KISAH PERANG HUNAIN
Orientasi
Perang Hunain
adalah pertempuran antara Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam dan pengikutnya melawan
kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H, di sebuah pada salah satu
jalan dari Mekkah ke Thaif. Pertempuran ini berakhir dengan
kemenangan telak bagi kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan perang yang banyak. Pertempuran Hunain merupakan
salah satu pertempuran yang disebutkan dalam Al-Qur'an, yaitu surat At-Taubah 25-26.
Latar Belakang
Suku Hawazin dan para sekutunya dari suku
Tsaqif mulai menyiapkan pasukan mereka ketika mengetahui bahwa Nabi Muhammad
Salallahu 'Alaihi Wasallam dan tentaranya berangkat dari Madinah menuju Mekah, yang ketika itu masih dikuasai kaum kafir
Quraisy. Persekutuan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif
berniat akan menyerang pasukan Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam ketika
sedang mengepung Mekkah. Namun, penaklukan Mekkah berjalan cepat dan damai. Nabi Muhammad
Salallahu 'Alaihi Wasallam pun mengetahui maksud suku Hawazin dan Tsaqif, dan
memerintahkan pasukan dia bergerak menuju Hawazin dengan kekuatan 12.000 orang,
terdiri dari 10.000 Muslim yang turut serta dalam penaklukan Mekkah, ditambah
2.000 orang Quraisy Mekkah yang baru masuk Islam. Hal ini terjadi sekitar dua minggu setelah
penaklukan Mekkah, atau empat minggu setelah Nabi Muhammad Salallahu 'Alaihi
Wasallam meninggalkan Madinah. Pasukan kaum Badui terdiri dari suku Hawazin,
Tsaqif, bani Hilal,
bani Nashr,
dan bani Jasyam.
Jalannya Perang
Saat pasukan muslim bergerak menuju daerah
Hawazin, pemimpin kaum Badui Malik bin Auf
al-Nasri menyergap mereka di lembah sempit yang bernama Hunain. Kaum
Badui menyerang dari ketinggian, menggunakan batu dan panah, mengejutkan kaum
Muslimin dan menyulitkan organisasi serangan kaum Muslimin. Pasukan Muslim
mulai mundur dalam kekacauan, dan tampaknya akan menderita kekalahan. Pemimpin Quraisy Abu Sufyan yang ketika itu baru masuk
Islam, mengejek dan berkata "Kaum Muslimin akan lari hingga ke
pantai".
Pada saat kritis ini, sepupu Nabi yakni Ali bin Abi Thalib dibantu
pamannya Abbas mengumpulkan
kembali pasukan yang melarikan diri, dan organisasi kaum Muslimin mulai
terbentuk kembali. Hal ini juga dibantu dengan sempitnya medan pertempuran,
yang menguntungkan kaum Muslimin sebagai pihak bertahan. Pada saat ini, seorang
pembawa bendera dari kaum Badui menantang pertarungan
satu-lawan-satu. Ali menerima tantangan ini dan berhasil mengalahkannya. Nabi
Muhammad Salallahu 'Alaihi Wasallam lalu memerintahkan serangan umum,
dan kaum Badui mulai melarikan diri dalam dua kelompok. Kelompok pertama
nantinya akan kembali berperang melawan kaum Muslim dalam pertempuran Autas, dan sisanya mengungsi ke Thaif,
dan nantinya akan dikepung oleh kaum Muslim.
Kelanjutan
Pasukan muslim berhasil menangkap keluarga
dan harta benda dari suku Hawazin, yang dibawa oleh Malik bin Aus ke medan
pertempuran. Rampasan perang ini termasuk 6.000 tawanan, 24.000 unta, 40.000
kambing, serta 4.000 waqih perak
(1 waqih = 213 gram perak). Perang ini mendemonstrasikan keahlian Ali bin Abi
Thalib dalam mengorganisir pasukan dalam keadaan terjepit. Pertempuran ini juga
menunjukkan kemurahan hati kaum Muslimin, yang memperlakukan tawanan dengan
baik dan membebaskan 600 diantaranya secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan
dalam rumah-rumah khusus hingga berakhirnya Pengepungan Thaif.
Perang Hunain Merupakan Perang
Kaum Muslimin yang Hampir Kalah
Perang Hunain adalah perang yang terjadi
antara nabi Muhammad SAW dan para sahabat dan kaum muslimin melawan
kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H di suatu
jalan dari Mekah ke Thaif. Dalam perang Hunain tersebut kaum muslimin selain
menang besar juga mendapatkan ghanimah
(harta rampasan perang). Perang Hunain tersebut juga merupakan salah satu
pertempuran yang terdapat di dalam Al-Qur’an, yaitu surah At-Taubah: 25-26.
Ketika itu kaum muslimin hendak mengepung
Makkah. Rencana tersebut diketahui oleh suku Hawazin dan para sekutunya dari
suku Tsaqif. Mereka menyiapkan pasukan dan ingin menyerang pasukan muslimin. Namun
penaklukan Makkah berjalan dengan cepat dan damai. Dan nabi Muhammad SAW
memerintahkan kaum muslimin untuk bergerak menuju Hawazin dengan kekuatan
12.000 orang yang terdiri dari 10.000 kaum muslimin dan ditambah 2.000 orang
Quraisy yang baru masuk Islam. Akan tetapi penaklukan Makkah sudah terjadi
sekitar dua minggu. Dan berita tentang penyerangan oleh kaum Hawazin terhadap
kaum Muslimin baru terdegar. Sehingga kaum muslimin bersiap-siap untuk
menghadapi kaum Hawazin. Ketika pasukan muslimin bergerak menuju daerah
Hawazin, kaum Badui menyergap dan menyerang kaum muslimin di lembah sempit yang
bernama Hunain. Penyergapan dan peyerangan tersebut mengejutkan kaum muslimin.
Dengan terjadinya peristiwa tersebut, pasukan
muslimin mulai mundur dalam keadaan kocar-kacir. Terutama pasukan dari Quraisy
yang baru masuk islam, bukannya membantu malah mengatain Rasulullah SAW dan
pasukan muslimin yang masih bertahan. Ketika dalam keadaan kritis, sepupu
Rasulullah SAW Ali bin Abi Thalib dan pamannya Abbas berteriak dan meyeru
mengumpulkan pasukan muslimin yang kocar-kacir. Akhirnya pasukan muslimin bisa
bersatu dan bertahan. Keadaan membalik kepada pihak kaum muslimin. Rasulullah
SAW menyeru untuk serangan secara umum dan memukul mundur pasukan kaum Badui.
Pasukan musuh melarikan diri dalam dua kelompok. Rasulullah SAW memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk menyerang kembali.
Pasukan musuh yang melarikan diri menjadi
kelompok tersebut menuju ke Authas yang salah satunya ada Malik bin Auf
an-Nasri, dan kelompok yang lainnya menuju Nakhla. Yang tadinya kaum muslimin
hampir kalah, akhirnya bisa menang. Dalam perang Hunain tersebut selain menang,
pasukan muslimin juga mendapatkan ghanimah
atau harta rampasan perang. Hasil dari ghanimah tersebut jumlahnya cukup besar. Dan kemenangan
tersebut karena mengikuti perintah pemimpin.
Kisah Dahsyat Perang Hunain Lengkap
Kisah perang Hunain-
Setelah terjadi peristiwa Fathul Makkah, dimana Rasulullah shalallahu
alaihi wassalam dan para sahabatnya berhasil menaklukkan kota Makkah dan
menghancurkan 360 berhala yang ada di dalam dan sekitar Ka'bah. Banyak penduduk
kota Makkah yang masuk Islam. Ya, keberhasilan tersebut merupakan kemenangan
yang sangat besar bagi umat Islam. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam
telah berhasil menyebarkan Islam dengan hikmah, sehingga para penduduk Madinah
dan Makkah beriman kepada Allah dan RasulNya.
Namun ada beberapa suku Makkah yang marah akan keberhasilan kaum muslimin. Mereka tidak terima dan ingin menyerang para sahabat nabi dengan kekuatan penuh. Dari sinilah akan terjadi perang besar antara kaum muslimin dengan suku Makkah yang masih kafir. Perang ini disebut, perang Hunain. Bagaimana kisahnya? Apa penyebab terjadi perang Hunain?
Namun ada beberapa suku Makkah yang marah akan keberhasilan kaum muslimin. Mereka tidak terima dan ingin menyerang para sahabat nabi dengan kekuatan penuh. Dari sinilah akan terjadi perang besar antara kaum muslimin dengan suku Makkah yang masih kafir. Perang ini disebut, perang Hunain. Bagaimana kisahnya? Apa penyebab terjadi perang Hunain?
Kisah Perang Hunain Antara 2 Suku Hawazin dan Tsaqif Melawan Pasukan
Nabi
Tidak jauh dari kota Makkah, terdapat
perkampungan dua suku besar, yaitu suku Hawazin dan suku Tsaqif. Mereka
mendengar bahwa kota Makkah telah berhasil dikuasai Rasulullah shalallahu
alaihi wassalam. Kondisi itu membuat mereka khawatir jika nabi dan para
sahabatnya akan menyerang perkampungan mereka. Tokoh mereka yang bernama Malik
bin Auf an Nashri pun mengumpulkan seluruh penduduk kampung mereka. Malik
menyampaikan kekhawatirannya dan mengajak setiap penduduk untuk mengumpulkan
pasukan demi menyerang kaum muslimin, sebelum mereka sendiri diserang oleh
nabi.
Rencana yang Aneh dari Pasukan Musuh, Malik bin Auf
Seorang pemimpin tentu sangat wajar jika
mengumpulkan pasukan yang kuat-kuat untuk berperang melawan musuh. Tapi kali
ini sangat aneh. Mengapa? Karena Malik bin Auf tidak hanya mengajak kaum
laki-laki yang kuat-kuat untuk menyerang kota Makkah. Tetapi ia mengajak
seluruh penduduknya tanpa memandang usia, jenis kelamin dan keadaan. Entah itu
laki laki, wanita, tua, muda, dan anak anak semuanya diajak untuk berperang
melawan nabi.
Bukan hanya itu saja, namun ada lagi yang
lebih aneh. Yaitu, Malik bin Auf menyuruh suku Hawazin dan Tsaqif untuk membawa
seluruh kekayaan mereka seperti binatang ternak, unta, kambing, dan kuda.
Bahkan emas dan perak yang mereka miliki pun harus dibawa dalam perang ini.
Sungguh aneh! Karena sebelumnya tidak pernah ada pemimpin dari pasukan perang
yang mengajak seluruh keluarga, istri dan anak anaknya untuk berperang,
ditambah lagi dengan membawa seluruh kekayaan.
Pasukan Besar dari Suku Hawazin dan Tsaqif di Perang Hunain
Setelah semuanya sudah siap, Malik bin Auf
pun berhasil mengumpulkan seluruh pasukan berjumlah 20.000 orang. Setelah itu
Malik dengan seluruh pasukannya pergi meninggalkan perkampungannya. Mereka
terus berjalan menuju daerah Hunain. Ketika mereka sampai di daerah Authas,
mereka berhenti dan beristirahat. Authas adalah suatu lembah di Hawazin dekat
Hunain, tetapi tidak masuk wilayah Hunain. Sedangkan Hunain adalah suatu lembah
yang berdekatan dengan Dzul Majas. Jarak tempat tersebut dengan Makkah adalah
sepuluh mil lebih jika ditempuh dari Arafah.
Di tempat peristirahatannya (Authas) Malik bin Auf bertemu dengan orang tua buta yang bernama Duraid bin Shummah. Dahulu, Duraid adalah seorang komandan perang yang pemberani, namun sekarang ia sudah tua.
Duraid bertanya, "Lembah apa ini?"
Orang-orang menjawab, "Authas"
Orang-orang menjawab, "Authas"
Duraid berkata, "Ini adalah tempat yang
paling tepat untuk kuda, bukan tempat yang tinggi dan berbatuan, tidak pula
tempat yang datar dan lunak tanahnya. Saya mendengar suara raungan unta,
kambing dan juga anak anak kecil yang menangis. Kenapa kamu membawa mereka
semua dalam perang ini?"
Malik berkata, "Saya sengaja membawa
keluarga dan harta setiap tentara, agar dia lebih semangat dalam
berperang."
Duraid berkata, "Jika mereka kalah,
mereka pulang tidak akan membawa apapun, yang ikut berperang hanya lelaki
dengan membawa pedang saja."
Kemudian Duraid menanyakan suku-suku yang
bergabung dalam pasukan dan pemimpin-pemimpinnya. Lalu dia berkata, "Wahai
Malik, tidak selayaknya engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan.
Kembalikanlah mereka ke tempat tinggalnya supaya aman terlindungi. Setelah itu
hadapilah orang-orang muslim dengan pasukan intinya. Jika engkau menang maka
apa yang ada di belakangmu tetap aman. Dan jika engkau kalah, berarti engkau
masih bisa menolong keluargamu dan hartamu"
Duraid merupakan seorang yang berpengalaman dalam berperang, maka wajar jika dia memberikan saran kepada Malik untuk tidak membawa harta benda, wanita dan anak-anak. Sebab perang itu hanya diikuti oleh kaum lelaki yang memiliki pedang. Namun Malik dengan keras menolaknya dan tidak mendengarkan saran dari Duraid. Malik mengira bahwa Duraid tidak bisa berpikir baik karena sudah tua,
"Demi Allah, aku tidak akan melaksanakan
saranmu, karena engkau sudah tua renta dan pikiranmu pun sudah tumpul"
Akhirnya, pasukan gabungan dua suku tersebut
meninggalkan Duraid dan melanjutkan perjalanannya.
Kabar Pasukan Malik bin Auf terdengar Oleh Nabi dan Mengutus Mata-Mata
Tidak lama kemudian, setelah mereka
merencanakan untuk menyerang nabi, beberapa orang dari sahabat telah
memberitahu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam akan adanya serangan itu.
Beliau pun langsung mengutus Abu Hadrad al-Aslami untuk melihat kebenaran
berita tersebut. Dia diperintah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam untuk
melihat pasukan yang akan menyerang kota Makkah. Maka Abu Hadrad pun menyusup
di tengah-tengah pasukan musuh dan mengetahui apa yang seharusnya ia ketahui.
Setelah beberapa hari dia kembali lagi dan menceritakan rencana Hawazin dan
Tsaqif kepada nabi.
Pasukan Rasulullah Meninggalkan Kota Makkah
Setelah mendengar cerita Abu Hadrad, tepatnya
pada hari Sabtu tanggal 6 Syawwal 8 H. Rasulullah langsung menyiapkan pasukan
perang sebanyak 12.000 orang. Yang terdiri dari 10.000 pasukan Muhajirin dan
Anshar serta 2000 orang pasukan lainnya dari penduduk Makkah yang baru masuk
Islam.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
menunjuk Itab bin Usaid untuk mengurus Makkah selama beliau pergi. Selain itu,
nabi bukan saja menyiapkan pasukan, tapi beliau juga menyiapkan senjata-senjata
perang. Ternyata beliau tidak memiliki senjata yang memadai. Akhirnya beliau
meminjam senjata kepada beberapa tokoh di kota Makkah. Kala itu, Rasulullah
meminjam 100 (seratus) baju besi perang kepada Shafwan. Dalam sejarah perang Hunain ini, pasukan nabi
berangkat di malam hari dan beristirahat di padang pasir. Kemudian datanglah
seorang penunggang kuda, salah satu pasukan Islam. Dia menemui Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam dan mengabarkan akan banyaknya pasukan musuh. Dia
menceritakan bahwa pasukan Hawazin telah pergi ke lembah Hunain, dan mereka
membawa harta benda yang banyak. Mendegar cerita itu, Rasulullah tersenyum dan
berkata, "Besok semua binatang ternak itu akan menjadi rampasan perang
kaum muslimin."
Peringatan Nabi di Perang Hunain akan Amalan Jahiliah
Dalam perjalanan ke Hunain, Rasulullah dan
pasukannya melewati sebuah pohon yang sangat rindang. Di zaman jahiliyah mereka
menamai pohon itu Dzatul Anwath. Mereka menggantungkan senjata-senjata itu di
pohon tersebut dan menyembelih binatang ternak dibawahnya. Mereka melakukan hal
itu untuk mendapatkan berkah dari pohon tersebut. Sebagian pasukan perang
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam itu ada yang baru saja masuk Islam, tentu
kebiasaan jahiliyah mereka masih melekat.
Lalu mereka berkata pada Rasulullah, "Jadikanlah untuk kami tempat menggantungkan senjata senjata kami, sebagaimana mereka dahulu memiliki tempat untuk menggantungkan senjata-senjata (di pohon ini)." Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjawab, "Allah maha Besar. Demi Allah kalian telah berbuat seperti kaum Nabi Musa. Sungguh kalian orang orang yang tidak mengerti, ini adalah kebiasaan jahiliyah." Rasulullah melarang mereka melakukan itu karena perbuatan tersebut adalah syirik. Setelah itu Rasulullah dan pasukannya pun melanjutkan perjalanan ke lembah Hunain.
Rencana Licik dari Malik bin auf Terhadap Pasukan Islam
Pada tanggal 10 bulan Syawal tahun 8 H nabi
Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan pasukannya sampai di Hunain. Sementara
itu pasukan suku Hawazin dan Tsaqif yang dipimpin Malik bin Auf sudah sampai
lebih dulu di Hunain. Mereka sudah berada disana beberapa hari sebelum
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan pasukan Islam tiba. Pasukan Malik bin
Auf telah menguasai Hunain yang penuh dengan gunung-gunung. Oleh karena itu
mereka membuat rencana jahat untuk melakukan penyerangan.
Sebelum pasukan Rasulullah tiba, Malik bin Auf sudah menyiapkan orang-orang yang ahli dalam memanah dan menombak. Malik menyuruh mereka untuk menyebar dan bersembunyi di setiap jalan masuk dan di balik gunung, di celah-celah gunung dan di lubang-lubang yang ada di gunung. Tentu tempat-tempat itu tersembunyi dan tidak mudah diketahui orang lain. Malik bin Auf memerintahkan pasukan pemanah untuk menyerang Rasulullah secara bersamaan dan bertubi-tubi selagi mereka memasuki lembah Hunain. Ini adalah rencana yang licik dan rencana ini mereka lakukan secara sembunyi, agar pasukan Islam tidak mengetahuinya. Sehingga pasukan Malik dapat menyerang dan menghabisi seluruh pasukan Islam.
Kisah Pasukan Islam Mendapatkan Serangan Bertubi-Tubi di Perang Hunain
Setelah shalat subuh, Rasulullah shalallahu
alaihi wassalam dan pasukan Islam pergi ke lembah Hunain. Mereka tidak
mengetahui sama sekali rencana jahat Malik bin Auf. Ketika Beliau dan para
sahabat memasuki lembah Hunain, tiba-tiba mereka diserang secara bertubi-tubi
oleh pasukan Malik bin Auf. Serangan itu membuat pasukan Islam terkejut karena
langsung dihujani anak panah serta tombak dari balik gunung secara
bertubu-tubi. Serangan itu menjadikan para sahabat kebingungan dan ketakutan
sehingga barisan pun berantakan. Para sahabat itu pun berlarian dan
meninggalkan barisannya serta Rasulullah.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam melihat pasukannya mundur dari pertempuran, langsung memanggil mereka dengan ucapannya, "Wahai pasukan kembalilah kemari. Aku adalah Rasulullah, Muhammad bin Abdullah." Disinilah keberanian Rasulullah terlihat. Di tengah-tengah pasukannya yang mundur, justru beliau maju ke barisan pasukan lawan dengan mengendarai keledainya. Beliau dengan ditemani sebagian kecil sahabat dan keluarganya maju melawan pasukan yang berjumlah 20.000 orang. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam meminta pamannya, Abbas untuk memanggil para sahabat yang melarikan diri.
Abbas pun memanggil para sahabat tersebut satu demi satu. Tentu para sahabat mendengar seruan Abbas dan Rasulullah. Tak berselang lama, para sahabat itu kembali ke medan pertempuran. Satu demi satu datang kembali dengan membawa pedang, panah, tombak dan baju besi mereka. Setelah pasukan Islam kembali berkumpul, mereka berusaha menyerang balik. Keimanan mereka kepada Allah dan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memberikan pengaruh yang begitu besar. Pertempuran sengit pun terjadi. Pasukan Islam menyerang dengan hebat, hingga pasukan musuh tidak bisa lagi melawan pasukan Islam. Mereka meninggalkan medan perang. Ada sekitar 70 orang yang terbunuh dari pasukan musuh. Mereka kabur berlarian, sebagian kabur ke daerah Authas, sebagian ke Nakhlah dan sebagian lagi ke Thaif.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak membiarkan mereka kabur. Beliau mengirim pasukan khusus untuk mengejar mereka dan memerintahkan pasukannya untuk menghabisi pasukan lawan. Seluruh binatang ternak dan harta benda milik pasukan musuh yang mereka tinggal di medan perang menjadi harta rampasan perang kaum muslimin. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menyimpannya di daerah Ji'ranah. Setelah perang usai, beliau membagikan harta rampasan perang itu.
Kekalahan Musuh di Perang Hunain
Allah berfirman dalam Qs. At-Taubah 25-26:
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu
(hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan
Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang
Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan
bercerai-berai.
26. kemudian Allah menurunkan ketenangan
kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala
tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-
orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin)
di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang
besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak
berguna bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kamu
berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang. Kemudian Allah menurunkan
ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan
bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan
azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir.
Harta Rampasan Perang Hunain yang Melimpah
Peristiwa perang Hunain yang jatuh pada tahun
8 H ini mendatangkan keberkahan sendiri bagi kaum mualimin. Karena jumlah harta
rampasan perang itu sangat besar. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
mendapatkan lebih dari 40.000 kambing, 24.000 unta dan juga perak yang begitu
banyak. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam membagikan harta itu kepada
pasukan perang Islam, penduduk Makkah dan tokoh-tokohnya yang baru saja masuk
Islam dengan harapan keIslaman mereka semakin kuat. Beliau juga membagikan
harta itu kepada kaum yang belum masuk Islam dengan harapan agar mereka masuk
Islam.
Ternyata benar, suku Hawazin yang belum masuk Islam langsung berbondong-bondong masuk Islam. Hal ini terjadi bukan karena harta rampasan perang, namun karena kemuliaan akhlak Rasulullah. sehingga Islam semakin tersebar luas dan kuat. Subhanallah, Subhanallah. Itulah kisah lengkap yang dahsyat dari perang Hunain. Semoga cerita ini bisa menambah keimanan kita kepada Allah dan RasulNya. Tulisan ini diringkas dari kitab Ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dan Kisah Anak Perang dalam Islam, Qids, Nizar Saad Jabal Lc.
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar