KABUPATEN BANGKA TENGAH
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Orientasi
Kabupaten Bangka Tengah dibentuk pada 25 Februari 2003 berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Terletak di Pulau Bangka dan secara administratif kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, dan Bangka Selatan. Ibu kotanya adalah Koba.
Sejarah
Pembentukan Kabupaten Bangka Tengah tidak semata-mata karena kebutuhan pengembangan wilayah provinsi, tetapi juga karena keinginan masyarakat serta upaya untuk mempercepat pembangunan daerah dan terciptanya pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien.
Pada awal berdirinya, Kabupaten Bangka Tengah memiliki luas daerah 2.156,77 Km2 atau 215.677 Ha dengan wilayah administrasi 4 kecamatan, 1 kelurahan, 39 desa dan 74 dusun. Untuk kepentingan akselerasi pembangunan daerah, pada tahun 2006 beberapa wilayah administrasi mengalami peningkatan status sehingga wilayah administrasi menjadi 6 kecamatan, 7 kelurahan, 50 desa dan 70 dusun. Data terakhir hasil registrasi penduduk Kabupaten Bangka Tengah pada 2005 menunjukan jumlah penduduk mencapai 132.123 jiwa.
Tersebar di Kecamatan Koba sebanyak 45.936 jiwa (34,77%), Kecamatan Pangkalan Baru sebanyak 42.703 jiwa (32,32%), Kecamatan Sungai Selan sebanyak 24.563 jiwa (18,59%), dan Kecamatan Simpang Katis 18.921 jiwa (14,32%). Berdasarkan data yang tersedia pada 2005, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Bangka Tengah relatif sama banyak yakni, penduduk laki-laki sebanyak 68.717 jiwa atau sekitar 52,00% dari seluruh penduduk dan penduduk perempuan sebanyak 63.406 jiwa atau 48,00% dari seluruh penduduk atau berbeda hanya 4,00%. Kabupaten Bangka Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk, 61 orang per km2 pada 2005.
Memetakan Sejarah Pemukiman di Bangka Tengah
Dikirim: 22 Oct 2021, 09:10
Akar sejarah perkembangan wilayah kabupaten Bangka Tengah dapat dirunut dari peta-peta kuno. Kita mulai pada masa Inggris dengan menganalisa 2 peta. Peta pertama berjudul A Map of the Island of Banca karya M. H. Court yang diterbitkan pada tahun 1821 menyebut 2 kampung yakni Jerak dan Coba. Nama kampung Jerak ini muncul kembali dalam peta Belanda tahun 1819-1821 dengan nama Jarak dan tidak muncul lagi dalam peta selanjutnya, sehingga kesulitan identifikasi posisi sekarang. Koba telah berkembang sebagai Kampung yang berada di tepi sungai Koba.
Peta kedua berjudul Map of the Island of Banka yang diterbitkan pada tahun 1824. Perkampungan yang terekam antara lain Lirak, Godong-selan, Koba dan Village of Batin Marawang. Semuanya masuk wilayah Divisi Tenggara (South East Division) dan Distrik Pangkalpinang (District of Pangkal Penang). Selain itu ada penyebutan nama geografis seperti Bakung (Bakoong), Krassak dan Mesu (Messoo), hanya tidak ditandai bulatan titik sebagai nama kampung. Kampung Lirak hanya sekali disebut dalam peta dan digambarkan ini berada di salah satu hulu anak sungai yang menyatu dengan sungai Selan.
Berdasarkan peta tahun 1931, setidaknya ada 5 anak sungai di sebelah kiri sungai Selan, yakni Sungai Buah, Sungai Celau, Sungai Sengkawang, Sungai Jinuk dan Aik Rantaisurung. Tidak ditemukan bekas perkampungan yang memiliki nama Lirak di masing-masing hulu anak sungai. Kemungkinan besar adalah Lirak sama dengan Jerak. Terjadi perbedaan penulisan untuk nama kampung yang sama dan itu hal lumrah dalam peta kuno.
Penempatan titik berada di antara Sungaiselan dan Pangkalpinang memperkuat perkiraan ini. Kampung Godong-selan pun berada di hulu anak sungai yang berbeda. Kemungkinan besar kini menjadi desa Puput kecamatan Simpang Katis dan melekat nama simpang tiga arah ke Lampur-Krantai yakni Simpang Gedong. Koba diposisikan berada disebelah barat sungai Koba. Dalam perkembangnya, Kota Koba berkembang di daratan kecil yang diapit Sungai Koba di sebelah barat, Air Risi sebelah utara dan Air Binjai disebelah timur.
Hal menarik lainnya adalah terdapat tempat tinggalnya Batin Marawang yang berada di hulu anak sungai yang menyatu dengan Sungai Menduk. Peta tahun 1931 memperjelas posisi aliran sungai yang berhulu di dekat Kampung Terak, yakni sungai Kuruk. Terdapat bekas kampung yang bernama Dinding Papan di Bukit Kemiri. Dinding Papan merupakan ibukota onderdistrik Penagan yang wilayahnya meliputi Terak, Teru, Beruas, Rukem, Cengkongabang dan Kace berdasarkan peta tahun 1898. Artinya pada masa pemerintahan Inggris, seorang Batin yang berkuasa di Distrik Merawang bertempat tinggal di Dinding Papan atau seorang Batin dari Marawang ditugaskan dan bertempat tinggal di Dinding Papan.
Pemetaan oleh Belanda dimulai setelah serah terima pemerintahan Inggris ke Belanda pada tahun 1816. Pada masa 1819-1821 keluar 3 peta yakni Kaart van het Eiland Banka (1819), Kaart van het eiland Banka, en de rivier van Palembang (1819-1821) dan Het eiland Banka 1819, de rivier van Palembang, 1821. Ketiganya memiliki persamaan, baik dari bentuk dan penamaan tempat. Perbedaan mendasar terletak pada peta ketiga yang membagi wilayah adminitrasi distrik dengan perbatasan yang jelas berupa garis putus-putus.
Dibandingkan dengan peta Inggris, peta Belanda lebih banyak merekam perkampungan di wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Setidaknya terdapat 2 penguasa lokal, yakni Batin Bukit (Batin Bokier / Batin Bauquit) yang berkuasa atas onderdistric Bukit dan Mandor Loncong (Mandoor Lontjong / Madoor Lontjo) yang tinggal di kampung Lantjong. Pembagian wilayah berdasarkan nama penguasa lokal tidak digunakan lagi pada peta ketiga, tetapi berdasarkan wilayah distrik. Ada 3 distrik yang kini wilayahnya masuk Kabupaten Tengah, yakni distrik Koba, distrik Kotta-Waringie dan distrik Pankal-Pinang.
Wilayah distrik Koba meliputi Koba, Roti Padang, Lantjong, Medang, Nusa Parit, Randang, Mlumut, Ulu, Seronai, Singnam, Banka kotta dan Bason. Wilayah distrik Pankal-Pinang yang kini masuk Kabupaten Bangka Tengah antara lain Patrak, Pupot, Latjop, Mankaai, Paniankar, Manti, Dinding Papan, Papan, Tanjung Gunong, Grabak, dan Pinang. Wilayah Distrik Kotta-Waringie memiliki batas sampai Sungai Bangkakota, artinya wilayah Sungaiselan waktu itu masuk distrik Kotta-Waringie. Sebagian besar nama-nama kampung tersebut tidak terdeteksi bekasnya.
Tabel 1. Kampung di Kabupaten Bangka Tengah
Pada Masa Inggris dan Hindia Belanda Tahun 1812-1821
No |
Peta |
Penguasa Lokal |
Distrik |
Jumlah Kampung |
1 |
A Map of the Island of Banca (1821) |
2 |
||
2 |
Map of the Island of Banka (1824) |
1 |
4 |
|
3 |
Kaart van het Eiland Banka (1819) |
2 |
20 |
|
4 |
Kaart van het eiland Banka, en de rivier van Palembang (1819-1821) |
2 |
20 |
|
5 |
Het eiland Banka 1819, de rivier van Palembang, 1821. |
3 |
21 |
Setelah berakhirnya perlawanan Depati Amir, Pemerintah Hindia Belanda memperkokoh kekuasaannya di seluruh pulau Bangka. Pada periode ini ditandai dengan pembagian wilayah yang makin jelas, seperti dalam peta Kaart van het Eiland Banka, Volgens de Topographische Opneming in de Jaren 1852-1855 yang terbit pada tahun 1856. Survei lapangan dapat dilakukan dengan dukungan para pejabat lokal seperti Depati, Batin, Demang, Gegading dan Lengan sehingga nama-nama geografis tercatat dengan baik.
Pencatatan tidak hanya di wilayah pemukiman padat, namun sampai wilayah pedalaman yang tidak ada penduduk, misalnya wilayah rawa-rawa (Lelap). Karesidenan Bangka dibagi dalam 9 distrik (Muntok, Jeboes, Blinjoe, Soengileat, Marawang, Pankal Pinang, Koba, Soengi Slan dan Toboali) dan 30 onderdistrik. Pembagian ini bertahan sampai tahun 1913, seperti dalam peta Kaart van het Eiland Banka (1885), Schets Taalkaart van de Residentie Bangka (1889), Kaart van de Residentie Banka (1896), Geologische Kaart van Bangka (1897) dan Kaart van de Residentie Banka, Batavia : Top[ographisch] Bureau (1898).
Tabel 2. Kampung di Kabupaten Bangka Tengah
Pada Masa Hindia Belanda Tahun 1855-1898
No |
Peta |
Distrik |
Onder distrik |
Jumlah Kampung |
1 |
Kaart van het Eiland Banka, Volgens de Topographische Opneming in de Jaren 1852-1855 |
3 |
30 |
|
2 |
Kaart van het Eiland Banka (1885) |
3 |
54 |
|
3 |
Schets Taalkaart van de Residentie Bangka (1889) |
3 |
8 |
8 |
4 |
Kaart van de Residentie Banka (1896) |
3 |
8 |
53 |
5 |
Geologische Kaart van Bangka (1897) |
3 |
31 |
|
6 |
Kaart van het Eiland Bangka (1898). |
3 |
34 |
Dalam peta Kaart van het Eiland Banka, Volgens de Topographische Opneming in de Jaren 1852-1855, wilayah Kabupaten Bangka Tengah dulu terbagi dalam 3 distrik (Koba, Soengai Slan dan Pangkalpinang). Distrik Koba sebelah utara berbatasan dengan distrik Pangkalpinang yang dipisahkan Sungai Kurau (Koeroam). Sungai Kambu (Kamboe) yang berhulu di Bukit Pelawan (Plawan) dan hulu Sungai Balar menjadi perbatasan bagian barat dengan Distrik Soengai Slan. Perbatasan bagian selatan dengan Distrik Toboali dimulai dari puncak-puncak perbukitan di utara kampung Irat-Bedengung-Nyelanding-Air Deles, salah satunya bernama Gunung Moeroet.
Aliran yang berhulu di bukit dekat Kampung Metoeng dan aliran yang berhulu Gunung Gebang menjadi perbatasan alam dan keduanya menyatu menjadi hulu Sungai Kepo (Kapo). Perbatasan dilanjutkan puncak-puncak perbukitan dari Gunung Gebang-Gunung Neneh dan berakhir di puncak bagian selatan Gunung Pading (Padding). Perbatasan kembali ke aliran yang berhulu di Bukit bagian selatan Gunung Pading dan terus kebawah membentuk Sungai Goemba yang berakhir di laut bagian timur Pulau Bangka. Perkampungan dimulai dari Kurau (Koeroam), Penyak (Penja), Terentang (Trentang), Guntung (Goentoeng), Arung Dalam (Aroong Dalam), Nibung (Nibong), Air Bara (Ar Bara), Rangas, Nangka (Nanka), Metung (Metoeng), Rangau (Rangouw) dan beribukota di Koba. Nampaknya, ada 4 kampung yang kini masuk Kabupaten Bangka Selatan yakni Air Bara, Rangas, Nangka dan Metung.
Distrik Soengai Slan memiliki wilayah yang luas, mungkin terluas setelah distrik Muntok. Membentang dari utara yang berbatasan dengan distrik Marawang dan distrik Pankal Pinang sampai sebelah selatan berbatasan dengan distrik Toboali. Wilayah tersebut kini terbagi dalam 3 kabupaten yakni Bangka, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Sungai Menduk (Mundo) – aliran berhulu di salah satu perbukitan Mangkol menjadi perbatasan alam dengan Distrik Marawang dan Distrik Pankal Pinang. Perbatasan darat dimulai dari puncak bukit dekat desa Beruas dan berakhir di puncak bukit dekat Celuak (Tjiloeak).
Perbatasan dilanjutkan menyelusuri aliran sungai Kabang yang menyatu ke Sungai Kurau. Sungai Kambu (Kamboe) dan Sungai Balar yang berhulu di Bukit Pelawan (Plawan) menjadi perbatasan bagian timur dengan Distrik Koba. Sungai Balar menjadi perbatasan alam dengan Distrik Toboali. Sementara dibagian barat berupa selat Bangka dengan beberapa pulau kecil antara lain Pulau Antu, Pulau Medang, Pulau West Nanka, Pulau Midden Nangka dan Pulau Nangka.
Perkampungan yang ada antara lain Beruas (Broeas), Puput (Poepoet), Keretak (Kreta), Melabun (Melaboen), Kranty, Kemingking, Malik (Male), Pangkalbuluh (Pt. Boeloe), Payung (Pajong), Sengir (Singuir), Nadung (Nadong), Trentang, Merapin, Irigy, Jelutung (Jeloetung) Gudang (Goedang), Segabin, Permis, Basung (Bassong), Bangkakota (Pl Kotta) dan beribukota di Sungaiselan (Soengi Slan).
Sebagian kampung tersebut bergabung kabupaten lain ,seperti wilayah Penagan-Kotakapur masuk kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka. Kampung Malik (Male), Pangkalbuluh (Pt. Boeloe), Payung (Pajong), Sengir (Singuir), Nadung (Nadong), Trentang dan Merapin masuk wilayah kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan. Kampung Irigy, Jelutung (Jeloetung) Gudang (Goedang), Segabin, Permis, Basung (Bassong) dan Bangkakota (Pl Kotta) masuk kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan.
Pada masa awal pemerintahan Hindia Belanda, distrik Pankal Pinang terdiri dari 4 onderdistrik yakni Pangkalpinang, Penagan, Bukit dan Mundo Barat. Kini sebagian onderdistrik Pangkalpinang masuk kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah antara lain Kampung Dul, Benteng (Mesoe Laut), Sambong, Air Mesu dan Selinta. Wilayah Onderdistrik Bukit sebagian besar masuk kecamatan Namang, antara lain Kampung Jelutung (Djeloetoeng), Cambai, Pangkol, Celuak, Sungkap, Namang, Belilik dan Kurau (Koerouw).
Wilayah Onderdistrik Penagan sebagian masuk kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Tengah seperti bekas kampung Dinding Papan, Terak, Teru dan Beruas. Sementara kampung lainnya masuk kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka seperti Rukem, Cengkongabang dan Kace. Seluruh wilayah onderdistrik Mundo Barat kini menjadi Kecamatan Mendo Barat dengan perkampungan antara lain Petaling, Air Duren, Lukok, Kemuje, Zed, Titipuak, Payabenua dan Menduk.
Kaart van de Residentie Banka, Batavia : Topographisch Bureau yang terbit pada tahun 1896 membagi wilayah Kabupaten Bangka Tengah dalam 3 distrik yakni Soengei Slan, Koba dan Pangkalpinang. Distrik Soengei Slan terdiri 5 onderdistrik yaitu Soengei Slan, Ajer Anget, Maleh, Pring dan Permisan. Onderdistrik Soengei Slan hanya menaungi 1 kampung yakni Penagan dan beribukota di Sungaiselan.
Onderdistrik Ajer Anget beribukota di Puput dan menaungi kampung Serai, Pinang Sebatang, Kates, Kepayang, Keretak, Sarang Mandi dan Melabun. Onderdistrik Maleh beribukota di Kampung Malik dan membawahi Kampung Lampur, Kerantai, Kemingking, Pangkal Buluh, Pangkal Kalop dan Pangkal Bikam. Onderdistrik Pring dimulai dari Jelutung, Liyeh, Merapin, Ranggung (Trentang of Rangong), Nadung, Sengir, Pangkal Serdang dan beribukota di Payung. Onderdistrik Permisan dimulai dari Kampung Bangkakota, Basung, Jering, Sebagin, Gudang dan beribukota di Rajik.
Distrik Koba hanya terdiri 2 onderdistrik yakni Koba dan Ajer Nangka Bara. Onderdistrik Koba dimulai dari Mulia (Moelia of Ajer Poetoes), Penyak, Terentang, Guntung, Arung Dalam, Lobak ulu, Ketra, Ulas, Ransien, Simbar, Sedayu, Perlang, Metiai, Rangun, Sungai, Murut, Krasak, Dekat, Kleidang, Ketia dan Lalang. Onderdistrik Ajer Nangka Bara beribukota di Kampung Nangka dan membawahi Kampung Nibung, Jelutung, Air Bara, Auwer, Lesa, Katulu, Klamping, Papan, Luwing, Ranggas, dan Metung.
Distrik Pangkal Pinang terdiri 4 onderdistrik yaitu Pangkal Pinang, Boekit, Mundo Barat dan Penagan. Onderdistrik Pangkal Pinang dimulai dari Selindung, Gabek, Pangkal Balem, Tuatunu, Pangkalpinang, Semabung, Pedada, Air Itam, Betur, Dul, Benteng (Air Mesoe), Sambong, Air Mesu dan Selinta. Onderdistrik Bukit beribukota di Kampung Jelutung (Djeloetoeng) dan membawahi kampung Cambai, Pangkol, Celuak, Sungkap, Namang, Belilik dan Kurau (Koerouw). Onderdistrik Mundo Barat dimulai Air Duren, Lukok, Kemuje, Zed, Titipuak, Payabenua, Pangkal Mundo dan beribukota di Petaling. Onderdistrik Penagan beribukota di Kampung Dinding Papan dan membawahi Kampung Cengkongabang, Kace, Terak, Teru, Beruas dan Rukem.
Pada tahun 1913 terjadi perubahan adminitrasi wilayah dimulai dengan penggabungan beberapa distrik dalam 5 afdeelingen (Muntok, Noord Banka, Soengaliat, Pangkalpinang dan Zuid Banka), 10 districten dan 23 Onderdistricten. Perubahan ini dapat diketahui dari beberapa peta seperti Overzichtkaart van het Gewest Banka en Onderhoorigheden (1916), Overzichtskaart van Sumatra Bangka Blad 22 dan Blad 26 (1925) dan Fotogrammetrische Kaarteering Residen Bangka en Onderh (1931-1935).
Tabel 3. Kampung di Kabupaten Bangka Tengah
Pada Masa Hindia Belanda Tahun 1916-1946
No |
Peta |
Afdelingen |
Distrik |
Onder distrik |
Jumlah Kampung |
1 |
Overzichtkaart van het Gewest Banka en Onderhoorigheden (1916) |
2 |
3 |
6 |
50 |
2 |
Overzichtskaart van Sumatra Bangka Blad 22 dan Blad 26 (1925) |
2 |
3 |
31 |
|
3 |
Fotogrammetrische Kaarteering Residen Bangka en Onderh (1931-1935) |
2 |
3 |
45 |
|
4 |
Bangka : Cartographic Company Australian Survey Corp (1946) |
46 |
Zuid Banka merupakan afdeelingen gabungan 3 distrik yakni Koba, Toboali dan Lepar Eilanden. Perbatasan bagian utara dengan afdeelingen Pangkalpinang mengikuti garis perbatasan lama, dari muara sungai Munjang (Moenjang) sampai jalan penghubung Pangkalpinang, melewati daratan menuju Sungai Kurau (Koerauw) – Air Pacitan (Patjitan) yang berhulu di sebuah bukit dekat Malik (Maleh), melewati daratan menuju Pangkal Bikang (Bikan) masuk ke Sungai Bikang (Bikan)- hulu Sungai Bebuar (Beboear), kembali ke daratan melewati Jalan Gudang-Jelutung menuju hulu Aik Lindung (Lindoeng)- Sungai Jeruk (Djeroek)-Sungai Balar dan bermuara di Selat Bangka.
Distrik Koba terdiri dari 3 onderdistricten yakni Koba, Pring dan Airnangkabara. Distrik Toboali terdiri dari 2 onderdistrik yakni Toboali dan Oelim. Distrik Lepar Eilanden meliputi pulau-pulau kecil yaang berada di antara selat Lepar dan Selat Gaspar, seperti Pulau Tinggi, Pulau Burung, Pulau Kelapan, Pulau Lepar, Pulau Pongok dan Pulau Celagen (Tjelagen). Sementara Afdeelingen Pangkalpinang terdiri 2 distrik (Pangkalpinang dan Soengaiselan) dan 6 onderdistrik (Pangkalpinang, Boekit, Mendobarat, Sungaiselan, Airanget dan Permisan).
Perubahan besar pembagian wilayah adminitrasi terjadi setelah Indonesia merdeka. Pada tahun 1950 seluruh pulau Bangka dan pulau kecil sekitarnya menjadi wilayah Kabupaten Bangka dengan total luas 11.614.125 Km² yang terdiri dari 5 Kewedanan (Pangkalpinang, Sungailiat, Belinyu, Mentok dan Toboali), 13 kecamatan (Sungailiat, Merawang, Belinyu, Jebus, Mentok, Kelapa, Pangkalpinang, Mendobarat, Sungaiselan, Koba Payung, Toboali, Lepar Pongok), 129 Kelurahan dan 134 Kampung.
Saat itu kecamatan Sungaiselan memiliki luas wilayah 844.375 Km² dan terdiri 8 kelurahan 8 kampung dan kecamatan Koba luas wilayah 1.220.625 km² meliputi 12 kelurahan dan 12 kampung. Sementara kecamatan Pangkalpinang meliputi 9 kelurahan dan 9 kampung, termasuk wilayah yang kemudian menjadi kecamatan Pangkalan Baru. Pada tahun 1956 Kotapraja Pangkalpinang berdiri dengan wilayah meliputi gemeente Pangkalpinang dan gemeentee Gabek dengan luas 31,7 km², jauh menyusut dibandingkan dengan wilayah afdelingen Pangkalpinang (1913-1950) atau pun kecamatan Pangkalpinang (1950-1956) dengan luas 486.875 km².
Berdirinya provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2000
mendorong pemekaran kabupaten baru pada tahun 2003, yakni Bangka Selatan,
Bangka Tengah dan Bangka Barat. Kabupaten Bangka Tengah terdiri dari 4
kecamatan, yakni Koba, Sungai Selan, Simpang Katis dan Pangkalan Baru. Kemudian
ada penambahan 2 kecamatan baru, yakni Namang dan Lubuk Besar. Saat ini
Kabupaten Bangka Tengah meliputi 50 desa dan 7 kelurahan.
Membaca ulang peta-peta kuno diatas membuka cakrawala kita dalam memahami perubahan wilayah yang dipengaruhi lingkungan alam, sumber ekonomi, sosial budaya dan kebijakan politik. Lingkungan alam sangat mempengaruhi manusia menentukan tempat tinggal, apakah harus di pinggir laut, tepi sungai, tepi anak sungai atau perbukitan. Kemudahan dalam mengakses air bersih menjadi pertimbangan penting.
Aspek sumber ekonomi berkaitan erat memenuhi kebutuhan sehari-hari baik dari laut, sungai, perburuan, pertanian dan penambangan timah. Contohnya Kampung Kurau berada di tepi sungai yang tidak jauh dari laut karena sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan. Atau Kelekak Rangkui di hulu sungai Buah yang jauh dari kampung Melabun sebagai lokasi perkebunan masyarakat distrik Sungaiselan. Aspek sosial budaya menjadi pertimbangan untuk menentukan keamanan kampung, kemudahan akses ke kampung lain, kepercayaan religi lokal dan kesehatan. Contoh Kampung Serai yang ditinggal penduduknya karena wabah penyakit. Penentuan batas wilayah dipengaruhi kepentingan penguasa lokal yang kemudian diakomodir pemerintahan Hindia Belanda dan menjadi ujung tombak dalam mengatur dan menjalankan roda pemerintahan.
Keempat aspek tersebut terjadi di Kabupaten Bangka Tengah, seperti pola pemukiman Melayu yang menyebar di perkebunan, yang kemudian dipaksa berkumpul di sepanjang jalan raya yang dibuat pemerintah Hindia Belanda untuk memudahkan kontrol. Sehingga kampung dipedalaman ditinggalkan dan menjadi Kelekak. Pola pemukiman China selalu berada di dekat pertambangan timah.
Pembukaan lokasi tambang timah selalu diikuti pemukiman, tempat hiburan (candu, wanita, perjudian), tempat ibadah dan akses jalan atau tram untuk menghubungkan dengan wilayah lain atau pelabuhan. Bahkan pemukiman para Kuli tambang di wilayah tertentu dilengkapi dengan smelter (peleburan timah), Gudang, perkantoran, sekolah dan rumah sakit. Pola pemukiman orang Bugis tidak jauh dari laut karena sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, seperti di Kampung Kurau dan Batu Beriga.
Penulis:
Ali Usman Pamong Budaya
Sumber:
DISPARBUDKEPORA KEP. BABEL
Tags:
Bangka | Bangka Tengah | Koba | Kota Koba | Kampung | Pola Pemukiman
Geografis
Luas Wilayah Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 227.911,00 Ha (sumber: Bangka Tengah Dalam Angka 2012). Dikelilingi oleh 12 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai ± 195 km.
Batas Wilayah
Batas batas wilayah Kabupaten Bangka Tengah adalah sebagai berikut:
Utara |
|
Timur |
|
Selatan |
|
Barat |
Demografi
Penduduk
Pada Hasil Sensus 2010, Penduduk Kabupaten Bangka Tengah Berjumlah 161.234 jiwa. Berikut adalah penduduk Kabupaten Bangka Tengah Per Kecamatan:
1. Kecamatan Koba: 34.808 Jiwa
2. Kecamatan Lubuk Besar: 22.658 Jiwa
3. Kecamatan Pangkalan Baru: 37.473 Jiwa
4. Kecamatan Namang: 13.942 Jiwa
5. Kecamatan Sungai Selan: 30.078 Jiwa
6. Kecamatan Simpang Katis: 22.275 Jiwa
7. Total = 161.234 Jiwa
Agama
Berdasarkan Sensus Penduduk 2018, persentase agama penduduk Kabupaten Bangka Tengah adalah Islam 86,99%, kemudian Kristen 5,15% (Protestan 2,59% dan Katolik 2,56%), Konghucu 4,26%, Buddha 3,55% dan Hindu 0,02%.
Agama di Kabupaten Bangka Tengah
Agama di Kabupaten Bangka Tengah |
||
Agama |
Persen |
|
|
86.99% |
|
|
4.26% |
|
|
3.55% |
|
|
2.59% |
|
|
2.56% |
|
|
0.02% |
Pemerintahan
Kecamatan
Kabupaten Bangka Tengah terdiri dari 6 kecamatan, 7 kelurahan, dan 56 desa. Pada 2017, jumlah penduduknya mencapai 175.064 jiwa dengan luas wilayah 2.155,77 km² dan sebaran penduduk 81 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bangka Tengah, adalah sebagai berikut:
Kode |
Kecamatan |
Jumlah |
Jumlah |
Status |
Daftar |
19.04.01 |
5 |
6 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
19.04.06 |
9 |
Desa |
|||
19.04.05 |
8 |
Desa |
|||
19.04.02 |
1 |
11 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
19.04.04 |
10 |
Desa |
|||
19.04.03 |
1 |
12 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
TOTAL |
7 |
56 |
-----ooooo oOo ooooo-----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar