KABUPATEN NIAS SELATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
Orientasi
Nias Selatan adalah kabupaten di Pulau Nias, Sumatra Utara, Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nias Selatan tahun 2021, penduduk kabupaten ini berjumlah 360.531 jiwa (2020), dengan kepadatan penduduk 145 jiwa/km2. Ibukota Nias Selatan ialah kecamatan Teluk Dalam.
Nias Selatan sebelumnya adalah bagian dari Kabupaten Nias. Status otonom diperoleh pada 25 Februari 2003 dan diresmikan pada 28 Juli 2003. Kabupaten ini terdiri dari 104 gugusan pulau besar dan kecil. Letak pulau- pulau itu memanjang sejajar Pulau Sumatra. Panjang pulau-pulau itu lebih kurang 60 kilometer, lebar 40 kilometer.
Dari seluruh gugusan pulau itu, ada empat pulau besar, yakni Pulau Tanah Bala (39,67 km²), Pulau Tanah Masa (32,16 km²), Pulau Tello (18 km²), dan Pulau Pini (24,36 km²). Tidak seluruh pulau berpenghuni. Masyarakat Nias Selatan tersebar di 21 pulau dalam delapan kecamatan.
Kabupaten Nias Selatan memiliki sejarah kemegahan
masa lampau yang tak ternilai harganya. Hal ini bisa dibuktikan dari penemuan
kebudayaan megalitik dari masa 3000 – 5000 tahun sebelum Masehi atau sekitar
2500 – 5000 tahun silam, di mana ditemukan peninggalan-peninggalan kebudayaan
purbakala yang ditinggalkan oleh nenek moyang suku Nias.
Nias Selatan sangat kaya akan berbagai unsur budaya yang memiliki ciri khas
tersendiri, seperti unsur bahasa, hukum adat, kesenian, arsitektur rumah,
olahraga, dan pesta-pesta adat, seperti masa panen, perkawinan, pengangkatan
gelar dan lain sebagainya.
Di pulau ini telah ditemukan artefak dengan ciri tradisi paleolitik dengan tipologi yang sangat primitif. Tipologi ini mirip dengan yang dijumpai di Sumbawa, Timor, Pacitan, Flores, dan Sulawesi. Ciri budaya lain yang tua ditunjukkan oleh bukti kebudayaan megalitik, misalnya menhir. Kalau di beberapa situs ditemukan menhir yang sederhana, tetapi di Nias dan beberapa tempat lainnya (Minangkabau, Lampung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah) sudah dalam bentuk yang lebih maju, dalam arti telah dikerjakan atau dipahat. Bentuknya ada yang persegi empat, bulat disertai dengan pola bias, berbentuk pedang.
Letak menhir itu juga ada aturannya, di Nias selalu menghadap ke halaman tempat upacara dilaksanakan. Kadang-kadang benda ini juga berfungsi menjadi batas daerah sakral dengan daerah di luarnya. Fungsi lain adalah berkaitan dengan pemujaan, tanda penguburan kepala adat, lambang kepala adat, mempunyai kekuatan gaib yang bisa menolak bala, tempat mengikat terdakwa yang akan dihukum, dan lain-lain. Fungsi semacam ini juga terdapat di beberapa daerah lain.
Pemerintahan
Bupati dan Wakil Bupati
Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Nias Selatan. Bupati Nias Selatan bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Sumatra Utara. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Nias Selatan ialah Hilarius Duha, dengan wakil bupati Firman Giawa. Mereka adalah pemenang pada Pemilihan umum Bupati Nias Selatan 2020, untuk periode tahun 2021-2024. Hilarius dan Firman dilantik oleh gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, pada 26 April 2021 di kantor gubernur Sumatra Utara di Kota Medan. Pelantikan ini merupakan periode kedua bagi Hilarius Duha sebagai bupati Nias Selatan.
Kecamatan
Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 35 kecamatan, 2 kelurahan, dan 459 desa dengan luas wilayah mencapai 1.825,20 km² dan jumlah penduduk sekitar 360.683 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 198 jiwa/km².
Peristiwa
Pada 28 Maret 2005, gempa melanda kepulauan Nias dengan kekuatan 8,7 skala Richter yang melumpuhkan kegiatan pemerintahan dan pembangunan di daerah tersebut. Dari data bupati Nias Selatan, tercatat sejumlah 5.845 rumah warga hancur, juga 274 tempat ibadah, 20 perkantoran, dan 217 bangunan sekolah di kabupaten Nias Selatan. Sejumlah 138 orang meninggal dunia.
Teluk Dalam, Nias Selatan
Teluk Dalam adalah sebuah kecamatan yang juga menjadi ibukota dari Kabupaten Nias Selatan, yang berada di ujung Selatan pulau Nias provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Pada tahun 2021, jumlah penduduk Teluk Dalam sebanyak 26.262 jiwa, dengan kepadatan 622 jiwa/km².
Geografi
Kecamatan Teluk Dalam terletak di ujung selatan Pulau Nias dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Amandraya dan Kecamatan Lahusa. Untuk mencapai kecamatan Teluk Dalam dapat ditempuh dengan perjalanan laut dari Kota Sibolga selama 10-12 jam, kemudian dengan perjalanan udara dari Kota Medan selama 1 jam dengan pesawat udara ke bandara Binaka, di Gido, kabupaten Nias dan dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 3 jam.
Nama
Kata Teluk Dalam diambil dari nama Teluk di bagian selatan Pulau Nias yang kemudian juga menjadi nama Kota, nama Kecamatan dan sekaligus menjadi ibu kota Kabupaten Nias Selatan. Dalam bahasa Nias Selatan, kota Teluk Dalam juga sering disebut sebagai "Luahaziwara-wara" yang artinya adalah tempat pertemuan seluruh penduduk Kecamatan Teluk Dalam setiap hari pekan dulunya.
Sejarah
Nenek moyang penduduk Teluk Dalam dipercaya datang dari Gomo di bagian tengah pulau Nias. Sejak dahulu dikenal ada 4 Ori/negeri yang merupakan kesatuan kecil dari beberapa kampung atau banua. Ori ini dapat dibedakan dari kedekatan wilayah, asal usul keturunan, persamaan marga, kesamaan lafal atau logat bahasa dan pembentukan kampung baru dari kampung asal. Nama-nama ori tersebut adalah:
1. Ori Maenamolo, 19 desa
2. Öri Onolalu, 4 desa
3. Ori Mazino, 7 desa
4. Ori Toene asi, 8 desa
Di Kecamatan Teluk Dalam terdapat marga-marga yang khas dan tidak ada di kecamatan lain di pulau Nias seperti: Bago, Fau/Wau, Dakhi, Sarumaha, Hondro, Duha, Zamili, Harita, Gaho, Ziraluo, Bazikho, Nehe, Manao, Zagoto, Waoma, Sihura, Maduwu, Zagoto, Nakhe, Bali, Haria, Bohalima, Harimao, Lature, Moho, Loi, Luahambowo, Gowasa, Gaurifa, Gohae, Gumano, Ganumba, Zalogo, Bawaulu, Saota, Gari, Ge'e, Hawa dan lain lain.
Pada 28 Maret 2005, Teluk Dalam dilanda gempa bumi besar yang menyebabkan korban jiwa dan rusaknya beberapa situs-situs kuno di sana.
Demografi
Suku
Penduduk asli atau suku yang mendiami pulau Nias, termasuk Kabupaten Nias Selatan adalah suku Nias, demikian juga di kecamatan Teluk Dalam. Meski demikian, penduduk dari suku lain juga ada yang tinggal di kecamatan ini, termasuk suku Batak, khususnya Toba. Penduduk dari suku lainnya seperti Jawa, Minang, Aceh juga beberapa yang tinggal di sini.
Bahasa
Bahasa yang digunakan umumnya adalah Nias,selain dari bahasa resmi nasional yakni Indonesia. Masyarakat dari suku lain juga menggunakan bahasa mereka, seperti bahasa Batak Toba, Jawa atau Minangkabau, dan lainnya.
Bahasa Nias, atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang unik di dunia karena setiap akhiran katanya berakhiran huruf vokal. Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu a, e, i, u, o dan ditambah dengan ö (dibaca dengan “e” seperti dalam penyebutan “enam” dan “pepaya”). Abjad Bahasa Nias, dalam huruf besar dan huruf kecil, tertera sebagai berikut:
Aa, Bb, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Őő, Pp, Rr, Ss, Tt, Uu, Ww, Ŵŵ, Yy, Zz,
Agama
Tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan Teluk Dalam sebanyak 26.262 jiwa, dengan kepadatan 622 jiwa/km². Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Teluk Dalam berdasarkan agama yang dianut yakni Kekristenan 91,36%, dimana Protestan 68,07% dan Katolik 23,29%. Sebagian lagi beragama Islam yakni 8,59% dan Buddha 0,05%.
Sementara untuk rumah ibadah yang terdapat di kecamatan Teluk Dalam yakni 217 gereja Protestan, 8 gereja Katolik dan 3 masjid.[4] Agama Kristen Protestan di kecamatan Teluk Dalam sebagai mayoritas memiliki beberapa gereja, diantaranya BKPN (Banua Keriso Protestan) yang kantor pusatnya di Teluk Dalam, BNKP (Banua Niha Keriso Protestan), AFY (Angowuloa Fa'awosa kho Yesu), AMIN (Angowuloa Masehi Injili Nias), ONKP (Orahua Niha Keriso Protestan), BNKP Raya, Gereja Bethany, HKBP, Gereja Methodist Indonesia, Gereja Bala Keselamatan, GPdI, GBI, GKII dan lain-lain. Umat Muslim memiliki 2 buah mesjid di Kelurahan Pasar Teluk Dalam (NU dan Muhammadiyah) dan 1 buah di desa Lagundri (NU).
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Teluk Dalam adalah Petani, Nelayan,Tukang, Pedagang,PNS dan lain-lain. Produk pertanian yang dihasilkan: Beras, Kelapa(Kopra), Karet, Kokoa (Coklat) dan buah-buhan. Mangga Kweni atau yang lebih dikenal Kweni Teluk Dalam adalah salah satu produk andalan dimana kweni Teluk Dalam terkenal enak, harum dan tidak busuk.[5] Hasil Laut, yaitu Ikan, Udang, Kepiting, Lobster dan lain-lain.
Tempat wisata
Teluk Dalam mempunyai beberapa tempat yang menjadi objek wisata, di antaranya pantai Sorake, pantai Lagundri dan Desa Bawömataluo yang mempunyai banyak rumah-rumah adat tradisional Nias berusia ratusan tahun.
Peninggalan budaya masa lalu masih tetap dipertahankan di Kecamatan Teluk dalam. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya rumah-rumah tradisional di setiap desa. Omo Sebua (rumah raja) masih terdapat di beberapa desa seperti: Bawomatalou, Hilinawalo Fau, Onohondro dan Hilinawalo Mazino.Di desa-desa lain tidak ada lagi rumah raja karena terjadi kebakaran yang menghanguskan semua rumah. Tradisi lompat batu, Fataele dan Maluaya (tari perang), Ho Ho, Mogaele dan lain-lain masih tetap dipertahankan dan dilestarikan.
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar