ISTRI RASULULLAH
Orientasi
Raihanah binti Zaid (bahasa Arab: ريحانة بنت زيد) adalah seorang wanita Yahudi dari suku Banu Nadhir, yang dianggap oleh beberapa umat muslim sebagai istri dari Nabi Muhammad.
Biografi
Raihanah berasal dari suku Yahudi, Bani Nadhir yang kemudian menjadi bagian dari Bani Quraizhah melalui pernikahan. Nabi Muhammad pernah menyatakan niatan beliau untuk mengusir seluruh Yahudi dan Nasrani dari Jazirah Arab, dan tidak meninggalkan siapapun di dalamnya kecuali orang-orang Muslim. Seusai perang Khandaq, Malaikat Jibril dengan kepalanya tertutup debu datang kepada sang Nabi, dan berkata: "Kau sudah meletakkan senjatamu! Demi Allah, aku belum meletakkan senjataku." Maka Nabi pun bertanya, "Kemana setelah ini?" Malaikat Jibril pun berkata "ke arah sini," dengan menunjuk ke arah pemukiman Bani Quraizhah.
Setelah berhasil mengalahkan suku tersebut, beliau memerintahkan agar tiap-tiap pria dari Bani Qurayzhah dieksekusi. Sedangkan harta, serta perempuan-perempuan dan anak-anak mereka beliau bagi-bagikan kepada umat muslim, dan sebagian dari tawanan perempuan beliau kirimkan ke Najd untuk ditukar dengan kuda-kuda dan senjata. Nabi Muhammad mengambil seperlima dari harta rampasan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Al-Quran, dan mengambil Raihanah untuk diri beliau.
Nabi Muhammad pernah menawarkan kepada Raihanah supaya dirinya dinikahi oleh beliau dan mengenakan hijab. Namun Raihanah menolak dengan mengatakan, "Biarlah aku tetap di bawah kekuasaanmu, karena itu adalah lebih mudah untuk diriku dan untukmu." Maka Nabi pun meninggalkannya. Semenjak menjadi tawanan umat Islam, Raihanah telah menunjukkan kebenciannya terhadap Islam, dan tetap berpegang pada Yahudi / Judaisme. Ketika Nabi sedang bersama sahabat-sahabat beliau, beliau mendengar suara sendal tiba dari belakang, dan beliau berkata: "Ini pasti Thalaba bin Sa'ya yang datang membawakan berita baik kalau Raihanah telah memeluk islam." Dan benar apa kata beliau, yang mana itu membuat beliau begitu senang.
Sumber : Google Wikipedia
oooooOooooo
APAKAH RAIHANAH BINTI ZAID ISTRI NABI?
Orientasi
Sebelumnya, kita telah berbicara tentang biografi sebelas orang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kali ini, kita akan berbicara tentang wanita-wanita yang diperselisihkan oleh sejarawan; apakah ia istri Nabi atau bukan. Wanita pertama yang akan kita tengahkan kisahnya adalah Raihanah binti Zaid bin Amr bin Khunafah radhiallahu ‘anha.
Nasabnya
Ia adalah Raihanah binti Zaid bin Amr bin Khunafah radhiallahu ‘anha. Ada pula yang mengatakan nasabnya adalah Raihanah binti Zaid bin Amr bin Khunafah bin Syam’un bin Zaid dari Bani Nadhir (al-Maqrizi: Imta’ al-Asma’ Cet. Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah Beirut 6/131). Ada juga yang menyebutnya berasal dari Bani Quraizhah (Mahdi Rizqullah: Terj. Sirah Nabawiyah. Cet. Perisai Alquran Hal: 844). Dan pendapat yang paling banyak, menyatakan bahwa ia berasal dari Bani Quraizhah.
Memeluk Islam
Awalnya, Raihanah adalah istri dari seorang laki-laki Bani Quraizhah yang dikenal dengan al-Hakam. Suaminya sangat mencintainya. Memuliakan dan berbuat baik padanya. Raihanah pun seorang wanita cantik yang memiliki kedudukan terhormat di tengah kaumnya. Ia cerdas dan pandai menganalisa permasalahan.
Saat orang-orang Yahudi Bani Quraizhah mengkhinati perjanjian antara mereka dengan kaum muslimin, Rasulullah dan para sahabat menyerang mereka. Mereka berhasil dikalahkan sehingga kaum wanita mereka menjadi tawanan. Raihanah menjadi tawanan Rasulullah.
Mulanya Raihanah menolak memeluk Islam. Ia masih fanatik dengan agama Yahudinya. Keadaan ini membuat Rasulullah tidak nyaman. Saat Nabi tengah bersama sahabat-sahabatnya, ia mendengar derap langkah mendekatinya, ternyata Tsa’labah bin Sa’yah mengabarkan tentang keislaman Raihanah. Rasulullah bergembira dan memberi kegembiraan padanya untuk membebaskannya, menikahinya, dan mengenakan hijab untuknya. Namun Raihanah berkata, “Wahai Rasulullah, biar saja aku tetap dalam kekuasaanmu (budakmu). Itu lebih ringan bagiku dan juga untukmu.” Nabi pun membiarkan statusnya seperti semula (al-Maqrizi: Imta’ al-Asma’ Cet. Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah Beirut 6/131).
Dalam versi lain disebutkan:
Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di tengah sahabatnya, beliau mendengar derap langkah. Beliau berkata, “Ini suara derap langkah sandalnya Ibnu Sa’yah. Ia hendak memberi kabar gembira padaku dengan keislaman Raihanah.” Ibnu Sa’yah datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, Raihanah telah memeluk Islam. Bergembiralah dengan kabar ini.” Nabi mengirim Raihanah ke rumah Salma binti Qays (Ummul Mundzir). Ia tinggal di sana sampai mengalami haid dan suci dari haid tersebut.
Ummul Mundzir
datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa
Raihanah telah suci. Nabi datang ke rumahnya. Kemudian berkata pada Raihanah,
إِنْ أَحْبَبْتِ أَنْ أُعْتِقَكِ،
وَأَتَزَوَّجَكِ فَعَلْتُ، وَإِنْ أَحْبَبْتِ أَنْ تَكُونِي فِي مِلْكِي أَطَؤُكِ
بِالْمِلْكِ فَعَلْتُ
“Kalau kau mau, aku akan memerdekakanmu. Kemudian menikahimu dan telah kulakukan. Tapi, jika kau lebih suka menjadi kepemilikanku akan aku turuti. Dan telah kulakukan.”
Raihanah menjawab,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ أَخَفُّ عَلَيْكَ وَعَلَيَّ أَنْ أَكُونَ فِي مِلْكِكَ
“Wahai Rasulullah, sungguh lebih ringan untuk Anda dan untukku kalau aku berada di bawah kepemilikanmu.”
Hubungan Raihanah dengan Rasulullah terus berlangsung demikian sampai ia wafat (Ibnu Katsir: as-Sirah an-Nabawiyah, 4/604).
Apakah Raihanah Seorang Ummul Mukminin?
Para ulama berbeda pendapat apakah Raihanah termasuk istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ataukah budak beliau. Mereka yang berpendapat bahwa Raihanah radhiallahu ‘anha adalah budak beliau berargumen dengan riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa Raihanah sendiri yang lebih memilih untuk menjadi budak beliau dibanding istri beliau.
Demikian juga diriwayatkan dari Ibnu Sirin (seoran tabi’in) bahwa ada seseorang menemui Raihanah radhiallahu ‘anha. Orang tersebut berkata, “Sesungguhnya Allah tidak menghendakimu sebagai ibu dari orang-orang yang beriman.” Raihanah menjawab, “(dengan demikian) engkau tidak Allah kehendaki menjadi anakku.”
Jawaban Raihanah ini menunjukkan bahwa ia bukanlah istri nabi (Ahmad Khalil Jum’ah: Nisa Ahlul Baits, Cet. Darul Yamamah Beirut, Hal: 453).
Di antara sejarawan yang berpendapat bahwa Raihanah adalah istri Nabi adalah al-Waqidi. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerdekakan Raihanah binti Zaid bin Amr bin Khunafah. Dan saat itu ia telah menikah. Suaminya mencintai dan memuliakannya. Ia berkata, ‘Aku tidak akan minta dijaga (bersuamikan) siapapun setelahnya’. Ia adalah seorang wanita yang cantik. Tatkala ia menjadi tawanan dari Bani Quraizah, ia dihadapkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Aku termasuk di antara orang yang dihadapkan padanya. Ia memerintahkan agar aku dipisah. Ia memiliki bagian dari setiap rampasan perang. Saat aku dipisah, Allah membuatku tunduk. Aku ditempakan di rumah Ummul Mundzir binti Qais selama beberapa hari. Sampai eksekusi kepada pasukan Bani Quraizhah usai dan tawanan dipisahkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemuiku. Aku merasa sangat malu. Beliau mendakwahiku dan mendudukkanku di hadapannya. Beliau bersabda,
إِنِ اخْتَرْتِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ اخْتَارَكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ
‘Jika kau memilih Allah dan Rasul-Nya, maka Rasul-Nya pun akan memilihmu untuk dirinya’.
Aku menjawab, ‘Sesungguhnya aku memilih Allah dan Rasul-Nya’.
Saat aku telah memeluk Islam, Rasulullah membebaskanku dan menikahiku. Ia memberi mahar senilai sepuluh uqiyah (1 uqiyah =119 gr) dan gandum. Sebagaimana ia memberi mahar istri-istrinya yang lain. Pesta pernikahan digelar di rumah Ummul Mundzir. Ia membagi hari-harinya sebagaimana yang ia lakukan untuk istri-istri yang lain. Kemudian mengenakan hijab untukku.”
Al-Waqidi mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaguminya. Tidaklah ia meminta sesuatu pasti diberi. Ada yang berkata pada Raihanah, ‘Kalau saja kau meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan Bani Quraizhah, pasti beliau akan membebaskan mereka’. Ia menjawab, ‘Ia belum bersamku sampai semua tawanan dipisah’. Rasulullah senantiasa bersamanya. Dan banyak meluangkan waktu bersamanya. Kebersamaan ini terus berlangsung hingga Raihanah wafat sepulang dari haji wada’. Nabi memakamkannya di Baqi’. Dan waktu pernikahannya dengan Nabi adalah Bulan Muharam tahun 6 H.” (Ibnu Katsir: al-Bidayah wa an-Nihayah, Cet. Dar Hijr Litthaba’ah, 8/235).
Ibnu Saad dalam Tabaqatnya juga sependapat dengan al-Waqidi. Ia berkata, “Inilah yang diriwayatkan pada kami tentang pembebasan dan pernikahannya. Ini riwayat yang valid menurut kami. Dan ini juga pendapat para ulama. Namun aku mendengar terdapat riwayat bahwa ia berada di sisi Rasulullah belum dalam keadaan bebas. Ia berstatus sebagai budak Nabi hingga wafat.” (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra, Cet. Dar Shadir Beirut, 8/130).
Pendapat yang kuat adalah Raihanah merupakan budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau tidak menikahinya. Walaupun terdapat perbedaan demikian, hal ini tidak mengurangi kedudukan Raihanah radhiallahu ‘anha. Ia memiliki kedudukan yang agung karena kedekatannya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan karena ia merupakan salah seorang wanita di rumah Nabi. Telah ditakdirkan untuknya kebahagiaan dengan kedudukan ini.
Wafatnya
Raihanah telah dianugerahkan kenikmatan yang besar dengan beberapa tahun berada dalam naungan rumah Nabi yang suci. Ia mengalami hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mendapatkan pemuliaan dan kedudukan di dunia serta tarbiyah ruhiyah. Bersama Nabi, ia merasa nyaman dengan petunjuk dan hidayah. Namun, kehidupannya di rumah nabawi tidak begitu lama. Ia wafat di masa kehidupan Nabi.
Saat kepulangan dari haji wada’ tahun 10 H, Raihanah wafat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memakamkannya di Pemakaman Baqi’ (Ahmad Khalil Jum’ah: Nisa Ahlul Bait, Hal: 454).
Semoga Allah meridhai dan merahmati Raihanah binti Zaid. Dan menempatkannya di surga-Nya yang tertinggi.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com
Sumber : Google Wikipedia
oooooOooooo
RAIHANAH BINTI YAZID
MULIA HIDUP BERSAMA RASULULLAH
Orientasi
Dalam buku 150 Perempuan Shalihah karya Abu Malik Muhammad bin Hamid dikisahkan, seorang perempuan Yahudi pernah menolak lamaran dan ajakan Rasulullah SAW untuk meme luk Islam. Namanya Raihanah binti Yazid bin Amru bin Khanaqah. Ia berasal dari Bani Nadhir. Sebagian pendapat mengatakan ia berasal dari Bani Quraizah.
Ia adalah perempuan yang sangat cantik. Suaminya yang bernama Hakam sangat mencintai dan menghormatinya. Sayang, ia tak berumur panjang. Sepeninggal suaminya, Raihanah berjanji tidak akan menikah lagi.
Namun, dalam Perang Bani Quraizah, Raihanah menjadi tawanan Rasulullah. Suatu hari, Rasulullah meminang Raihanah dan menawarkan padanya untuk masuk Islam. Ia menolak dan memilih tetap menjadi Yahudi.
Rasulullah memanggil Ibnu Sa'yah dan menceritakan perihal penolakan Raihanah. Ibnu Sa'yah bertekad membantu Rasulullah mengajak Raihanah kepada ajaran Islam. Ia pergi menemui Raihanah dan mengatakan, "Jangan ikuti kaummu. Sesungguhnya mereka jatuh dalam perangkap Huyay bin Akhtab. Masuklah ke dalam agama Islam. Rasulullah memilihmu untuk dirinya."
Ibnu Sa'yah pun menjelaskan tentang Islam kepada Raihanah hingga ia setuju masuk Islam. Ibnu Sa'yah kembali ke tempat Rasulullah SAW berada. Pada saat sedang bersama para sahabatnya, Rasulullah men dengar suara sandal. Beliau berkata, "Itu suara Ibnu Sa'yah yang datang untuk mengabarkan keislaman Raihanah." "Ya Rasulullah, Raihanah telah masuk Islam." kata Ibnu Sa'yah.
Rasulullah sangat senang mendengar berita tersebut. Beliau menyuruhnya membawa Raihanah ke rumah Ummul Mundzir binti Qais. Raihanah tinggal di sana sampai dia suci dari haidnya. Rasulullah mendatanginya di rumah Um mul Mundzir. Ia menawarkan dua pilihan kepada perempuan itu, yaitu untuk dimerdekakan dan dinikahi atau dijadikan pembantu.
Dalam riwayat lain disebutkan, Raihanah berkata, "Rasulullah masuk untuk menemuiku. Aku menjauh darinya karena merasa malu. Rasululllah menundukkanku di hadapannya dan berkata, "Jika kamu memilih Allah dan Rasul-Nya, Rasulullah akan memilihmu untuknya."
Aku berkata, 'Aku memilih Allah dan Ra sul-Nya'. Ketika aku masuk Islam, Rasulullah memerdekakanku dan menikahiku dengan mahar dua belas dinar dan dua puluh dirham. Aku diberi mahar seperti istri-istri Rasulullah yang lainnya. Rasulullah menghabiskan malam pengantin bersamaku di rumah Ummul Mundzir. Aku diberi bagian hari seperti istri-istri yang lain. Dan ia menyuruhku untuk memakai hijab."
Dari az-Zuhri, dia berkata, "Raihanah adalah seorang pembantu perempuan Rasulullah yang dimerdekakan dan dinikahi oleh Rasulullah. Dia selalu memakai hijab di keluarganya. Raihanah berkata, "Tidak ada seorang pun yang melihat wajahku, kecuali Rasulullah SAW."
Dalam riwayat yang lain lagi dikisahkan bahwa Rasulullah sangat mencintai Raihanah. Beliau selalu memenuhi segala permintaannya. Sampai-sampai, Raihanah pernah berkata, "Jika aku meminta Rasulullah untuk memerdekakan Bani Quraizah, pasti Rasul akan melakukannya."
Raihanah dikenal sangat pencemburu. Rasulullah pernah menalaknya dengan talak satu karena sifatnya itu. Dia terusmenerus menangis. Ketika Rasulullah masuk menemuinya, ia masih menangis. Kemudian, Rasulullah merujuknya.
Raihanah tetap menjadi istri Rasulullah sampai meninggal sepulang haji pada 10 Hijriah. Rasulullah menikah dengannya pada bulan Muharram 6 Hijriah. Jenazahnya dimakamkan di Baqi.
Namun ada pula riwayat yang menyebutkan jika Raihanah adalah pembantu Rasulullah dan tidak pernah dijadikan istri. Oleh sri Handayani ed: Hafidz Muftisany
Sumber : Google Wikipedia
oooooOooooo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar