Selasa, 19 September 2023

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

 

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BER-IBU KOTA DI JAKARTA

Orientasi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (disingkat DKI Jakarta, Jakarta Raya) merupakan ibu negara Indonesia, dan juga merupakan satu-satunya bandar di Indonesia yang bertaraf provinsi atau negeri. Jakarta terletak di bahagian barat laut Pulau Jawa. Dahulunya, Jakarta pernah disebut dengan nama Sunda Kelapa (sebelum tahun 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia, atau Jacatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan J-Town, atau lebih popular lagi The Big Durian kerana dianggap bandar yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.

Jakarta memiliki luas sekitar 664,01 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.557.810 jiwa (2019). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.

Daftar kabupaten dan kota administrasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi yang terletak di barat laut Pulau Jawa. Menurut Sensus Penduduk Indonesia 2020, DKI Jakarta merupakan provinsi ke-6 terbesar menurut jumlah penduduk dengan jumlah penduduk sebesar 10.562.088 jiwa dan terkecil menurut luas wilayah dengan luas wilayah daratan seluas 664,01 km². DKI Jakarta terbagi menjadi satu kabupaten administrasi dan lima kota administrasi. 100% dari seluruh penduduk di provinsi ini tinggal di kawasan perkotaan.

Sebagai daerah khusus yang berfungsi sebagai ibu kota negara dan daerah otonom pada tingkat provinsi, DKI Jakarta memiliki beberapa keunikan dalam pembagian administratifnya yang hanya terjadi di provinsi ini. Pembagian administratif di bawah provinsi bukanlah kabupaten dan kota, melainkan Kabupaten administrasi dan kota administrasi. Perbedaan kabupaten/kota dan kabupaten/kota administratif terletak pada otonominya. Kabupaten/kota administrasi tidak memiliki DPRD-nya sendiri dan bupati/wali kotanya tidak dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum, melainkan ditunjuk oleh Gubernur Jakarta atas pertimbangan DPRD Provinsi DKI Jakarta dari pegawai negeri sipil.

Kabupaten/kota administrasi dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan penduduk sebesar 2.843.816 jiwa (27,94% dari jumlah penduduk DKI Jakarta), sedangkan jumlah penduduk yang terkecil adalah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan penduduk sebesar 23.340 (0,23% dari jumlah penduduk DKI Jakarta) pada tahun 2015. Menurut luas wilayahnya, kabupaten/kota administrasi dengan luas terbesar adalah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan luas wilayah 182,70 km², sedangkan kabupaten/kota administrasi terkecil menurut luas wilayahnya adalah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang terbentang seluas 52,38 km².

 

Kota/Kabupaten

Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

 

Banyaknya Kecamatan

Banyaknya Kelurahan

 

2020

2021

2022

2020

2021

2022

 

Kepulauan Seribu

2

2

2

6

6

6

 

Jakarta Selatan

10

10

10

65

65

65

 

Jakarta Timur

10

10

10

65

65

65

 

Jakarta Pusat

8

8

8

44

44

44

 

Jakarta Barat

8

8

8

56

56

56

 

Jakarta Utara

6

6

6

31

31

31

 

DKI Jakarta

44

44

44

267

267

267

 


Sejarah

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenali sebagai salah sebuah pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kelapa, yang terletak di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenali sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (kini Bogor) boleh dicapai dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah sebuah pelabuhan milik Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa, atau disebut Kalapa dalam teks ini, dianggap pelabuhan yang terpenting kerana dapat didatangi dari ibu kota kerajaan, Dayo (dalam bahasa Sunda moden: dayeuh bermaksud ibu kota) dalam tempoh dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kesinambungan Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga kewujuan pelabuhan ini disusur kembali hingga abad itu, sebagai ibu kota Tarumanagara yang bernama Sundapura.

Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pusat perdagangan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari China, Jepun, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti tembikar, kopi, sutera, kain, wangian, kuda, anggur, dan pewarna untuk ditukar dengan rempah-ratus yang menjadi komoditi dagang pada zaman itu.

Jayakarta (1527–1619)

Orang Portugis merupakan orang Eropah pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Melaka untuk mendirikan perkubuan di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan berpecah dari Kerajaan Sunda. Usaha permohonan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Melaka itu dirakam oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, yang mana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya.

Namun sebelum pendirian perkubuan tersebut terlaksana, pelabuhan tersebut diserang oleh pihak Cirebon dengan bantuan Demak. Orang Sunda merintih peristiwa itu sebagai tragedi kerana serangan tersebut memusnahkan kota pelabuhan tersebut serta membunuh ramai rakyat Sunda di sana, termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta pada tarikh 22 Jun oleh Sudiro, walikota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah menukar nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang bererti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan hak pentadbiran Jayakarta kepada puteranya, Sultan Maulana Hasanuddin yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.

Batavia (1619–1942)

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Pada awal abad ke-17, Jayakarta diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, syarikat VOC pimpinan Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten, kemudian mengubah namanya menjadi Batavia.

Sepanjang zaman penjajahan Belanda, Batavia berkembang menjadi bandaraya yang besar dan penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak melibatkan diri dalam pengimportan hamba abdi yang kebanyakannya berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Ada yang berpendapat bahawa mereka inilah yang tidak lama kemudian membentuk komuniti yang dikenali sebagai suku Betawi. Sewaktu itu, keluasan Batavia hanya mencakupi kawasan yang kini dikenali sebagai Kota Tua di Jakarta Utara.

Sebelum kedatangan hamba-hamba tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman penjajahan Belanda, membentuk wilayah komuniti masing-masing. Maka, di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komuniti itu seperti Pecinan, Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon, Kampung Bali, dan Manggarai.

Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadinya rusuhan di Batavia yang meragut nyawa 5,000 orang Cina. Berikutan kejadian ini, ramai orang Cina yang lari ke luar bandaraya dan mengadakan penentangan terhadap Belanda.[9] Setelah pembinaan Koningsplein (Gambir) siap pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Pada tahun 1920, Belanda membangunkan kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru untuk pembesar Belanda, menggantikan Molenvliet di utara. Pada awal abad ke-20, Batavia di utara, Koningspein, dan Mester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah kota.

Pada 1 Januari 1926, kerajaan Hindia Timur Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan penyahtumpuan kuasa yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk kerajaan autonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang dirasmikan dengan surat keputusan bertarikh 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.

Kemerdekaan

Pada tahun 1942, penjajah Jepun menggantikan nama Batavia menjadi Jakarta untuk menambat hati para penduduk pada Perang Dunia Kedua. Kota ini juga merupakan tempat berlangsungnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Ogos 1945, tetapi diduduki oleh Belanda sehingga kedaulatan Indonesia diiktiraf pada tahun 1949.

Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan sebahagian Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, taraf Kota Djakarta berubah dari sebuah kotapraja di bawah walikota menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gabenor (gubernur). Gabenor pertamanya ialah Dr. Sumarno Sosroatmodjo, seorang doktor tentera. Pelantikan Gubernur DKI ketika itu dilaksanakan oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Djakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI); Sumarno kekal sebagai gabenornya.

Semenjak diisytiharkan sebagai ibu kota, bilangan penduduk Jakarta meningkat melambung kerana keperluan tenaga kerja kerajaan yang semakin berpusatkan Jakarta. Dalam masa lima tahun, bilang penduduknya berlipat lebih dua kali ganda. Berbilang kantung pemukiman kelas menengah baru kemudian dibangunkan, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Rawamangun, dan Pejompongan. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dibangunkan oleh kementerian-kementerian dan institusi-institusi milik negara seperti Perum Perumnas.

Sewaktu zaman pentadbiran Sukarno, Jakarta melakukan pembangunan projek besar, antara lainnya Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat perniagaan bandaraya, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat pemukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pembangun swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dasawarsa 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.

Banjir merupakan masalah jangka panjang yang terus melanda Jakarta.

Kepesatan pertambahan penduduk ini pernah cuba dibendung oleh gabenor Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menjadikan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Dasar ini nyata tidak berjaya lalu diketepikan oleh kepemimpinan gabenor selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih terpaksa bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kesesakan lalu lintas, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.

Pada Mei 1998, terjadinya rusuhan di Jakarta yang menyebabkan ramai penduduk kaum Cina terkorban. Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Kesan rusuhan ini adalah perletakan jawatan Presiden Soeharto selaku presiden.

Politik

DKI Jakarta memiliki status khusus sebagai "Daerah Khusus Ibukota". Kota ini dibahagikan kepada lima Majlis Perbandaran (kotamadya) dan satu Pemerintahan Pemangku Raja (kabupaten) iaitu:

Kabupaten Pentadbiran Kepulauan Seribu

1.    Majlis Perbandaran Jakarta Utara

2.    Majlis Perbandaran Jakarta Pusat

3.    Majlis Perbandaran Jakarta Barat

4.    Majlis Perbandaran Jakarta Timur

5.    Majlis Perbandaran Jakarta Selatan

Budaya

Jakarta sebagai sebuah ibu negeri negara Indonesia, Jakarta menarik pendatang daripada seluruh Indonesia, ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tidak menyeluruh ke seluruh daerah menyebabkan satu jurang urbanisasi yang besar. Urbanisasi inilah yang membawa kepada pelbagai budaya masuk ke Jakarta. Suku-suku yang mendiami Jakarta ialah yang pertama suku asal bandar Jakarta iaitu Suku Melayu Betawi, lalu pendatang dari luar bandar Jakarta yang menduduki ibu negeri Indonesia ini terdiri daripada kaum Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, dan Cina. Suku Melayu daripada Sumatra terbilang sangat sedikit di bandaraya ini. Budaya Betawi sebagai budaya utama asli Jakarta tidak diendahkan oleh rakyat tempatan dan tetap dilestarikan dipelbagai kawasan dalam bandaraya Jakarta seperti di Cagar Budaya Betawi Condet dan Setu Babakan.

Budaya Betawi merupakan budaya unik kerana memiliki unsur-unsur daripada Melayu yang sangat berbeza daripada budaya Jawa, walaupun suku Betawi menduduki pulau Jawa, ini dikarenakan suku Betawi ialah tergolong suku baru di Indonesia yang tergabung daripada pelbagai campuran suku dan kaum berbeza di Indonesia yang datang ke Jakarta dan selama bertahun-tahun menduduki bandar Jakarta, mereka mengenali diri mereka sendiri sebagai suku Betawi yang nama tersebut diambil daripada nama Jakarta pada masa penjajahan Belanda iaitu Batavia=Betawi. Orang Betawi pada umumnya beragama Islam seperti orang Melayu dan banyak nilai-nilai yang berasalkan daripada Melayu yang dikerjakan didalam Budaya Betawi seperti adanya Pantun, Silat, penggunaan Songkok oleh kaum lelaki, makanan Nasi uduk yang dibuat dari Santan seperti Nasi lemak Malaysia, dan lain-lain, oleh karenanya, Betawi dikategori sebagai suku Duetero Malayu.

Bahasa

Bahasa Betawi

Di Jakarta, bahasa yang dipakai oleh masyarakat bandaraya Jakarta ialah Bahasa Indonesia, namun bahasa asal daripada bandaraya Jakarta ini iaitu Bahasa Betawi. Orang Jakarta mempunyai dialek tersendiri dalam Bahasa Indonesia (Melayu) semasa bercakap iaitu penggunaan kata "Lu / Elu" yang mempunyai arti: Anda atau Engkau, "Gua / Gue" yang mempunyai arti: Saya, "Gak / Nggak" artinya: "Tak", dan lain-lain. Ini berasalkan daripada bahasa budaya asal Jakarta iaitu daripada budaya suku Betawi. Pemuda di Jakarta bercakap dengan dialek khas bahasa Indonesia yang dinamakan sebagai Bahasa Gaul, iaitu bahasa anak muda Jakarta yang dipakai oleh anak sekolah, anak universiti, dan anak pemuda daripada Jakarta, contoh: Gua mau ke Monas besok soalnya enak banget disana kalo liburan jika diterjemah kepada Bahasa melayu jadi: "Saya nak pergi kat Monas esok kerana seronok pada masa cuti".

Orang asli di Jakarta (Betawi) menggunakan bahasa Betawi, sementara pendatang yang lama menduduki Jakarta (orang Jawa, Sunda, dan lain-lain) menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek Jakarta (Elu/Lu, Gua/Gue, Gak/Nggak, dan lain-lain).

Muzik

Perpaduan berbagai-bagai etnik dan suku kaum membawa kepada kewujudan pelbagai jenis kebudayaan oleh etnik sama ada daripada wilayah di Indonesia ataupun bukan daripada Indonesia. Contohnya kebudayaan daripada Belanda, China, Portugis, Arab dan India. Seni muzik di Jakarta menggambarkan perpaduan tersebut melalui muzik tradisional mahupun moden yang dicipta. Bahkan sehingga kini, Jakarta masih dianggap sebagai sebuah pusat bagi memperkembangan muzik di Indonesia. Terdapat juga pengaruh luar dalam seni muzik tradisional di Jakarta, seperti tanjidor, zilofon dan kromong yang mempunyai pengaruh penggunaan rebab dan trompet tradisional yang bukan berasal daripada Jakarta Sunda. Terdapat juga pengaruh asing daripada Eropah atau muzik tradisional Cina seperti trombon dan gitar.

Tarian

Seperti juga budaya dan seni muzik, seni tari di Jakarta merupakan hasil perpaduan antara budaya masyarakat ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Cina seperti Jaipong yang mengunakan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta boleh dikatakan daerah yang paling dinamik kerana mempunyai seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamik selain seni tari lama.

Cerita rakyat

Selain daripada cerita rakyat Si Pitung, cerita rakyat yang terkenal adalah seperti cerita Jagoan Tulen yang mengisahkan mengenai jawara-jawara betawi. Selain daripada mengisahkan cerita mengenai kehandalan atau kepakaran dalam dunia persilatan, terkenal juga cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan pada zaman penjajah.

Demografi

Jumlah penduduk di Jakarta sekitar 8,792,000 orang (2004) namun pada siang hari, jumlah tersebut akan bertambah seiring dengan kedatangan para pekerja dari bandar-bandar satelit seperti Bekasi, Tangerang, dan Depok. Bahasa yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia. Bahasa daerah juga digunakan oleh suku kaum minoriti kerana di Jakarta mempunyai berbagai-bagai suku kaum yang berbeza. Oleh sebab itu, bahasa Indonesia sering digunakan sebagai bahasa perantaraan. Selain itu, muncul juga bahasa basahan yang menular dalam kalangan kanak-kanak yang mengandungi bahasa asing.

Agama yang dianuti di DKI Jakarta sangat pelbagai termasuk enam agama yang diakui pemerintah Indonesia ialah (Islam, Kristian, Katholik, Hindu, Buddha, Konghuchu). Tempat beribat agama Islam juga dibina di Jakarta contohnya:

1.    Masjid Istiqlal

2.    Masjid Agung Al-Azhar

3.    Masjid Islamic Center Jakarta

4.    Masjid Sunda Kelapa

5.    Masjid Agung At-tin

Tempat beribadah agama Kristian Protestan contohnya:

1.    Gereja Koinonia di Jatinegara

2.    Gereja Immanuel di depan Stesen Gambir

3.    Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading

4.    Gereja Maria bunda karmel

5.    gereja kim tae gon dll

Tempat beribadah agama Kristian Katholik contohnya:

1.    Gereja Kathedral Jakarta

2.    Gereja Santo Yakobus, dll

Tempat beribadah agama Buddha contohnya:

1.    Vihara Buddha Sasana di Kelapa Gading, dll

2.    Tempat beribadah agama Hindu contohnya:

3.    Pura Adhitya Jaya di Kawasan Bypass Rawamangun

Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2020, komposisi penganut agama di kota ini adalah seperti berikut:

1.    Islam 83.68%

2.    Kristian Protestan 8.6%

3.    Kristian Katolik 3.93%

4.    Buddha 3.59%

5.    Hindu 0.18%

6.    Konfusianisme 0.02%

Pendidikan

Pendidikan di DKI Jakarta tersedia dari "playgroup" hingga ke pengajian tinggi. Mutu pendidikan juga sangat pelbagai kerana terdapat tempat pengajian yang mewah yang dijadikan tempat pengajian khususnya di tingkat SD dan SMP. Sejak akhir-akhir ini, muncul pelbagai sekolah yang sistem kurikulumnya diserap daripada negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah yang mempunyai sistem kurikulum daripada Indonesia juga muncul dengan memiliki pendidikan yang berbeda-beda.

DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai-bagai universiti yang terkemuka seperti :

1.        Universiti Indonesia

2.        Universiti Islam Negeri Syarif Hidayatullah

3.        Universiti Negeri Jakarta (dahulu IKIP Jakarta)

4.        Universiti Trisakti

5.        Universiti Tarumanagara

6.        Universiti Jayabaya

7.        Universiti Katholik Atma Jaya

8.        Universiti Bina Nusantara

9.        Universiti YARSI

10.    Universiti Al Azhar Indonesia

11.    Universiti Muhammadiyah Jakarta

12.    Universiti Gunadarma

Pengangkutan

1.        Keretapi KRL Commuter Jabodetabek - ialah Keretapi elektrik oleh anak syarikat PT Kereta Api Indonesia yang melayani didalam dan keluar bandar Jakarta

2.        Transjakarta Busway - ialah bas bandaraya Jakarta dengan jalur khas

3.        Teksi - syarikat teksi di Jakarta: Bluebird (warna biru), Express (warna putih), Gamya (warna hijau), Taxiku (warna kuning), dll

4.        Angkot (Mikrolet) - ialah minibus didalam bandar Jakarta yang dapat mengangkut beberapa orang sesuai laluan

5.        Bajaj (Tuk-Tuk)

6.        Kopaja, Metro Mini, Koantas Bima - ialah bas dalam bandar Jakarta yang berkelas Ekonomi tiada AC

7.        Mass Rapid Transit atau MRT

8.        Light Rail Transit atau LRT

9.        Dalam Bandaraya

Di DKI Jakarta, terdapat jaringan jalan raya dan jalan bebas yang dibina seluruh kota. Namun perkembangan jumlah kenderaan dengan jumlah jalan sangat tidak seimbang (5-10% dengan 4-5%). Menurut data daripada Jabatan Pengangkutan DKI, sebanyak 46 kawasan mempunyai 100 simpang yang mempunyai kesesakan lalulintas, arus yang tidak stabil dan kecepatan yang rendah.

Diantaranya ialah:

1.        Kawasan Ancol/Gunung Sahari

2.        Kawasan Jatibaru/Tanah Abang

3.        Kawasan Kalimalang

4.        Kawasan Mampang/Buncit

5.        Kawasan Pasar Minggu

6.        Kawasan Pondok Indah

7.        Kawasan Pulo Gebang

8.        Kawasan Tambora

9.        Kawasan Kelapa Gading

10.    Kawasan Cakung (Jl.Raya Bekasi)

11.    Kawasan Kalideres

12.    Kawasan Daan Mogot

13.    Kawasan Senen

14.    Kawasan Tanjung Priok

15.    Kawasan Cilincing

16.    Kawasan Glodok

17.    Kawasan Kota Tua

18.    Kawasan Asemka

19.    Kawasan Sunter

Jakarta sebagai pusat ekonomi juga turut mengalami kesesakan lalu lintas kerana selain dilalui oleh penduduk DKI sendiri , jalan ini juga digunakan oleh wilayah kota satelit Jakarta yaitu seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Tangerang Selatan serta Jawa Barat Kota Bogor. Kesesakan dapat dilihat di Jalan Sudirman kerana mengambil masa selama berjam-jam untuk pulang ke rumah.

Satu inisiatif yang dilakukan oleh pemerintahan Ibukota Jakarta untuk mengatasi kepadatan di Jakarta iaitu diadakanya Bus Rapid Transit (BRT) TransJakarta. TransJakarta ialah sistem Bas dengan laluan khas yang berhenti di tiap perhentian stesen bas ("Halte") didalam bandaraya Jakarta. Ada 19 laluan ("Koridor") Bus Transjakarta yang melayani pelbagai macam tujuan didalam kota Jakarta. Stasiun bus di Jakarta dikenali sebagai "Terminal", dan Perhentian bua disebut "Halte". Berikut adalah senarai laluan BRT TransJakarta yang melayani rute dalam kota Jadetabek:

Koridor 1 : Stesen Bas Blok M - Stesen Kota Tua

Koridor 2 : Stesen Bas Pulogadung - Harmoni

Koridor 2B : Harapan Indah - Asmi

Koridor 2K : JGC - Harapan Indah

Koridor B11 : Summarecon Bekasi - Tosari

Koridor D11 : BKN - Depok

Koridor 13 : Ciledug - Tendean

Koridor 3 : Stesen Bas Kalideres - Harmoni

Koridor 4 : Stesen Bas Pulogadung - Dukuh Atas

Koridor 5 : Stesen Bas Kampung Melayu - Taman Hiburan Ancol

Koridor 6 : Zoo Ragunan - Dukuh Atas

Koridor 7 : Stesen Bas Kampung Melayu - Stesen bas Kampung Rambutan

Koridor 8 : Stesen Bas Lebak Bulus - Harmoni

Koridor 9 : Stesen Bas Pinang Ranti - Pluit

Koridor 10 : Stesen Bas Tanjung Priuk - Cililitan Grocery Center (PGC)

Koridor 11 : Stesen Bas Kampung Melayu - Stesen Bas Pulogebang

Koridor 12 : Stesen Bas Tanjung Priuk - Pluit

Koridor 13 : Stesen Bas Ciledug - Tendean

Koridor 14 : Tendean - Kalimalang (dalam perancangan)

Koridor 15 : Stesen Bas Manggarai - Universiti Indonesia (dalam perancangan)

Bundaran HI di hari ahad

Selain itu, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga sudah membina laluan MRT (Mass Rapid Transit) fasa pertama daripada laluan Lebak Bulus - Kampung Bandan, iaitu Lebak Bulus - Bundaran Hotel Indonesia sudah beroperasi pada 2019. Kerajaan pula sedang dalam tahap perancangan untuk membina 7 laluan Light Rail Transit (LRT), yang pembinaannya akan dimula pada akhir tahun 2015 dengan membina laluan Kebayoran Lama - Kelapa Gading dan beroperasi pada tahun 2019 .

Manakala Kerajaan Pusat pula turut serta merancang sistem pengangkutan bagi menghubungkan Bandaraya Jakarta dengan bandar-bandar dipersekitarannya dengan pembinaan beberapa laluan LRT yang dijangka akan dimula pada Ogos 2015 sempena Hari Kemerdekaan Indonesia.

Pengangkutan Antara Bandar

Untuk ke kota-kota sekitar Pulau Jawa pengguna boleh melalui Jakarta dengan jaringan jalan raya dan beberapa jalan bebas tol yang telah siap dibina. Jalan bebas tol yang paling baru adalah jalan bebas tol Cipularang yang mempercepatkan masa dari Jakarta ke Bandung menjadi sekitar 1.5 jam. Untuk ke Sumatera terdapat Pelabuhan Merak ke Bakauheni.

Lapangan terbang yang terdapat di Jakarta adalah:

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang berfungsi sebagai pintu masuk antarabangsa utama serta hub penerbangan dalam negara utama, yang terletak di Tangerang.

Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma yang berfungsi sebagai lapangan terbang khas militer dan juga beberapa penerbangan dalam negara maupun luar negeri, yang terletak di Jakarta Timur

Keadaan dan sumber alam

Pada tahun 2004, Bandaray Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan pada julung-julung kalinya meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu disebut "Adipura").

 

Kawasan di DKI Jakarta yang simbolik dengan pokok tertentu ialah;

1.        Kosambi (Schleichera oleosa), Jakarta Barat.

2.        Menteng (Baccauera dulciss Muell), Jakarta Pusat.

3.        Cempaka Putih (Michelia alba) Jakarta Pusat.

4.        Karet (Ficus elastica), Jakarta Pusat.

5.        Kemang (Mangifera caecea) Jakarta Selatan.

6.        Kebayoran/Kebayuran (bayur=Pterospermum javanicum), Jakarta Selatan.

7.        Kelapa Gading (Cocos capitata), Jakarta Utara.

8.        Sunda Kelapa (Cocos nucifera), Jakarta Utara .

9.        Kapuk (Ceiba petandra), Jakarta Utara.

10.    Kayu Putih (Eucalyptus alba), Jakarta Timur.

11.    Kebon Pala (Myristica fragrans), Jakarta Timur.

Hingga kini kewujudan pokok tersebut telah menjadi simbolik dengan nama kawasan-kawasan itu. Namun, penebangan pokok tersebut memusnahkan pokok tersebut sebagai identiti sesebuah kawasan di Jakarta ini.

Pelancongan

DKI Jakarta juga memiliki pelbagai tempat tumpuan pelancongan seperti:

1.        Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat

2.        Zoo Ragunan, Jakarta Selatan

3.        Monumen Nasional (MONAS) , Jakarta Pusat

4.        Muzium Nasional, Jakarta Pusat

5.        Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur

6.        Ancol, Jakarta Utara

7.        Pulau Seribu, Laut Jawa

8.        Cagar Budaya suku Betawi, Condet

9.        Gedung Juang 45, Jakarta Pusat

10.    Kota Tua Jakarta, Jakarta Barat

11.    Pasar Baru, Jakarta Pusat

12.    Pasar Mayestik, Jakarta Selatan

13.    Transera Waterpark, Kabupaten Bekasi

14.    Jakarta juga merupakan bandar pelancongan belanja, setaraf dengan Tokyo dan Singapura. Jakarta memiliki pelbagai pusat belanja yang luas dan seronok, seperti:

15.    Plaza Indonesia

16.    Grand Indonesia

17.    Mal Kelapa Gading 1-5

18.    Mal Artha Gading

19.    Mal Taman Anggrek

20.    Central Park Mall

21.    Plaza Senayan

22.    Senayan City

23.    Gandaria City Mall

24.    Kota Kasablanka

25.    Pondok Indah Mall 1-2

26.    ITC Cempaka Mas

27.    ITC Mangga Dua

28.    Pacific Place Mall

29.    Bekasi Mall

30.    Aeon Mall, Cakung - Jakarta Timur

31.    BSD Mall, Tangerang Selatan

32.    Depok Plaza, Kota Depok

Pusat Membeli Belah

Pemerintah DKI Jakarta mengutamakan pelancongan di pusat-pusat membeli belah yang terdapat di Jakarta semasa perlaksaan program "Enjoy Jakarta" . Sejak belakangan ini, sudah menjadi tren pembangunan pusat perbelanjaan dari yang mewah hingga ke kedai runcit. Di pusat membeli belah tersebut juga muncul kedai francais luar negara, seperti Starbucks dan McDonald's.

Pusat Makanan dan Masakan

1.    Jalan Mangga Besar, Jakarta Barat (Pada Malam hari menjual pelbagai macam masakan dan makanan)

2.    Jalan H. Agus Salim, Sarinah (Malam hari)

3.    Nasi Goreng Kebon Sirih, bertempat di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat

4.    Ais Krim Ragusa, bertempat dibelakang Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat

5.    Jalan Pecenongan, Jakarta Pusat (Menjual pelbagai macam Martabak Indonesia)

6.    Bandar Djakarta, Ancol (Restoran Seafood popular)

7.    Wilayah Senopati, Jakarta Selatan

8.    Wilayah Harapan Indah, Bekasi Barat (Kuliner Meli Melo)

Masalah sosial

Keadaan DKI Jakarta sebagai sebuah pusat ekonomi telah mendorong orang-orang diluar Jakarta dan luar Pulau Jawa untuk membanjiri Jakarta untuk mencari rezeki. Kebanyakkan pendatang yang datang ke Indonesia tidak mempunyai kemahiran dan kepakaran yang khusus sehingga terdapat beberapa masalah pengangguran. Masalah pengangguran ini berkaitan rapat dengan masalah kemiskinan dan jenayah.

-oooooooooo oOo oooooooooo-

Sumber : Google Wikipedia

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...