiwa sejarah tetap dikenang sepanjang masa oleh generasi selanjutnya. Sebagai contoh sejarah mengenai kejayaan kerajaan Majapahit akan selalu abadi dan dikenang oleh banyak orang Indonesia.
Ø Peristiwa sejarah itu unik yaitu peristiwa yang terjadi hanya satu kali dan tidak akan pernah berulang kembali. Satu persitwa terjadi tidak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya. Kalau ada istilah sejarah yang berulang, itu bukan peristiwanya yang berulang melainkan ciri-ciri atau bentuk peristiwa yang memiliki kesamaan alur, akan tetapi beda baik itu pelaku (manusia), waktu dan bahkan tempatnya. Contoh proklamasi di Indonesia merupakan peristiwa unik, hanya terjadi sekali dalam sejarah Indonesia.
Ø Peristiwa sejarah itu penting yakni menyangkut hajat hidup orang banyak. Peristiwa yang masuk dalam sejarah sebagian besar hanya sejarah orang-orang besar yakni pemimpin, pahlawan, dan biasanya hanya mencangkup dalam bidang politik. Peristiwa yang masuk dalam pelajaran sejarah adalah peristiwa yang penting dalam perjalanan bangsa ini. Sebagai contoh peristiwa pemberontakan petani di Banten. Meskipun dilakukan oleh rakyat kecil, akan tetapi memiliki dampak penting bagi pengambilan kebijakan oleh pemerintah colonial Belanda.

Sejarah Lisan di Indonesia
Zaman pra-aksara adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Oleh karena itu untuk mengetahui jejak masyarakat pada zaman pra-aksara tidak bisa menggunakan sumber tulisan melainkan sumber sejarang yang berupa lisan. Biasanya dalam satu masyarakat terdapat cerita turun temurun yang diwariskan oleh para pendahulu. Ada beberapa hal yang bisa membantu untuk menemukan jejak-jejak sejarah yang terjadi pada masa lampau, antara lain : folklore, mitos, legenda, upacara dan lagu daerah dari berbagai daerah di Indonesia.

Ø Folklore, yaitu adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun menurun tetapi tidak dibukukan. Folklore dibedakan menjadi dua yaitu :
Ø Folklore lisan yaitu folklore yang diciptakan, disebarluaskan dan diwariskan dalam bentuk lisan seperti bahasa,teka-teki, puisi rakyat dsb.
Ø Folklor sebagian lisan yaitu folklore yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Seperti : kepercayaan rakyat, tarian rakyat, pesta rakyat, dsb.
Ø Folklor nonlisan yaitu folklor yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Seperti : arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakain dan perhiasan tradisional, obat-obatan tradisional, dsb.

Mitos adalah ilmu kesustraan yang mengandung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi di dalamnya terdapat unsur-unsur sejarahnya.. Contoh mite:
Ø Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali, kalau di Jawa Barat (sunda) digunakan nama Nyi Pohaci sebagai dewi kesuburan
Ø Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
Ø Legenda adalah sebuah cerita rakyat pada masa lampau yang masih memiliki hubungan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau dengan dongeng-dongeng seperti cerita tentang terbentuknya suatu negeri, gunung dsb.
Ø Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
Ø Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
Ø Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.

Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.

Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.
Contoh Legenda: Legenda Sunan Bonang, Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga dari Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah dari Aceh.

Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah syair-syair yang ditembangkan dengan irama yang menarik. Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah. Setiap daerah memiliki lagu daerah sendiri-sendiri, misalnya soleram (Riau), sue ora jamu, bengawan solo (Jawa), potong bebek (NTT).

Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan). Contoh: Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang. Fungsi Upacara:
Ø Upacara adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada mereka. Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat tentang asal usul mereka.
Ø Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita rakyat. Contoh: Upacara “Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo.

Zaman Pra-aksara
Pra-aksara terdiri dari dua kata pra dan aksara, pra berarti sebelum dan aksara adalah tulisan. Dengan demikian zaman pra-aksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan istilah pra-aksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat ditemukan.
Sejarah pada masa pra aksara dapat dipelajari berdasarkan peninggalan benda-benda purbakala berupa artefak, fitur, ekofak, dan situs. Artefak adalah semua benda yang jelas memperlihatkan hasil garapan sebagian atau seluruhnya sebagai pengubahan sumber alam oleh tangan manusia. Fitur adalah artefak yang tidak dapat dipindahkan tanpa merusak tempatnya. Ekofak adalah benda dari unsur lingkungan abiotik atau biotik. Situs adalah bidang tanah yang mengandung peninggalan purbakala.

Selama ini kebanyakan orang mengartikan sama antara pra-aksara dengan zaman pra sejarah. Pada hakikatnya berbeda, pra-aksara adalah zaman ketika manuisa belum memiliki tulisan  sedangkan pra sejarah terdiri dari Pra berarti sebelum dan sejarah adalah sejarah sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli mempopulerkan istilah pra-aksara untuk menggantikan istilah prasejarah.
Terdapat berbagai pembabakan zaman pra aksara, antara lain berdasarkan pembentukan muka bumi, berdasarkan alat-alat yang ditinggalkan, dan berdasarkan corak kehidupan masyarakat pra-aksara.

Berdasarkan pembentukan muka bumi atau lebih dikenal dengan pembabakan secara geologi. Berdasarkan proses terbentuknya muka bumi, maka zaman pra-aksara dibagi menjadi (1) Arkaikum, (2) Paleozoikum, (3) Mesozoikum dan (4) Neozoikum. Setiap pembabakan tersebut berdasarkan kondisi bumi, dari yang awalnya berbentuk bola panas hingga kondisi stabil dan bisa ditempati manusia. Dari yang awalnya tidak ada malhuk hidup. muncul manusia purba hingga muncul manusia modern.

Berdasarkan alat-alat yang ditinggalkan atau berdasarkan arkeologi. Zaman pra-aksara dibagi menjaid  zaman batu dan zaman logam. Pembabakan ini berdasarkan bahan baku alat-alat kehidupan yang digunakan oleh manusia purba. Zaman batu berarti alat-alatnya sederhana, sebagian besar terbuat dari batu, meski juga ada alat dari tulang belulang dan kayu. Sedangkan zaman logan, alat-alat yang digunakan terbuat dari logam.

Zaman batu dibagi menjadi (1) Paleolitikum, (2) Mesolitikum, (3) Neolitikum, dan (4) Megalitikum. Pembagian ini berdasarkan kehalusan dari batu yang digunakan, Pada awalnya alat yang digunakan masih sangat sederhana yaitu batu yang masih sangat kasar, lama-lama dihaluskan pada bagian-bagian tertentu. Alat-alat dari batu digunakan untuk berburu dan juga untuk ritual memuja roh nenek moyang.

Sedangkan zaman logam dibagi menjadi zaman besi, tembaga dan perunggu. Terdapat dua teknik pembuatan logam yaitu teknik cire perdue dan teknik bivalve. Teknik cire perdue atau cetakan lilin memiliki kelebihan bentuk alat dari perunggu yang dihasilkan lebih bagus sedangkan kekurangannya hanya bisa sekali digunakan. Sedangkan teknik Bivalve atau cetakan setangkap terbuat dari batu sehingga bisa digunakan berulang kali, namun alat yang dihasilkan bentuknya tidak seindah dengan menggunakan teknik cire perdue. Di Indonesia, pada zaman logam tidak mengenal zaman tembaga, dikarenakan tidak ditemukannya alat alat dari tembaga.

Pembabakan yang terakhir adalah berdasarkan corak kehidupan masyarakat pra-akasara. Berdasarkan corak kehidupan, masa pra-aksara dibagi menjadi masa hidup berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam dan beternak, serta masa perundagian atau masa kemahiran teknik. Corak kehidupan berlangsung dari yang paling sederhana hingga pembuatan alat-alat dari logam yang membutuhkan keahlian khusus. Dari awalnya hidup berpindah-pindah hingga menetap dengan membuat rumah. Dari yang awalnya hidup dengan cara mengumpulkan makanan hingga menghasilkan makanan sendiri.

Terkait dengan masa berakhirnya zaman pra-aksara masing-masing tempat akan berbeda. Penduduk di Kepulauan Indonesia baru memasuki masa aksara sekitar abad ke-5 M. Hal ini jauh lebih terlambat bila dibandingkan di tempat lain misalnya Mesir dan Mesopotamia yang sudah mengenal tulisan  sejak sekitar tahun 3000 SM. Fakta-fakta masa aksara di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan kerajaan tua seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Pada prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India. Hal ini menandakan masuknya pengaruh India di Indonesia.

Tradisi masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan adalah sebagai berikut.
Ø Organisasi kemasyarakatannya sudah ada, yaitu adanya masyarakat teratur, demokratis, dan memilih pemimpinnya dengan primus inter pares (tokoh yang dianggap memiliki kekuatan lebih) dalam bentuk kesukuan.
Ø Kemasyarakatan atau pranata sosialnya adalah masyarakat yang hidup berkelompok sebagai makhluk sosial, dan bergotong royong.
Ø Memiliki pengetahuan alam, yakni memanfaatkan alam di sekitarnya sebagai wujud peduli dan memelihara alam lingkungannya.
Ø Sudah mengenal sistem persawahan.
Ø Kemampuan berlayar dan berdagang dengan memanfaatkan angin musim, bahkan mereka sudah berani mengarungi laut luas.
Ø Sudah memiliki teknologi perundagian, yakni pengecoran logam dengan sistem bivalve dan a cire perdue.
Ø Sistem kepercayaan pada mulanya menyembah roh nenek moyang kemudian menyembah dewa.
Ø Sudah memiliki sistem ekonomi barter.

Manfaat belajar Sejarah
Pada kenyataan selama ini mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang kurang diminati siswa. Beberapa hal yang membuat hal itu terjadi adalah dari materi dan penyampaian guru. Materi sejarah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas hanya diulang-ulang sehingga membuat siswa bosan dengan materi yang sama (Hamid, 2014: 39). Pembelajaran sejarah semakin membosankan dengan cara penyampaian materi yang dilakukan oleh guru cenderung monoton sehingga membuat siswa kurang tertarik dengan mata pelejaran sejarah. Para guru hanya mengajarkan isi bukan sikap dan keterampilan dari belajar sejarah (Wineburg, 2006: xxii).
Pembelajaran sejarah menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang harus disampaikan di sekolah. Mata pelajaran sejarah saat ini bukan lagi pelajaran minoritas melainkan mata pelajaran yang utama. Salah satu manfaat belajar sejarah adalah adanya kesadaran kebangsaan, terutama untuk Sejarah Indonesia yang khusus mengkaji seluk beluk kehidupan bangsa Indonesia. Menurut Suyatno Kartodirdjo (1989: 1-7), kesadaran sejarah pada manusia sangat penting artinya bagi pembinaan budaya bangsa.

Di sini, kesadaran sejarah amat esensial bagi pembentukan kepribadian. Analog dengan sosiogenesis individu, kepribadian bangsa juga secara inhern memuat kesadaran sejarah itu. Implikasi hal tersebut di atas bagi national building ialah tidak lain bahwa sejarah dan pendidikan memiliki hubungan yang erat dalam proses pembentukan kesadaran sejarah. Dalam rangka nation building pembentukan solidaritas, inspirasi dan aspirasi mengambil peranan yang penting. Tanpa kesadaran sejarah, kedua fungsi tersebut sulit kiranya untuk dipacu, dengan perkataan lain semangat nasionalisme tidak dapat ditumbuhkan tanpa kesadaran sejarah (Kartodirdjo, 1993: 53). Sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa masa kini maupun masa yanga akan datang (Widja, 2002: 7).

Kajian sejarah akan berkontribusi terhadap pengembangan pribadi siswa agar tumbuh harmonis dan seimbang melalui sajian peristiwa yang naratif (mengandung unsur humaniora), sekaligus membentuk kognisi siswa dengan unsur science, dengan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, sudah saatnya para pendidik yang masih mengunakan strategi pembelajaran konvensional yang menjemukan para siswa mulai menerapkan pembelajaran yang inovatif.

Model pembelajaran yang inovatif dimaksudkan untuk menghasilkan para siswa yang dapat berpikir kritis dan analitis dalam memahami masa lalu bangsanya sehingga bisa diambil pelajaran untuk menghadapi kehidupan saat ini dan mereflesikannya di masa yang akan datang. Melalui ketrampilan berpikir yang menyejarah, diharapkan para siswa memiliki visi yang jauh melampaui batas geografis lokal dan nasional, dengan pemahamannya terhadap tiga dimensi waktu serta unsur spasial sebagai panggung peristiwa.

Menurut Nugroho Notosusanto (1979: 3-5) setidak-tidaknya ada empat kegunaan dalam mempelajari sejarah, yaitu: 1) Kegunaan rekreatif;  2) Kegunaan inspiratif; 3) Fungsi instruktif, dan 4) Fungsi edukatif. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara substantif, materi sejarah:
Ø Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepelaporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
Ø Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia.
Ø Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.
Ø Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensional yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Ø Berguna menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggungjawab dalam memelihara keseimbangan sikap bertanggungjawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup (Aman, 2011: 57).

Cara berpikir diakronis dan sinkronik dalam Sejarah
Dalam menceritakan kembali masa lalu, sejarawan menggunakan cara berpikir diakronis dan sinkronis. Pada umumnya sejarah hanya menggunakan cara berpikir diakronis, sedangkan untuk cara berpikir sinkronis banyak diterapkan pada ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ilmu politik, sosiologi, antropologi, ekonomi dan lain sebagainya. Namun juga tidak jarang sejarah juga menggunakan cara berpikir sinkronis dengan menggunakan berbagai ilmu bantu sejarah.

Demikian karena menurut Galtung, sejarah merupakan ilmu diakronis. Diakronis berasal dari bahasa latin yaitu kata diachronich yang artinya melalui atau melampaui; dan kata chronicus yang artinya waktu. Dengan demikian diakronis dapat diartikan memanjang dalam waktu tetapi tetap terbatas dalam ruang. Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa dari waktu ke waktu. Sehingga sejarah terdapat istilah periodisasi dan kronologi yang berhubungan dengan waktu. Pola pikir diakronis berarti peristiwa sejarah terdapat pada satu tempat dalam kurun waktu tertentu.

Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu sedangkan ilmu sosial itu sinkronis (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Melalui pendekatan diakronis sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B, misalnya perkembangan Sarekat Islam di Solo pada tahun 1911-1920; terjadinya Perang Dipenogoro antara tahun 1925-1930; dan Revolusi Fisik di Indonesia pada tahun 1945-1949.

Sinkronis berarti meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Sedangkan melalui pendekatan sinkronis, sejarah menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu. Misalnya : Penggambaran ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, disini penggambaran sejarah hanya menganalisis struktur dan fungsi ekonomi pada keadaan di tahun 1998 saja.

Kedua ilmu ini saling berhubungan (ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis, artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis. Sebagai contoh, kondisi pereekonomian Indonesia pada era orde baru tahun 1966 sampai dengan 1998 yang ditulis oleh seorang ahli ilmu ekonomi.
Sejarah mempunyai kegunaan untuk ilmu ilmu sosil yakni (1) sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, (2) permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu-ilmu sosial, (3) pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial. Sedangkan penggunaan ilmu-lmu sosial dalam sejarah karena akan mempertajam insight sejarawan.

Sumber: 
Google Wikipedia
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...