PROVINSI LAMPUNG
BER-IBU KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Orientasi
Lampung (aksara Lampung: ), adalah sebuah provinsi di bagian ujung selatan Pulau Sumatra, Indonesia. Ibu kota dan pusat pemerintahannya berada di Kota Bandar Lampung. Provinsi ini memiliki dua kota, yaitu Bandar Lampung dan Metro, serta 13 kabupaten. Posisi provinsi Lampung secara geografis di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
Provinsi Lampung memiliki pelabuhan utama bernama Pelabuhan Internasional Panjang dan Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni, bandar udara utama yakni Bandara Internasional Radin Inten II terletak 28 km dari ibu kota provinsi, serta stasiun kereta api besar Tanjung Karang yang terletak di pusat ibu kota provinsi. Pada 2020, penduduk provinsi Lampung berjumlah 9.007.848 jiwa, dengan kepadatan 268 jiwa/km2, dan tahun 2022, jumlah penduduk Lampung sebanyak 9.176.546 jiwa.
Sejarah
Peta Pembagian Administratif yang menunjukkan wilayah daripada Kepaksian dan Marga Lampung marga indeling residentie Lampung 1 Saat Drukkerij 1930 yang diperkuat oleh Dewan Perwatin LMAL Provinsi Lampung tahun 2005.
Pada abad ke- 7 tahun 671 Masehi zaman pra-sejarah Lampung di Sumatra, Sriwijaya menguasai sebagian besar Asia Tenggara hingga abad ke-11 Masehi, di adad ke-13 tahun 1289 Masehi penyebaran Islam awal bermula dari Batu Brak di tengkuk gunung pesagi daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni Dolmen dan Megalitikum tertua di tanah Lampung, lokasi ini secara administratif berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang beribu kota di Liwa. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran Islam juga masuk dari Banten ke Tolang Pohwang, secara administratif berada di daerah Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatra Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada zaman VOC di dapat dari berbagai sumber bawasanya Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur) yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda.
Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elite Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah Indonesia digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Lampung Tolang Pohwang kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda, setidaknya sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Sultan Ageng Tirtayasa, lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:
"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".
Di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Ageng berupaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten yang terus mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. VOC yang tidak suka dengan perkembangan Kesultanan Banten mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk Sultan Abu Nashar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng untuk melawan Ayahnya sendiri.
Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Abu Nashar Abdul Qahar meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya ia menjanjikan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicarinya. Perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung mengalami kegagalan disebabkan karena tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang bersekutu dengan kompeni, sebagian mereka masih tidak mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Kerajaan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.[12] Sementara itu timbul keraguan dari VOC mengenai status penguasaan Lampung di bawah Kekuasaan Kesultanan Banten, yang kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidaklah mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "jenangan" atau kadang-kadang disebut gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan para penguasa hasil bumi Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "adipati" secara hierarki tidak berada di bawah koordinasi penguasaan jenangan/gubernur. Disimpulkan penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai Banten saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil bumi terutama lada. Dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia tidak menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.
Kebesaran seorang Raffles terendus sejak dirinya berusia 14. Di masa remaja itu Raffles harus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah seorang Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warga negara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura.
Geografi
Topografi
Provinsi Lampung memiliki wilayah seluas 35.288,35 km2.[14] Wilayahnya terletak di antara 105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Pesisir Barat.
Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.
Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:
1. Gunung Pesagi (3.262 Mdpl) di Liwa, Lampung Barat
2. Gunung Tanggamus (2.100 Mdpl) di Kota Agung, Tanggamus
3. Gunung Tebak (1.607 Mdpl) di Sumber Jaya, Lampung Barat
4. Gunung Seminung (1.804 Mdpl) di Sukau, Lampung Barat
5. Gunung Sekincau (1.718 Mdpl) Liwa, Lampung Barat
6. Gunung Ratai (1.681 Mdpl) di Padang Cermin, Pesawaran
7. Gunung Pesawaran (1.662 Mdpl) di Kedondong, Pesawaran
8. Gunung Rindingan (1.506 Mdpl) di Pulau Panggung, Tanggamus
9. Gunung Rajabasa (1.281 Mdpl)[16] di Kalianda, Lampung Selatan
10. Gunung Betung (1.240 Mdpl) di Pesawaran dan Bandar Lampung
11. Gunung Krakatau (813 Mdpl) di Selat Sunda, Lampung Selatan
Sungai
Sungai-sungai yang mengalir di Lampung menurut panjang dan daerah tangkapan airnya adalah sebagai berikut:
1. Way Sekampung, panjang 265 km, DTA 4.795,52 km2
2. Way Semaka, panjang 322,2 km, DTA 322.2 ha
3. Way Seputih, panjang 190 km, DTA 7.149,26 km2
4. Way Jepara, panjang 50 km, DTA 1.285 km2
5. Way Tulangbawang, panjang 136 km, DTA 1.285 km2
6. Way Mesuji, panjang 220 km, DTA 2.053 km2
Way Seputih mengalir di daerah Kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah:
1. Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
2. Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
3. Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
4. Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:
1. Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
2. Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
3. Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
4. Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
5. Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
6. Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2
Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatra Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2. Sedangkan Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.
Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negeri Sakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padang Ratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).
Politik dan pemerintahan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Lampung
DPRD Lampung beranggotakan 85 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Lampung terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Lampung yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 2 September 2019 oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Tanjung Karang di Gedung DPRD Provinsi Lampung.
Komposisi anggota DPRD Lampung periode 2019-2024 terdiri dari 9 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 19 kursi, kemudian disusul oleh Partai Gerindra yang meraih 11 kursi serta Partai Golkar dan Partai Demokrat yang masing-masing meraih 10 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Lampung dalam dua periode terakhir.
Partai Politik |
Jumlah Kursi dalam Periode |
|||
2009-2014 |
2014-2019 |
2019-2024 |
||
4 |
||||
2 |
||||
5 |
7 |
9 |
||
6 |
10 |
11 |
||
11 |
17 |
19 |
||
10 |
10 |
10 |
||
7 |
8 |
9 |
||
3 |
4 |
1 |
||
7 |
8 |
7 |
||
6 |
2 |
0 |
||
14 |
11 |
10 |
||
(baru) 8 |
9 |
|||
Jumlah Anggota |
75 |
85 |
85 |
|
Jumlah Partai |
11 |
10 |
9 |
Kabupaten dan Kota
Daftar kabupaten dan kota di Lampung
No |
Kode Wilayah |
Kabupaten/Kota |
Ibu Kota Kabupaten |
Luas Wilayah (km2) |
Luas Wilayah (%) |
1 |
18.04 |
Kabupaten Lampung Barat |
Liwa |
2.142,78 |
6,19% |
2 |
18.01 |
Kabupaten Lampung Selatan |
Kalianda |
700,32 |
2,02% |
3 |
18.02 |
Kabupaten Lampung Tengah |
Gunung Sugih |
3.802,68 |
10,98% |
4 |
18.07 |
Kabupaten Lampung Timur |
Sukadana |
5.325,03 |
15,38% |
5 |
18.03 |
Kabupaten Lampung Utara |
Kotabumi |
2.725,87 |
7,87% |
6 |
18.11 |
Kabupaten Mesuji |
Mesuji |
2.184,00 |
6,31% |
7 |
18.09 |
Kabupaten Pesawaran |
Gedong Tataan |
2.243,51 |
6,48% |
8 |
18.13 |
Kabupaten Pesisir Barat |
Krui |
2.907,23 |
8,40% |
9 |
18.10 |
Kabupaten Pringsewu |
Pringsewu |
625,00 |
1,81% |
10 |
18.06 |
Kabupaten Tenggamus |
Kota Agung |
3.020,64 |
8,72% |
11 |
18.05 |
Kabupaten Tulang Bawang |
Menggala |
3.466,32 |
10,01% |
12 |
18.12 |
Kabupaten Tulang Bawang Barat |
Tulang Bawang Tengah |
1.201,00 |
3,47% |
13 |
18.08 |
Kabupaten Way Kanan |
Blambangan Umpu |
3.921,63 |
11,33% |
14 |
18.71 |
Kota Bandar Lampung |
– |
296,00 |
0,85% |
15 |
18.72 |
Kota Metro |
– |
61,79 |
0,18% |
Provinsi Lampung |
34.623,80 |
100,00% |
Demografi
Suku Bangsa
Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi di Indonesia di luar Pulau Jawa, tempat mayoritas penduduknya adalah suku Jawa, dengan total populasi tahun 2010 sebanyak 64,17% yang kebanyakkan berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan sebagian kecil Jawa Barat. Sementara penduduk asli yakni suku Lampung berjumlah 13,56%.
Diposisi ketiga ada suku Sunda berjumlah 11,88% (sudah gabungan suku Sunda asal Jawa Barat dan juga Sunda asal Banten) banyaknya etnis pendatang dari pulau Jawa ke provinsi Lampung disebabkan pulau Jawa yang tidak begitu besar tetapi penduduknya cukup ramai dan padat maka diadakan transmigrasi besar-besaran ke pulau lain khususnya pulau Sumatra di provinsi Lampung.
Diposisi keempat dan kelima ada suku Melayu dengan persentase 5,64% dan juga Bali 1,38%. Suku Melayu sudah termasuk semua sub-suku Melayu asal Sumatra Selatan yang ada di provinsi Lampung seperti: Ogan, Semendo, Mesuji, dan Palembang. Suku Bali dari pulau Bali juga turut didatangkan ke provinsi Lampung secara besar-besaran karena adanya program transmigrasi.
Masyarakat Melayu asal Sumatra Selatan seperti Ogan, Semendo, Mesuji, dan Palembang dapat ditemukan signifikan karena wilayah Sumatra Selatan dan Lampung berdekatan bahkan berbatasan langsung, mereka juga sudah lama bermigrasi ke provinsi Lampung. Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Lampung:
No |
Suku |
Jumlah 2010 |
% |
1 |
4.865.330 |
64,17% |
|
2 |
1.028.190 |
13,56% |
|
3 |
901.087 |
11,88% |
|
4 |
427.326 |
5,64% |
|
5 |
104.810 |
1,38% |
|
6 |
69.652 |
0,92% |
|
7 |
52.311 |
0,69% |
|
8 |
39.979 |
0,53% |
|
9 |
21.054 |
0,28% |
|
10 |
Lainnya |
72.209 |
0,95% |
Provinsi Lampung |
7.581.948 |
100% |
Catatan: suku lainnya sudah termasuk beberapa suku seperti (Madura, Betawi, Komering, suku asal Bengkulu, Arab, suku asal Sumatera lainnya, Tamil India, dan lain-lain).
Bahasa
Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain: Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu Semendo, Bahasa Melayu Ogan, Bahasa Melayu Mesuji, Bahasa Melayu Palembang, Bahasa Batak, Bahasa Minangkabau, Bahasa Mandarin & Bahasa Tionghoa, Bahasa Madura dan bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung.
Agama
Agama di provinsi Lampung beragam. Agama Islam menjadi agama terbesar/terbanyak jumlahnya yang kebanyakkan dipeluk oleh suku Jawa, Lampung, Sunda, Melayu, Minang, Bugis, serta sebagian kecil suku Batak dan lainnya. Kekristenan (Protestanisme & Katolik Roma) menjadi agama kedua terbesar yang dipeluk oleh masyarakat Lampung setelah Islam dengan persentase sebanyak 2,42%. Untuk denominasi Protestan sebagian besar dianut oleh suku Batak, Jawa, serta sebagian Tionghoa dan lainnya.
Sedangkan untuk denominasi Katolik kebanyakkan dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa, Jawa, serta sebagian suku Batak dan lainnya. Agama Hindu mayoritas dianut oleh masyarakat dari suku Bali. Selain itu, agama Hindu juga dianut oleh masyarakat keturunan India (Tamil) serta juga dianut oleh sebagian kecil suku Jawa. Agama Buddha kebanyakkan dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa serta sebagian kecil suku Jawa. Agama Konghucu umumnya hanya dianut oleh komunitas masyarakat Tionghoa lalu ada agama lainnya/kepercayaan, sisanya tidak terdata/tidak diketahui.
Pendidikan
Sekolah-sekolah di Lampung terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA/SMK dan juga Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Namun di artikel ini hanya akan menampilkan daftar perguruan tinggi saja, karena jumlah sekolah sangat banyak :
Perguruan Tinggi
1. Universitas Lampung (UNILA)
2. Institut Teknologi Sumatera (ITERA)
3. UIN Raden Intan Lampung
4. IAIN Jurai Siwo Metro
5. Politeknik Negeri Lampung (POLINELA)
6. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Lampung
7. Universitas Teknokrat Indonesia
8. IBI Darmajaya Bandar Lampung
9. Sekolah Tinggi Pertanian Surya Dharma Lampung
10. Universitas Bandar Lampung
11. Universitas Muhammadiyah Lampung
12. Universitas Mitra Lampung
13. Universitas Darmajaya
16. STKIP PGRI Bandar Lampung
17. DCC Lampung
18. STIE Gentiaras
19. Universitas Rajabasa
20. Universitas Islam Kalianda
21. STAI Yasba Kalianda
22. STIE Muhamadiyah Kalianda
23. STIH Kalianda
24. STKIP Kalianda
25. AKPER Hampar Baiduri Kalianda
26. AKBID Bunda Delima Kalianda
27. Universitas Terbuka Ketapang
28. DCC Kalianda
29. Universitas Megou Pak Tulang Bawang
30. Prasetiya Mandiri Lampung
31. Universitas Muhammadiyah Metro
32. STKIP Darmawacana Metro
33. STKIP Muhammadiyah Pringsewu
34. STKIP Muhammadiyah Kotabumi
35. STMIK Pringsewu
36. STAI Pringsewu
37. STAI Maarif Metro
38. STIE Lampung Timur
39. STAI Darussalam Lampung
40. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gentiaras
41. Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
42. Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Jinarakkhita Lampung
Ekonomi
Masyarakat pesisir Lampung kebanyakan bekerja sebagai nelayan dan bercocok tanam. Dibeberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan internasional. Sedangkan masyarakat yang tinggal bukan di pesisir kebanyakan bertanam padi dan berkebun lada, kopi, cengkih, kayu manis dan lain-lain. Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, tebu, dan lain-lain. Selain hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan karena Lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau Sumatra. Dari hasil bumi tumbuhlah banyak industri-industri seperti di daerah Panjang, Natar, Tanjung Bintang, dan Bandar Jaya.
Industri
Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena, dan Wachyuni Mandira. Pabrik gula dapat menghasilkan produksi per tahun mencapai 600.000 ton oleh dua pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. Pada tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan satu pabrik gula di bawah PT Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI). Industri agrobisnis lainnya: nanas, ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, cokelat, kakao, nata de coco dan lain-lain.
Seni dan budaya
Sastra
Sastra Lampung dan Sastrawan Lampung
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair dan seniman Lampung antara lain Thamrin Effendi, Isbedi ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, Oyos Saroso H.N., dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ.
Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri.
Tapis Lampung
Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Setiap suku bangsa di Indonesia telah meninggalkan tanda yang menjadi ciri khas wilayah masing-masing. Salah satu jenis yakni kain tapis yang memiliki nilai estesis dari religi yang tinggi dan sudah dikenal di wilayah-wilayah lain bahkan sampai ke luar negeri. Kain tapis merupakan salah satu benda budaya karya masyarakat Lampung dari masa lampau yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik fisik maupun spiritual. Kain tapis yakni pakaian adat Lampung. Pakaian adat itu itak saja berpungsi sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam sekitar, tetapi juga berpungsi sebagai perhiasan, lambang kesucian, perlengkapan upacara sakral, bahkan merupakan lambang status social seseorang.
Musik
Jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau, contohnya adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.
Tarian
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung contohnya Tari Sembah (atau Tari Sigeh Penguten) dan Tari Melinting. Ritual Tari Sembah biasanya diadakan untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan. Selain sebagai ritual penyambutan, Tari Sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung.
Media massa
Koran pertama di Lampung adalah Harian Tamtama (4 Oktober 1968). Pada awal dekade 1970-an terbit koran lokal Lampung, Pusiban, Indevenden, dan Post Ekonomi. Ketiganya kemudian bergabung menjadi Harian Lampung Post pada 1974. Sejak itu hingga menjelang era reformasi media yang ada yaitu Tamtama (kemudian berubah menjadi Lampung Ekspres) dan Lampung Post. Lampung Ekspres dimiliki Harun Muda Indrajaya, sedangkan Lampung Post pada awal 1990-an dibeli Surya Paloh.
Memasuki era reformasi banyak koran bermunculan. Namun, sebagian besar tirasnya kecil dan masih mengandalkan sumber pengasilan dari iklan dan anggaran pemerintah daerah. Pada 2002 hingga 2011, terbit media milik NGO. Media dalam bentuk majalah yang bernama Sapu Lidi diterbitkan oleh Komite Anti Korupsi (KoAk) Lampung yang kemudian mati seiring berhentinya program dari lembaga donor.
Suku Lampung (Bahasa
Lampung Api:
/Ulun Lappung, Bahasa
Lampung Nyo:
/Jamma Lappung, Abjad Jawi: سوكو
لامفونغ/Suku
Lampung) adalah suku bangsa pribumi yang berasal dari Provinsi Lampung yang berada pada bagian
ujung selatan pulau
Sumatra.
Pada awal mulanya, suku Lampung berdiam di tengkuk Gunung Pesagi.
Wilayah suku Lampung selain di provinsi Lampung juga tersebar di wilayah lainnya seperti: di sebagian provinsi Sumatra Selatan tepatnya di sekitar Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan yang juga berdekatan bahkan berbatasan dengan provinsi Lampung. Suku Lampung juga tersebar di desa-desa di perbatasan antara Bengkulu dan Lampung, tersebar di desa Merpas, Nasal, Kaur di Bengkulu serta dapat juga ditemukan komunitas masyarakat Lampung di provinsi Banten tepatnya di desa Cikoneng kecamatan Anyar, kabupaten Serang. Tidak hanya itu, suku Lampung juga tersebar di wilayah perantauan terutama di perkotaan besar seperti wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Kota Palembang, Kota Cilegon, Kota Serang, kota Tangerang Selatan, Kota Bengkulu, Kota Bandung, dan juga di kota/wilayah lainnya.
Sejarah
Sebagaimana asal-usul masyarakat Suku Bangsa Indonesia yang lain. Suku Bangsa Lampung merupakan bagian dari bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari kepulauan Formosa yang bermigrasi ke Kepulauan Filipina, Sumatra Bagian Pesisir Utara, Sulawesi, Kalimantan dan kemudian berakhir di Selatan Sumatera. Dalam studi bahasa yang pernah dilakukan, Etnis Lampung memiliki akar kesamaan bahasa dengan masyarakat tradisional Puyuma di kepulauan Formosa.
Beberapa catatan sejarah dari Tiongkok menuliskan, bahwa pada abad ke VII masyarakat telah membicarakan suatu wilayah di daerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut To-Lang Po-Hwang, To berarti orang dan Lang-Po-Hwang adalah Lampung. Hal ini menunjukan bukti bahwa telah datang ke negeri Tiongkok, utusan dari masyarakat lemah Lampung pada abad ke VII.
Dalam kronik Taiping Huanyu Ji yang ditulis oleh Yue-Shi dari abad ke X, lebih jelas lagi disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (Laut Selatan), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali. Tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini telah mengirim utusan ke negeri Tiongkok pada tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466.
Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Tiongkok.
Adat-istiadat
Masyarakat Adat Lampung terdiri atas dua sistem Pemerintahan Adat yakni Masyarakat Komunitas Adat Budaya Lampung Saibatin (Peminggir/Pesisir) dan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun/Pedalaman). Dengan penjelasan sebagai berikut:
Masyarakat Komunitas Adat dan Budaya Lampung Saibatin
Masyarakat Komunitas Adat Budaya Saibatin dari dahulu hingga saat ini dinamakan Masyarakat Adat Lampung Peminggir (Pesisir). Karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung. Beberapa kepaksian serta kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan adat Saibatin antara lain:
Bandar Enom Semaka, untuk di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, Kepaksian Nyerupa, Paksi Buay Belunguh, Paksi Buay Bejalan Diway,
Marga dari pada empat Kepaksian tersebut adalah :
1. Marga Ulu Krui,
2. Marga Way Sindi,
3. Marga Tenumbang,
4. Marga Pugung Tampak,
5. Marga Pugung Malaya,
6. Marga Pidada,
7. Marga Pasakh Krui,
8. Marga Ngakhas,
9. Marga Ngambukh,
10. Marga La'ai,
11. Marga Bengkunat,
12. Marga Belimbing,
13. Marga Bandakh,
14. Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Suku
15. Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Suku
16. Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin
17. Marga Way Handak Lampung Selatan,
18. Marga Balak,
19. Marga Lunik,
20. Marga Bumi Waras, Melinting Tiyuh Pitu,
21. Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Telu Marga Ranau dan Cikoneng Pak Pekon.
Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun)
Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang atau yang sering kali juga dinamakan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Pepadun berdiam didaerah pedalaman Lampung. Beberapa kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan budaya Penyimbang antara lain : Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay, Marga melinting peminggir, Marga teluk peminggir, Marga pemanggilan peminggir, Marga rebang semendo.
Pedoman Hidup Suku Lampung Pesisir (Saibatin)
Tujuh Pedoman Hidup Suku Bangsa Lampung :
1. Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
2. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.
Falsafah Hidup Suku Lampung Pedalaman (Pepadun)
1. Falsafah Hidup Suku Bangsa Lampung termaktub dalam ajaran Piil Pesenggiri, yaitu:
2. Pesenggiri, mengandung ajaran: Tidak mudah menyerah, tidak mengenal takut dan pantang mundur dalam menghadapi tantangan yang datang di dalam kehidupan. Keberanian adalah merupakan bagian dari harga diri.
3. Juluk-Adok, mengandung ajaran: Selalu menggunakan nama-nama panggilan yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Panggilan yang baik bukan saja membuat orang lain terhormat, tetapi juga menunjukan diri yang bermartabat.
4. Nemuy-Nyimah, mengandung ajaran: Senang berkunjung dan dikunjungi dengan sikap yang ramah dan pemurah. Berkunjung dan dikunjungi bagian dari sikap saling menghormati.
5. Nengah-Nyappur, mengandung ajaran: Selalu bergaul ditengah masyarakat. Memperluas hubungan persahabatan dan kekeluargaan dengan semua orang.
6. Sakay-Sambayan, mengandung ajaran: Senang tolong-menolong dan bergotong-royong dalam hubungan persaudaraan dan kekeluargaan. Sehingga persoalan bersama dapat diselesaikan pula secara bersama-sama.
Bahasa Lampung
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Suku Bangsa Lampung yang berada di Provinsi Lampung, selatan Sumatera Selatan, selatan Bengkulu dan pantai barat Banten. Berdasarkan pemetaan bahasa. Bahasa Lampung memiliki Dua Sub-Dialek yaitu Sub-Dialek A dan Sub-Dialek O yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sub-Dialek A (api) atau Bahasa Lampung Api dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain: Sekala Brak, Bandar Enom Semaka, Bandar Lima Way Lima, Melinting Tiyuh Pitu, Saibatin Marga Ulu Krui, Saibatin Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Telu Marga Ranau, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay
Sementara Sub-Dialek O (nyow) atau Bahasa Lampung Nyo dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain : Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Marga melinting peminggir, Marga teluk peminggir, Marga pemanggilan peminggir dan Marga rebang semendo.
Selain itu terdapat pula Bahasa Lampung Cikoneng yang dipertuturkan oleh masyarakat lampung dengan marga Cikoneng Pak Pekon.
Aksara Lampung
Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.
Marga Lampung
Masyarakat Lampung terdiri atas 4 Kepaksian dan 83 kemargaan yang terhimpun dalam kemargaan dan kebuwayan, tersebut antara lain:
Bandar Lima Way Lima
Terdiri atas beberapa marga antara lain:
1. Marga Seputih
2. Marga Sebadak
3. Marga Selimau
4. Marga Sepekhtiwi/Sepertiwi
5. Marga Sekelumbayan
6. Marga Teluk Peminggir
7. Teluk Betung
8. Sabu Menunggu
9. Retai
10. Punduh
11. Pugung
12. Pubian (Nuwat)
13. Marga Pemanggilan Peminggir
14. Terdiri atas beberapa marga antara lain
15. Badak
16. Putih
17. Limau
18. Kelumbaian
19. Pertiwi
20. Putih Doh
21. Talang Padang Pesisir (Gunung Alif)
22. Buay Belunguh
23. Bunawang
24. Way Ngarip Semang
25. Pematang Sawah
26. Marga Abung (Federasi Abung Siwo Migo)
27. Marga Selawai Kunang
28. Buay Nyunyai
29. Subing (Lebuan)
30. Sukadana
31. Unyi Way Seputih
32. Subing
33. Buay Buliuk
34. Buay Nyerupa
35. Anak Tuha
36. Buay Unyi
Marga Rebang Semende
Terdiri atas beberapa marga antara lain:
1. Rebang Pugung
2. Rebang Seputih
3. Kasui
Masyarakat /Marga Way Kanan (Federasi Buay Lima Way Kanan)
Terdiri atas beberapa Buay/marga antara lain:
1. Buay Bungamayang
2. Buay Berdatu
3. Buay Semenguk
4. Buay Pemuka Pengiran Udik
5. Way Tuba
6. Buay Bahuga
7. Buay Pemuka Pengiran
8. Buay Berasakti
9. Buay Pemuka Pengiran Ilir
10. Buay Pemuka Bangsa Raja
Masyarakat Marga Melinting
Terdiri atas beberapa marga antara lain:
1. Jabung
2. Melinting
3. Sekampung
Masyarakat Marga Tulang Bawang (Federasi Mego Pak Tulang Bawang)
Terdiri atas beberapa marga antara lain:
1. Mesuji Lampung
2. Buay Bulan Udik
3. Tegamoan
4. Suai Umpu
5. Buay Bulan Ilir
6. Aji
Kepaksian Pernong Sekala Brak
Terdiri atas beberapa marga antara lain:
1. Marga Buay Kenyangan
2. Marga Suoh
3. Marga Way Sindi
4. Marga La'ai
5. Marga Bandakh
6. Marga Pedada
7. Marga Ulu Krui/Gunung Kemala
8. Marga Way Napal
9. Marga Tenumbang
10. Marga Bengkunat
11. Paksi Buay Belunguh
12. Terdiri atas beberapa marga antara lain:
13. Marga Way Tenong
14. Marga Ngambur
15. Marga Ngaras
16. Marga Belimbing
Paksi Buay Bejalan Diway
Terdiri atas beberapa marga antara lain:
1. Marga Pugung Penengahan
2. Marga Pugung Malaya
3. Marga Pugung Tampak
4. Marga Pulau Pisang
5. Kepaksian Nyerupa
6. Marga Liwa
7. Marga Sukau
Pasar Krui. Catetan : Marga Pasar Krui berdiri sendiri di bawah kemargaan Bengkulu.
Sastra Lampung
Tokoh Lampung
Mencakup Tokoh-Tokoh yang berasal dari Etnik Lampung :
1. Aburizal Bakrie, Menko Kesra, Menko Ekonomi
2. Alamsjah Ratoe Perwiranegara, Mensekneg, Menteri Agama, Menko Kesra.
3. Arinal Djunaidi, Gubernur Lampung
4. Erick Tohir, Menteri BUMN
5. Bagir Manan, Ketua Mahkamah Agung
6. Brigjen Pol.SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong, S.H., Kapolda Lampung (2015). Pati Sahli Kapolri (2016), Sultan Pernong ke-XXIII
7. Helmi Hasan, Walikota Bengkulu
8. Ryamizard Ryacudu, Menteri Pertahanan
9. Sjachroedin Zainal Pagaralam, Duta Besar Kroasia
10. Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan
11. Tomsi Tohir, Sahlisospol Kapolri (2020)
12. Ike Edwin, Kapolda Lampung
-ooooooooooooo oOo ooooooooooo-
Sumber ; Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar