KOTA SURAKARTA
Orientasi
Surakarta (bahasa Jawa: ꦯꦹꦫꦠꦂꦡ, translit. Surakarta, pengucapan bahasa Jawa: [surɔˈkart̪ɔ]) atau Solo (bahasa Jawa: ꦯꦴꦭ, translit. Sala, pengucapan bahasa Jawa: [sɔlɔ]) adalah kota di Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk 522.364 jiwa (2020) dan kepadatan 11.861,00/km2.
Kota dengan luas 44,04 km2 ini, berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah Utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Timur dan Barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah Selatan. Kota ini juga merupakan kota terbesar ketiga di pulau Jawa bagian Selatan setelah Bandung dan Malang menurut jumlah penduduk. Sisi Timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Surakarta merupakan pewaris Kerajaan Mataram Islam yang dipecah melalui Perjanjian Giyanti, pada tahun 1755. Kota ini termasuk kawasan Solo Raya.
"Sala" adalah satu dari tiga dusun yang dipilih oleh Sri Susuhunan Paku Buwana II atas saran dari Tumenggung Hanggawangsa, Tumenggung Mangkuyudha, serta komandan pasukan Belanda, J.A.B. van Hohendorff, ketika akan mendirikan istana baru, setelah perang suksesi Mataram Islam terjadi di Kartasura. Seiring waktu, karena penyebutan "Sala" dianggap sulit oleh orang Belanda, nama ini berubah menjadi "Solo".[14] Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi Keraton Surakarta, pusat pemerintahan baru Kasultanan Mataram Islam di Desa Sala.
Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala/Solo lebih merujuk kepada penyebutan umum yang dilatarbelakangi oleh aspek kultural. Kata Sura dalam Bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "makmur"; dengan harapan bahwa Surakarta menjadi tempat dimana penghuninya adalah orang-orang yang selalu berani berjuang untuk kebaikan serta kemakmuran negara dan bangsa. Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India, yaitu pohon sala Shorea robusta). Ketika Indonesia masih menganut Ejaan van Ophuysen, nama kota ini dieja Soerakarta. Dalam aksara Jawa modern, ditulisꦱꦸꦫꦏꦂꦠ atauꦯꦸꦫꦑꦂꦡ.
Sejarah
Masa Pra-Kemerdekaan
Sejarah Surakarta dan Karaton Surakarta Hadiningrat
Eksistensi kota ini dimulai saat Sinuhun Paku Buwana II, raja Kasultanan Mataram Islam, memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, sebuah desa yang tidak jauh dari tepi Bengawan Solo, karena istana Kartasura hancur akibat serbuan pemberontak. Sunan Pakubuwana II membeli tanah dari lurah Desa Sala, yaitu Kyai Sala, sebesar 10.000 ringgit (gulden Belanda) untuk membangun istana Mataram yang baru. Secara resmi, istana Mataram Islam yang baru dinamakan Karaton Surakarta Hadiningrat dan mulai ditempati tanggal 20 Februari 1745.
Perjanjian Giyanti yang ditanda-tangani oleh Sinuhun Paku Buwana III, Belanda, dan Pangeran Mangkubumi pada 13 Februari 1755 membagi wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Selanjutnya wilayah Kasunanan Surakarta semakin berkurang, karena Perjanjian Salatiga yang diadakan pada 17 Maret 1757 menyebabkan Raden Mas Said diakui sebagai seorang pangeran merdeka dengan wilayah kekuasaan berstatus kadipaten, yang disebut dengan nama Kadipaten Mangkunegaran Surakarta (Pura Mangkunegaran Surakarta). Sebagai penguasa Mangkunegaran, Raden Mas Said bergelar Adipati Mangkunegara I.
Daerah Istimewa Surakarta
Setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, pada 1 September 1945Sinuhun Paku Buwana XII mengeluarkan maklumat bahwa Nagari Surakarta Hadiningratmendukung dan berada di belakang pemerintah Republik Indonesia.[17] Selama 10 bulan, Surakarta berstatus sebagai daerah istimewa setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta. Status Daerah Istimewa Surakarta secara yuridis diatur dalam Penetapan Pemerintah No. 16/SD Tahun 1946 dan Surat Wakil Presiden tanggal 12 September 1949.
Karesidenan Surakarta
Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat Daerah Istimewa Surakarta, pada tanggal 16 Juni 1946pemerintah membekukan status Daerah Istimewa yang dimiliki Daerah Istimewa Surakarta dan menghilangkan kekuasaan politik Raja Nagari Surakarta dan Adipati Nagari Surakarta yang berkedudukan di Karaton Surakarta Hadiningrat dan Kadipaten Mangkunegaran Surakarta (Pura Mangkunegaran Surakarta).
Status Raja Nagari Surakarta (SDISKS Paku Buwana) dan Adipati Nagari Surakarta, Mangkunegaran (KGPAA. SIJ. Mangkunegara) menjadi simbol budaya di tengah masyarakat serta kedudukan keraton dan pura diubah menjadi pusat pengembangan seni dan budaya Jawa. Kemudian Surakarta ditetapkan menjadi tempat kedudukan dari residen, yang memimpin Karesidenan Surakarta dengan wilayah seluas 5.677 km². Karesidenan Surakarta terdiri dari daerah-daerah Kota Praja Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali. Tanggal 16 Juni 1946diperingati sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta modern.
Kota Surakarta
Setelah Karesidenan Surakarta dihapuskan pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom.
Geografi
Hidrogeologi
Surakarta terletak di dataran rendah di ketinggian 105 m dpl dan di pusat kota 95 m dpl, dengan luas 44,1 km2 (0,14 % luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km timur laut Yogyakarta, 100 km tenggara Semarang dan 260 km barat daya Surabaya serta dikelilingi oleh Gunung Merbabu (tinggi 3145 m) dan Merapi (tinggi 2930 m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 3265 m) di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini subur karena dikelilingi oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, serta dilewati oleh Kali Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes.
Mata air bersumber dari lereng gunung Merapi, yang keseluruhannya berjumlah 19 lokasi, dengan kapasitas 3.404 l/detik. Ketinggian rata-rata mata air adalah 800-1.200 m dpl. Pada tahun 1890 – 1827 hanya ada 12 sumur di Surakarta. Saat ini pengambilan air bawah tanah berkisar sekitar 45 l/detik yang berlokasi di 23 titik. Pengambilan air tanah dilakukan oleh industri dan masyarakat, umumnya ilegal dan tidak terkontrol.
Sampai dengan Maret 2006, PDAM Surakarta memiliki kapasitas produksi sebesar 865,02 liter/detik. Air baku berasal dari sumber mata air Cokrotulung, Klaten (387 liter/detik) yang terletak 27 km dari kota Solo dengan elevasi 210,5 di atas permukaan laut dan yang berasal dari 26 buah sumur dalam, antara lain di Banjarsari, dengan total kapasitas 478,02 liter/detik. Selain itu total kapasitas resevoir adalah sebesar 9.140 m3.Dengan kapasitas yang ada, PDAM Surakarta mampu melayani 55,22% masyarakat Surakarta termasuk kawasan hinterland dengan pemakaian rata-rata 22,42 m3/bulan.
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik Merapi dan Lawu. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu. Namun, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk.
Iklim dan Topografi
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Surakarta memiliki iklim muson tropis. Sama seperti kota-kota lain di Indonesia, musim hujan di Solo dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Solo adalah 1700–2200 mm, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Desember, Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius, sedangkan terendah adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat.
Batas Wilayah
Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Di masing-masing batas kota terdapat Gapura Kasunanan yang didirikan sekitar tahun 1931–1932 pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana X di Kasunanan Surakarta. Gapura Kasunanan didirikan sebagai pembatas sekaligus pintu gerbang masuk ibu kota kerajaan (Kota Surakarta) dengan wilayah sekitar. Gapura Kasunanan tidak hanya didirikan di jalan penghubung, namun juga didirikan di pinggir sungai Bengawan Solo yang pada waktu itu menjadi dermaga dan tempat penyeberangan (di Mojo/Silir).
Ukuran Gapura Kasunanan terdiri dari dua ukuran yaitu berukuran besar dan kecil. Gapura Kasunanan ukuran besar didirikan di jalan besar. Gapura Kasunanan ukuran besar bisa dilihat di Grogol (selatan), Jajar (barat), dan Jurug (timur). Sedangkan Gapura Kasunanan ukuran kecil bisa dilihat di daerah RS Kandang Sapi (utara), jalan arah Baki di Solo Baru (selatan), Makamhaji (barat), dan di Mojo/Silir. Gapura Kasunanan besar juga memiliki prasasti waktu pendirian gapura.
Kota Satelit
Surakarta dan kota-kota satelitnya (Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu, Baki, Ngemplak) adalah kawasan yang saling berintegrasi satu sama lain. Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan luas kota Surakarta sendiri yang hanya 44 km persegi dan dikelilingi kota-kota penyangganya yang masing-masing luasnya kurang lebih setengah dari luas kota Surakarta dan berbatasan langsung membentuk satu kesatuan kawasan kota besar yang terpusat.
Solo Baru (Soba) merupakan kawasan yang dimekarkan dari kota Solo. Solo baru selain sebagai salah satu kota satelit dari Kota Surakarta juga merupakan kawasan permukiman bagi para pekerja atau pelaku kegiatan ekonomi di kawasan Kota Surakarta. Di Solo Baru banyak terdapat perumahan sedang dan mewah, maka dari itu Solo Baru juga merupakan kawasan permukiman elit.
Di Solo Baru juga terdapat pasar swalayan Carrefour. Pandawa waterboom yang merupakan waterboom terbesar di Jawa Tengah dan Yogyakarta terdapat di kawasan ini. Meskipun termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo tetapi secara ekonomi dan politis Solo Baru lebih dekat ke Kota Surakarta, karena letak wilayah kotanya yang langsung berbatasan dengan Kota Surakarta, bahkan pernah ada wacana tentang penggabungan wilayah wilayah kota satelit di sekitar Surakarta termasuk Solo Baru untuk dimasukkan ke dalam wilayahnya. Luas wilayah Kota Surakarta beserta wilayah-wilayah kota penyangganya saat ini sekitar 150 km² dengan jumlah penduduknya sekitar 1 juta jiwa.
Pemerintahan
Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah. Sebelum bergabung dengan Indonesia, Surakarta diperintah oleh Sunan Surakarta dan Adipati Mangkunegaran. Semasa dikuasai oleh Belanda, Surakarta dikenal sebagai sebuah Vorstenland atau wilayah kerajaan. Penguasa Kasunanan Surakartasaat ini adalah Sunan Pakubuwana XIII, dan penguasa Praja Mangkunegaran saat ini adalah Adipati Mangkunegara X. Kedua penguasa monarki seremonial ini tidak memiliki kekuasaan politik di Surakarta. Dengan berbagai pertimbangan faktor-faktor historis sebelumnya, tanggal 16 Juni 1946ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta modern.
Kecamatan
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surakarta
Kota Surakarta memiliki 5 kecamatan dan 54 kelurahan dengan kode pos 57110 hingga 57157. Per tahun 2010, jumlah penduduk di lima kecamatan Surakarta adalah 500.642 yang terdiri atas 243.363 pria dan 257.279 wanita (sex rasio 94.59) dengan tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km², yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan sebesar 562.269 jiwa dan luas wilayah 46,01 km² dengan kepadatan 12.220 jiwa/km².
Kelurahan paling barat adalah Karangasem, Laweyan, paling utara Kadipiro, Banjarsari, paling timur Jebres, Jebres, paling selatan Joyotakan, Serengan. Kota Surakarta dan kabupaten di sekelilingnya seperti, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara kolektif masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta.
Wali kota Surakarta sejak Juli 2015 dijabat oleh pejabat sementara, merangkap sebagai Sekretaris Daerah, Boeddy Soeharto. Sebelumnya jabatan ini dijabat oleh F.X. Hadi Rudyatmo yang menggantikan Ir. Joko Widodo yang dilantik menjadi gubernur DKI Jakarta tanggal 15 Oktober 2012. Pasangan wali kota dan wakil wali kota, yang sering disebut sebagai Jokowi-Rudy, pertama kali terpilih sebagai wali kota Surakarta untuk masa bakti 2005-2010. Kemudian pasangan dari PDI-P ini terpilih lagi untuk masa bakti kedua dengan perolehan suara lebih dari 90% untuk masa jabatan 2010-2015.
Di bawah kepemimpinan Jokowi dan Rudy, Surakarta mengalami perubahan yang pesat. Para pedagang barang bekas di Taman Banjarsari dapat direlokasi hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka. Investor diberi syarat untuk mau memikirkan kepentingan publik. Komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) diadakan secara rutin dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang telantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Sebagai tindak lanjut branding, Jokowi mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini.
Sejak 1 Oktober 2012 Wali kota Surakarta Ir. Joko Widodo mengundurkan diri dari jabatan Wali kota setelah terpilih menjadi Gubernur DKI Jakartaperiode 2012 - 2017. Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008". Pada tanggal 17 April 2013, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo resmi melantik Dr. H. Achmad Purnomo sebagai Wakil Wali kota Surakarta menggantikan F.X. Hadi Rudyatmo yang menjadi Wali kota Surakarta.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang biasa disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan yang digunakan pemerintah daerah sebagai alat untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan, pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Secara umum APBD terbagi dalam 3 akun besar yaitu akun Pendapatan, akun Belanja dan akun Pembiayaan. Akun Pendapatan dalam APBD berisi sumber-sumber pendapatan pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dari Pendapatan Asli DAerah (PAD), Dana Perimbangan (Daper) dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Belanja adalah seluruh belanja pemerintah daerah yang dialokasikan untuk satu tahun anggaran. Pembiayaan adalah sejumlah pembiayaan yang dikelola pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang digunakan untuk menutup defisit anggaran.
Kecamatan
Kota Surakarta memiliki 5 kecamatan dan 54 kelurahan dengan kode pos 57110 hingga 57157. Per tahun 2010, jumlah penduduk di lima kecamatan Surakarta adalah 500.642 yang terdiri atas 243.363 pria dan 257.279 wanita (sex rasio 94.59) dengan tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km², yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan sebesar 562.269 jiwa dan luas wilayah 46,01 km² dengan kepadatan 12.220 jiwa/km².
Kelurahan paling barat adalah Karangasem, Laweyan, paling utara Kadipiro, Banjarsari, paling timur Jebres, Jebres, paling selatan Joyotakan, Serengan. Kota Surakarta dan kabupaten di sekelilingnya seperti, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara kolektif masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta.
Julukan dan semboyan
Surakarta memiliki semboyan "Berseri". "Berseri" sendiri adalah akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Surakarta mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Surakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan Solo The Spirit of Java diperoleh dari hasil sayembara yang diadakan oleh Pemerintah Kota Surakarta pada 4 Oktober sampai 14 November 2005 yang dimenangkan oleh Dwi Endang Setyorini (warga Giriroto, Ngemplak, Boyolali). Logonya, dikerjakan oleh perusahaan periklanan pemenang pitching (tender), yaitu Freshblood Indonesia (Surakarta) dan didampingi oleh tim konsultan desain Optimaxi (Jakarta) di bawah pengawasan GTZ dalam rangkaian program Regional Economic Development (RED) atau GTZ-RED.
Perancangan logo berlangsung sekitar enam bulan di Surakarta. Selama masa itu diselenggarakan sesi konsultasi dengan Badan Koordinasi Antar Daerah (BKAD) dan tokoh masyarakat, yang puncak sosialisasinya digelar di Ballroom Hotel Quality (The Sunan Hotel saat ini), dihadiri beragam kalangan sebagai representasi wilayah Solo Raya.
Tim perancang bekerja dengan bekal slogan hasil sayembara dan dituntut menjabarkan konsep Spirit of Java dalam wujud visual. Identitas visual yang berupa tulisan ”Solo” beserta slogan di bawahnya dengan aksen huruf ”O” berbentuk relung diperoleh dari ekstraksi konsep visual yang merefleksikan kesan Jawa dalam tampilannya. Relung dalam logo bisa saja mengingatkan orang pada ornamen keris, batik, atau mebel yang merujuk pada wilayah (Jawa).
Selain itu Kota Surakarta juga memiliki beberapa julukan, antara lain
Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet. Penduduk Surakarta disebut sebagai wong
Solo, dan istilah putri Solo juga banyak digunakan untuk
menyebut wanita yang memiliki karakteristik mirip wanita dari Surakarta
Demografi
Salah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) pada tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985 penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas 5.677 km² tersebut memiliki kepadatan 186 penduduk/km². Ibukota karesidenan tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041 penduduk.
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010 adalah 503.421 jiwa, terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Catatan dari tahun 1880 [48] memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam kurung 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun.[49] Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.
Kecamatan terpadat di Surakarta adalah Pasar Kliwon, yang luasnya hanya sepersepuluh luas keseluruhan Surakarta, sedangkan Laweyan merupakan kecamatan dengan kepadatan terendah. Laju pertumbuhan penduduk Surakarta selama 2000-2010 adalah 0,25%, jauh di bawah laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 0,46%.
Jika wilayah penyangga Surakarta juga digabungkan secara keseluruhan (Solo Raya: Surakarta, Kartasura, Colomadu, Ngemplak, Baki, Grogol, Palur), maka luasnya adalah 130 km². Penduduknya lebih dari 800.000 jiwa.
Keberagaman
Bangunan ibadah bersejarah di Surakarta beragam, yang mencerminkan keberagaman kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Surakarta, mulai dari masjid terbesar dan paling sakral yang terletak di bagian barat Alun-alun Utara Keraton Kasunanan, Surakarta, yaitu Masjid Agung Surakarta yang dibangun sekitar tahun 1763 atas prakarsa dari Sunan Pakubuwana III, Masjid Al Wustho Mangkunegaran, Masjid Laweyan yang merupakan masjid tertua di Surakarta, Gereja St. Petrus di Jl. Slamet Riyadi, Gereja St. Antonius Purbayan, hingga Tempat Ibadah Tri Dharma Tien Kok Sie, Vihara Am Po Kian, dan Sahasra Adhi Pura.
