KABUPATEN MALAKA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Orientasi
Kabupaten Malaka adalah salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Betun. Malaka merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Belu yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Kabupaten ini berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. Jumlah penduduk kabupaten Malaka tahun 2019 berjumlah 194.300 jiwa.
Geografi
Secara geografis, Kabupaten Malaka terletak pada 9°18'7.19" - 9°47'26.68" Lintang Selatan dan 124°38'32.17" - 125°5'21.38" Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten ini adalah 1.160,63 km². Wilayahnya berbatasan langsung dengan Timor Leste. Kabupaten Malaka berjarak sekira 232 Km dari Kota Kupang ke arah timur.
Batas wilayah
Batas-batas wilayah Kabupaten Malaka adalah sebagai berikut:
Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan |
Topografi
Topografi Kabupaten Malaka terdiri dari pesisir, dataran rendah, lembah dan sebagian besar merupakan perbukitan di bagian utara dengan ketinggian wilayahnya antara 0-800 meter di atas permukaan air laut (Mdpl). Titik tertingginya berada di Gunung Mandeu di Kecamatan Malaka Timur, perbatasan Kabupaten Belu. Kabupaten Malaka memiliki panjang garis pantai 82,94 km.
Keadaan topografi Kabupaten Malaka bervariasi antara ketinggian 0 sampai dengan +806 mdpl (meter di atas permukaan air laut). Variasi ketinggian rendah (0-269 mdpl) mendominasi wilayah bagian selatan, yaitu kecamatan Wewiku, Malaka Barat, sebagian Malaka Tengah dan Kobalima.
Sementara pada bagian tengah wilayah ini terdiri dari area dengan dataran sedang (270-537 mdpl), yaitu sebagian Kecamatan Weliman, Malaka Tengah, Kobalima, dan Botin Loebele. Dataran tinggi (538-806 mdpl) di Kabupaten Malaka menempati kawasan bagian utara, yakni Kecamatan Laenmanen, Io Kufeu, sebagian Kecamatan Sasitamean, Malaka Timur dan Kobalima Timur. Bentuk topografi wilayah Kabupaten Malaka merupakan daerah datar berbukit-bukit hingga pegunungan dengan sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan mengikuti arah kemiringan lerengnya. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Malaka mengalir dari bagian selatan dan bermuara di Selat Ombai dan Laut Timor.
Pada umumnya kemiringan lahan wilayah Kabupaten Malaka didominasi kemiringannya antara 0–15%. Keadaan kemiringan lahan wilayah Kabupaten Malaka akan dikelompokkan menjadi 5 kelas dengan masingmasing lokasi sebagai berikut:
Daerah dengan kemiringan lereng 0-8 %, yang merupakan dataran landai, terdapat di pesisir pantai selatan yakni Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, sebagian besar Kecamatan Weliman, Malaka Tengah, dan Kobalima.
Daerah kemiringan lereng 8-15%, merupakan daerah datar yang meliputi sebagian Kecamatan Kobalima, Kobalima Timur, kemudian sebagian Kecamatan Malaka Timur, Laenmanen, Kecamatan Rinhat, Malaka Tengah, dan Botin Leobele.
Daerah dengan kemiringan lereng 30-45%, yaitu daerah yang bergelombang dan berbukit terdapat sedikit di kecamatan Malaka Timur.
Geologi
Jenis tanah di Kabupaten Malaka didominasi oleh Aluvial, Latosol, dan Renzina. Jenis tanah Aluvial seluas 46.828,74 Ha, sebagian besar tersebar di Kecamatan Malaka Barat, Wewiku, Malaka Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur. Jenis tanah Latosol seluas 39.194,82 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Laenmanen, Malaka Timur, dan Botin Leobele. Sementara jenis tanah Renzina seluas 21.829,18 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Weliman, Malaka Tengah dan Io Kufeu. Selain ketiga jenis tanah tersebut, di Kabupaten Malaka terdapat pula jenis tanah Grumosol dan Mediteran, meskipun luasannya hanya sedikit. Jenis tanah Grumosol terdapat di Kecamatan Laenmanen seluas 209.82 Ha, sementara Jenis tanah Mediteran terdapat di Kecamatan Io Kufeu dan Rinhat seluas 1.690,66 Ha.
Hidrologi
Hidrologi terdiri atas ketersediaan air hujan, ketersediaan air sungai, ketersediaan mata air, ketersediaan tampungan air. Air hujan juga biasa digunakan masyarakat Malaka apabila kekurangan air, tetapi penggunaan air hujan sekarang sudah jarang digunakan apalagi frekuensi hujan yang turun juga sangat jarang sehingga penggunaan air hujan hanya di lakukan oleh beberapa orang saja. Selain itu, penggunaan air hujan juga sering digunakan untuk menyiram tanaman dan lain-lain. Penggunaan air hujan hanya terdapat di desa-desa terpencil yang kekurangan air sedangkan untuk di kota-kota besar tidak terdapat penggunaan air hujan.
Aliran sungai yang besar biasanya mengalir sepanjang tahun, tetapi ada juga sungai yang kering pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena fluktuasi curah hujan yang sangat kontras antarbulan dan dipengaruhi juga oleh kondisi geologi serta morfologi suatu wilayah.
Sungai-sungai di wilayah Kabupaten Malaka sudah mulai banyak digunakan untuk irigasi, tetapi beberapa di antaranya masih bersifat irigasi non-teknis. Saat ini, telah dibangun irigasi teknis (sistem irigasi Malaka) mulai dari jaringan irigasi primer, jaringan irigasi sekunder sampai jaringan irigasi tersier yang memanfaatkan air dari Bendungan Benenai (sungai Benenain di Kecamatan Malaka Barat) yang mampu mengairi daerah irigasi seluas 10.000 Ha, bahkan sampai 15.000 Ha mencakup wilayah pelayanan Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Kobalima.
Selain sungai, di Kabupaten Malaka juga terdapat mata air yang biasa digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, sehingga sangat penting sehingga pemanfaatan sumber mata air yang ada di Kabupaten Malaka perlu dioptimalkan.
Iklim
Wilayah Kabupaten Malaka memiliki temperatur rata-rata 24-34 °C dan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±70%. Wilayah kabupaten ini beriklim tropis yang bertipe iklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Malaka berlangsung dari bulan Juni–November dengan bulan terkering adalah Agustus. Musim penghujan di Kabupaten Malaka berlangsung pada periode bulan Desember hingga bulan April.
Curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar antara 800–1600 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80 hingga 120 hari hujan per tahun. Kondisi curah hujan di Kabupaten Malaka bervariasi antara 14–252 mm/bulan. Curah hujan yang cukup rendah (16–68 mm/bulan) mendominasi wilayah bagian timur sedangkan curah hujan yang cukup tinggi (120–172 mm/bulan) terdapat di sebagian besar wilayah utara. Kabupaten Malaka dilintasi oleh sungai terbesar di pulau Timor bagian barat yaitu Sungai Benanain. Di pesisirnya terdapat wilayah hutan bakau seluas ±1.830 Hektar yang dijadikan kawasan Cagar Alam Maubesi.
Pemerintahan
No. |
Nama Bupati |
Mulai menjabat |
Selesai menjabat |
Wakil Bupati |
Keterangan |
Ref |
Herman Nai Ulu, S.H., M.Hum. |
23 April 2013 |
23 April 2015 |
- |
Pj. Bupati |
||
Donatus Bere, S.H. |
24 April 2015 |
16 Februari 2016 |
Pj. Bupati |
|||
1 |
dr. Stefanus Bria Seran, M.P.H. |
17 Februari 2016 |
25 September 2020 |
Drs. Daniel Asa (2016-2017) |
Definitif |
|
dr. Meserasi D. P. Ataupah |
26 September 2020 |
5 Desember 2020 |
Pjs. Bupati |
|||
(1) |
dr. Stefanus Bria Seran, M.P.H. |
6 Desember 2020 |
17 Februari 2021 |
|||
Donatus Bere, S.H. |
17 Februari 2021 |
26 Maret 2021 |
Plh. Bupati |
|
||
Viktorius Manek, S.Sos., M.Si. |
27 Maret 2021 |
26 April 2021 |
Pj. Bupati |
|||
2 |
Dr. Simon Nahak, S.H., M.H. |
26 April 2021 |
sekarang |
Louise Lucky Taolin, S.Sos |
Pariwisata
Wisata Alam
Sedikitnya ada 8 pantai yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten Malaka sebagai destinasi wisata unggulan yaitu Pantai Motadikin, Wemasa, Lo'odik, Raihenek, Taberek, Pantai Komu, Kletek dan Pantai Abudenok. selain itu juga terdapat wisata alam lainnnya seperti Danau Mantasi, Danau Nanebot, Gua Maria, Gua Kelelawar, Mata Air Weliman, Mata Air Wematan Maromak Oan Laran, Bendung Sungai Benanain, serta penangkaran rusa.
Wisata Budaya
Banyak ragam upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten Malaka yang sebagian besar berasal dari Suku Tetun. Salah satunya adalah Hamis Batar no Hatama Mamaik yang merupakan upacara adat sebagai tanda syukur dimulainya musim panen jagung. Selain itu rumah serta perkampungan adat khas juga masih bisa dapat dijumpai, diantaranya perkampungan adat Tuaninu Taisuni, Wekumu dan rumah adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur, serta perkampungan adar Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah.
Cagar Alam Maubesi
Merupakan sebuah cagar alam hutan bakau yang berada di pesisir Kecamatan Kobalima hingga Kecamatan Malaka Tengah. Kawasan seluas sekitar 1.830 hektar ini memiliki ragam flora dan fauna teruma khas pesisir dan lahan basah. Selain tanaman bakau juga terdapat tanaman teruntun, api-api, paku laut, kesambi dan lainnya. Faunanya antara lain Kuntul, Monyet kra, Ayam hutan, Elang laut, berbagai jenis penyu hingga Buaya muara.
Demografi
Agama
Mayoritas penduduk Kabupaten Malaka menganut agama Kristen dengan persentase hampir 98% yang detailnya adalah penganut agama Katolik dengan angka lebih dari 85%, kemudian disusul dengan pelbagai denominasi gereja Protestan sebesar 9%. Lalu disusul oleh agama Islam sebesar 0.99% dan agama Hindu sebesar 0.15%.
Agama di Kabupaten Malaka (2019) |
||||
Agama |
persen |
|||
|
89.61% |
|||
|
9.25% |
|||
|
0.99% |
|||
|
0.15% |
Sejarah
Pada tanggal 9 Januari 2018 Presiden Joko Widodo meresmikan proyek infrastruktur Bendungan Raknamo yang berada di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, serta dua Pos Lintas Batas Negara (PLBN), yaitu PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara dan PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka.
Sejarah Kerajaan Malaka : Kehidupan, Raja, Bukti Sejarah, Masa Kejayaan Dan Keruntuhannya
Sejarah Kerajaan Malaka – Kerajaan Malaka atau kesultanan Malaka adalah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Melaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada abad ke-15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Melaka, sebelum ditaklukan oleh Portugal tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.
Kerajaan Malaka tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk bisa digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan kerajaan ini bisa diketahui melalui Sulalatus Salatin dan kronik Tiongkok masa Dinasti Ming. Dari perbandingan dua sumber tersebut masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya, Islam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, tetapi perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar sultan yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.
Pada masa kejayaannya, kerajaan malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran islam di Asia Tenggara. Diperkirakan letak Kerajaan Malaka yang berada di pulau Sumatera dan semenanjung Malaya. Iskandar Syah berhasil meletakkan dasar-dasar dari Kerajaan Malaka. Ia mengembangkan Malaka menjadi kerajaan penting di selat Malaka. Ia memerintah Malaka dari tahun 1396-1414 M.
Muhammad Iskandar Syah. Ia memerintah Malaka dari tahun 1414-1424 M, pada masa pemerintahannya ,wilayah kekuasaan kerajaan Malaka diperluas hingga mencapai seluruh wilayah semenanjung Malaka. Melalui perkawinannya dengan putri kerajaan Samudra Pasai, ia berhasil mencapai cita-citanya menguasai selat Malaka.
Mudzafat Syah. Beliau memerintah Malaka dari tahun 1424-1458 M. Pada masa pemeintahannya, terjadi serangan itu dapat digagalkan. Keberhasilan menggagalkan serangan dari Kerajaan Siam itu menambah pentingnya Kerajaan Malaka di Selat Malaka. Bahkan di bawah pemerintahan Sultan Mudzafat Syah, Kerajaan Malaka terus mengadakan perluasan ke daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka seperti Pahang, Indragiri, dan Kampar.
Sultan Mansyur Syah. Ia memerintah Malaka dari tahun 1458-1477 M. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mengalami kemajuan yang sangat pesat bahkan mencapai masa kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Agama Islam di Asia Tenggara. Pada masa pemerintahannya, hidup seorang laksamana yang terkenal bernama Hang Tuah yang membantu Sultan mengembangkan kerajaannya. Informasi ini diperoleh dari sebuah cerita rakyat yang dikenal dengan nama Hikayat Hang Tuah. Selanjutnya malaka dipimpin oleh Sultan Alauidin Syah dari tahun 1477-1488 M dan mewarisi wilayah kekuasaan kerajaan Malaka yang cukup luas.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Contents hide
2 Masa Pemerintahan Kerajaan Malaka
2.1 Kehidupan Politik Kerajaan Malaka
2.2 Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Malaka
2.3 Kehidupan Ekonomi Kerajaan Malaka
3.1 Iskandar Syah (1396-1414 M)
3.2 Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
3.3 Mudzafat Syah (1424-1458 M)
3.4 Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
3.5 Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
3.6 Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
4 Sumber Sejarah Kerajaan Malaka
5 Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
6 Masa Keruntuhan Kerajaan Malaka
Sejarah Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Pada saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang kerajaan majapahit. Pada saat Malaka didirikan, disana terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga.
Raja dan pengikutnya merupakan rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi. Untuk itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli dan hidup bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah rempah. Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di daratan. Selanjutnya, terjalin hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatera.
Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu adalah beras. Malaka sangat bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perladangan tidak bisa dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan karena teknik mengolah sawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Demak
Asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah ini, Menurut Sejarah Melayu (Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri dari Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia ke Muar, tapi ia diganggu biawak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah ke Burok dan mencoba untuk bertahan disitu, tapi gagal. Kemudian Parameswara berpindah ke Sening Ujong hingga sampai di Sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak di pesisir pantai. Orang-orang Seletar yang mendiami kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Pada suatu ketika ia pergi berburua, ia tak menyangka dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di bawah pohon Malaka. Maka, kawasan tersebut kemudian dinamakan Malaka.
Masa Pemerintahan Kerajaan Malaka
Kehidupan Politik Kerajaan Malaka
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan.Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka.Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit.Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini.
Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Banten
Kehidupan Sosial dan Budaya Kerajaan Malaka
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan wilayahnya.
Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme.Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Malaka
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan.Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai bahasa perantara.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Aceh
Raja-Raja Kerajaan Malaka
Berikut beberapa raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Malaka, diantaranya yaitu:
Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian ia melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kerajaan Malaka.
Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para pedagang Islam, sehingga kehidupan perekonomian Kp. Malaka berkembang pesat,Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam.Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Muhammad Iskandar Syah merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung Malaya. Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk terkalahkan, maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya bisa tercapai.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Makassar
Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, Mudzafat Syah kemudian naik tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka diserang oleh Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), tapi bisa digagalkan. Mudzafat Syah berhasil memperluas wilayah ke daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka seperti Pahang, Indragiri dan Kampar.
Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Sultan Mansyur Syah merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara. Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan).
Raja Siam tewas dalam pertempuran, tapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka. Kerajaan Samudera Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati Majapahit yang berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan merdeka.
Kejayaan Kerajaan Malaka tidak lepas dari jasa Laksamana Hang Tuah yang kebesarannya disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan Mahapahit. Cerita Hang Tuah ditulis dalam Hikayat Hang Tuah.
Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Sultan Alaudin Syah merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal tersebut disebabkan karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka.Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan Portugis.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore
Sumber Sejarah Kerajaan Malaka
Berikut ini beberapa sumber sejarah yang menyebutkan adanya Kerajaan Malaka, sebagai berikut:
Sulalatus Salatin
Sulalatus Salatin menyatakan bahwa kerajaan malaka merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singpura, kemudian serangan Jawa dan Siam menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke Malaka.
Kronik Dinasti Ming
Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka mengunjungi Kisar Tongle di Nanjing pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang diberikan, Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka, kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina.
Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa Ayutthaya akan hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.
Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho (1409)
Laporan ini mengambarkan Islam telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka.
Pararaton
Dalam Pararaton disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara sebagai suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Kediri
Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lama kelamaan, agama islam mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam. Kemudian, Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara tersebut akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina Selatan). Pada saat masa kejayaannya, Malaka memiliki kontrol atas daerah-daerah berikut ini diantaranya:
Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya).
Daerah Kepulauan Riau.
Pesisir Timur Sumatra bagian tengah.
Brunai dan Serawak.
Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sedangkan daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi diantaranya:
Indragiri.
Palembang.
Pulau Jemaja, Tambelan, Siantan, dan Bunguran.
Baca Juga : Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Masa Keruntuhan Kerajaan Malaka
Malaka runtuh akibat serangan Portugis pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Sejak saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke negeri lain. Raja atau Sultan yang memerintah di Malaka diantaranya yaitu:
1. Permaisura yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380-1424)
2. Sri Maharaja (1424-1444)
3. Sri Prameswara Dewa Syah (1444-1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445-1459)
5. Sultan Mansur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1551)
Periode Pemerintahan Setelah Parameswara masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah pada tahun 1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia menikah dengan putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai.
Posisi Malaka yang sangat strategis menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.Akhir kesultanan Malaka terjadi ketika wilayah ini direbut oleh Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’albuquerque pada tahun 1511. Saat itu, yang berkuasa di Malaka adalah Sultan Mahmud Syah. Usia Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad.
Sebenarnya, pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka, namun gagal merebut kembali wilayah ini dari Portugis. Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.
-----ooooo oOo ooooo-----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar