Rabu, 31 Mei 2023

KISAH SAYYIDAH ZAINAB BINTI KHUZAIMAH

 

KISAH SAYYIDAH ZAINAB BINTI KHUZAIMAH


KISAH SAYYIDAH ZAINAB BINTI KHUZAIMAH

ISTRI RASULULLAH

Orientasi

Zainab binti Khuzaimah (sekitar 28 S.H/596 M-2 H/ 626 Masehi)  adalah istri Rasulullah Saw. yang dikenal dengan kebaikan, kedermawanan, dan sifat santunnya terhadap orang miskin. Dia adalah istri Rasulullah Saw kedua yang wafat setelah Khadijah r.a. Untuk memuliakan dan mengagungkannya, Rasulullah mengurus mayat Zainab dengan tangan dia sendiri.

Kehidupan

Nama lengkap Zainab adalah Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al-Hilaliyah.[2] Ibunya bernama Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah. Berdasarkan asal usul keturunannya, dia termasuk keluarga yang dihormati dan disegani. Tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti, namun ada riwayat yang rnenyebutkan bahwa dia lahir sebelum tahun ketiga belas kenabian. Sebelum memeluk Islam dia sudah dikenal dengan gelar Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin) sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Thabaqat ibnu Saad bahwa Zainab binti Khuzaymah adalah Ummul Masakin. Gelar tersebut disandangnya sejak masa jahiliah.

Ath-Thabary, dalam kitab As-Samthus-Samin fi Manaqibi Ummahatil Mu’minin pun menerangkan bahwa Rasulullah saw. menikahinya sebelum dia menikah dengan Maimunah binti al-Harits (r.a), dan ketika itu dia sudah dikenal dengan sebutan Ummul-Masakin sejak zaman jahiliah. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa Zainab binti Khuzaimah terkenal dengan sifat murah hatinya, kedermawanannya, dan sifat santunnya terhadap orang-orang miskin yang dia utamakan daripada kepada dirinya sendiri. Sifat tersebut sudah tertanam dalam dirinya sejak memeluk Islam walaupun pada saat itu dia belum mengetahui bahwa orang-orang yang baik, penyantun, dan penderma akan memperoleh pahala di sisi Allah.

Keislaman dan Pernikahannya

Zainab binti Khuzaimah r.a. termasuk kelompok orang yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan wanita. Yang mendorongnya masuk Islam adalah akal dan pikirannya yang baik, menolak syirik dan penyembahan berhala, dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan jahiliah. Para perawi berbeda pendapat tentang nama-nama suami pertama dan kedua sebelum dia menikah dengan Rasulullah. Sebagian perawi mengatakan bahwa suami pertama Zainab adalah Thufail bin Harits bin Abdil-Muththalib, yang kemudian menceraikannya. Dia menikah lagi dengan Ubaidah bin Harits, namun dia terbunuh pada Perang Badar atau Perang Uhud.

Sebagian perawi mengatakan bahwa suami keduanya adalah Abdullah bin Jahsy. Sebenarnya masih banyak perawi yang mengemukakan pendapat yang berbeda-beda. Akan tetapi, dari berbagai pendapat itu, pendapat yang paling kuat adalah riwayat yang mengatakan bahwa suami pertamanya adalah Thufail bin Harits bin Abdil-Muththalib. Karena Zainab tidak dapat melahirkan (mandul), Thufail menceraikannya ketika mereka hijrah ke Madinah.

Untuk memuliakan Zainab, Ubaidah bin Harits (saudara laki-laki Thufail) menikahi Zainab. Sebagaimana kita ketahui, Ubaidah bin Harits adalah salah seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib. Mereka bertiga ikut melawan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, dan akhirnya Ubaidah mati syahid dalam perang tersebut. Setelah Ubaidah wafat, tidak ada riwayat yang menjelaskan tentang kehidupannya hingga Rasulullah saw. menikahinya. Rasulullah menikahi Zainab karena dia ingin melindungi dan meringankan beban kehidupan yang dialaminya. Hati dia menjadi luluh melihat Zainab hidup menjanda, sementara sejak kecil dia sudah dikenal lemah lembut terhadap orang- orang miskin. Sebagai Rasul yang membawa rahmat bagi alam semesta, dia rela mendahulukan kepentingan kaum muslimin, termasuk kepentingan Zainab. Dia senantiasa memohon kepada Allah agar hidup miskin dan mati dalam keadaan miskin dan dikumpulkan di Padang Mahsyar bersama orang-orang miskin.

Meskipun Nabi saw. mengingkari beberapa nama atau julukan yang dikenal pada zaman jahiliah, tetapi beliau tidak mengingkari julukan “ummul masakin” yang disandang oleh Zainab binti Khuzaimah. Selain dikenal sebagai wanita yang belas kasih, Zainab juga dikenal sebagai istri Rasulullah saw. yang senang meringankan beban saudara-saudaranya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Atha bin Yasir yang mengisahkan, bahwa Zainab mempunyai seorang budak hitam dari Habasyah. Ia sangat menyayangi budak itu, hingga budak dari Habasyah itu tidak diperlakukan layaknya seorang budak, Zainab malah memperlakukan layaknya seorang kerabat dekat.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah saw. pernah menyatakan pujian kepada Ummul Mukminin Zainab binti Khuzaimah r.a. dengan sabdanya, Ia benar-benar menjadi ibunda bagi orang-orang miskin, karena selalu memberikan makan dan bersedekah kepada mereka.

Menjadi Ummul-Mukminin

Tidak diketahui dengan pasti masuknya Zainab binti Khuzaimah kedalam rumah tangga Nabi saw, apakah sebelum Perang Uhud atau sesudahnya. Yang jelas, Rasulullah saw. menikahinya karena kasih sayang terhadap umatnya walaupun wajah Zainab tidak begitu cantik dan tidak seorang pun dari kalangan sahabat yang bersedia menikahinya. Tentang lamanya Zainab berada dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah pun banyak terdapat perbedaan.

Salah satu pendapat mengatakan bahwa Zainab memasuki rumah tangga Rasulullah selama tiga bulan, dan pendapat lain delapan bulan. Akan tetapi, yang pasti, prosesnya sangat singkat karena Zainab meninggal semasa Rasulullah hidup. Di dalam kitab sirah pun tidak dijelaskan penyebab kematiannya. Zainab meninggal pada usia relatif muda, kurang dari tiga puluh tahun, dan Rasulullah yang menyalatinya.

 

Sumber : Google Wikipedia

 

oooooOooooo

 

KISAH ZAINAB BINTI KHUZAIMAH,

DINIKAHI RASULULLAH SAW SETELAH MENJANDA DUA KALI

Orientasi

Rasulullah SAW memiliki dua istri yang bernama sama yakni Zainab. Satu Zainab binti Khuzaimah dan satu lagi Zainab binti Jahsy . Yang akan kita ceritakan ini kali adalah Sayyidah Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu ‘anha (595-626 M). Nama lengkapnya Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al Hilaliyah. Ibunya bernama Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah. Sayyidah Zainab lahir sebelum tahun ke-13 Rasul mendapatkan kenabiannya. Wanita dermawan ini berasal dari keluarga yang dihormati dan disegani. Kedermawanannya telah dikenal, bahkan sebelum beliau memeluk Islam. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Sayyidah Zainab sudah digelari Ummul Masakin.

Sayyidah Zainab selalu mengutamakan kedermawanannya pada orang-orang miskin daripada memanjakan dirinya sendiri dengan harta benda yang dimiliki. Sifat penyantun yang dimilikinya pun sudah ada sebelum beliau mengetahui bahwa dengan sifatnya dapat mendatangkan pahala dari Allah SWT. Dalam kehidupan beragamanya, Sayyidah Zainab termasuk kelompok wanita pertama yang memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, beliau menolak syirik dan menyembah berhala.

Beliau juga selalu menjauhkan diri dari perbuatan Jahiliyah. Sebelum menikah dengan Rasulullah ketika masa Jahiliyah Sayyidah Zainab menikah dengan Thufail bin Harits. Namun, Thufail menceraikannya karena tak kunjung memiliki anak saat hijrah ke Madinah. Kemudian, untuk memuliakanya, saudara laki-laki Thufail, Ubaidah bin Harits, menikahinya. Ubaidah dikenal sebagai seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib. Keperkasaannya dibuktikan hingga ia gugur syahid dalam perang Badar, Zainab pun kembali menjanda.

Untuk melindungi dan meringankan beban kehidupan Sayyidah Zainab, Rasulullah pun menikahinya. Rasulullah luluh karena kebaikan hati dan lemah lembut Zainab terhadap orang miskin. Rasulullah selalu mendahulukan kepentingan kaum Muslimin, termasuk kepentingan Sayyidah Zainab. Wajah Sayyidah Zainab memang tidak terlalu cantik, tapi kecantikan hatinya yang membuat ia dinikahi Rasulullah. Beberapa sahabat juga enggan menikahinya setelah ia kehilangan Ubaidah sebagai pahlawan Badar.

Rasulullah SAW menikahi Sayyidah Zainab pada bulan Ramadhan tahun 3 Hijriyah. Nabi menikah dengan Sayyidah Zainab setelah beliau menikah dengan Sayyidah Hafshah binti Umar. Ath-Thabary, dalam kitab As-Samthus-Samin fi Manaqibi Ummahatil Mu’minin pun menerangkan bahwa Rasulullah SAW menikahinya sebelum beliau menikah dengan Maimunah binti al-Harits ra. Ketika menikah, Rasulullah memberikan sebesar 10 uqiyah perak dan merayakan walimah dengan berbagai hidangan.

Undangan pun tak hanya diberikan pada kaum berada, kaum dhuafa pun diundang dan duduk bersama menikmati hidangan yang disediakan. Biasanya, Rasul mengingkari gelar yang didapatkan ketika pada masa Jahiliyah. Tetapi, tidak dengan gelar yang didapatkan Sayyidah Zainab sebagai Ummul Masakin. Sayyidah Zainab juga dikenal selalu meringankan beban saudaranya, seperti perlakuan dia terhadap budaknya. Sayyidah Zainab memiliki seorang budak dari Habasyah. Seluruh budak yang dimilikinya tidak pernah diperlakukan layaknya budak. Perlakuannya terhadap budak diberikan seperti kerabat dekat. Hanya saja, kebersamaan Sayyidah Zainab dengan Rasulullah sebagai suami istri tak berlangsung lama. Hanya tiga bulan saja.

Hikmah Kisah Zainab binti Khuzaimah, Dinikahi Rasulullah SAW setelah Menjanda Dua Kali Miftah H. Yusufpati Senin, 16 Mei 2022 - 21:06 WIB views: 9.231 Beliau adalah istri Rasulullah yang wafat setelah Sayyidah Khadijah ra. Rasulullah SAW sendiri yang merawat jenazah Sayyidah Zainab saat wafat. Sayyidah Zainab wafat pada akhir Rabiul Akhir bulan ke-39 sejak hijrahnya Rasulullah. Rasul pun menguburkan Zainab di Baqi. Zainab meninggal di usia yang cukup muda, 30 tahun. Para sejarawan menulis bahwa Sayyidah Zainab adalah istri pertama dari istri-istri Nabi yang meninggal di Madinah. Nabi Muhammad SAW tidak memiliki anak darinya.

 

Sumber : Google Wikipedia

 

oooooOooooo

 

 

ZAINAB BINTI KHUZAIMAH,

ISTRI NABI YANG DIJULUKI IBU KAUM FAKIR MISKIN

Orientasi

Sayyidah Zainab binti Khuzaimah radhiyallahu 'anha adalah istri Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang dikenal dengan kebaikan, kedermawanan terhadap orang miskin. Beliau dijuluki "Ummul Masakin" karena kasih sayangnya kepada kaum fakir miskin. Tidak banyak informasi diberitakan oleh para penulis sejarah Islam klasik tentang Sayyidah Zainab binti Khuzaimah . Hanya beberapa riwayat dan itu pun tidak lepas dari perbedaan, bahkan saling berlawanan. Hal itu dikarenakan masa rumah tangga yang singkat dengan Rasulullah dan sebab penyakit yang mengakibatkan kematiannya.

Dilansir dari Ponpes Al-Fachriyah Tangerang (alfachriyah.org), nama dan nasab Sayyidah Zainab yaitu Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits bin Abdullah bin 'Amr bin Abdi Manaf bin Hilal bin 'Amir bin Sha'sha'ah. Tidak berapa lama setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم menikah dengan Hafshah binti Umar, keluarga beliau bertambah lagi dengan seorang istri bernama Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits bin Abdullah bin 'Amr bin Abdi Manaf bin Hilal bin ‘Amir bin Sha'sha'ah.

Mengenai silsilah keturunannya dari jalur ayah tidak ada perbedaan pendapat, tetapi yang melalui jalur ibu terdapat kesimpangsiuran. Yang pasti adalah bahwa ia nikah dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam keadaan sebagai janda. Adapun suaminya terdahulu, beritanya juga berlainan. Yang mendekati kebenaran adalah cucu ‘Abdul Muththalib yang bernama Thufail bin Al-Harits. Setelah Thufail wafat Zainab dinikah oleh iparnya, yaitu 'Ubaidah bin Al-Harits. Kemudian 'Ubaidah gugur sebagai pahlawan syahid dalam Perang Badar , dan jandanya (Zainab binti Khuzaimah) dinikahi oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai penghormatan dan penghargaan atas jasa suaminya.

Demikian yang diberitakan oleh Ibnu Habib di dalam Al-Mihbar karya Al-Jirjaniy; oleh Ibnu Sayyidin-Nas di dalam 'Uyunul-Atsar; oleh Muhibuddin Ath-Thabariy di dalam As-Samthuts-Tsamin, dan beberapa penulis sebagaimana tercantum dalam Al-Istiab karya Ibnu Abdul-Birr dan dalam Al-Ishabah karya Ibnu Hajar. Sumber riwayat lain menuturkan, Zainab binti Khuzaimah bukan ditinggal wafat oleh Thufail bin Al-Harits, melainkan dicerai. Setelah itu, ia dinikahi Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Hal itu diberitakan oleh Qatadah, yang kemudian dikutip oleh Ath-Thabariy dan diberitakan juga oleh Ibnu Abdul-Birr. Dalam Sirah Ibnu Hisyam disebut, sebelum Zainab menikah dengan 'Ubaidah bin Al-Harits ia sudah pernah menikah lebih dulu dengan Jahm bin 'Amr bin Al-Harits Al-Hilaliy, saudara sepupunya sendiri. Ada juga riwayat yang memberitakan, Zainab adalah istri Abdullah bin Jahsy yang gugur dalam Perang Uhud sebagai pahlawan syahid, kemudian dalam keadaan sebagai janda, Zainab dinikah oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Demikian menurut riwayat dari Az-Zuhriy dan Ibnu Hajar. Menurut Ibnul Kalbiy, setelah Zainab dicerai oleh Thufail bin Al-Harits ia dinikahi oleh iparnya, Abdullah bin Al-Harits, yang kemudian gugur dalam Perang Uhud, bukan dalam Perang Badr.

Ath-Thabariy mengatakan, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menikah dengan Zainab binti Khuzaimah dari Bani Hilal pada tahun ke-4 Hijriyah. Itu terjadi pada bulan Ramadhan. Sebelum itu Zainab adalah istri Thufail bin Al-Harits, kemudian dicerai oleh suaminya. Para ahli riwayat juga berbeda pendapat mengenai siapa yang bertindak selaku wali Zainab pada saat ia dinikah oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Al-Kalbiy mengatakan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم melamar langsung kepada Zainab.

Demikian pula pernikahannya, dilakukan secara langsung tanpa seorang wali. Ibnu Hisyam dalam sirahnya mengatakan, bahwa yang bertindak sebagai wali dalam pernikahannya dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah paman Zainab yang bernama Qubaishah bin 'Amr Al-Hilaliy. Dalam pernikahan itu beliau صلى الله عليه وسلم menyerahkan maskawin sebesar 400 Dirham. Para ahli riwayat juga berbeda pendapat mengenai berapa lama Zainab hidup di tengah keluarga Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Ada yang mengatakan hanya kurang lebih dua bulan, kemudian wafat. Ada juga yang menga­takan ia hidup sebagai istri Rasulullah صلى الله عليه وسلم selama kurang lebih delapan bulan, kemudian wafat dalam bulan Rabiul-awal tahun ke-4 Hijriyah. Di dalam Kitab Syadmratudz-Dzahab penulisnya mengatakan, bahwa pada tahun ke-3 Hijriyah Rasulullah صلى الله عليه وسلم menikah dengan Zainab binti Khu­zaimah, yang terkenal dengan nama julukan Ummul-Masakin. Ia hidup di tengah keluarga صلى الله عليه وسلم kurang lebih hanya tiga bulan. Lain lagi yang dikatakan oleh Doktor Muhammad Husain Haikal.

Ia menyebutnya dengan nama "Zainab binti Makhzum" dalam bab pernikahan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dengan Zainab binti Jahsy. Ia memastikan bahwa Zainab yang dimaksud itu adalah istri 'Ubaidah bin Al-Muththalib (bukan 'Ubaidah bin Al-Harits bin Abdul-Muththalib) yang gugur dalam Perang Badr sebagai pahlawan syahid. Ia hidup di tengah keluarga Rasulullah صلى الله عليه وسلم hanya selama dua atau tiga tahun. Haikal memastikan bahwa Zainab yang dimaksud itu tidak memiliki kecantikan. Padahal penelitian yang dilakukan para ulama tidak menemukan sumber berita riwayat yang menerangkan gambaran tentang penampilan dan sifat-sifat Zainab binti Khuzaimah.

Boudly mengatakan, "Setelah menikah dengan Hafshah, Muhammad صلى الله عليه وسلم menikah lagi dengan wanita lain, tetapi pernikahannya itu tidak lebih hanya formal belaka. Yang dinikah ialah janda 'Ubaidah bin Al-Harits, saudara sepupu Muhammad صلى الله عليه وسلم yang gugur dalam perang Badr. Janda tersebut bernama Zainab binti Khuzaimah. Zainab dinikahi olehnya atas dorongan rasa kasihan.

Sayyidah 'Aisyah dan Hafshah tidak menghiraukannya sama sekali, Zainab wafat setelah hidup di tengah keluarga Nabi selama delapan bulan. Lepas dari perbedaan pendapat antara para penulis buku dan para ahli riwayat mengenai Zainab binti Khuzaimah, mereka semuanya sepakat bahwa Zainab seorang wanita yang berbudi luhur, penyantun dan besar rasa belas kasihannya kepada kaum fakir miskin.

Semua buku riwayat yang menyebut kehidupannya selalu menyebutnya dengan nama Ummul-Masakin (ibu kaum fakir miskin). Ibnu Hisyam dalam sirahnya mengatakan, "Ia dinamai Ummul-Masakin karena kasih sayangnya kepada kaum fakir miskin. Penulis Al-Ishabah dan Al-Istiab mengatakan, "Ia disebut dengan nama Ummul-Masakin karena sangat gemar menolong kaum fakir miskin dan memberikan sedekah kepada mere­ka." Demikian pula yang dikatakan oleh Ath-Thabariy di dalam Tarikh­nya, dan oleh penulis Syadzaratudz-Dzahab.

Anehnya, Dekan Fakultas Syari'ah Universitas Al-Azhar, Kairo (Mesir), Syaikh Muhammad Al-Madaniy, di dalam majalah Ar-Risalah Nomor 1103 tanggal 4 Maret 1965, menulis antara lain, "Zainab binti Jahsy adalah yang tercantik, di antara para istri Nabi dan ia pun yang paling besar rasa kasih sayangnya kepada anak-anak yatim dan kaum fakir miskin sehingga terkenal dengan Ummul-Masakin." Padahal, semua sumber riwayat, tulisan-tulisan pusaka para sahabat Nabi dan semua buku sejarah Islam klasik memberi keterangan yang sama, bahwa nama julukan Ummul Masakin adalah bagi Zainab binti Khuzaimah , bukan Zainab binti Jahsy.

 

Sumber: Baitun Nubuwwah Karya HM H Al-Hamid Al-Husaini

 

 

oooooOooooo

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...