KABUPATEN MAMUJU
PROVINSI SULAWESI BARAT
Orientasi
Kabupaten Mamuju adalah sebuah kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat berada di kabupaten ini, bersama dengan Pusat pemerintahan kabupaten Mamuju. Mamuju menjadi satu dari tujuh ibu kota provinsi di Indonesia yang belum bersatus kota otonom, selain Manokwari di Papua Barat, Sofifi di Maluku Utara, Merauke di Papua Selatan, Nabire di Papua Tengah, Tanjung Selor di Kalimantan Utara, dan Wamena di Papua Pegunungan.
Sejarah Terbentuknya Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat
Muhammad Imron Jumat, 04 Januari 2019 Tambah Komentar
Kabupaten Mamuju adalah kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kota Mamuju. Walaupun demikian, Kota Mamuju, sampai saat ini, bukanlah daerah otonom yang memiliki wali kota ataupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota sendiri, melainkan masih menjadi bagian dari Kabupaten Mamuju.
Kabupaten
Mamuju berada di antara Palu (Sulawesi Tengah) dan Makassar (Sulawesi Selatan).
Kabupaten ini menjadi jembatan ekonomi atau pun budaya Kota Palu dan Makassar.
Kabupaten Mamuju memiliki luas wilayah sekitar
4.999,69 km2 dengan jumlah Penduduk saat ini mencapai 297.096 jiwa.
Sejarah Singkat Kabupaten Mamuju
Peradaban
di wilayah Mamuju sejak abad II sampai abad V Kerajaan Mamuju (Sikandeng) telah
menjadi salah satu daerah perdagangan global yang bertaraf internasional. Ini
salah satu indikasi bahwa sejak saat itu Kerajaan Mamuju telah memiliki
struktur sosial masyarakat yang teratur, mungkin pula sistim Pemerintahan yang
berpengaruh disepanjang Pantai Utara Selat Makassar.
Cikal Bakal Pemerintah Kerajaan Mamuju adalah mulai dari beberapa Tomakaka kemudian mengadakan persekutuan bergabung didalam satu ikatan yakni Kerajaan Mamuju.
Secara Geografis, daerah yang termasuk Kerajaan Mamuju ialah mulai dari Taludu sampai Suromana, masyarakat yang berada disekitar wilayah ini kemudian sepakat menamakan diri To Mamunyu atau suku Mamunyu.
Berdirinya kerajaan Mamuju sesuai penelitian yang seksama yakni pada 14 Juli 1540 yang selanjutnya mulai dari Sistim Monarki menjadi daerah Regentchap kemudian menjadi daerah adat Gementschap sampai decade terakhir menjadi distrik, makadalam sebuah peralihan antara fase pemerintah klasik / tradisional dengan Pemerintah Konstitusional lalu lahir Undang-Undang No. 29 tahun 1959 (14 tahun) setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Undang-undang tersebut menjadi dasar hukum berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II se Sulawesi termasuk didalamnya Kabupaten Mamuju dengan wilayah yang meliputi 6 (enam) buah Kecamatan (Pemekaran Distrik menjadi Kecamatan).
Hari Jadi Kabupaten Mamuju
Penetapan Hari Jadi Mamuju sebagai salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan memakan waktu yang cukup panjang dan melibatkan banyak tokoh di daerah ini. Kajian sejarah dan berbagai peristiwa penting melahirkan beberapa versi mangenai waktu yang paling tepat untuk dijadikan sebagai Hari Jadi Mamuju.
Menyadari perlunya titik temu pendapat mengenai hari jadi tersebut, HIPERMAJU dan PERSUKMA bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Mamuju melaksanakan seminar, dan ditetapkan tahun 1540 sebagai Hari Jadi Mamuju. Hasil seminar inilah yang kemudian ditindaklanjuti oleh Bupati dengan menyusun Rancangan Peraturan Daerah tentang Hari Jadi Mamuju.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mamuju hasil pemilu 1999 menerima Ranperda dan setelah melalui pembahasan termasuk dengar pendapat dengan para tokoh sejarah, budayawan dan tokoh intelektual di daerah ini, dalam sidang paripurna tanggal 9 Agustus 1999 secara resmi Ranperda tentang Hari Jadi Mamuju disahkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Mamuju. Peraturan daerah ini adalah Perda Nomor 05 Tahun 1999 diundangkan pada Tanggal 10 Agustus 1999 dan dicantumkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mamuju Tahun 1999 Nomor 14. Inti dari Perda tersebut adalah menetapkan Tanggal 14 Juli 1540 Sebagai Hari Jadi Mamuju.
Dalam penjelasan Peraturan Daerah tersebut diuraikan latar belakang penetapan waktu Hari Jadi Mamuju dan kesempatan ini dikutip beberapa kalimat butir C (penjelasan peraturan) sebagai berikut :
“Apabila dilihat dari sudut yuridis formal, maka
Hari Jadi Mamuju akan jatuh pada tanggal 4 Juli 1959, yaitu saat ditetapkannya
Undang- Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II
di Sulawesi. Namun akal sehat akan membawa kita untuk tidak terpaku dan
terperangkap dalam kelakuan formalitas yang sempit yang kelak dapat mengaburkan
maksud dan tujuan menetakan Hari Jadi Mamuju itu sendiri”.
Dengan demikian, Hari Jadi Mamuju akan bermakna dan bernilai moral yang amat mendalam bukan sekedar formalitas belaka tetapi dapat memberi makna simbolik tentang harkat, hakekat, citra dan jati diri untuk selanjutnya berperan sebagai wahana motivasi bagi masyarakat demi melestarikan nilai-nilai budaya dan sejarah Mamuju. Ungkapan Mutiara hikmah nilai budaya dan tradisi masyarakat Mamuju mengatakan: “Todiari Teppo Dolu, Parallu Nikilalai Sule Wattu Ia Te’e, Laiyalai Mendiari Peppondonganna Katuoatta’ilalan Era Laittingayoaianna”.
Dari kutipan diatas tergambar dasar-dasar pemikiran penetapan waktu yang diambil sebagai Hari Jadi Mamuju dan peristiwa yang menjadi patokan penetapannya adalah terbentuknya Kerajaan Mamuju dari hasil perpaduan tiga buah kerajaan Kurri-Kurri, Langgamonar dan Managallang.
Geografis
Secara geografi Kota Mamuju berada ditepi barat Pulau Sulawesi. Di utara terdapat Teluk Mamuju dan di selatan ada Teluk Lebani. Secara astronomis, wilayah Mamuju berada di antara 2°8'24" LS – 2°57'46" LS dan 118°45'26" BT – 119°47'48" BT.
Topografi
Topografi wilayah Kota Mamuju berupa pesisir hingga pegunungan. Ketinggian wilayah Kota Mamuju antara 0 sampai >1500 meter di atas permukaan air laut (Mdpl) dengan titik tertinggi berada di Gunung Adang Batambalo. Sungai-sungai besar yang ada di Kota Mamuju di antaranya Sungai Mamuju, Sungai Karema, Sungai Simboro, Sungai Anung, Sungai Taparia, Sungai Anusu, Sungai Tampala dan Sungai Malunda. Secara geologi, wilayah Kota Mamuju tersusun oleh batuan Formasi Gunung Api Adang berupa tuf lapili, breksi bersisipan lava, batupasir dan batu lempung. Sedangkan wilayah lembah yang dialiri Sungai Taparia serta Sungai Karema terusun atas Formasi Mamuju berupa Napal, kalkerenit dan batugamping koral bersisipkan tuf dan batupasir. Kota Mamuju yang beriklim tropis dengan dua musim dalam satu tahunnya yaitu musim kemarau dan penghujan, dengan suhu udara pada siang hari berkisar antara 24 - 34 derajat Celcius.
Batas Wilayah
Batas Wilayah Kota Mamuju antara lain;
Utara |
|
Timur |
|
Selatan |
|
Barat |
Iklim
Wilayah Mamuju berdasarkan klasifikasi iklim Koppen memiliki iklim hutan hujan tropis (Af). Curah hujan di wilayah Mamuju cenderung tinggi sepanjang tahun dengan curah hujan tahunan berkisar antara 2.000–3.000 mm per tahun. Jumlah hari hujan di wilayah ini berkisar antara 120–180 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah Mamuju berkisar pada 22°–33 °C. Tingkat kelembapan relatif di Mamuju adalah ±82%.
Pemerintahan
Kecamatan
Kabupaten Mamuju terdiri dari 11 kecamatan, 14 kelurahan, dan 88 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 297.096 jiwa dengan luas wilayah 4.999,69 km² dan sebaran penduduk 59 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Mamuju, adalah sebagai berikut:
Kode |
Kecamatan |
Jumlah |
Jumlah |
Status |
Daftar |
76.02.15 |
9 |
Desa |
|||
76.02.03 |
4 |
10 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
76.02.04 |
13 |
Desa |
|||
76.02.16 |
2 |
Desa |
|||
76.02.01 |
5 |
4 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
76.02.07 |
9 |
Desa |
|||
76.02.08 |
7 |
Desa |
|||
76.02.12 |
2 |
6 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
76.02.02 |
3 |
7 |
Desa |
||
Kelurahan |
|||||
76.02.13 |
7 |
Desa |
|||
76.02.11 |
14 |
Desa |
|||
TOTAL |
14 |
88 |
Demografi
Kabupaten Mamuju merupakan potret dari tiga wilayah tersebut karena penduduknya yang dominan etnis Mandar, Mamasa, dan Kalumpang dengan beberapa sub-etnik kecil, seperti Bugis, Toraja, Makassar, dan Jawa.
Peristiwa
Gempa 15 Januari 2021
Pada tanggal 15 Januari 2021, sekitar pukul 1.30 WITA dini hari, terjadi gempa di provinsi Sulawesi Barat, dengan kekuatan Magnitudo 6,2. Gempa berpusat sekitar 6 kilometer arah Timur Laut kabupaten Majene, 2.98 LS-118.94 BT pada kedalaman 10 kilometer. Dua kabupaten yang terdampak paling parah dari gempa ini ialah kabupaten Majene dan kabupaten Mamuju.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Sulawesi Barat, Darno Majid, mengatakan bahwa korban meninggal dunia akibat gempa di Mamuju dan Majene, pada tanggal 15 Januari 2021 mencapai 27 orang, dimana 18 korban di Mamuju dan 9 korban di Majene. Gempa tersebut merobohkan banyak bangunan, termasuk kantor Gubernur Sulawesi Barat, dan ada dua petugas keamanan yang menjaga kantor, menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Bangunan lain yang roboh seperti Maleo Town Square, berbagai toko dan swalayan, dan Rumah Sakit Mitra Manakarra, hotel, dan banyak rumah warga juga rusak berat dan ringan akibat diguncang gempa tersebut.
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar