Rabu, 29 Agustus 2018

KISAH PERANG HUNAIN


KISAH PERANG HUNAIN

Orientasi
Perang Hunain adalah pertempuran antara Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam dan pengikutnya melawan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H, di sebuah pada salah satu jalan dari Mekkah ke Thaif. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan telak bagi kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan perang yang banyak. Pertempuran Hunain merupakan salah satu pertempuran yang disebutkan dalam Al-Qur'an, yaitu surat At-Taubah 25-26.

Latar Belakang
Suku Hawazin dan para sekutunya dari suku Tsaqif mulai menyiapkan pasukan mereka ketika mengetahui bahwa Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam dan tentaranya berangkat dari Madinah menuju Mekah, yang ketika itu masih dikuasai kaum kafir Quraisy. Persekutuan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif berniat akan menyerang pasukan Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam ketika sedang mengepung Mekkah. Namun, penaklukan Mekkah berjalan cepat dan damai. Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam pun mengetahui maksud suku Hawazin dan Tsaqif, dan memerintahkan pasukan dia bergerak menuju Hawazin dengan kekuatan 12.000 orang, terdiri dari 10.000 Muslim yang turut serta dalam penaklukan Mekkah, ditambah 2.000 orang Quraisy Mekkah yang baru masuk Islam. Hal ini terjadi sekitar dua minggu setelah penaklukan Mekkah, atau empat minggu setelah Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam meninggalkan Madinah. Pasukan kaum Badui terdiri dari suku Hawazin, Tsaqif, bani Hilal, bani Nashr, dan bani Jasyam.

Jalannya Perang
Saat pasukan muslim bergerak menuju daerah Hawazin, pemimpin kaum Badui Malik bin Auf al-Nasri menyergap mereka di lembah sempit yang bernama Hunain. Kaum Badui menyerang dari ketinggian, menggunakan batu dan panah, mengejutkan kaum Muslimin dan menyulitkan organisasi serangan kaum Muslimin. Pasukan Muslim mulai mundur dalam kekacauan, dan tampaknya akan menderita kekalahan. Pemimpin Quraisy Abu Sufyan yang ketika itu baru masuk Islam, mengejek dan berkata "Kaum Muslimin akan lari hingga ke pantai".

Pada saat kritis ini, sepupu Nabi yakni Ali bin Abi Thalib dibantu pamannya Abbas mengumpulkan kembali pasukan yang melarikan diri, dan organisasi kaum Muslimin mulai terbentuk kembali. Hal ini juga dibantu dengan sempitnya medan pertempuran, yang menguntungkan kaum Muslimin sebagai pihak bertahan. Pada saat ini, seorang pembawa bendera dari kaum Badui menantang pertarungan satu-lawan-satu. Ali menerima tantangan ini dan berhasil mengalahkannya. Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam lalu memerintahkan serangan umum, dan kaum Badui mulai melarikan diri dalam dua kelompok. Kelompok pertama nantinya akan kembali berperang melawan kaum Muslim dalam pertempuran Autas, dan sisanya mengungsi ke Thaif, dan nantinya akan dikepung oleh kaum Muslim.

Kelanjutan
Pasukan muslim berhasil menangkap keluarga dan harta benda dari suku Hawazin, yang dibawa oleh Malik bin Aus ke medan pertempuran. Rampasan perang ini termasuk 6.000 tawanan, 24.000 unta, 40.000 kambing, serta 4.000 waqih perak (1 waqih = 213 gram perak). Perang ini mendemonstrasikan keahlian Ali bin Abi Thalib dalam mengorganisir pasukan dalam keadaan terjepit. Pertempuran ini juga menunjukkan kemurahan hati kaum Muslimin, yang memperlakukan tawanan dengan baik dan membebaskan 600 diantaranya secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan dalam rumah-rumah khusus hingga berakhirnya Pengepungan Thaif.

Perang Hunain Merupakan Perang Kaum Muslimin yang Hampir Kalah
Perang Hunain adalah perang yang terjadi antara nabi Muhammad SAW dan para sahabat dan kaum muslimin melawan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H di suatu jalan dari Mekah ke Thaif. Dalam perang Hunain tersebut kaum muslimin selain menang besar juga mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang). Perang Hunain tersebut juga merupakan salah satu pertempuran yang terdapat di dalam Al-Qur’an, yaitu surah At-Taubah: 25-26.
Ketika itu kaum muslimin hendak mengepung Makkah. Rencana tersebut diketahui oleh suku Hawazin dan para sekutunya dari suku Tsaqif. Mereka menyiapkan pasukan dan ingin menyerang pasukan muslimin. Namun penaklukan Makkah berjalan dengan cepat dan damai. Dan nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslimin untuk bergerak menuju Hawazin dengan kekuatan 12.000 orang yang terdiri dari 10.000 kaum muslimin dan ditambah 2.000 orang Quraisy yang baru masuk Islam. Akan tetapi penaklukan Makkah sudah terjadi sekitar dua minggu. Dan berita tentang penyerangan oleh kaum Hawazin terhadap kaum Muslimin baru terdegar. Sehingga kaum muslimin bersiap-siap untuk menghadapi kaum Hawazin. Ketika pasukan muslimin bergerak menuju daerah Hawazin, kaum Badui menyergap dan menyerang kaum muslimin di lembah sempit yang bernama Hunain. Penyergapan dan peyerangan tersebut mengejutkan kaum muslimin.

Dengan terjadinya peristiwa tersebut, pasukan muslimin mulai mundur dalam keadaan kocar-kacir. Terutama pasukan dari Quraisy yang baru masuk islam, bukannya membantu malah mengatain Rasulullah SAW dan pasukan muslimin yang masih bertahan. Ketika dalam keadaan kritis, sepupu Rasulullah SAW Ali bin Abi Thalib dan pamannya Abbas berteriak dan meyeru mengumpulkan pasukan muslimin yang kocar-kacir. Akhirnya pasukan muslimin bisa bersatu dan bertahan. Keadaan membalik kepada pihak kaum muslimin. Rasulullah SAW menyeru untuk serangan secara umum dan memukul mundur pasukan kaum Badui. Pasukan musuh melarikan diri dalam dua kelompok. Rasulullah SAW memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyerang kembali.

Pasukan musuh yang melarikan diri menjadi kelompok tersebut menuju ke Authas yang salah satunya ada Malik bin Auf an-Nasri, dan kelompok yang lainnya menuju Nakhla. Yang tadinya kaum muslimin hampir kalah, akhirnya bisa menang. Dalam perang Hunain tersebut selain menang, pasukan muslimin juga mendapatkan ghanimah atau harta rampasan perang. Hasil dari ghanimah tersebut jumlahnya cukup besar. Dan kemenangan tersebut karena mengikuti perintah pemimpin.

Kisah Dahsyat Perang Hunain Lengkap
Kisah perang Hunain- Setelah terjadi peristiwa Fathul Makkah, dimana Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya berhasil menaklukkan kota Makkah dan menghancurkan 360 berhala yang ada di dalam dan sekitar Ka'bah. Banyak penduduk kota Makkah yang masuk Islam. Ya, keberhasilan tersebut merupakan kemenangan yang sangat besar bagi umat Islam. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam telah berhasil menyebarkan Islam dengan hikmah, sehingga para penduduk Madinah dan Makkah beriman kepada Allah dan RasulNya.

Namun ada beberapa suku Makkah yang marah akan keberhasilan kaum muslimin. Mereka tidak terima dan ingin menyerang para sahabat nabi dengan kekuatan penuh. Dari sinilah akan terjadi perang besar antara kaum muslimin dengan suku Makkah yang masih kafir. Perang ini disebut, perang Hunain. Bagaimana kisahnya? Apa penyebab terjadi perang Hunain?

Kisah Perang Hunain Antara 2 Suku Hawazin dan Tsaqif Melawan Pasukan Nabi
Tidak jauh dari kota Makkah, terdapat perkampungan dua suku besar, yaitu suku Hawazin dan suku Tsaqif. Mereka mendengar bahwa kota Makkah telah berhasil dikuasai Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Kondisi itu membuat mereka khawatir jika nabi dan para sahabatnya akan menyerang perkampungan mereka. Tokoh mereka yang bernama Malik bin Auf an Nashri pun mengumpulkan seluruh penduduk kampung mereka. Malik menyampaikan kekhawatirannya dan mengajak setiap penduduk untuk mengumpulkan pasukan demi menyerang kaum muslimin, sebelum mereka sendiri diserang oleh nabi.

Rencana yang Aneh dari Pasukan Musuh, Malik bin Auf
Seorang pemimpin tentu sangat wajar jika mengumpulkan pasukan yang kuat-kuat untuk berperang melawan musuh. Tapi kali ini sangat aneh. Mengapa? Karena Malik bin Auf tidak hanya mengajak kaum laki-laki yang kuat-kuat untuk menyerang kota Makkah. Tetapi ia mengajak seluruh penduduknya tanpa memandang usia, jenis kelamin dan keadaan. Entah itu laki laki, wanita, tua, muda, dan anak anak semuanya diajak untuk berperang melawan nabi.

Bukan hanya itu saja, namun ada lagi yang lebih aneh. Yaitu, Malik bin Auf menyuruh suku Hawazin dan Tsaqif untuk membawa seluruh kekayaan mereka seperti binatang ternak, unta, kambing, dan kuda. Bahkan emas dan perak yang mereka miliki pun harus dibawa dalam perang ini. Sungguh aneh! Karena sebelumnya tidak pernah ada pemimpin dari pasukan perang yang mengajak seluruh keluarga, istri dan anak anaknya untuk berperang, ditambah lagi dengan membawa seluruh kekayaan.

Pasukan Besar dari Suku Hawazin dan Tsaqif di Perang Hunain
Setelah semuanya sudah siap, Malik bin Auf pun berhasil mengumpulkan seluruh pasukan berjumlah 20.000 orang. Setelah itu Malik dengan seluruh pasukannya pergi meninggalkan perkampungannya. Mereka terus berjalan menuju daerah Hunain. Ketika mereka sampai di daerah Authas, mereka berhenti dan beristirahat. Authas adalah suatu lembah di Hawazin dekat Hunain, tetapi tidak masuk wilayah Hunain. Sedangkan Hunain adalah suatu lembah yang berdekatan dengan Dzul Majas. Jarak tempat tersebut dengan Makkah adalah sepuluh mil lebih jika ditempuh dari Arafah.

Di tempat peristirahatannya (Authas) Malik bin Auf bertemu dengan orang tua buta yang bernama Duraid bin Shummah. Dahulu, Duraid adalah seorang komandan perang yang pemberani, namun sekarang ia sudah tua.
Duraid bertanya, "Lembah apa ini?"
Orang-orang menjawab, "Authas"

Duraid berkata, "Ini adalah tempat yang paling tepat untuk kuda, bukan tempat yang tinggi dan berbatuan, tidak pula tempat yang datar dan lunak tanahnya. Saya mendengar suara raungan unta, kambing dan juga anak anak kecil yang menangis. Kenapa kamu membawa mereka semua dalam perang ini?"
Malik berkata, "Saya sengaja membawa keluarga dan harta setiap tentara, agar dia lebih semangat dalam berperang."
Duraid berkata, "Jika mereka kalah, mereka pulang tidak akan membawa apapun, yang ikut berperang hanya lelaki dengan membawa pedang saja."
Kemudian Duraid menanyakan suku-suku yang bergabung dalam pasukan dan pemimpin-pemimpinnya. Lalu dia berkata, "Wahai Malik, tidak selayaknya engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Kembalikanlah mereka ke tempat tinggalnya supaya aman terlindungi. Setelah itu hadapilah orang-orang muslim dengan pasukan intinya. Jika engkau menang maka apa yang ada di belakangmu tetap aman. Dan jika engkau kalah, berarti engkau masih bisa menolong keluargamu dan hartamu"

Duraid merupakan seorang yang berpengalaman dalam berperang, maka wajar jika dia memberikan saran kepada Malik untuk tidak membawa harta benda, wanita dan anak-anak. Sebab perang itu hanya diikuti oleh kaum lelaki yang memiliki pedang. Namun Malik dengan keras menolaknya dan tidak mendengarkan saran dari Duraid. Malik mengira bahwa Duraid tidak bisa berpikir baik karena sudah tua,
"Demi Allah, aku tidak akan melaksanakan saranmu, karena engkau sudah tua renta dan pikiranmu pun sudah tumpul"
Akhirnya, pasukan gabungan dua suku tersebut meninggalkan Duraid dan melanjutkan perjalanannya.

Kabar Pasukan Malik bin Auf terdengar Oleh Nabi dan Mengutus Mata-Mata
Tidak lama kemudian, setelah mereka merencanakan untuk menyerang nabi, beberapa orang dari sahabat telah memberitahu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam akan adanya serangan itu. Beliau pun langsung mengutus Abu Hadrad al-Aslami untuk melihat kebenaran berita tersebut. Dia diperintah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam untuk melihat pasukan yang akan menyerang kota Makkah. Maka Abu Hadrad pun menyusup di tengah-tengah pasukan musuh dan mengetahui apa yang seharusnya ia ketahui. Setelah beberapa hari dia kembali lagi dan menceritakan rencana Hawazin dan Tsaqif kepada nabi.

Pasukan Rasulullah Meninggalkan Kota Makkah
Setelah mendengar cerita Abu Hadrad, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 6 Syawwal 8 H. Rasulullah langsung menyiapkan pasukan perang sebanyak 12.000 orang. Yang terdiri dari 10.000 pasukan Muhajirin dan Anshar serta 2000 orang pasukan lainnya dari penduduk Makkah yang baru masuk Islam.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menunjuk Itab bin Usaid untuk mengurus Makkah selama beliau pergi. Selain itu, nabi bukan saja menyiapkan pasukan, tapi beliau juga menyiapkan senjata-senjata perang. Ternyata beliau tidak memiliki senjata yang memadai. Akhirnya beliau meminjam senjata kepada beberapa tokoh di kota Makkah. Kala itu, Rasulullah meminjam 100 (seratus) baju besi perang kepada Shafwan. Dalam sejarah perang Hunain ini, pasukan nabi berangkat di malam hari dan beristirahat di padang pasir. Kemudian datanglah seorang penunggang kuda, salah satu pasukan Islam. Dia menemui Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan mengabarkan akan banyaknya pasukan musuh. Dia menceritakan bahwa pasukan Hawazin telah pergi ke lembah Hunain, dan mereka membawa harta benda yang banyak. Mendegar cerita itu, Rasulullah tersenyum dan berkata, "Besok semua binatang ternak itu akan menjadi rampasan perang kaum muslimin."

Peringatan Nabi di Perang Hunain akan Amalan Jahiliah
Dalam perjalanan ke Hunain, Rasulullah dan pasukannya melewati sebuah pohon yang sangat rindang. Di zaman jahiliyah mereka menamai pohon itu Dzatul Anwath. Mereka menggantungkan senjata-senjata itu di pohon tersebut dan menyembelih binatang ternak dibawahnya. Mereka melakukan hal itu untuk mendapatkan berkah dari pohon tersebut. Sebagian pasukan perang Rasulullah shalallahu alaihi wassalam itu ada yang baru saja masuk Islam, tentu kebiasaan jahiliyah mereka masih melekat.

Lalu mereka berkata pada Rasulullah, "Jadikanlah untuk kami tempat menggantungkan senjata senjata kami, sebagaimana mereka dahulu memiliki tempat untuk menggantungkan senjata-senjata (di pohon ini)." Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjawab, "Allah maha Besar. Demi Allah kalian telah berbuat seperti kaum Nabi Musa. Sungguh kalian orang orang yang tidak mengerti, ini adalah kebiasaan jahiliyah." Rasulullah melarang mereka melakukan itu karena perbuatan tersebut adalah syirik. Setelah itu Rasulullah dan pasukannya pun melanjutkan perjalanan ke lembah Hunain.

Rencana Licik dari Malik bin auf Terhadap Pasukan Islam
Pada tanggal 10 bulan Syawal tahun 8 H nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan pasukannya sampai di Hunain. Sementara itu pasukan suku Hawazin dan Tsaqif yang dipimpin Malik bin Auf sudah sampai lebih dulu di Hunain. Mereka sudah berada disana beberapa hari sebelum Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan pasukan Islam tiba. Pasukan Malik bin Auf telah menguasai Hunain yang penuh dengan gunung-gunung. Oleh karena itu mereka membuat rencana jahat untuk melakukan penyerangan.

Sebelum pasukan Rasulullah tiba, Malik bin Auf sudah menyiapkan orang-orang yang ahli dalam memanah dan menombak. Malik menyuruh mereka untuk menyebar dan bersembunyi di setiap jalan masuk dan di balik gunung, di celah-celah gunung dan di lubang-lubang yang ada di gunung. Tentu tempat-tempat itu tersembunyi dan tidak mudah diketahui orang lain. Malik bin Auf memerintahkan pasukan pemanah untuk menyerang Rasulullah secara bersamaan dan bertubi-tubi selagi mereka memasuki lembah Hunain. Ini adalah rencana yang licik dan rencana ini mereka lakukan secara sembunyi, agar pasukan Islam tidak mengetahuinya. Sehingga pasukan Malik dapat menyerang dan menghabisi seluruh pasukan Islam.

Kisah Pasukan Islam Mendapatkan Serangan Bertubi-Tubi di Perang Hunain
Setelah shalat subuh, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan pasukan Islam pergi ke lembah Hunain. Mereka tidak mengetahui sama sekali rencana jahat Malik bin Auf. Ketika Beliau dan para sahabat memasuki lembah Hunain, tiba-tiba mereka diserang secara bertubi-tubi oleh pasukan Malik bin Auf. Serangan itu membuat pasukan Islam terkejut karena langsung dihujani anak panah serta tombak dari balik gunung secara bertubu-tubi. Serangan itu menjadikan para sahabat kebingungan dan ketakutan sehingga barisan pun berantakan. Para sahabat itu pun berlarian dan meninggalkan barisannya serta Rasulullah.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam melihat pasukannya mundur dari pertempuran, langsung memanggil mereka dengan ucapannya, "Wahai pasukan kembalilah kemari. Aku adalah Rasulullah, Muhammad bin Abdullah." Disinilah keberanian Rasulullah terlihat. Di tengah-tengah pasukannya yang mundur, justru beliau maju ke barisan pasukan lawan dengan mengendarai keledainya. Beliau dengan ditemani sebagian kecil sahabat dan keluarganya maju melawan pasukan yang berjumlah 20.000 orang. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam meminta pamannya, Abbas untuk memanggil para sahabat yang melarikan diri.

Abbas pun memanggil para sahabat tersebut satu demi satu. Tentu para sahabat mendengar seruan Abbas dan Rasulullah. Tak berselang lama, para sahabat itu kembali ke medan pertempuran. Satu demi satu datang kembali dengan membawa pedang, panah, tombak dan baju besi mereka. Setelah pasukan Islam kembali berkumpul, mereka berusaha menyerang balik. Keimanan mereka kepada Allah dan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memberikan pengaruh yang begitu besar. Pertempuran sengit pun terjadi. Pasukan Islam menyerang dengan hebat, hingga pasukan musuh tidak bisa lagi melawan pasukan Islam. Mereka meninggalkan medan perang. Ada sekitar 70 orang yang terbunuh dari pasukan musuh. Mereka kabur berlarian, sebagian kabur ke daerah Authas, sebagian ke Nakhlah dan sebagian lagi ke Thaif.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak membiarkan mereka kabur. Beliau mengirim pasukan khusus untuk mengejar mereka dan memerintahkan pasukannya untuk menghabisi pasukan lawan. Seluruh binatang ternak dan harta benda milik pasukan musuh yang mereka tinggal di medan perang menjadi harta rampasan perang kaum muslimin. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menyimpannya di daerah Ji'ranah. Setelah perang usai, beliau membagikan harta rampasan perang itu.

Kekalahan Musuh di Perang Hunain
Allah berfirman dalam Qs. At-Taubah 25-26:
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
26. kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir.

Harta Rampasan Perang Hunain yang Melimpah
Peristiwa perang Hunain yang jatuh pada tahun 8 H ini mendatangkan keberkahan sendiri bagi kaum mualimin. Karena jumlah harta rampasan perang itu sangat besar. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam mendapatkan lebih dari 40.000 kambing, 24.000 unta dan juga perak yang begitu banyak. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam membagikan harta itu kepada pasukan perang Islam, penduduk Makkah dan tokoh-tokohnya yang baru saja masuk Islam dengan harapan keIslaman mereka semakin kuat. Beliau juga membagikan harta itu kepada kaum yang belum masuk Islam dengan harapan agar mereka masuk Islam.

Ternyata benar, suku Hawazin yang belum masuk Islam langsung berbondong-bondong masuk Islam. Hal ini terjadi bukan karena harta rampasan perang, namun karena kemuliaan akhlak Rasulullah. sehingga Islam semakin tersebar luas dan kuat. Subhanallah, Subhanallah. Itulah kisah lengkap yang dahsyat dari perang Hunain. Semoga cerita ini bisa menambah keimanan kita kepada Allah dan RasulNya. Tulisan ini diringkas dari kitab Ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dan Kisah Anak Perang dalam Islam, Qids, Nizar Saad Jabal Lc.

Sumber : Google Wikipedia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...