Selain dihuni oleh Suku Jawa, ada banyak pula penduduk beretnis Tionghoa, dan Arab yang tinggal di Surakarta. Walaupun tidak ada data pasti berapa jumlah masing-masing kepercayaan maupun etnis penduduk dalam sensus terakhir (2010), namun mereka banyak membaur di tengah-tengah warga Surakarta pada umumnya.
Perkampungan Arab menempati tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Pasar Kliwon, Semanggi dan Kedung Lumbu di Kecamatan Pasar Kliwon Penempatan kampung Arab secara berkelompok tersebut sudah diatur sejak zaman dulu untuk mempermudah pengurusan bagi etnis asing di Surakarta dan demi terwujudnya ketertiban dan keamanan. Etnis Arab mulai datang di Pasar Kliwon diperkirakan sejak abad ke-19. Terbentuknya perkampungan di Pasar Kliwon, selain disebabkan oleh adanya politik permukiman pada masa kerajaan, juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah kolonial.
Warto dalam penelitiannya menyebutkan pada tahun 1984, jumlah keturunan Arab adalah 1.877 jiwa, sementara jumlah warga Tionghoa adalah 103 jiwa. Berdasarkan data monografi kelurahan Pasar Kliwon tahun 2005, menyebutkan bahwa jumlah keturunan Arab adalah 1.775 jiwa, sedangkan keturunan Tionghoa adalah 135 jiwa. Dari data tersebut dapat dilihat adanya penurunan jumlah penduduk keturunan Arab di Pasar Kliwon. Hal ini disebabkan karena lahan di kelurahan Pasar Kliwon semakin sempit sehingga terjadi perpindahan di daerah lain.
Sementara itu perkampungan Tionghoa banyak terfokus di wilayah Balong, Coyudan, dan Keprabon. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bangunan-bangunan kelenteng dan tempat ibadah, seperti Kelenteng Tien Kok Sie.
Pendidikan
Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 68.153 siswa dan 869 sekolah di Surakarta, dengan perincian: 308 TK/RA, 292 SD/MI, 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46 SMK, 54 PT, dan 16 sekolah lain. Di bidang pendidikan ini pula, selain terdapat sekolah-sekolah formal, juga terdapat lembaga penyelenggara pendidikan non formal, yaitu Lembaga Pendidikan Belarina Privat yang membuka kursus bimbingan belajar. Di Surakarta terdapat dua universitas besar, yaitu Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS),keduanya memiliki lebih dari 0 mahasiswa aktif dan termasuk katagori 50 universitas terbaik di Indonesia.
Demikian pula terdapat Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta dan Institut Seni Indonesia(ISI) Surakarta . Selain itu terdapat 52 universitas swasta lainnya seperti Unisri ( Universitas Slamet Riyadi ), Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Surakarta dll. Surakarta juga kini menjadi tempat tujuan studi para lulusan SMA dari seluruh Indonesia.
Ekonomi
Industri batik menjadi salah satu industri khas Surakarta. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Surakarta berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan.
Selain Pasar Klewer, Surakarta juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam Bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu/Windu Jenar (setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton Surakarta
Pusat bisnis kota Surakarta terletak di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini, termasuk Graha Soloraya, Loji Gandrung (rumah dinas wali kota). Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup bagi kendaraan bermotor, untuk digunakan sebagai ajang Solo Car Free Day, sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa mal modern di Surakarta antara lain Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren Plaza, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), Hartono Mall Solo Baru, Pusat Perbelanjaan Luwes (Ratu Luwes, The Park Mall, Transmart, Sami Luwes, Luwes Sangkrah, Luwes Gading, Luwes Nusukan, Luwes Mojosongo, Luwes Palur), dan Palur Plaza.
Pusat perdagangan batik di Pusat Grosir Solo.
Sebagai salah satu kota yang maju, tentu saja di Surakarta juga telah berdiri usaha penginapan dari mulai homestay, losmen, bintang kelas melati hingga hotel berbintang 4 (empat) dan 5 (lima) diantaranya adalah Red Planet (hotel bintang 2, Mangkubumen), Amarelo Hotel (hotel bintang 3, Kemlayan), Grand Amira Hotel (hotel bintang 2, Pasar Kliwon), Amaris Hotel (hotel bintang 2, Sriwedari), Grand Orchid Hotel (hotel bintang 3, Timuran), The Sunan Hotel (hotel bintang 4, Kerten), Hotel Sahid Jaya (hotel bintang 5, Timuran), Simple In Solo (hotel bintang 1, Manahan), Novotel (hotel bintang 4, Timuran), Hotel Alila (Bintang 5, Farokah), Aston Hotel-Pop & Harris Hotel (Bintang 3, Purwosari), Swissbellin (Bintang 3, Saripetodjo)
Surakarta memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batikjuga menjadi salah satu industri khas Surakarta.
Layanan Publik
Beberapa rumah sakit bersejarah antara lain RS Kadipolo dan Rumah Sakit Panti Kosala (Kandang Sapi). Sementara rumah sakit lain dengan fasilitas UGD 24 jam antara lain RSUD Moewardi, RS PKU Muhammadiyah, RS Islam Surakarta (Yarsis), RS Kustati, RS Kasih Ibu, RS Panti Waluyo, RS Brayat Minulyo, dan RS Dr. Oen Solo Baru. RS Ortopedi Dr. Soeharso adalah salah satu pusat ortopedi terkemuka di Indonesia yang pernah menjadi pusat rujukan tulang nasional. Surakarta juga memiliki beberapa taman, antara lain Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji, Taman Sriwedari, yang juga merangkap sebagai tempat hiburan, tempat pagelaran musik dangdut dan wayang orang, tepatnya di Gedung Wayang Orang Sriwedari.
Tempat ini menyajikan seni pertunjukan daerah wayang orang yang menyajikan cerita wayang berdasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata. Pada kesempatan tertentu juga digelar cerita-cerita wayang orang gabungan antara wayang orang sriwedari dengan wayang orang RRI Surakarta dan bahkan dengan seniman-seniman wayang orang Jakarta, Semarang, ataupun Surabaya. Tempat hiburan umum lainnya adalah Kebun Binatang Jurug (Taman Satwataru Jurug), yaitu salah satu dari kebun binatang terbesar dan tertua di Indonesia.
Tempat pemakaman umum (TPU) di Surakarta antara lain adalah TPU Purwoloyo, TPU Utoroloyo, TMP Kusuma Bakti, TPU Pucang Sawit, dan pemakaman Tionghoa yang terletak di kecamatan Jebres, TPU Bonoloyo, Astana Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur yang terletak di kecamatan Banjarsari, TPU Pracimoloyo maupun TPU Daksinoloyo di perbatasan Kabupaten Sukoharjo. Karena jumlah lahannya yang terbatas, saat ini banyak anggota masyarakat yang memilih untuk menguburkan orang yang sudah meninggal di pemakaman-pemakaman yang terletak di luar batas kota Surakarta, misalnya pemakaman Kristen di Jeruksawit, Karanganyar,[61] kompleks pemakaman Delingan di Karanganyar, dll. Khusus bagi raja-raja keraton Surakarta, bagi raja yang meninggal akan dimakamkan di pemakaman hereditas di Makam Imogiri di puncak sebuah bukit 12 km di sebelah selatan Yogjakarta.
Kode area untuk kota Surakarta adalah 0271 (+6271). Telepon umum koin/kartu jarang dijumpai, sebagai gantinya, beberapa wartel tersebar di berbagai sudut kota. Selain itu mereka juga biasanya menjual pulsa prabayar. Warnet juga banyak dijumpai di berbagai tempat, sedangkan beberapa tempat sudah mulai menyediakan fasilitas Wi-Fi untuk para pengunjungnya.
Olah Raga
Kota Surakarta memiliki sejarah olahraga yang cukup lama. Tahun 1923 di Surakarta telah terbentuk klub sepak bola, salah satu klub yang pertama di Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda, yang bernama Persis Solo. Persis Solo adalah raksasa sepak bola di Hindia Belanda yang masih eksis hingga saat ini, Persis pernah menjuarai kompetisi Perserikatansebanyak 7 kali dan saat ini bermain di Divisi Utama Liga Indonesia. Selain Persis Solo, tercatat beberapa klub sepak bola lain pernah hadir di Surakarta, antara lain Arseto Solo, Pelita Solo, Persijatim Solo FC, dan terakhir adalah kontestan Liga Primer Indonesia, Solo FC yang baru terbentuk pada tahun 2010.
Kedua tim sepak bola yang masih eksis saat ini, yaitu Persis Solo dan Solo FC, bermarkas di Stadion Manahan, sebuah stadion tipe Stadion Madya Olimpiade kategori B+ dan salah satu stadion terbaik di Jawa Tengah yang pernah beberapa kali menjadi tempat penyelenggaraan even olahraga tingkat nasional dan internasional. Di stadion yang memiliki kapasitas 25.000 penonton ini antara lain pernah menjadi tempat pertandingan Liga Champions AFC 2007 karena Persik tidak punya stadion kandang memadai, final Piala Indonesia 2010, pembukaan Liga Primer Indonesia musim pertama pada 15 Januari 2011, dan menjadi penyelenggara ASEAN Paragames 2011.
Jika awalnya Manahan merupakan tanah lapang tempat olahraga memanah, stadion ini beberapa kali berubah fungsinya, mulai dari tempat balapan kuda (dengan kandang-kandang kuda di kampung Kestalan dan Setabelan, serta di kompleks keraton), hingga saat ini difungsikan sebagai lapangan sepak bola dan ketika malam hari dan hari Minggu berubah menjadi kawasan sosial bagi warga kota Surakarta. Kebudayaan serta olahraga memanah dan pacuan kuda sendiri saat ini sudah sangat jarang ditemukan di kota Surakarta.
Pada tahun 1948, Surakarta juga dipercaya untuk menyelenggarakan pertama, yang tanggal pembukaannya masih diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional. Pada kejuaraan itu, Surakarta yang berlaga mewakili Karesidenan Surakarta berhasil merebut gelar juara umum.
Sedangkan hingga tahun 2009, Surakarta juga memiliki satu-satunya klub basket profesional di Jawa Tengah, yaitu Bhinneka Solo. Beberapa gelanggang olahraga di kota Surakarta antara lain Stadion Manahan dan Stadion Sriwedari untuk olahraga sepak bola dan GOR Bhinneka, yang kini berganti nama menjadi Stadion Sritex.
ransportasi
Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Kota ini dilintasi oleh Jalan Nasional Rute 15 yang menghubungkan antara Surabaya dan Yogyakarta, jaringan Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Surakarta dengan Jakarta; Semarang; dan Surabaya via jalan tol, serta jalan provinsi yang menghubungkan Surakarta dengan kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Surakarta merupakan kota yang terkurung daratan, sehingga tidak memiliki moda transportasi air.
Taksi
Taksi adalah salah satu moda transportasi yang sering dijumpai. Dari bandara, turis dapat memesan tiket dengan menyebutkan tujuannya dan membayar ongkos taksi di muka. Beberapa jasa pelayanan taksi antara lain Aravia (636468), Solo Central Taksi (728728), Kosti (664504,856300), Mahkota Ratu (655666). Sementara itu beberapa persewaan mobil juga dapat ditemu di bandara. Jasa transportasi tradisional yang terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh dengan tenaga manusia. Angkutan umum dalam kota yang lain mencakup bus kota, angkot, dan andong.
Bus
Batik Solo Trans di Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo.
Terminal bus besar kota ini bernama Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena merupakan jalur
antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa Timur (terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat (Bandung). Selain Tirtonadi, terdapat pula dua terminal
untuk angkutan lokal: Terminal Harjodaksino di sisi selatan kota (dulu
merupakan terminal bus antarkota) dan Terminal Tipes di sisi barat kota. Selain
itu, dua terminal penunjang terdapat pula di sekitar kota namun berada di luar
pengelolaan pemerintah kota, yaitu Terminal Kartasura di barat, yang terhubung
ke Jakarta dan Surabaya, dan Terminal Palur di timur kota. Selain itu pada
tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo Trans. Saat ini bus rapid transit Batik Solo Trans telah memiliki dua koridor
Kereta Api
Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah satu stasiun besar tertua di Indonesia (dibangun 1873) yang menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara), dan Surabaya (timur), dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun ini cukup baik, mencakup semua kota besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua kelas. Di Kota Surakarta juga terdapat tiga stasiun kereta api lain. Stasiun Solo Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta api kelas ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun. Stasiun Solo-Kota (Sangkrah) merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri. Stasiun Purwosari di tepi barat kota merupakan stasiun cabang menuju Wonogiri (selatan).
Dulu Purwosari juga merupakan stasiun pemberhentian untuk jurusan Boyolali (barat). Kereta api ekspres ke Jakarta memakan waktu tempuh 10 jam, sementara kereta api ekspres ke Surabaya memakan waktu tempuh 5 jam. Kereta api ekspres yang melalui Surakarta antara lain: Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bima dan Gajayana (dari/ke Jakarta, dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke Bandung), Argo Wilis dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo juga melayani transportasi dari/ke Jakarta.
Bus rel Batara Kresna di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta
Selain itu transportasi Surakarta juga memiliki keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki rel kereta api yang paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi. Di jalur ini terdapat rel Bus rel Batara Kresna dan juga difungsikan sebagai jalur kereta api wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang berhenti di Loji Gandrung (kantor wali kota Surakarta) dan Kampung Batik Kauman.
Becak, Delman dan Ojek
Becak adalah angkutan tradisional yang masih beroperasi di kota Surakarta. Becak merupakan kendaraan angkut multi fungsi, dapat untuk mengangkut penumpang dan bisa juga dikondisikan sebagai alat angkutan barang. Becak di kota Surakarta memiliki kekhasan model lebih lebar dibandingkan dengan becak-becak tradisional di tempat-tempat lain semisal becak Surabaya dan becak Makassar. Meskipun sudah banyak alat angkut penumpang yang beroperasi, becak masih bisa eksis bertahan dan memiliki segmen pasar tersendiri. Becak di kota Surakarta adalah becak dengan tenaga manual yang artinya becak di kota Surakarta tidak dimodifikasi sebagaimana becak Medan dan bentor (becak motor) di Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara).
Delman juga termasuk salah satu transportasi tradisional angkut multi fungsi yang masih beroperasi di kota Surakarta. Pangkalan delman terbesar di kota Surakarta berada di dekat lapangan Banjarsari dan Pasar Legi. Saat ini populasi transportasi ini sudah menyusut cukup signifikan. Seringkali delman atau andong ini digunakan untuk memeriahkan acara wisuda di beberapa universitas dan perguruan tinggi si seputar kota Surakarta. Selain itu delman juga biasa digunakan untuk event-event pariwisata mengantarkan para turis berkeliling kota Surakarta.
Ojek adalah transportasi alternatif yang biasanya menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Ojek ini bisa dibilang cukup besar pangsa pasarnya di kota Surakarta. Apalagi dengan kondisi lalu-lintas kota Surakarta yang semakin ramai dan cenderung padat menyebabkan banyak orang mulai melirik ojek sebagai alternatif kendaraan transportasi yang cepat murah dan anti kemacetan. Tahun 2016 ini salah satu perusahaan ojek online sudah membuka layanan di kota Surakarta.
Transportasi Udara
Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo (kode SOC, dulu bernama "Panasan") terletak 14 kilometer di sebelah utara kota Surakarta. Secara administratif bandar udara ini terletak di Boyolali. Bandara ini terhubung ke Jakarta (8-penerbangan sehari),Denpasar -Bali, Kuala Lumpur serta Arab Saudi (pada musim haji). Bandara Adi Sumarmo saat ini menjadi salah satu hub atau bandara pengumpul maskapai Lion Air.
Waktu tempuh perjalanan udara dengan Jakarta berlangsung sekitar satu jam. Beberapa operator penerbangan yang melayani rute dari/ke kota Surakarta antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Air, Air Asia, Malaysia Airlines, Batik Air dan Super Air Jet. Bandara Adi Sumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan penerimaan haji untuk wilayah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dari Asrama Haji Donohudan, Boyolali.
Pariwisata
Surakarta juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar. Biasanya wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta juga akan singgah di Surakarta, atau sebaliknya. Tujuan wisata utama kota Surakarta adalah Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan kampung-kampung batik serta pasar-pasar tradisionalnya. Wisata sejarah bekas pabrik gula bernama De Tjolomadoe, Colomadu, Karanganyar
Di Surakarta terdapat beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, antara lain di koridor Ngarsopuro, di sepanjang Jalan Slamet Riyadi (sepanjang 6–7 km dan selebar 3 m), dan di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk sebagai citywalktidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.
Wisata Alam
Wisata-wisata alam di sekitar Surakarta antara lain Kawasan Wisata Tawangmangu (berada di Kabupaten Karanganyar), Kawasan Wisata Selo (berada di Kabupaten Boyolali), Umbul Ponggok di Kabupaten Klaten dan juga Umbul Manten, Agrowisata Kebun Teh Kemuning, Air Terjun Jumog, Air Terjun Parang Ijo, Air Terjun Segoro Gunung, Grojogan Sewu, dan lain-lain. Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung Lawu, terdapat beberapa candi peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha, seperti Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Monyet. Selain itu ada juga Candi Plaosan, Candi Sewu yang berada di Kabupaten Klaten, dan lain-lain.
Festival dan Perayaan
Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut pelaksanaannya berdasarkan pada penanggalan Jawa.
Kirab Pusaka Malam 1 Sura
Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Pura
Mangkunegaran pada malam
hari menjelang tanggal 1 Sura. Acara ini ditujukan untuk merayakan Tahun
Baru Jawa 1 Sura. Rute yang ditempuh oleh kirab yang diselenggarakan oleh Keraton
Surakarta kurang lebih sejauh 3 km yaitu Keraton Surakarta - Alun-Alun
Utara - Gladag - Jl. Mayor Kusmanto - Jl. Kapten Mulyadi - Jl. Veteran - Jl.
Yos Sudarso - Jl. Slamet Riyadi - Gladag kemudian kembali ke Keraton Surakarta
lagi. Pusaka-pusaka yang memiliki daya magis tersebut dibawa oleh para abdi
dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Peserta kirab yang berada di barisan
paling depan adalah sekelompok kerbau albino (kebo bule) bernama keturunan
kerbau pusaka Kyai Slamet, sedangkan barisan para pembawa pusaka berada di
belakangnya
Sekaten
Sekaten diadakan setiap bulan Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu. Selama dua minggu ini pesta rakyat diadakan di Alun-Alun Utara. Pesta rakyat menyajikan pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat. Pada hari terakhir sekaten, diadakan kembali acara grebeg di Alun-Alun Utara. Upacara sekaten diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Kesultanan Demak.
rebeg Sudira
Grebeg Sudira diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya Tionghoa-Jawa. Festival yang dimulai sejak 2007 ini biasa dipusatkan di daerah Pasar Gedhe dan Balong (di Kelurahan Sudiroprajan) dan Balai Kota Surakarta.
Gebeg Mulud
Diadakan setiap tanggal 12 Mulud untuk memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Grebeg Mulud merupakan bagian dari perayaan Sekaten. Dalam upacara ini para abdi dalem dengan berbusana Jawi Jangkep Sowan Keraton mengarak gunungan (pareden) dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung Surakarta. Gunungan terbuat dari berbagai macam sayuran dan penganan tradisional. Setelah didoakan oleh ngulamadalem (ulama keraton), satu buah gunungan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat pengunjung dan satu buah lagi dibawa kembali ke keraton untuk dibagikan kepada para abdi dalem.
Tinggalan dalem Jumenengan
Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk memperingati hari ulang tahun penobatan Sri Susuhunan Surakarta. Dalam acara ini sang raja duduk di atas dampar (singgasana) di Pendapa Agung Sasana Sewaka dengan dihadap oleh para abdi dalem dan bangsawan sambil menyaksikan tari sakral, Tari Bedhaya Ketawang, yang ditarikan oleh sembilan remaja putri yang belum menikah. Para penari terdiri dari para wayahdalem, sentanadalem, dan kerabat raja lainnya atau dapat juga penari umum yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.
Grebeg Pasa
Grebeg ini diadakan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Acara ini berlangsung setelah melakukan Salat Ied. Prosesi acaranya sama dengan Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem mengarak gunungan dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung Surakarta untuk didoakan oleh ulama keraton kemudian dibagikan kepada masyarakat pengunjung.
Syawalan
Syawalan mulai diadakan satu hari setelah Hari Raya Idul Fitri dan berlangsung di Taman Satwataru Jurug di tepi Bengawan Solo. Pada puncak acara yaitu "Larung Gethek Jaka Tingkir" diadakan pembagian ketupat pada masyarakat pengunjung. Pada acara syawalan juga diadakan berbagai macam pertunjukan kesenian tradisional.
Grebeg Besar
Berlangsung pada hari Idul Adha (tanggal 10 Besar). Upacara sama dengan prosesi gunungan pada Grebeg Pasa dan Grebeg Mulud.
Solo Batik Karnaval
Karnaval Batik Solo atau Solo Batik Carnival adalah sebuah festival tahunan yang diadakan oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang di tentukan. Para peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di Jalan Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak tahun 2008.
Solo Batik Fashion
Demikian pula Solo Batik Fashion adalah sebuah peragaan busana batik tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah di tempat-tempat terbuka supaya dapat dinikmati oleh segenap warga Surakarta. Peragaan batik ini diadakan setiap tahun pada bulan Juli sejak tahun 2009.
Wisata Kuliner
Solo atau Surakarta dan sekitarnya terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Di antara lain : Sate Kambing, Nasi Liwet, Timlo Solo, Nasi Gudeg, Gudeg Ceker, Pecel nDeso, Cabuk Rambak, Bestik Solo, Selat Solo, Mie Ayam, Bakso Solo, Srabi Solo, Intip, Tengkleng, Roti Mandarin, Sosis Solo, Kambing Guling, Sate Buntel, Sate Kere, Sup Matahari, Bakmi Ketoprak, dll.
Beberapa minuman khas Surakarta antara lain: Wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi ketan, wedang dawet gempol pleret (gempol terbuat dari sejenis tepung beras, sedangkan pleretterbuat dari ketan dan gula merah), jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda dari jamu yang lain karena rasanya yang manis, dll.[73] Sementara itu, koridor Gladag setiap malam diubah menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Surakarta dengan nama Galabo (Gladang Langen Bogan).
Arsitektur dan Peninggalan Sejarah
Karena sejarahnya, terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta, mulai dari bangunan ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan militer. Selain Keraton Surakarta (dibangun 1745) dan Pura Mangkunagaran(dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg peninggalan Belanda, dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Wali Kota Surakarta. Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat ini masih utuh kondisinya ini selain digunakan sebagai tempat kediaman pejabat pemerintah Belanda, juga sering digunakan untuk dansa-dansi gaya Eropa dan bangsawan Jawa, sehingga disebut sebagai “Gandrung”.
Pada tahun 1997 telah didata 70 peninggalan sejarah di Surakarta yang meliputi tempat bersejarah, rumah tradisional, bangunan kolonial, tempat ibadah, pintu gerbang, monumen, furnitur jalan, dan taman kota.
Lansekap kota Surakarta juga dikenal tidak memiliki bangunan pencakar langit. Namun sejak 2010, di Surakarta terdapat sebuah apartemen pencakar langit, yaitu Solo Paragon. Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar Hadi, dan museum tertua di Indonesia, yaitu Museum Radya Pustaka, terletak di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Museum Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal 28 Oktober 1890 oleh KRA. Sosrodiningrat IV, pepatih dalem pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana IX dan Sunan Pakubuwana X, museum ini memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari. Selain itu ada pula Museum Keraton Surakarta (termasuk perpustakaan Sasana Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran (termasuk perpustakaan Reksa Pustaka), Museum Pers, Museum Sangiran (terletak di Kabupaten Sragen), dan Museum Lukis Dullah.
Museum dan perpustakaan
Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kacamata, toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para seniman juga diberi kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk melakukan apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran lukisan, patung, kriya sampai dengan pameran pendidikan. Di samping itu, Balai ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non seni.
Budaya
Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19 mendorong berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian, seni boga, busana, arsitektur, dan bermacam-macam ekspresi budaya lainnya. Orang mengetahui adanya "persaingan" kultural antara Surakarta dan Yogyakarta, sehingga melahirkan apa yang dikenal sebagai "Gaya Surakarta" dan "Gaya Yogyakarta" di bidang busana, gerak tarian, seni tatah kulit (wayang), pengolahan batik, gamelan, dan sebagainya.
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah Bahasa Jawa Dialek Mataraman dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Semarang, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain.
Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar Bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Surakarta menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia, tetapi sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodo maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama instansi pemerintahan dan bisnis swasta.
Surakarta juga berperan dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia. Pada tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa IndonesiaI di Surakarta. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
1. mengganti Ejaan van Ophuysen,
2. mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
3. menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
Pernikahan Adat
Pernikahan adat Surakarta juga memiliki ciri-ciri yang khusus, mulai dari lamaran, persiapan pernikahan, hingga upacara siraman dan midodareni.
Tarian
Surakarta memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Dorodasih, Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran sebagai pusat pengembangan dan pelestarian kebudayaan Jawa. Tarian seperti Bedhaya Ketawang misalnya, secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Surakarta sebagai pemimpin Kota Surakarta.
Batik
Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Surakarta memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris, Batik Danarhadi, dan Batik Semar.
Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik. Selain itu di kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung Batik Laweyan, yaitu kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang tahun 1546. Kampun batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik Kauman.
Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya, pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk mencoba sendiri mempraktikkan kegiatan membatik.
Batik Surakarta memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogyakarta yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-macam, mulai dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai dari batik tulis hingga batik cap. Setiap tahunnya Surakarta juga mengadakan Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah kota Surakarta mengoperasikan bus yang bercorak batik bernama Batik Solo Trans.
Budaya Populer
Sungai Bengawan Solo menjadi inspirasi dari lagu yang diciptakan oleh Gesang pada tahun 1940-an. Lagu ini menjadi populer di negara-negara di Asia. Selain itu, sungai ini pun telah menjadi judul tiga film, yaitu dua film berjudul "Bengawan Solo" tahun 1949 dan 1971, serta satu film berjudul Di Tepi Bengawan Solo (1951). Film-film lain yang mengambil tema Surakarta antara lain adalah: Putri Solo (1953) dan Bermalam di Solo (1962).
Media
Ada beberapa surat kabar yang beroperasi di daerah Surakarta, antara lain Solo Pos, Radar Solo (grup Jawapos), dan Joglosemar (surat kabar Jogja, Solo, Semarang). Selain itu ada pula puluhan stasiun radio di Surakarta dan beberapa televisi lokal yang beroperasi di Surakarta, seperti TATV (Terang Abadi Televisi) dan MTA TV.
Tokoh-Tokoh dari Surakarta
Tokoh-tokoh dari Surakarta meliputi raja-raja Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, antara lain Mangkunegara I (Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa), Mangkunegara IV, yang pada masa pemerintahannya membawa Mangkunegaran menuju puncak kejayaan, Mangkunegara VII, serta Pakubuwana VI, yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, dan Pakubuwana X, yang mendukung pergerakan Sarekat Islam dan Budi Utomo.
Pahlawan dari Surakarta antara lain: Albertus Soegijopranoto, Uskup Agung Semarang, Dr. Muwardi, Kiai Haji Samanhudi, pendiri Sarekat Dagang Islam, R. Maladi, Menteri Penerangan, Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Ketua PSSI, Jenderal GPH. Djatikusumo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat yang pertama (1948-1949), Muljadi Djojomartono, Menteri Sosial dan tokoh Muhammadiyah, Achmad Baiquni, ahli atom indonesia, Dr. Suharso, ahli ortopedi, lalu Dr. Supomo, Menteri Hukum dan HAM dan salah satu arsitek UUD 1945, Ir. Sedyatmo, pencipta struktur cakar ayam, Ir. Sutami, Menteri Pekerjaan Umum dan insinyur gedung DPR/MPR, dan Slamet Riyadi, dan dalam pemerintahan, Presiden Joko Widodo juga berasal dari Surakarta.
Dari bidang politik terdapat antara lain mantan ketua MPR Amien Rais dan Wiranto, sedangkan dari bidang seni dan sastra ada sederet tokoh, antara lain Sapardi Djoko Damono, Basuki Abdullah, Gesang, Luluk Purwanto, Radjiman Wedyodiningrat, Basuki, Rangga Warsita, Rendra, Teguh Srimulat, Waljinah, Djudjuk Djuariah, Widji Thukul, Wahjoe Sardono, Nunung, Yasadipura I, Yasadipura II, Didi Kempot, Setiawan Djodi, dan Mamiek Prakoso. Dari bidang olahraga terdapat petenis Wynne Prakusya, pelari tercepat di Asia Tenggara, Suryo Agung Wibowo, pembalap Formula 1 Rio Haryanto, grandmaster Edhi Handoko, serta pebulu tangkis Icuk Sugiarto, Rudy Gunawan, dan Bambang Suprianto.
-oooooooooo oOo oooooooooo-
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar