Rabu, 29 Agustus 2018

KISAH PERANG TABUK


KISAH PERANG TABUK

Orientasi
Setelah kota mekah dibersihkan (fathul mekkah),yang secara simbolik kota mekkah menjadi daerah kekuasaan kaum muslimin meskipun masih banyak juga kaum non muuslim yang tinggal. Untuk perkembangan kaum muslimin setelah fathul mekah, tidak jauh berbeda dengan sebelum fathul mekah, meskipun perbedaannya sekarang kaum muslimin sudah memiliki kota mekah. Namun lambat laun pengaruh kekuasaan nabi Muhammad semakin meluas. Dan beliau menetapkan pembayaran zakat bagi kaum muslimin dan pajak bagi kaum non muslim. Dalam pelaksanaan program yang diterapkan oleh nabi ini juga sering mendapat kendala. Kendala-kendala yang muncul ini tidak hanya dari kaum non muslim tapi juga dari kaum muslimin sendiri.

Saat pandangan nabi tertuju pada masalah yang berada dalam wilayahnya yakni di semenanjung arab, disaat yang bersamaan muncul juga penyerangan dari bangsa rumawi. Nabi kemudian mengambil sikap untuk siap-siap untuk melakukan penyerangan juga terhadap bangsa romawi.

Penyebab Perang Tabuk
Perang tabuk terjadi sekitar bulan rajab tahun 9 hijriah, perang tabuk masih ada kaitannya dengan prang mu`tah yang sebelumnya juga meninggalkan dampak yang begitu besar bagi kaum muslimin yakni kaum muslimin mampu memperluas pengaruhnya hingga hampir seluruh semananjung arab. Namun tanpa disangka oleh kaum muslimin bahwa pemunduran diri bangsa romawi ternyata merupakan salah satu cara dari bangsa rumawi untuk melakukan penyerangan kembali terhadap kaum muslimin. Disaat kaum muslimin sedang berkonsentrasi terhadap masalah-masalah yang timbul dari dalam. Ternyata dari pihak rumawi sedang mempersiapkan diri untuk melakukan penyerangan di perbatasan wilayah arab sebelah utara.

Adapun sebab yang lain yang hampir menyebabkan perang tabuk meskipun setelah itu tidak terjadi perang, penyebab tersebut adalah ancaman dari ukaidir bin abdul malik al kindi, yakni seorang nasrani dan juga seorang amir dari daerah dumah, dimana dia mengancam akan memberontak dengan bantuan dari pasukan romawi, namun oleh nabi ancaman ini mampu dibendung dan akhirnya dihilangkan atas bantuan Khalid bin walid. Dan akhirnya ukaidir menjadi tawanan untuk membuka pintu gerbang dumah, yang kemudian Khalid bin walid meminta tebusan kepada rakyat dumah.

Selain itu ada penyebab lain yang berasal dari wilayah yang jaraknya tidak jauh dari madinah sekitar kuba. Yakni ada beberapa orang yang munafik terhadap ajaran-ajaran nabi, kemudian mereka mendirikan masjid yang bernama “masjid dirar” atau “masjid bencana”, dimana kaum munafik ini sering datang ke masjid tersebut. Kaum musyrikin ini hendak mengubah ajaran Allah, dan ingin memecah belah kaum muslimin. Kaum ini meminta nabi untuk meresmikan masjid dan sekalian salat di masjid tersebut. Permintaan mereka diajuan sebelum terjadi peristiwa tabuk. Tapi oleh nabi mereka di minta menunggu sampai nabi kembali dari ekspedisi tabuk. Namun setelah kembali nabi mengetahui masalah tentang tujuan dan maksud didirikannya masjid tersebu. Kemudian nabi memerintahkan untuk membakar masjid tersebut.

Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (QS. At Taubah, 9:107).

Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah, 9:108).

Kronologoi Perang Tabuk
Imperium Romawi yang menyatakan diri sebagai kerajaan Nasrani, merupakan sebuah kerajaan yang besar dan cukup kuat ketika itu. Akibat kekuatan tentera Romawi yang semakin kuat dan gagah, Raja Romawi ketika itu merasa perlu untuk mengembangkan pengaruhya hingga ke negeri-negeri Arab. Disamping itu, karena mendapati kabar yang memberitakan bahwa sebuah kerajaan baru yang bergelar Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW telah menundukkan seluruh kabilah Arab yang ada di Jazirah Arab. Lalu Raja Romawipun berkeinginan besar untuk menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Rasulullah SAW ketika itu dengan mengerahkan pasukannya yang berjumlah 40.000 orang.

Kaum Muslim yang telah mengetahu berita berkenaan keinginan Raja Romawi itu (kabar dari para pedagang yang kembali dari negeri Syam) kemudian dengan komando dari Rasulullah SAW kaum muslim melakukan persiapan-persiapan. Strategipun dirancang dengan sangat matang, karena perang ini akan dilakukan pada masa-masa sulit bagi kaum muslimin saat itu, dimana cuaca yang sangat panas sekali, musim kemarau, dan pada saat itu pula buah-buahan mulai ranum sehingga menyebabkan orang-orang lebih suka pada tempat-tempat mereka berteduh daripada ikut berperang bersama Rasulullah SAW. Kondisi yang sangat sulit tersebut menyebabkan dari kaum muslimin banyak yang meminta izin kepada Rasulullah untuk tidak ikut berperang dengan berbagai alasan padahal pada perang ini kaum muslim membutuhkan bala tentara yang cukup banyak. Tidak sampai disitu saja, orang-orang munafik yang tak ikut berperang itu pun selain mencari-cari alasan untuk tidak ikut berperang mereka juga memprovokasi orang-orang mukmin lainnya agar untuk tidak ikut berperang juga. Akhirnya, setelah berhasil menghimpun sejumlah 30,000 bala tentera, pasukan besar Muslim ini di bawah pimpinan Rasulullah sendiri berangkat menuju daerah Tabuk.

Dalam perjalanan menuju ke Tabuk, orang Islam telah diuji oleh Allah dengan kekurangan air dan cuaca yang terlalu panas. Tentera Islam mengadukan hal ini kepada Muhammad Rasulullah, lalu sejurus itu Rasulullah berdo’a kepada Allah. Lalu Allah mengabulkan permintaan Rasulnya dengan menurunkan hujan yang lebat sehingga orang Islam dapat minum dan mandi dengan sepuas-puasnya.

Tatkala Rasulullah SAW dan pasukannya sampai di Tabuk pada bulan Rejab ketika tahun ke-9 Hijrah (Oktober 631 M), mereka tidak menemukan tanda-tanda keberadaan pasukan Romawi. Dalam peristiwa ini, sekalipun tidak terjadi perang, yang terjadi adalah kehormatan Islam tetap terjaga dan umat Islam terbukti siap berkorban untuk menghadapi pasukan kufur. hingga 20 hari lamanya beliau beserta pasukannya bersiaga di Tabuk, dan peristiwa yang terjadi adalah beliau didatangi oleh Yuhana bin Ru’bah, penguasa daerah Ailah. Lalu ia membuat perjanjian (damai) dengan beliau dan bersedia membayar jizyah kepada beliau. Rasulullah SAW juga didatangi penduduk Jarba dan Adzrah, yang juga sanggup untuk membayar jizyah kepada beliau. Rasulullah SAW lalu membuat surat perjanjian dengan mereka.

Meski peperangan dengan Romawi tidak terjadi, misi pengerahan militer yang Rasulullah SAW lakukan berhasil meraih target, yaitu menggentarkan kekuatan musuh sekaligus memposisikan Negara Islam sejajar dengan kekuatan global yang ada waktu itu. Implikasi lain yang diperoleh Rasulullah SAW adalah keberhasilannya membuat daerah penyangga di perbatasan sebelah Utara dengan wilayah Romawi, dengan mengikat berbagai perjanjian bersama dengan kabilah-kabilah yang sebelumnya berada di bawah kontrol Romawi. Ini merupakan langkah strategis dengan menempatkan mereka sebagai ujung tombak dan sarana informasi mengenai aktivitas militer Romawi di wilayah perbatasan.

Dengan demikian, beliau telah membangun pondasi dan mempersiapkan langkah-langkah ‘go internasional ’, merambah daerah di luar Jazirah Arab. Langkah ini kelak mempermudah tugas Khulafaur Rasyidin untuk menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Setelah itu pasukan muslim pulang ke Madinah

Rasulullah Memutuskan Untuk Berangkat
Rasulullah SAW memandang keadaan dan perkembangan yang ada secara detil dan bijaksana. Apabila beliau bermalas-malasan dan menghindar dari peperangan melawan pasukan Romawi dalam kondisi yang dangat rawan ini, membiarkan pasukan romawi menjarah wilayah-wilayah yang tunduk kepada islam dan bergabung dengan madinah, maka justru akan membawa akibat yang kurang menguntungkan bagi dakwah islam dan pamor militer kaum muslimin. Jahiliyah yang masih merasuki jiwa manusia seusai perang Hunain, bisa bangkit kembali, dan orang munafik yang selalu mencari celah untuk menancapkan tombaknya dari arah belakang. Sementara paada saat yang sama pasukan romawi bisa melancarkan serangan terhadap kaum muslimin dari arah depan. Begitulah upaya yang harus dilakukan beliau dan para sahabat dalam menyebarkan islam. Peperangan dan aktivitas militer seakan tak pernah berhenti dan tak ada ujungnya. Rasulullah memenyadari semua, karena beliau memutuskan untuk berangkat menghadapi pasukan romawi di daerah perbatasan mereka, sekalipun keadaan saat itu cukup sulit dan berat. Beliau tidak ingin membiarkan pasukan romawi masuk lebih jauh ke wilayah islam.

Rasulullah Mengumumkan Untuk Melakukan Persiapan
Setelah Rasulullah mengambil sikap yang hebat, maka beliau mengumumkan kepada para sahabat agar siap-siap untuk berperang melawan pasukan romawi. Beliau mengirim utusan untuk mendatangi berbagai kabilah arab dan penduduk makah agar ikut bergabung. Jarang sekali beliau mengumumkan secara langsung tetapi karena melihat keadaan saat itu yang sangat rawan dan siatuasinyayang cukup berat, maka beliau mengumumkan secara langsung keinginan untuk perang dengan pasukan romawi. Beliau menjelaskan secara gemblang permasalahannya kepada orang-orang agar mereka bisa melakukan persiapan secara matang matang, dan mendorong mereka untuk berjihad. Beliau menyuruh untuk menguatkan hati dan berjihad. Beliau juga mendorong mereka untuk mengeluarkan sedekah dan menginfakkan kelebihan harta fi sabilillah.

Pasukan Islam Berangkat Ke Tabuk
Begitulah persiapan yang dilakukan pasukan islam sebelum berangkat. Rasulullah menunjuk Muhammad bin musalamah Al-Anshari atau menurut pendapat lain adalah Shiba’ bin Urfuthah, sebagai wakil beliau di Madinnah untuk menjaga keluarga yang ditinggalkan. Beliau mewakilkannya kepada Ali bin Abu Thalib dan menyuruhnya agar tinggal bersama mereka dan mengamati orang-orang munafik.

Pada hari kamis, rasulullah bergerak ke arah utara dengan tujuan Tabuk. Karena jumlah pasukannya sangat besar yaitu sebanyak tiga puluh ribu pasukan, maka persiapan untuk membekali pasukan ini tidak sempurna, sekalipun cukup banyak harta yang disedekahkan orang-orang muslim. Bahkan dibandingkan dengan jumlah personil yang sebanyak itu, bekal dan tanggungan yang ada dianggap terlalu sedikit. Delapan belas orang hanya mendapat jatah satu ekor unta. Boleh jadi mereka memakan dedaunan, sekedar untuk membasahi bibir, dan terpaksa mereka harus menyembelih unta sekalipun jumlahnya hanya sedikit uuntuk diambil air dari badannya disamping dimakan dagingnya. Karena itu pasukan ini disebut dengan Jaisyul Usrah (pasukan yang keadaannya sulit).

Dalam perjalanan perang tabuk pasukan islam ini melewati Al Hijr, perkampungan orang-orang Tsamud yang dahulunya mereka pernah memotong batu-batu besar dilembah untuk bahan bangunan atau tempat sembunyi(wadil Qura). Orang-orang mengambil air dari sumur yang ada dilembah itu. Saat istirahat rasulullah bersabda “janganlah kalian meminum air disini dan janganlah pula mempergunakan wudhu untuk shalat. Adonan yang sudah dibuat berikanlah pada unta dan janganlah kalian memakannya walaupun sedikit. Sumur yang boleh diminum hanyalah sumur yang pernah dihampiri unta nabi”.

Dan dari Ash Shahihain disebutkan dari Umar, “saat nabi melewati Al Hijr beliau besabda “janganlah kalian memasuki tempat-tempat yang dahulunya orang-orang Tsamud itu menganiaya diri mereka, sehingga kalian tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis. Kemudian beliau menundukkan kepala dan mempercepat jalannya hingga dapat melewati lembah tersebut.

Pasukan Islam Tiba Di Tabuk
Pasukan islam sampai di Tabuk dan berkemah disana. Mereka siap bertempur melawan musuh. Rasulullah berdiri di hadapan pasukan dan menyampaikan pidato dengan penuh semangat, dan kata-kata yang kandungan maknanya amat luas. Menganjurkan kepada kebaikan dunia dan akhirat memberi peringatan dan ancaman, memberi kabar gembira dan kabar yang menyenangkan. Hingga mental prajurit-prajurit benar-benar siap dengan semangat yang membara. Sekalipun bekal dan perlengkapan mereka sangat minim.
Sebaliknya ketika pasukan Romawi dan sekutu-sekutunya sudah mendengar bahwa rasulullah menggalang pasukan, muncul ketakutan dan kekhawatiran yang merambat hati mereka. Sehingga mereka tidak berani maju atau merencanakan serangan. Mereka berpencar-pencar di batas wilayah mereka sendiri. Tentu saja hal ini mengangkat pamor militer islam di dalam jazirah arab dan sekaligus mendulang kepentingan politik yang amat besar manfaatnya.

Karena itu rasulullah didatangi Yuhannah bin Ru’bah pemimpin daerah Ailah menawarkan perjanjian damai dengan beliau dan siap menyerahkan jizyah kepada beliau. Begitu pula yang dilakukan penduduk Jarba’ dan Adruj. Beliau menulis selembar perjanjian yang kemudian mereka pegang. Untuk pemimpin Ailah, beliau menuliskan surat perjanjian sebagai berikut :
“Bismillahir rahmanir rahim. Ini merupakan surat perjanjian keamanan dari Allah dan Muhammad, nabi dan Rasul Allah, kepada Yuhannah bin Ru’bah dan penduduk Ailah. Perahu dan kendaraan-kendaraan mereka di daratan dan di lautan berhak mendapatkan jaminan perlindungan Allah dan Muhammad sang nabi, juga berlaku bagi siapapun yang bersamaannya dari penduduk Syam dan penduduk dipesisir pantai. Siapa pun diantara mereka yang melanggar perjanjian, maka hartanya tidak akan dapat melindungi dirinya, yang berarti siapa pun boleh menggambilnya. Mereka tidak boleh dirintangi untuk mengambil air biasa mereka ambil dan jalan mereka di darat maupun di laut tidak boleh diiringi.

Muhammad kembali dengan memimpin ribuan anggota Pasukan ‘Usra ini dari perbatasan Syam ke Medinah, bukanlah soal yang ringan. Mereka itu kebanyakan tidak mengerti makna persetujuan yang telah diadakan dengan amir Ailah dan negeri-negeri tetangganya, Juga mereka tidak menganggap begitu penting persetujuan-persetujuan yang telah dibuat oleh Muhammad guna menjamin keamanan di perbatasan seluruh jazirah itu serta dibangunnya benteng-benteng ditempat-tempat itu sebagai perbatasan dengan pihak Rumawi. Sebaliknya yang dapat mereka lihat hanyalah, bahwa mereka menempuh jalan yang sulit dan panjang ini, dengan mengalami gangguan-gangguan, kemudian kembali tanpa membawa rampasan, tanpa membawa tawanan perang, bahkan berperang juga tidak. Segala yang dapat mereka lakukan hanyalah tinggal di Tabuk selama hampir duapuluh hari.

Kembali Ke Madinah
Setelah pasukan islam meninggalkan tabuk dengan membawa kemenangan, tanpa mengalami tekanan sedikit pun. Dengan perjalanan ini Allah telah mencukupkan peperangan bagi orang-orang muslim. Keberangkatan beliau ke Tabuk pada bulan rajab dan pulang dari sana pada bulan ramadhan. Peperangan ini memakan waktu selama lima puluh hari. Beliau berada di Tabuk selama dua puluh hari, sedangkan sisanya dihabiskan diperjalanan pulang pergi. Ini merupakan peperangan beliau yang terakhir kali.

Dampak Yang Ditimbulkan Setelah Perang Tabuk
Dampak Bagi Kaum Muslmin
Ø Memperkokoh kekuasaan kaum muslimin di jazirah arab.
Ø Dengan kalahnya orang-orang jahilyah di jazirah arab, maka kaum muslimin semakin mudah dalam memperluas wilayahnya tanpa halangan-halangan dari kaum jahiliyah.
Ø Membangun pondasi dan mempersiapkan langkah-langkah ‘go internasional ’, merambah daerah di luar Jazirah Arab. Langkah ini kelak mempermudah tugas Khulafaur Rasyidin untuk menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Ø Tersingkapnya kedok orang munafiq dengan turunnya wahyu, sehingga tak ada sesuatupun ya
Ø Pada saat itu Allah memberitaukan Nabi Muhammad lewat turunya ayat al qur’an. Ayat ini diberitahukan kepada nabi untuk berhati-hati dengan orang-orang munafik.

Dampak Bagi Masyarakat Non Islam
Ø Sirnanya harapan orang-orang jahiliyah dan kaum munafiq yang selalu menantikan kebinasaan kaum muslimin.
Ø Dengan kekalahan tersebut tentu sangat mempengaruhi perasaan-perasaan dari kaum jahiliyah, dan memukul mundur perasaan untuk mengalahkan kaum muslimin.
Ø Allah memerintahkan untuk menghancurkan masjid dhirar.
Ø Dengan dihancurkannya masjid dihrar maka akan mematahkan siasat kaum orang munafik. Dan kaum muslimin tidak akan terpengaruh dengan siasat kaum munafik yang ingin memecah belah kaum muslimin.
Ø Allah memerintahkan untuk berbuat keras terhadap orang-orang munafiq, hingga melarang untuk menerima shadaqah mereka, menshalatkan jenazah, memohonkan ampun untuk mereka dan memohonkan ampun (berdo’a) di kuburan mereka.
Ø Hal tersebut dikarenakan kekejian-kekejian yang dilakukan oleh kaum jahiliyah dan atas penolakan atas ajaran agama islam.

Perkembangan Kaum Muslimin Setelah Terjadinya Perang Tabuk
Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang terjadi ketika masa Rasulullah SAW dan dalam beberapa peperangan yang dilakukan dan dimenangkan oleh kaum Muslim menambah pengaruh yang besar bagi Islam ketika di bawah kepemimpinan beliau. Beliau mampu menciptakan stabilitas keamanan dan perdamaian, memadamkan bara cobaan, menuntaskan permusuhan antara Islam dan paganisme, dan membuka kepada penyebaran dakwah. Selain itu, baliau mampu memunculkan beberapa tokoh dan komandan pasukan yang siap berhadapan dengan pasukan Persia dan Romawi di berbagai pertempuran di Iraq dan Syam. Mereka dapat mengungguli musuh dengan strategi perang yang dilatih langsung Rasulullah SAW.

Dengan peperangan itu pula Rasulullah SAW mampu membuka lahan tempat tinggal dan lapangan pekerjaan bagi orang-orang Muslim, hingga dapat memecahkan berbagai problem yang mereka hadapi saat datang ke Madinah tanpa membawa harta dan tanpa memiliki tempat tinggal. Perlengkapan perang, senjata, baju besi dan anggaran belanja untuk keperluan ini juga tersedia, yang semuanya dapat diwujudkan tanpa ada sedikitpun kezhaliman dan kesewang-wenangan terhadap Allah.

Peperangan yang dilakukan oleh umat Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pamor mereka dan semakin menguatkan mereka di Jazirah Arab. Kini orang-orang mulai menyadari bahwa tidak ada satu kekuatan kecuali kekuatan Islam. Sisa dan harapan angan-angan masih bersemayam di hati orang-orang munafik dan jahiliyyah mulai sirna. Sebelumnya mereka masih berharap banyak terhadap pasukan Romawi untuk menuntaskan pasukan Muslimin. Namun, setelah Perang Tabuk ini membuat mereka sudah kehilangan nyali dan pasrah terhadap kekuatan yang ada karena mereka sudah tidak mempunyai celah dan peluang untuk melakukan konspirasi.
Beberapa kabilah Arab memang mengirim utusan kepada Rasulullah SAW setelah perang penaklukan Mekah dan bahkan sejak sebelumnya. Tetapi setelah Perang Tabuk ini, pengiriman utusan kepada beliau lebih intens. Ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh yang dihasilkan setelah peperangan ini.

Oleh karena pengaruh Islam yang begitu kuat setelah penaklukan Mekah dan terlebih dipertegas dengan Perang Tabuk ini, begitu banyak manusia berbondong-bondong memasuki agama Islam. Banyak utusan yang datang ke Madinah pada tahun 9 H dan 10 H. Pasukan Islam yang hanya berjumlah sepuluh ribu prajurit pada saat penaklukan Mekah, langsung membengkak menjadi tiga puluh ribu prajurit pada waktu Perang Tabuk. Padahal rentang waktu antar keduanya hanya berjarak tidak sampai setahun penuh. Kemudian pada waktu haji wada’ kita bisa melihat hamparan laut manusia sebanyak seratus empat puluh empat ribu orang, yang semuanya bergerak di sekeliling Rasulullah SAW sambil mengumandangkan talbiyah, takbir, tahmid, dan tasbih. Suara mereka berkumandang memenuhi angkasa dan membahana di seluruh penjuru tempat.
Beberapa utusan yang datang kepada Rasulullah SAW untuk menyatakan masuk Islam semakin intens setelah Perang Tabuk. Akan tetapi, dalam makalah ini yang dibahas hanya beberapa dan secara garis besar. Utusan yang datang kepada Rasulullah SAW, yakni:
Ø Utusan dari Tsaqif. Mereka datang pada bulan Ramadhan, sepulang Rasulullah SAW dari Tabuk. Adapun latar belakang keislaman mereka, karena pemimpin Urwah bin Mas’ud, Ats-Tsaqafi membuntuti Rasulullah SAW sepulang dari Perang Tha’if pada bulan Dzulhijjah 8 H. Sebelum tiba di Madinah, dia menemui beliau dan masuk Islam. Lalu dia kembali lagi di tengah kaumnya dan memenuhi ajakannya karena sebelumnya dia memang pemimpin yang disegani dan ditaati. Dialah di antara pemimpin yang paling dicintai kaumnya. Akan tetapi, ketika dia mengajak mereka agar masuk Islam, justru mereka melancarkan serangan anak panah dari segala penjuru hingga dia meninggal dunia.
Ø Surat dari raja-raja Yaman. Sepulang dari Perang Tabuk, Nabi SAW menerima surat dari raja-raja Himyar. Raja-raja itu adalah Al-Harits bin Kulal, An-Nu’man bin Qail Dzu Ru’ain, Hamdan dan Ma’afir. Adapun yang menjadi utusan mereka untuk menemui Rasulullah SAW adalah Malik bin Murrah Ar-Rahawi. Mereka mengutus Malik kepada beliau untuk menyatakan keislaman mereka dan ketetapan meninggalkan syirik dan para pendukungnya. Beliau menulis surat balasan kepada mereka, berisi penjelasan tentang hak-hak yang diperoleh orang-orang Muslim dan kewajiban-kewajiban mereka. Sedangkan orang-orang yang mengikat perjanjian dari kalangan non-Muslim mendapat perlindungan Allah dan Rasul-Nya jika mereka bersedia membayar jizyah. Beliau juga mengutus beberapa orang dari sahabat ke sana yang dipimpin Mu’adz bin Jabal.
Ø Utusan dari Hamdan. Para utusan ini datang pada tahun 9 H, sepulang Nabi SAW dari Perang Tabuk. Beliau menulis sebuah perjanjian bagi mereka dan memberikan apa yang mereka minta. Beliau menunjuk Malik bin An-Namath sebagai pemimpin mereka, khususnya bagi kaumnya yang telah masuk Islam. Beliau mengutus Khalid bin Walid kepada keseluruhan dengan tugas menyeru mereka kepada Islam. Enam bulan dia berada di sana untuk berdakwah, tetapi mereka tetap menolak ajakannya. Kemudian beliau mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Khalid bin Walid. Dia datang ke Hamdan, membacakan surat Rasulullah SAW menyeru mereka kepada Islam dan akhirnya mereka pun masuk Islam semuanya. Ali menulis surat kepada beliau, mengabarkan keislaman mereka. Setelah membacanya beliau melakukan sujud, lalu mengangkat kepala seraya bersabda, “Kesejahteraan atas Hamdan. Kesejahteraan atas Hamdan.”
Ø Utusan Bani Fazarah. Para utusan ini datang pada tahun 9 H. Sepulang Rasulullah SAW dari Perang Tabuk. Jumlah mereka ada sepuluh orang lebih untuk menyatakan Islam. Mereka juga membawa misi untuk mengadukan masalah kekeringan yang melanda wilayah mereka. Maka beliau naik ke atas mimbar, mengangkat kedua tangan dan memintkan hujan. Nabi bersabda, “Ya Allah, turunkanlah hujan ke negeri-Mu dan hewan ternak-Mu, sebarkanlah rahmat-Mu, hidupkanlah negeri-Mu yang mati. Ya Allah turunkanlah hujan yang lebat, bermanfaat, menyenangkan, susul menyusul, meluas, segera dan tidak ditunda-tunda, bermanfaat dan tidak berbahaya. Ya Allah turunkanlah hujan berupa rahmat, bukan hujan berupa siksaan, kehancuran, menenggelamkan, dan tidak memusnahkan. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan tolonglah kami dalam mengalahkan musuh.”

Para utusan datang kepada Rasulullah SAW datang secara bergiliran dimulai dari tahun ke 5 H sampai dengan tahun ke 11 H dan yang paling banyak utusan yang datang kepada Nabi datang pada tahun 9 H setelah Perang Tabuk. Kedatangan para utusan secara terus-menerus dan bergiliran ini menunjukkan sebarapa jauh dakwah Islam yang sudah bisa diterima secara menyeluruh, kekuasaan dan pamornya di seluruh pelosok Jazirah Arab. Semua bangasa Arab melihat ke Madinah dengan pandangan hormat sehingga tidak terlihat satu penghalang untuk tunduk ke kuasa Madinah. Madinah sudah berubah menjadi ibukota Jazirah Arab.

Kesimpulan
Perang Tabuk dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari Perang Mu`tah karena perang ini dilakukan antara pasukan Muslimin dan pasukan Romawi yang pernah berperang juga ketika Perang Mu’tah, namun dalam perang tersebut tidak ada pihak yang menang ataupun kalah dan masing-masing ingin berebut pengaruh di wilayah Semenanjung Arab. Selain itu, disebabkan oleh terbunuhnya tiga pejuang islam sehingga hal ini membuat kaum muslimin menjadi terpacu semangatnya untuk berjihad di jalan Allah.

Dalam Perang Tabuk ini, kaum Muslimin menang tanpa ada kontak fisik dengan bangsa Romawi karena mereka sudah ketakutan terlebih dahulu melihat jumlah kaum muslimin yang besar dan akhirnya mundur tanpa berperang. Perang Tabuk merupakan peperangan terakhir ketika zaman Rasulullah dan membawa pengaruh yang besar bagi kaum Muslimin. Kedudukan mereka semakin kuat di Jazirah Arab dan pengaruh Islam semakin kuat di kalangan mereka dengan banyaknya orang yang berbondong-bondong masuk Islam.

Ekspedisi Tabuk
Ekspedisi Tabuk (Arab: غزوة تبوك; Perang Tabuk/Pertempuran Tabuk), adalah ekspedisi yang dilakukan umat Islam pimpinan Muhammad pada 630 M atau 9 H, ke Tabuk, yang sekarang terletak di wilayah Arab Saudi barat laut.

Latar Belakang
Pada September 629, pasukan Islam gagal mengalahkan pasukan Bizantium (Romawi Timur) dalam pertempuran Mu'tah. Banyak yang menganggap hal ini sebagai tanda melemahnya kekuatan umat Islam, dan memancing beberapa kabilah Arab menyerang umat Muslim di Madinah. Pada musim panas tahun 630, umat Muslim mendengar kabar bahwa Bizantium dan sekutu Ghassaniyah-nya telah menyiapkan pasukan besar untuk menginvasi Hijaz dengan kekuatan sekitar 40.000-100.000 orang. Di lain pihak, Kaisar Bizantium Heraclius menganggap bahwa kekuasaan kaum Muslimin di Jazirah Arab berkembang dengan pesat, dan daerah Arab harus segera ditaklukkan sebelum orang-orang Muslim menjadi terlalu kuat dan dapat menimbulkan masalah bagi Bizantium.

Ekspedi
Untuk melindungi umat Islam di Madinah, Muhammad memutuskan untuk melakukan aksi preventif, dan menyiapkan pasukan. Hal ini disulitkan dengan adanya kelaparan di tanah Arab dan kurangnya kas umat Muslimin. Namun, Muhammad berhasil mengumpulkan pasukan yang terdiri dari 70.000 orang, jumlah pasukan terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam.

Setelah sampai di Tabuk, umat Islam tidak menemukan pasukan Bizantium ataupun sekutunya. Menurut sumber-sumber Muslim, mereka menarik diri ke utara setelah mendengar kedatangannya pasukan Muhammad. Namun tidak ada sumber non-Muslim yang mengkonfirmasi hal ini. Pasukan Muslim berada di Tabuk selama 10 hari. Ekspedisi ini dimanfaatkan Muhammad untuk mengunjungi kabilah-kabilah yang ada di sekitar Tabuk. Hasilnya, banyak kabilah Arab yang sejak itu tidak lagi mematuhi Kekaisaran Bizantium, dan berpihak kepada Muhammad dan umat Islam. Dia juga berhasil mengumpulkan pajak dari kabilah-kabilah tersebut.

Saat hendak pulang dari Tabuk, rombongan Muhammad didatangi oleh para pendeta Kristen di Lembah Sinai. Muhammad berdiskusi dengan mereka, dan terjadi perjanjian yang mirip dengan Piagam Madinah bagi kaum Yahudi. Piagam ini berisi perdamaian antara umat Islam dan umat Kristen di daerah tersebut. Muhammad akhirnya kembali ke Madinah setelah 30 hari meninggalkannya. Umat Islam maupun Kekaisaran Bizantium tidak menderita korban dari peristiwa ini, karena pertempuran tidak pernah terjadi.

Reorientasi
Perang Tabuk adalah peperangan yang sangat masyhur, inilah perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW. Begitu tabahnya sahabat dalam melaksankan perintah Rasulullah SAW dan mengharap ridha Allah dari peperangan ini. Sebab, saat kepergian mereka ke medan perang bertepatan dengan masa panen.

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa awal mula dari perang Tabuk ini, ketika sampailah berita kepada Nabi SAW bahwa Raja Romawi akan menyerang Madinah Munawwarah dengan bala tentara yang besar melalui Syam. Terhadap berita ini, maka pada hari Kamis tanggal 5 bulan Rajab tahun kesembilan Hijriyah, Beliau telah berangkat dari Madinah untuk melawan penyerangan ini.

Ketika itu, cuaca sangat panas dan musuh pun sangat besar. Nabi SAW mengumumkan kepada pasukan Muslim bahwa mereka akan berangkat untuk menghadapi Raja Romawi dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Maka untuk itu, Beliau menganjurkan pengumpulan dana. Pertempuran inilah yang menyebabkan Abu Bakar ra mengorbankan seluruh hartanya, sehingga ketika ia ditanya oleh Nabi SAW, “Apa yang kamu tinggalkan di rumahmu? Ia menjawab, “Kutinggalkan Allah dan Rasul-Nya bersama mereka.”
Umar ra juga telah mengorbankan setengah hartanya. Begitupun dengan Utsman ra yang mengorbankan perlengkapan perang untuk sepertiga pasukan. Beserta sahabat lainnya, menginfakkan lebih dari kemampuan mereka. Padahal, pada masa itu keadaan para sahabat sedang susah, sehingga seekor unta harus dikendarai oleh sepuluh orang sahabat bergantian. Oleh sebab itu, perang ini pun disebut sebagai Jaysyul-‘Usrah yaitu pasukan kesulitan.Jarak nya sangat jauh dan berlangsung pada musim yang sangat panas. Seiring dengan itu, kebun-kebun kurma di Madinah sendang musim panen, dan sebagian besar penduduk Madinah bergantung pada bertanam kurma. Itulah jalan rezeki mereka selama setahun.

Inilah ujian iman yang sangat berat bagi kaum Muslimin. Di satu sisi, rasa takwa kepada Allah dan perintah Nabi SAW yang tidak mungkin mereka abaikan, dan di sisi lain berbagai kesulitan yang setiap waktu datang menghadang, khususnya terhadap usaha mereka selama  setahun. Mereka telah berusaha keras terhadap tanaman mereka, sehingga sulit untuk meninggalkan kebun yang dalam keadaan siap panen tersebut tanpa ada yang memeliharanya. Namun, karena ketakwaan mereka kepada Allah lebih besar dari hal-hal yang lain, mereka segera menyambut seruan Rasulullah SAW. Maka, saat itu yang tinggal di Madinah hanyalah kaum munafik, orang-orang udzur, perempuan, anak-anak, dan sebagian sahabat tidak ada kendaraan yang dapat ditunggangi. Padahal, mereka sangat ingin menyertai pasukan itu.  Hingga mereka pun menangisi hal ini

Allah mengabadikan hal ini dengan berfirman: “Mereka kembali, sedangkan mata mereka bercucuran air mata karena sedih tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan.” (At-Taubah:92)

Di tengah perjalanan, mereka melewati puing-puing perkampungan kaum Tsamud. Nabi SAW menutupi wajahnya yang penuh nur sambil mempercepat untanya dan memerintahkan para sahabat berbuat serupa. Beliau bersabda, “Kita harus segera melewati tempat ini. Menangislah dan tanamkan rasa takut setiap melewati tempat orang-orang zhalim. Semoga adzab tersebut tidak diturunkan ke atas kalian, sebagaimana telah diturunkan ke atas mereka.”

Walaupun Rasulullah SAW adalah kekasih Allah, Beliau tetap merasa takut ketika melewati tempat orang-orang yang pernah diadzab oleh Allah. Begitu pula para sahabat, walaupun keadaan mereka sangat memprihatinkan, mereka tetap menunjukkan kesetiaan. Beliau menyuruh mereka pergi sambil menangis, jangan-jangan adzab turun kepada mereka. Inilah keistimewaan para sahabat dimata Allah dan Rasul-Nya. Mereka siap menerima seruan Rasul dalam memperjuangkan agama Allah.

Perang Tabuk dan Kemunculan Orang-Orang Munafik
Tabuk saat itu bercuara panas. Pasukan Muslim tengah bersiap menghadapi perang besar. Namun, di sinilah ujian Allah. Dengan kondisi demikian itu, Allah akan menunjukkan siapa saja di antara kaum Muslimin yang berlaku munafik dan beriman kepada Allah.

Orang-orang munafik berkata kepada sebagian yang lain, janganlah kalian berperang di musim panas.” Sementara itu, sebagian yang lain datang kepada Rasulullah SAW menyatakan, Berilah izin kepadaku dan janganlah kamu menjerumuskan aku ke dalam fitnah. Demi Allah, kaumku tidak mengenal orang yang lebih mengagumi wanita selain daripada aku. Aku khawatir tidak dapat bersabar melihat wanita yang berambut pirang.” 

Rasulullah SAW berpaling darinya dan memberikan izin kepadanya. Dalam pada itu, Abdullah bin Ubay bin Salul telah berkemah di sebuah tempat di Madinah bersama kelompok pendukung dan sekutunya. Ketika Rasulullah SAW bergerak menuju Tabuk, ia (Abdullah bin Ubay) bersama rombongannya tidak bersedia berangkat bersama Nabi SAW.

Di antara ayat Alquran yang diturunkan berkenaan dengan sikap orang-orang munafik ini adalah:Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah SAW, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata, Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah, Api neraka jahanam itu lebih panas, jika mereka mengetahui.” (QS At-Taubah [9]: 81).

Di antara mereka ada orang yang berkata, Berikanlah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.” (QS At-Taubah 49).

Sedangkan kaum Muslimin datang kepada Rasulullah SAW dari setiap pelosok. Dalam menghadapi peperangan ini Rasulullah SAW telah mengimbau orang-orang kaya agar menyumbangkan dana dan kendaraan yang mereka miliki sehingga banyak di antara mereka yang menyerahkan harta dan perlengkapan. Usman RA menyerahkan 300 keping uang sebanyak 1.000 dinar yang diletakkan di kamar Rasulullah SAW. Sedangkan Abu Bakar RA menyerahkan semua hartanya dan Umar RA menyerahkan separuh dari hartanya.

Beberapa orang dari kaum Muslimin yang dikenal dengan panggilan al-Buka‘un (orang-orang yang menangis) datang kepada Rasulullah SAW meminta kendaraan guna pergi berjihad bersamanya, tetapi Nabi SAW menjawab mereka, Aku tidak punya kendaraan lagi untuk membawa kalian.” Kemudian mereka kembali dengan meneteskan air mata karena sedih tidak dapat ikut serta berjihad.

Rasulullah SAW keluar bersama sekitar 30 ribu personel kaum Muslimin. Di antara kaum Muslimin ada beberapa orang yang tidak ikut berperang, bukan karena ragu dan bimbang, yaitu Ka’ab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi’, Hilal bin Umaiyah, dan Abu Khaitsamah. Mereka ini seperti dikatakan oleh Ibnu Ishaq adalah orang-orang yang jujur dan tidak diragukan lagi keislaman mereka. Hanya Abu Khaitsamah yang kemudian menyusul Rasulullah SAW di Tabuk.

Sumber : Google Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...