KISAH JUWAIRIYAH BINTI AL-HARITS
KISAH JUWAIRIYAH BINTI AL-HARITS
AL-MUSHTHALIQIYYAH AL-KHUZA'IYYAH
ISTRI RASULULLAH
Orientasi
Juwairiyah binti al-Harits al-Mushthaliqiyyah al-Khuza'iyyah (bahasa Arab: جويرية بنت الحارث المصطلقية الخزاعية) atau lebih dikenal dengan Juwairiyah binti al-Harits (lahir pada tahun 15 Sebelum H/608, wafat di Madinah pada tahun 56 H/676) adalah istri dari Nabi Muhammad ﷺ, dan termasuk dari Ibu Para Mukminin.
Nasabnya
Ayahnya: adalah seorang Sahabat Nabi yang mulia, dan merupakan Pembesar Bani al-Mushthaliq, namaanya al-Harits bin Dharar bin Habib bin 'A`idz bin Malik bin al-Mushthaliq bin Sa'id bin 'Amru bin Rabi'ah bin Haritsah bin Khuza'ah.
Ibadahnya
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan 'Amru An Naqid dan Ibnu Abu 'Umar -dan lafaz ini milik Ibnu Abu 'Umar- mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Muhammad bin ‘Abdurrahman -budak- keluarga Thalhah dari Kuraib dari Ibnu ‘Abbas dari Juwairiyah bahwasanya Nabi ﷺ keluar dari rumah Juwairiyah pada pagi hari usai salat subuh dan dia tetap di tempat salatnya. Tak lama kemudian Rasulullah ﷺ kembali setelah terbit fajar (pada waktu dhuha), sedangkan Juwairiyah masih duduk di tempat salatnya.
Setelah itu, Rasulullah menyapanya: Ya Juwairiyah, kamu masih belum beranjak dari tempat salatmu Juwairiyah menjawab; Ya, Saya masih di sini, di tempat semula ya Rasulullah. Kemudian Rasulullah ﷺ berkata: Setelah keluar tadi, aku telah mengucapkan empat rangkaian kata-kata -sebanyak tiga kali- yang kalimat tersebut jika dibandingkan dengan apa yang kamu baca seharian tentu akan sebanding, yaitu Subhaanallahi Wabihamdihi 'Adada Khalqihi wa Ridha Nafsihi wa Zinata 'Arsyihi wa Midada Kalimatihi yang artinya Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya sebanyak hitungan makhluk-Nya, menurut keridlaan-Nya, menurut arasy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib dan Ishaq dari Muhammad bin Bisyr dari Mis'ar dari Muhammad bin 'Abdurrahman dari Abu Risydin dari Ibnu 'Abbas dari Juwairiyah dia berkata; bahwa suatu ketika Rasulullah ﷺ melewatiku ketika dia usai salat shubuh. -lalu dia menyebutkan redaksi yang serupa. Namun dia dengan menggunakan kalimat; Subhaanallah Wabihamdihi Subhaanallah 'Adada Khalqihi Subhaanallah Ridha Nafsihi Subhaanallah Zinata 'Arsyihi Subhaanallah Midaada Kalimaatihi. Yang artinya: Maha suci Allah sebanyak hitungan makhluk-Nya. Maha Suci Allah menurut keridlaan-Nya. Maha Suci Alloh menurut kebesaran arasy-Nya. Maha Suci Allah sebanyak paparan kelimat-Nya.
Keilmuannya
Juwairiyah menghafal beberapa hadis, termasuk dua hadis yang terdapat di dalam Sahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, selain itu juga terdapat di Sunan Abi Daud, Jami at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa'i dan Sunan Ibnu Majah. Ia meriwayatkan hadis kepada Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ubaid bin as-Sabbaq, Mujahid, dan lain-lain.
Kematiannya
Ia hidup pada masa kekhalifahan Muawiyah, dan wafat di Madinah pada bulan Rabi'ul Awwal 53 H/676, dan disalatkan oleh Marwan bin Hakam, Gubernur Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi.
Sumber : Google Wikipedia
oooooOooooo
KISAH JUWAIRIYAH BINTI AL-HARITS,
ISTRI RASULULLAH YANG PENUH BERKAH OLEH
Pada 23 Desember 2020
Orientasi
BincangMuslimah.Com – Juwairiyah adalah putri dari al-Harits bin Abi Dhirar al-Khuza’iyyah al-Musthaliqiyyah yakni kepala suku Bani Musthaliq. Nama aslinya adalah Barrah dan Rasulullah Saw. mengganti namanya menjadi Juwairiyah, lengkapnya yakni Juwariyah binti al-Harits.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Juwairiyah digambarkan sebagai perempuan menawan yang selalu menarik perhatian. Siapa pun yang melihatnya akan terpesona. Juwairiyah menjadi tawanan Tsabit bin Qois bin Syammas sesudah pembagian ghanimah dari perang al-Muraisi’ (5/6 H) yang sering disebut sebagai Perang Bani Musthaliq.
Nasib Juwairiyah tak mujur. Sang suami, Musafi’ bin Shofwan al-Musthaliqi terbunuh dalam perang dan ayahnya melarikan diri. Sementara itu, Juwairiyah menjadi tawanan perang kaum Muslimin.
Padahal, Juwairiyah adalah perempuan terhormat di kabilahnya. Demi membebaskan diri, ia lantas membuat perjanjian pembebasan diri dengan tuannya yakni dengan cara membayar atau mukaatabah.
Suatu hari, Juwairiyah binti al-Harits datang ke Rasulullah Saw. untuk meminta bantuan tentang perjanjian pembebasannya. Saat Juwairiyah berdiri di depan pintu rumah Rasulullah Saw., Aisyah r.a. mulai memperhatikannya dari balik pintu kamarnya.
Saat itu, terasa ada rasa cemburu yang timbul dalam hatinya. Sungguh Aisyah r.a. pun kagum melihat betapa cantiknya paras Juwairiyah dan Aisyah r.a. pun tahu bahwa Rasulullah Saw. pasti akan melihat Juwairiyah sebagaimana cara Aisyah r.a. melihat Juwairiyah.
Ketika bertemu dengan Rasulullah Saw., Juwairiyah pun berkata, “Wahai Rasulullah Saw., aku adalah Juwairiyah binti al-Harits. Engkau pasti sudah mengetahui permasalahanku.
Aku menjadi tawanan Tsabit bin Qais bin Syammas setelah pembagian ghanimah, dan aku telah membuat perjanjian pembebasanku. Maka, aku datang kepadamu untuk meminta pertolongan perjanjian pembebasanku”.
Rasulullah Saw. kemudian bertanya, “apakah engkau mau mengambil sesuatu yang lebih baik dari hal itu (pembebasan)?”
“Apa itu wahai Rasulullah?” Juwairiyah bertanya balik.
Maka, beliau pun bersabda, “Aku bayarkan perjanjian pembebasanmu dan aku akan menikahimu.”
Betapa terkejutnya Juwairiyah mendengar pertanyaan Rasulullah Saw. tersebut. Maka, Juwairiyah pun menerima tawaran Rasulullah Saw. dengan hati yang penuh bahagia. Rasululllah Saw. pun akhirnya menikahi Juwairiyah di bulan Sya’ban pada tahun keenam.
Tatkala kaum Muslimin mendengar kabar pernikahan Rasulullah Saw. dengan Juwairiyah, mereka berkata, “para tawanan itu adalah kerabat (besan) Rasulullah Saw.” Mereka pun akhirnya membebaskan tawanan kaum Bani Musthaliq yang ada pada mereka.
Pernikahan Rasulullah Saw. dengan Juwairiyah pun menjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga Bani Musthaliq. Juwairiyah binti al-Harits disebut-sebut sebagai perempuan yang paling banyak berkahnya.
Hal ini sebagaimana pengakuan Aisyah r.a, “kami tidak melihat seorang perempuan yang lebih besar berkahnya bagi kaumnya ketimbang Juwairah. Oleh sebab itu, seratus keluarga Bani Musthaliq dibebaskan.”
Kisah Juwariyah binti al-Harits berlanjut. Juwairiyah binti al-Harits wafat di Madinah pada bulan Rabiul Awal tahun 56. Juwairiyah binti al-Harits adalah salah satu istri Rasulullah Saw. yang turut serta meriwayatkan hadits Nabi. Dalam kutubusittah, hadis yang disandarkan kepadanya berjumlah 17 hadits.
Murid-murid yang meriwayatkan hadis dari Juwairiyah binti al-Harits diantaranya adalah Ibnu Abbas, Ibnu ‘Umar, Jabir, Abu Ayyub al-‘Ataki, ‘Ubaid bin as-Sabbaaq, dan ath-Thufail yakni keponakan Juwairiyah sendiri.
Demikian artikel tentang kisah Juwariyah binti al-Harits dan berkah kehadirannya bagi kehidupan. Semoga, kisah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bisa diambil hikmahnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu A’lam.
Sumber : Google Wikipedia
oooooOooooo
JUWAYRIYAH BINTI AL HARITS,
DARI TAWANAN PERANG MENJADI ISTRI RASULULLAH SAW
Juwayriyah menghabiskan sebagian besar waktunya dalam ibadah dan berdzikir.
Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sangat penting untuk mempelajari kehidupan para istri Nabi Muhammad SAW yang terhormat untuk memahami mereka juga adalah manusia yang hidup, makan, tertawa, dan berjuang di jalan Allah SWT. Mempelajari cara hidup istri Nabi SAW akan memberi wawasan penting untuk menjadi muslim yang baik.
Salah seorang istri Nabi SAW yang juga patut diteladani kehidupannya adalah Juwayriyah binti al-Harits RA. Dia dikenal sebagai seorang yang blak-blakan dan sangat setia. Ia berdiri untuk keadilan dan mengabdikan diri untuk menyembah Allah SWT.
Dilansir dari About Islam, Sayyidah Juwayriyah sebenarnya lahir dengan status tinggi di sukunya. Ia adalah putri kepala suku Bani al-Mustaliq yang dikenal cantik, anggun, dan kuat. Sayyidah Aisyah menggambarkan Juwayriyah, dengan mengatakan, “Dia adalah wanita yang menyenangkan. Tidak ada yang melihatnya kecuali akan terpikat olehnya."
Pertemuannya dengan Nabi SAW adalah ketika kaum Muslimin mengetahui bahwa Banu al-Mustaliq, suku Juwayriyah, sedang merencanakan serangan terhadap kaum Muslim, perang pun pecah. Kaum Muslimin mengalahkan Banu al-Mustaliq yang membuat hidupnya berubah drastis dari cara pandang dan dalam menjalani hidupnya.
Setelah perang, Juwayriyah RA ditawan dan diberikan sebagai budak kepada Tsabit ibn Qays. Ini adalah nasib yang tidak dapat diterima baginya. Tapi dia tidak segan-segan menghadapi tantangan di hadapannya. Dia mendekati Thaabit ibn Qays untuk merundingkan pembebasannya.
Sumber : Google Wikipedia
oooooOooooo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar