KABUPATEN PAMEKASAN
PROVINSI JAWA TIMUR
Orientasi
Pamekasan (bahasa Madura: Pamekasân)
adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya
adalah Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan
dengan Laut Jawa di
utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten
Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur.
Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di Kecamatan Pamekasan.
Rencana pemindahan ibukota ke Kecamatan Waru sebagai Pusat Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Geografi
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten di kawasan Madura yang terletak di perlintasan jalur jaringan jalan Sampang-Sumenep. Luas wilayah Kabupaten Pamekasan 79.230 Ha, terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa. Secara garis besar wilayah Kabupaten Pamekasan terdiri dari dataran rendah pada bagian selatan dan dataran tinggi di wilayah tengah dan utara dengan kemiringan lahan tidak lebih rendah dari 2%. Secara astronomis Kabupaten Pamekasan berada pada 6°51'–7°31' Lintang Selatan dan 113°19'–113°58' Bujur Timur.
Batas Wilayah
Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Pamekasan didasarkan atas ketinggian dan kelerangan, di mana ditinjau dari kondisi topografi ini Kabupaten Pamekasan terletak di ketinggian 0-340 meter di atas permukaan laut. Wilayah tertinggi yaitu Kecamatan Pegantenan yang berada pada ketinggian 312 meter di atas permukaan laut, sedangkan wilayah terendah yaitu Kecamatan Galis berada pada ketinggian 6 meter di atas permukaan laut. Untuk kemiringan wilayah Kabupaten Pamekasan terbagi atas empat karakteristik, yaitu:
1. Kelerangan 0-15 % merupakan daerah datar sampai landai, penyebarannya meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ±59.964 Ha, dengan luasan tersebar adalah di Kecamatan Pademawu yaitu seluas 7.189 Ha.
2. Kelerangan 15-25 %, merupakan daerah miring sampai berbukit, penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Pamekasan dengan luas daerah ±14.094 Ha, dengan luasan tersebat adalah di Kecamatan Batumarmar yaitu seluas 5.611 Ha.
3. Kelerangan 25-40 %, merupakan daerah berbukit sampai curam, penyebarannya hanya meliputi tujuh kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ± 2.383 Ha, dengan luasan tersebar adalah Kecamatan Kadur seluas 638 Ha.
4. Kelerengan 40 %, merupakan daerah sangat curam, penyebarannya hanya pada enam kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ±2.789 Ha dengan luasan terbesar berada di Kecamatan Kadur seluas 956 Ha.
Hidrologi
Kabupaten Pamekasan memiliki 21 buah sungai dengan sungai terpanjang yaitu sungai Samadjid. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Pamekasan merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam, berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, sementara, dan berkala. Untuk panjang sungai yang ada tersebut berkisar antara 2–12 km yang terpanjang adalah Sungai Samadjid dan yang terpendek adalah Sungai Bringin dan Sungai Dingin dengan panjang 2 km.
Iklim
Wilayah Kabupaten Pamekasan memiliki suhu udara antara 21°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 72%–84%. Kabupaten Pamekasan beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim hujan yang berlangsung pada periode Desember–April dengan bulan terbasah adalah bulan Januari dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Mei–Oktoberdengan bulan terkering adalah Agustus. Curah hujan tahunan di wilayah Pamekasan berkisar antara 1.200–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–120 hari hujan per tahun.
Sejarah
Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenepyang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh raja Kertanegara.
Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.
Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad ke-15, tidak dapat disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bisa dimungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, tampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis. Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-islam.
Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.
Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.
Bahkan zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggosukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan.
Terungkapnya sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigeaud tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Benda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit, termasuk juga beberapa karya penelitian lainnya yang menceritakan sejarah Madura.
Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di Madura.
Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda inilah, tampaknya Pamekasan untuk perkembangan politik nasional tidak menguntungkan, tetapi disisi lain, para penguasa Pamekasan seperti diibaratkan pada pepatah Buppa’, Babu’, Guru, Rato telah banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan Kolonial untuk kerentanan politiknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki).
Tenaga kerja Madura dimanfaatkan sebagai tenaga buruh pada beberapa perkebunan Belanda. Orang-orang Pamekasan sendiri pada akhirnya banyak hijrah dan menetap di daerah Bondowoso. Walaupun sisi lain, seperti yang ditulis oleh peneliti Belanda masa Hindia Belanda telah menyebabkan terbukanya Madura dengan dunia luar yang menyebabkan orang-orang kecil mengetahui system komersialisasi dan industrialisasi yang sangat bermanfaat untuk gerakan-gerakan politik masa berikutnya dan muncul kesadaran kebangsaan, masa Hindia Belanda telah menorehkan sejarah tentang pedihnya luka akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing. Memberlakukan dan perlindungan terhadap system apanage telah membuat orang-orang kecil di pedesaan tidak bisa menikmati hak-haknya secara bebas.
Begitu juga ketika politik etis diberlakukan, rakyat Madura telah diperkenalkan akan pentingnya pendidikan dan industri, tetapi disisi lain, keuntungan politik etis yang dinikmati oleh rakyat Madura termasuk Pamekasan harus ditebus dengan hancurnya ekologi Madura secara berkepanjangan, atau sedikitnya sampai masa pemulihan keadaan yang dipelopori oleh Residen R. Soenarto Hadiwidjojo. Bahwa pencabutan hak apanage yang diberikan kepada para bangsawan dan raja-raja Madura telah mengarah kepada kehancuran prestise pemegangnya yang selama beberapa abad disandangnya.
Perkembangan Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip ataupun inskripsi tampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman Kebangkitan dan Pergerakan Nasional. Banyak tokoh-tokoh Pamekasan yang kemudian bergabung dengan partai-partai politik nasional yang mulai bangkit seperti Sarikat Islam dan Nahdatul Ulama diakui sebagai tokoh nasional. Kita mengenal Tabrani, sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mulai dihembuskan pada saat terjadinya Kongres Pemuda pertama pada tahun 1926, namun terjadi perselisihan paham dengan tokoh nasional lainnya di kongres tersebut. Pada Kongres Pemuda kedua tahun 1928 antara Tabrani dengan tokoh lainnya seperti Mohammad Yamin sudah tidak lagi bersilang pendapat.
Pergaulan tokoh-tokoh Pamekasan pada tingkat nasional baik secara perorangan ataupun melalui partai-partai politik yang bermunculan pada saat itu, ditambah dengan kejadian-kejadian historis sekitar persiapan kemerdekaan yang kemudian disusul dengan tragedi-tragedi pada zaman pendudukan Jepang ternyata mampu mendorong semakin kuatnya kesadaran para tokoh Pamekasan akan pentingnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian bahwa sebagian besar rakyat Madura termasuk Pamekasan tidak bisa menerima terbentuknya negara Madura sebagai salah satu upaya Pemerintahan Kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Melihat dari sedikitnya, bahkan hampir tidak ada sama sekali prasasti maupun inskripsi sebagai sumber penulisan ini, maka data-data ataupun fakta yang digunakan untuk menganalisis peristiwa yang terjadi tetap diupayakan menggunakan data-data sekunder berupa buku-buku sejarah ataupun Layang Madura yang diperkirakan memiliki kaitan peristiwa dengan kejadian sejarah yang ada. Selain itu diupayakan menggunakan data primer dari beberapa informan kunci yaitu para sesepuh Pamekasan.
Pendidikan
Selain dikenal Kota Batik dan Gerbang Salam. Kabupaten Pamekasan juga dinobatkan sebagai Kabupaten Pendidikan dikarenakan banyaknya lembaga pendidikan mulai dari Tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Predikat Kabupaten Pamekasan sudah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Moh. Nuh pada akhir tahun 2012 lalu, sejak saat itulah Kabupaten pamekasan secara resmi mendeklarasikan diri menjadi kabupaten Pendidikan.
Predikat kabupaten Pendidikan tentu bukan hanya sekadar predikat, akan tetapi hal itu diraih atas keberhasilan kabupaten pamekasan dalam menggalakkan pendidikan, sehingga dari tahun ke tahun terus bertabur prestasi baik dari tingkat local, regional, hingga internasional.
Perguruan Tinggi
1. STIBA Banyuanyar
2. STIU Al Mujtama'
3. IAI Al-Khairat Pamekasan. Jalan Raya Palengaan (Palduding) No. 2 Pamekasan https://alkhairat.ac.id/
4. IAIN Madura
5. Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah As-Salafiyah (STISA) Sumber Duko (http://www.stisa.ac.id)
6. Akademi Keperawatan Pamekasan
7. UIM (Universitas Islam Madura)
8. Universitas Madura (UNIRA)
9. STAI Miftahul Ulum
10. Yayasan An-Nasyiin
11. Sekolah Tinggi Ilmu Agama (STIA) Al-Falah Kadur Pamekasan
12. Unibraw Cab. Pamekasan
13. Unair Cab. Pamekasan
14. Sekolah Tinggi Teknik Pamekasan
15. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pamekasan
16. Sekolah Tinggi Ilmu Akuntansi Pamekasan
17. Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Al-Hamidy
18. Akademi Keperawatan Pamekasan
19. Akademi Kebidanan Aifa Husada Pamekasan
20. Akademi Komunitas Pamekasan
Pesantren
1. Pondok Pesantren Ma'had Ad-Dirasat Al-Qur'aniyah Bajur,Waru,Pamekasan
2. Pondok Pesantren Al-Falah Dempo Barat Pasean
3. Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar
4. Pondok Pesantren Sumber Bungur Pakong Pamekasan
5. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
6. Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata
7. Pondok Pesantren As-Salafiyah Sumber Duko
8. Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet
9. Pondok Pesantern An-Nasyiin Grujugan
10. Pondok pesantren Al-Miftah Panyepen
11. Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam Kadur
12. Pondok Pesantren Miftahul Ulum Sumber Jati
13. Pondok Pesantren Tahfidzil Qur'an Bangkes
14. Pondok Pesantren Miftahul Khoir Cenlecen Pakong
15. Pondok Pesantren Ummul Quro As-suyuty Plakpak
16. Pondok Pesantren Sirojut Tholibin Taman Sari
17. Pondok Pesantren Nurul Ulum Karang Manggis
18. Pondok Pesantren Darul Karomah Larangan Luar
19. Pondok Pesantren Al-islah Beringin
20. Pondok Pesentren Al mujtama' Plak Pak
21. Pondok Pesentren As Salafiyah Sumber Duko Pakong
22. Pondok Pesantren Darul Lughah Akkor Palengngaan
23. Pondok Pesantren Al Hamidy Tlagah Pegantenan Pamekasan
24. Pondok pesantren MIFTAHUL ULUM Padukoan bicorong pakong pamekasan
25. Pondok pesantren SUMBER ANYAR Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan
26. Pondok pesantren AT TAUFIQ Jungcangcang Pamekasan
27. Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Tagangser Laok Waru Pamekasan
28. Pondok Pesantren Al-Mukhlisin, Seddur Pakong Pamekasan
Prestasi
1. Medali Emas Kejuaraan Dunia Fisika Internasional 2006 oleh Andy Octavian Latief
2. Medali Emas Olimpiade Fisika tingkat dunia ke-41 2010 oleh Shohibul Maromi
3. Medali Emas International Mathematical Contest The Clock Tower School 14th Edition” 2011 oleh Alyssa Diva Mustika
4. Medali Emas atau Juara pertama TANFIDZ ALQUR’AN Internasional Di Mesir oleh Salim Ghazali
5. Medali Perunggu asean physic olimpiade(AphO)di Bangkok 2009 Ali Ichsanul Qauli dan M.Shohibul Maromi
6. 5 Medali Perunggu olimpiade matematika internasional World Mathematics Invitational Korea Selatan, 2013 oleh Beauty Valen Fajri, Bintang Alethea Nagara,Prima Sultan Hudiyanto Muhammad Salman Al Farisi dan Moh. Amiril Haq.
7. Penghargaan khusus dalam ajang Olimpiade Fisika tingkat Asia 2013 oleh Fidiya Maulida
8. Serta Sederet Prestasi membanggakan di level regional, nasional dan internasional
9. Olahraga
10. Selain Karapan Sapi sebagai olahraga Tradisional Madura yang perhelatan finalnya ditempatkan di Kabupaten Pamekasan. Pamekasan juga sedang naik daun dalam dunia Sepak Bola. Saat ini PERSEPAM (Madura United) klub Sepak Bola asal Pamekasan naik daun dengan masuknya di devisi utama sejak kompetisi 2012/2013 dalam Indonesia Super League (ISL)
Kebudayaan
Tradisi
Pertunjukan
1. Tari Pecot
2. Tari Samper Nyecceng
3. Tari Dhanggak
4. Tari Rondhing
5. Tari Mekar sareh
6. Tari Sekar Kedaton
7. Tari Topeng Gethak
8. Tari Samman
9. Gamelan Tabuan Kenek
10. Remo Mekassan
11. Sronin/ seronen
12. Ol-Dhaol
Kriya
Batik Tulis di Kecamatan Proppo, Kecamatan Palengaan, Kecamatan Pamekasan
Permainan rakyat
Karapan Sapi Pasangan sapi jantan
Kontes Sapi Sonok Pasangan sapi betina
Kontes Ayam Ketawa
Kuliner
2. Sate Lalat atau Sate Laler (sate dengan ukuran daging yang kecil)
3. Rujak Cingur
4. Rawon
6. Minuman Ta’al/Legen/Siwalan
7. Krepek Tangguk
8. Krepek Tette
9. Kaldu Kokot
Pariwisata
Tempat Wisata
1. Pantai Talang Siring, Kecamatan Larangan
2. Pantai Jumiang, Kecamatan Pademawu
3. Pantai Batu Kerbuy
4. Api tak kunjung padam / Jhengkah
5. Makam Batuampar
6. Makam Kyai Ratoh Sumber Anyar
7. Vihara Avalokitesvara
8. Situs Pangeran Rangga Sukawati
9. Candi Burung, Kecamatan Proppo
10. Museum Daerah
11. Pasar Batik Joko Tole
12. Pasar 17 Agustus
13. Campor Lorjuk Jumiang
Monumen
1. Monumen Arek Lancor, Pamekasan
2. Monumen Proklamasi, Pamekasan
Perayaan
Akomodasi
Hotel di Pamekasan:
1. Madinah
2. Garuda
3. Ramayana
4. Pkpri
5. Trunojoyo
6. New Ramayana
7. Putri
8. Purnama
9. Edo Hotel
10. Malindo
11. Madura Indah
12. Home Stay Asri
13. Losmen Varia
14. Odaita
15. Front One
Rencana Pemekaran
Wacana pembentukan Kota Pamekasan merupakan pemekaran dari Kabupaten Pamekasan yang meliputi beberapa Kecamatan antara lain:
Transportasi
1. Pamekasan terdapat Terminal bus Yang AKDP maupun AKAP Surabaya.
2. Pamekasan dahulu terdapat jalur kereta api nonaktif yang menghubungkan lintas Madura dari Kamal ( Bangkalan ) Sampai Kalianget ( Sumenep )
3. Yang melewati Pamekasan nonaktif
4. Madura Soortam Mattscapai
Tokoh Daerah
Hadi Purnomo, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI, 2009-2014
1. Didik J. Rachbini, Ketua PAN
2. Mahfud MD, mantan ketua MK (meski lahir di Sampang tapi besar dan awal pendidikannya di Pamekasan serta orang tuanya asli Pamekasan)
3. Wardiman Djojonegoro. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 1993 hingga tahun 1998
4. R. Hartono. Menjabat sebagai Gubernur Lemhanas periode 1994–1995.
5. Rendra Kresna. Bupati Malang 2010–2015
6. Amin Said Husni. Bupati Bondowoso 2008-2013 dan 2013-2018
7. Soedarso Djojonegoro. Mantan Rektor UNAIR
8. M.Tabrani Penggagas Bahasa Indonesia
-oooooooooo oOo oooooooooo-
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar