KISAH PERANG TABUK
Orientasi
Setelah kota mekah dibersihkan (fathul
mekkah),yang secara simbolik kota mekkah menjadi daerah kekuasaan kaum muslimin
meskipun masih banyak juga kaum non muuslim yang tinggal. Untuk perkembangan
kaum muslimin setelah fathul mekah, tidak jauh berbeda dengan sebelum fathul
mekah, meskipun perbedaannya sekarang kaum muslimin sudah memiliki kota mekah.
Namun lambat laun pengaruh kekuasaan nabi Muhammad semakin meluas. Dan beliau
menetapkan pembayaran zakat bagi kaum muslimin dan pajak bagi kaum non muslim. Dalam
pelaksanaan program yang diterapkan oleh nabi ini juga sering mendapat kendala.
Kendala-kendala yang muncul ini tidak hanya dari kaum non muslim tapi juga dari
kaum muslimin sendiri.
Saat pandangan nabi tertuju pada masalah yang
berada dalam wilayahnya yakni di semenanjung arab, disaat yang bersamaan muncul
juga penyerangan dari bangsa rumawi. Nabi kemudian mengambil sikap untuk
siap-siap untuk melakukan penyerangan juga terhadap bangsa romawi.
Penyebab
Perang Tabuk
Perang tabuk terjadi sekitar bulan rajab
tahun 9 hijriah, perang tabuk masih ada kaitannya dengan prang mu`tah yang
sebelumnya juga meninggalkan dampak yang begitu besar bagi kaum muslimin yakni
kaum muslimin mampu memperluas pengaruhnya hingga hampir seluruh semananjung
arab. Namun tanpa disangka oleh kaum muslimin bahwa pemunduran diri bangsa
romawi ternyata merupakan salah satu cara dari bangsa rumawi untuk melakukan
penyerangan kembali terhadap kaum muslimin. Disaat kaum muslimin sedang
berkonsentrasi terhadap masalah-masalah yang timbul dari dalam. Ternyata dari
pihak rumawi sedang mempersiapkan diri untuk melakukan penyerangan di
perbatasan wilayah arab sebelah utara.
Adapun sebab yang lain yang hampir
menyebabkan perang tabuk meskipun setelah itu tidak terjadi perang, penyebab
tersebut adalah ancaman dari ukaidir bin abdul malik al kindi, yakni seorang
nasrani dan juga seorang amir dari daerah dumah, dimana dia mengancam akan
memberontak dengan bantuan dari pasukan romawi, namun oleh nabi ancaman ini
mampu dibendung dan akhirnya dihilangkan atas bantuan Khalid bin walid. Dan
akhirnya ukaidir menjadi tawanan untuk membuka pintu gerbang dumah, yang
kemudian Khalid bin walid meminta tebusan kepada rakyat dumah.
Selain itu ada penyebab lain yang berasal
dari wilayah yang jaraknya tidak jauh dari madinah sekitar kuba. Yakni ada
beberapa orang yang munafik terhadap ajaran-ajaran nabi, kemudian mereka
mendirikan masjid yang bernama “masjid dirar” atau “masjid bencana”, dimana kaum
munafik ini sering datang ke masjid tersebut. Kaum musyrikin ini hendak
mengubah ajaran Allah, dan ingin memecah belah kaum muslimin. Kaum ini meminta
nabi untuk meresmikan masjid dan sekalian salat di masjid tersebut. Permintaan
mereka diajuan sebelum terjadi peristiwa tabuk. Tapi oleh nabi mereka di minta
menunggu sampai nabi kembali dari ekspedisi tabuk. Namun setelah kembali nabi
mengetahui masalah tentang tujuan dan maksud didirikannya masjid tersebu.
Kemudian nabi memerintahkan untuk membakar masjid tersebut.
Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan
masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk
kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu
kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak dahulu.
mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” dan
Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam
sumpahnya).
(QS. At Taubah, 9:107).
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu
selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah, 9:108).
Kronologoi
Perang Tabuk
Imperium Romawi yang menyatakan diri sebagai
kerajaan Nasrani, merupakan sebuah kerajaan yang besar dan cukup kuat ketika
itu. Akibat kekuatan tentera Romawi yang semakin kuat dan gagah, Raja Romawi
ketika itu merasa perlu untuk mengembangkan pengaruhya hingga ke negeri-negeri
Arab. Disamping itu, karena mendapati kabar yang memberitakan bahwa sebuah
kerajaan baru yang bergelar Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW telah
menundukkan seluruh kabilah Arab yang ada di Jazirah Arab. Lalu Raja Romawipun
berkeinginan besar untuk menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai oleh
Rasulullah SAW ketika itu dengan mengerahkan pasukannya yang berjumlah 40.000
orang.
Kaum Muslim yang telah mengetahu berita
berkenaan keinginan Raja Romawi itu (kabar dari para pedagang yang kembali dari
negeri Syam) kemudian dengan komando dari Rasulullah SAW kaum muslim melakukan
persiapan-persiapan. Strategipun dirancang dengan sangat matang, karena perang
ini akan dilakukan pada masa-masa sulit bagi kaum muslimin saat itu, dimana
cuaca yang sangat panas sekali, musim kemarau, dan pada saat itu pula
buah-buahan mulai ranum sehingga menyebabkan orang-orang lebih suka pada
tempat-tempat mereka berteduh daripada ikut berperang bersama Rasulullah SAW.
Kondisi yang sangat sulit tersebut menyebabkan dari kaum muslimin banyak yang
meminta izin kepada Rasulullah untuk tidak ikut berperang dengan berbagai
alasan padahal pada perang ini kaum muslim membutuhkan bala tentara yang cukup
banyak. Tidak sampai disitu saja, orang-orang munafik yang tak ikut berperang
itu pun selain mencari-cari alasan untuk tidak ikut berperang mereka juga
memprovokasi orang-orang mukmin lainnya agar untuk tidak ikut berperang juga.
Akhirnya, setelah berhasil menghimpun sejumlah 30,000 bala tentera, pasukan
besar Muslim ini di bawah pimpinan Rasulullah sendiri berangkat menuju daerah
Tabuk.
Dalam perjalanan menuju ke Tabuk, orang Islam
telah diuji oleh Allah dengan kekurangan air dan cuaca yang terlalu panas.
Tentera Islam mengadukan hal ini kepada Muhammad Rasulullah, lalu sejurus itu
Rasulullah berdo’a kepada Allah. Lalu Allah mengabulkan permintaan Rasulnya
dengan menurunkan hujan yang lebat sehingga orang Islam dapat minum dan mandi
dengan sepuas-puasnya.
Tatkala Rasulullah SAW dan pasukannya sampai
di Tabuk pada bulan Rejab ketika tahun ke-9 Hijrah (Oktober 631 M), mereka
tidak menemukan tanda-tanda keberadaan pasukan Romawi. Dalam peristiwa ini, sekalipun
tidak terjadi perang, yang terjadi adalah kehormatan Islam tetap terjaga dan
umat Islam terbukti siap berkorban untuk menghadapi pasukan kufur. hingga 20
hari lamanya beliau beserta pasukannya bersiaga di Tabuk, dan peristiwa yang
terjadi adalah beliau didatangi oleh Yuhana bin Ru’bah, penguasa daerah Ailah.
Lalu ia membuat perjanjian (damai) dengan beliau dan bersedia membayar jizyah
kepada beliau. Rasulullah SAW juga didatangi penduduk Jarba dan Adzrah, yang
juga sanggup untuk membayar jizyah kepada beliau. Rasulullah SAW lalu membuat
surat perjanjian dengan mereka.
Meski peperangan dengan Romawi tidak terjadi,
misi pengerahan militer yang Rasulullah SAW lakukan berhasil meraih target,
yaitu menggentarkan kekuatan musuh sekaligus memposisikan Negara Islam sejajar
dengan kekuatan global yang ada waktu itu. Implikasi lain yang diperoleh
Rasulullah SAW adalah keberhasilannya membuat daerah penyangga di perbatasan
sebelah Utara dengan wilayah Romawi, dengan mengikat berbagai perjanjian
bersama dengan kabilah-kabilah yang sebelumnya berada di bawah kontrol Romawi.
Ini merupakan langkah strategis dengan menempatkan mereka sebagai ujung tombak
dan sarana informasi mengenai aktivitas militer Romawi di wilayah perbatasan.
Dengan demikian, beliau telah membangun
pondasi dan mempersiapkan langkah-langkah ‘go internasional ’, merambah daerah
di luar Jazirah Arab. Langkah ini kelak mempermudah tugas Khulafaur Rasyidin
untuk menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Setelah itu
pasukan muslim pulang ke Madinah
Rasulullah
Memutuskan Untuk Berangkat
Rasulullah SAW memandang keadaan dan
perkembangan yang ada secara detil dan bijaksana. Apabila beliau
bermalas-malasan dan menghindar dari peperangan melawan pasukan Romawi dalam
kondisi yang dangat rawan ini, membiarkan pasukan romawi menjarah
wilayah-wilayah yang tunduk kepada islam dan bergabung dengan madinah, maka
justru akan membawa akibat yang kurang menguntungkan bagi dakwah islam dan
pamor militer kaum muslimin. Jahiliyah yang masih merasuki jiwa manusia seusai
perang Hunain, bisa bangkit kembali, dan orang munafik yang selalu mencari
celah untuk menancapkan tombaknya dari arah belakang. Sementara paada saat yang
sama pasukan romawi bisa melancarkan serangan terhadap kaum muslimin dari arah
depan. Begitulah upaya yang harus dilakukan beliau dan para sahabat dalam
menyebarkan islam. Peperangan dan aktivitas militer seakan tak pernah berhenti
dan tak ada ujungnya. Rasulullah memenyadari semua, karena beliau memutuskan
untuk berangkat menghadapi pasukan romawi di daerah perbatasan mereka,
sekalipun keadaan saat itu cukup sulit dan berat. Beliau tidak ingin membiarkan
pasukan romawi masuk lebih jauh ke wilayah islam.
Rasulullah
Mengumumkan Untuk Melakukan Persiapan
Setelah Rasulullah mengambil sikap yang hebat,
maka beliau mengumumkan kepada para sahabat agar siap-siap untuk berperang
melawan pasukan romawi. Beliau mengirim utusan untuk mendatangi berbagai
kabilah arab dan penduduk makah agar ikut bergabung. Jarang sekali beliau
mengumumkan secara langsung tetapi karena melihat keadaan saat itu yang sangat
rawan dan siatuasinyayang cukup berat, maka beliau mengumumkan secara langsung
keinginan untuk perang dengan pasukan romawi. Beliau menjelaskan secara
gemblang permasalahannya kepada orang-orang agar mereka bisa melakukan
persiapan secara matang matang, dan mendorong mereka untuk berjihad. Beliau
menyuruh untuk menguatkan hati dan berjihad. Beliau juga mendorong mereka untuk
mengeluarkan sedekah dan menginfakkan kelebihan harta fi sabilillah.
Pasukan Islam Berangkat
Ke Tabuk
Begitulah persiapan yang dilakukan pasukan
islam sebelum berangkat. Rasulullah menunjuk Muhammad bin musalamah Al-Anshari
atau menurut pendapat lain adalah Shiba’ bin Urfuthah, sebagai wakil beliau di
Madinnah untuk menjaga keluarga yang ditinggalkan. Beliau mewakilkannya kepada
Ali bin Abu Thalib dan menyuruhnya agar tinggal bersama mereka dan mengamati
orang-orang munafik.
Pada hari kamis, rasulullah bergerak ke arah
utara dengan tujuan Tabuk. Karena jumlah pasukannya sangat besar yaitu sebanyak
tiga puluh ribu pasukan, maka persiapan untuk membekali pasukan ini tidak
sempurna, sekalipun cukup banyak harta yang disedekahkan orang-orang muslim.
Bahkan dibandingkan dengan jumlah personil yang sebanyak itu, bekal dan
tanggungan yang ada dianggap terlalu sedikit. Delapan belas orang hanya
mendapat jatah satu ekor unta. Boleh jadi mereka memakan dedaunan, sekedar
untuk membasahi bibir, dan terpaksa mereka harus menyembelih unta sekalipun
jumlahnya hanya sedikit uuntuk diambil air dari badannya disamping dimakan
dagingnya. Karena itu pasukan ini disebut dengan Jaisyul Usrah (pasukan yang
keadaannya sulit).
Dalam perjalanan perang tabuk pasukan islam
ini melewati Al Hijr, perkampungan orang-orang Tsamud yang dahulunya mereka
pernah memotong batu-batu besar dilembah untuk bahan bangunan atau tempat
sembunyi(wadil Qura). Orang-orang mengambil air dari sumur yang ada dilembah
itu. Saat istirahat rasulullah bersabda “janganlah kalian meminum air disini
dan janganlah pula mempergunakan wudhu untuk shalat. Adonan yang sudah dibuat
berikanlah pada unta dan janganlah kalian memakannya walaupun sedikit. Sumur
yang boleh diminum hanyalah sumur yang pernah dihampiri unta nabi”.
Dan dari Ash Shahihain disebutkan dari Umar,
“saat nabi melewati Al Hijr beliau besabda “janganlah kalian memasuki
tempat-tempat yang dahulunya orang-orang Tsamud itu menganiaya diri mereka,
sehingga kalian tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika
kalian adalah orang-orang yang suka menangis. Kemudian beliau menundukkan
kepala dan mempercepat jalannya hingga dapat melewati lembah tersebut.
Pasukan Islam
Tiba Di Tabuk
Pasukan islam sampai di Tabuk dan berkemah
disana. Mereka siap bertempur melawan musuh. Rasulullah berdiri di hadapan
pasukan dan menyampaikan pidato dengan penuh semangat, dan kata-kata yang
kandungan maknanya amat luas. Menganjurkan kepada kebaikan dunia dan akhirat
memberi peringatan dan ancaman, memberi kabar gembira dan kabar yang
menyenangkan. Hingga mental prajurit-prajurit benar-benar siap dengan semangat
yang membara. Sekalipun bekal dan perlengkapan mereka sangat minim.
Sebaliknya ketika pasukan Romawi dan
sekutu-sekutunya sudah mendengar bahwa rasulullah menggalang pasukan, muncul
ketakutan dan kekhawatiran yang merambat hati mereka. Sehingga mereka tidak
berani maju atau merencanakan serangan. Mereka berpencar-pencar di batas
wilayah mereka sendiri. Tentu saja hal ini mengangkat pamor militer islam di
dalam jazirah arab dan sekaligus mendulang kepentingan politik yang amat besar
manfaatnya.
Karena itu rasulullah didatangi Yuhannah bin
Ru’bah pemimpin daerah Ailah menawarkan perjanjian damai dengan beliau dan siap
menyerahkan jizyah kepada beliau. Begitu pula yang dilakukan penduduk Jarba’
dan Adruj. Beliau menulis selembar perjanjian yang kemudian mereka pegang.
Untuk pemimpin Ailah, beliau menuliskan surat perjanjian sebagai berikut :
“Bismillahir rahmanir rahim. Ini merupakan
surat perjanjian keamanan dari Allah dan Muhammad, nabi dan Rasul Allah, kepada
Yuhannah bin Ru’bah dan penduduk Ailah. Perahu dan kendaraan-kendaraan mereka
di daratan dan di lautan berhak mendapatkan jaminan perlindungan Allah dan
Muhammad sang nabi, juga berlaku bagi siapapun yang bersamaannya dari penduduk
Syam dan penduduk dipesisir pantai. Siapa pun diantara mereka yang melanggar
perjanjian, maka hartanya tidak akan dapat melindungi dirinya, yang berarti
siapa pun boleh menggambilnya. Mereka tidak boleh dirintangi untuk mengambil
air biasa mereka ambil dan jalan mereka di darat maupun di laut tidak boleh
diiringi.
Muhammad kembali dengan memimpin ribuan
anggota Pasukan ‘Usra ini dari perbatasan Syam ke Medinah, bukanlah soal yang
ringan. Mereka itu kebanyakan tidak mengerti makna persetujuan yang telah
diadakan dengan amir Ailah dan negeri-negeri tetangganya, Juga mereka tidak
menganggap begitu penting persetujuan-persetujuan yang telah dibuat oleh
Muhammad guna menjamin keamanan di perbatasan seluruh jazirah itu serta
dibangunnya benteng-benteng ditempat-tempat itu sebagai perbatasan dengan pihak
Rumawi. Sebaliknya yang dapat mereka lihat hanyalah, bahwa mereka menempuh
jalan yang sulit dan panjang ini, dengan mengalami gangguan-gangguan, kemudian
kembali tanpa membawa rampasan, tanpa membawa tawanan perang, bahkan berperang
juga tidak. Segala yang dapat mereka lakukan hanyalah tinggal di Tabuk selama
hampir duapuluh hari.
Kembali Ke
Madinah
Setelah pasukan islam meninggalkan tabuk
dengan membawa kemenangan, tanpa mengalami tekanan sedikit pun. Dengan
perjalanan ini Allah telah mencukupkan peperangan bagi orang-orang muslim. Keberangkatan
beliau ke Tabuk pada bulan rajab dan pulang dari sana pada bulan ramadhan.
Peperangan ini memakan waktu selama lima puluh hari. Beliau berada di Tabuk
selama dua puluh hari, sedangkan sisanya dihabiskan diperjalanan pulang pergi.
Ini merupakan peperangan beliau yang terakhir kali.
Dampak Yang
Ditimbulkan Setelah Perang Tabuk
Dampak Bagi
Kaum Muslmin
Ø
Memperkokoh kekuasaan kaum muslimin di
jazirah arab.
Ø
Dengan kalahnya orang-orang jahilyah di
jazirah arab, maka kaum muslimin semakin mudah dalam memperluas wilayahnya
tanpa halangan-halangan dari kaum jahiliyah.
Ø
Membangun pondasi dan mempersiapkan
langkah-langkah ‘go internasional ’, merambah daerah di luar Jazirah Arab.
Langkah ini kelak mempermudah tugas Khulafaur Rasyidin untuk menyebarluaskan
risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Ø
Tersingkapnya kedok orang munafiq dengan
turunnya wahyu, sehingga tak ada sesuatupun ya
Ø
Pada saat itu Allah memberitaukan Nabi
Muhammad lewat turunya ayat al qur’an. Ayat ini diberitahukan kepada nabi untuk
berhati-hati dengan orang-orang munafik.
Dampak Bagi
Masyarakat Non Islam
Ø Sirnanya
harapan orang-orang jahiliyah dan kaum munafiq yang selalu menantikan kebinasaan
kaum muslimin.
Ø Dengan
kekalahan tersebut tentu sangat mempengaruhi perasaan-perasaan dari kaum
jahiliyah, dan memukul mundur perasaan untuk mengalahkan kaum muslimin.
Ø Allah
memerintahkan untuk menghancurkan masjid dhirar.
Ø Dengan
dihancurkannya masjid dihrar maka akan mematahkan siasat kaum orang munafik.
Dan kaum muslimin tidak akan terpengaruh dengan siasat kaum munafik yang ingin
memecah belah kaum muslimin.
Ø Allah
memerintahkan untuk berbuat keras terhadap orang-orang munafiq, hingga melarang
untuk menerima shadaqah mereka, menshalatkan jenazah, memohonkan ampun untuk
mereka dan memohonkan ampun (berdo’a) di kuburan mereka.
Ø
Hal tersebut dikarenakan kekejian-kekejian
yang dilakukan oleh kaum jahiliyah dan atas penolakan atas ajaran agama islam.
Perkembangan
Kaum Muslimin Setelah Terjadinya Perang Tabuk
Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang
terjadi ketika masa Rasulullah SAW dan dalam beberapa peperangan yang dilakukan
dan dimenangkan oleh kaum Muslim menambah pengaruh yang besar bagi Islam ketika
di bawah kepemimpinan beliau. Beliau mampu menciptakan stabilitas keamanan dan
perdamaian, memadamkan bara cobaan, menuntaskan permusuhan antara Islam dan
paganisme, dan membuka kepada penyebaran dakwah. Selain itu, baliau mampu
memunculkan beberapa tokoh dan komandan pasukan yang siap berhadapan dengan
pasukan Persia dan Romawi di berbagai pertempuran di Iraq dan Syam. Mereka
dapat mengungguli musuh dengan strategi perang yang dilatih langsung Rasulullah
SAW.
Dengan peperangan itu pula Rasulullah SAW
mampu membuka lahan tempat tinggal dan lapangan pekerjaan bagi orang-orang
Muslim, hingga dapat memecahkan berbagai problem yang mereka hadapi saat datang
ke Madinah tanpa membawa harta dan tanpa memiliki tempat tinggal. Perlengkapan
perang, senjata, baju besi dan anggaran belanja untuk keperluan ini juga
tersedia, yang semuanya dapat diwujudkan tanpa ada sedikitpun kezhaliman dan
kesewang-wenangan terhadap Allah.
Peperangan yang dilakukan oleh umat Islam
mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pamor mereka dan semakin menguatkan
mereka di Jazirah Arab. Kini orang-orang mulai menyadari bahwa tidak ada satu
kekuatan kecuali kekuatan Islam. Sisa dan harapan angan-angan masih bersemayam
di hati orang-orang munafik dan jahiliyyah mulai sirna. Sebelumnya mereka masih
berharap banyak terhadap pasukan Romawi untuk menuntaskan pasukan Muslimin.
Namun, setelah Perang Tabuk ini membuat mereka sudah kehilangan nyali dan
pasrah terhadap kekuatan yang ada karena mereka sudah tidak mempunyai celah dan
peluang untuk melakukan konspirasi.
Beberapa kabilah Arab memang mengirim utusan
kepada Rasulullah SAW setelah perang penaklukan Mekah dan bahkan sejak
sebelumnya. Tetapi setelah Perang Tabuk ini, pengiriman utusan kepada beliau
lebih intens. Ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh yang dihasilkan setelah
peperangan ini.
Oleh karena pengaruh Islam yang begitu kuat
setelah penaklukan Mekah dan terlebih dipertegas dengan Perang Tabuk ini,
begitu banyak manusia berbondong-bondong memasuki agama Islam. Banyak utusan
yang datang ke Madinah pada tahun 9 H dan 10 H. Pasukan Islam yang hanya
berjumlah sepuluh ribu prajurit pada saat penaklukan Mekah, langsung membengkak
menjadi tiga puluh ribu prajurit pada waktu Perang Tabuk. Padahal rentang waktu
antar keduanya hanya berjarak tidak sampai setahun penuh. Kemudian pada waktu haji
wada’ kita bisa melihat hamparan laut manusia sebanyak seratus empat puluh
empat ribu orang, yang semuanya bergerak di sekeliling Rasulullah SAW sambil
mengumandangkan talbiyah, takbir, tahmid, dan tasbih. Suara mereka berkumandang
memenuhi angkasa dan membahana di seluruh penjuru tempat.
Beberapa utusan yang datang kepada Rasulullah
SAW untuk menyatakan masuk Islam semakin intens setelah Perang Tabuk. Akan
tetapi, dalam makalah ini yang dibahas hanya beberapa dan secara garis besar.
Utusan yang datang kepada Rasulullah SAW, yakni:
Ø Utusan
dari Tsaqif. Mereka datang pada bulan Ramadhan, sepulang Rasulullah SAW dari
Tabuk. Adapun latar belakang keislaman mereka, karena pemimpin Urwah bin
Mas’ud, Ats-Tsaqafi membuntuti Rasulullah SAW sepulang dari Perang Tha’if pada
bulan Dzulhijjah 8 H. Sebelum tiba di Madinah, dia menemui beliau dan masuk
Islam. Lalu dia kembali lagi di tengah kaumnya dan memenuhi ajakannya karena
sebelumnya dia memang pemimpin yang disegani dan ditaati. Dialah di antara
pemimpin yang paling dicintai kaumnya. Akan tetapi, ketika dia mengajak mereka
agar masuk Islam, justru mereka melancarkan serangan anak panah dari segala
penjuru hingga dia meninggal dunia.
Ø Surat
dari raja-raja Yaman. Sepulang dari Perang Tabuk, Nabi SAW menerima surat dari
raja-raja Himyar. Raja-raja itu adalah Al-Harits bin Kulal, An-Nu’man bin Qail
Dzu Ru’ain, Hamdan dan Ma’afir. Adapun yang menjadi utusan mereka untuk menemui
Rasulullah SAW adalah Malik bin Murrah Ar-Rahawi. Mereka mengutus Malik kepada
beliau untuk menyatakan keislaman mereka dan ketetapan meninggalkan syirik dan
para pendukungnya. Beliau menulis surat balasan kepada mereka, berisi
penjelasan tentang hak-hak yang diperoleh orang-orang Muslim dan
kewajiban-kewajiban mereka. Sedangkan orang-orang yang mengikat perjanjian dari
kalangan non-Muslim mendapat perlindungan Allah dan Rasul-Nya jika mereka
bersedia membayar jizyah. Beliau juga mengutus beberapa orang dari sahabat ke
sana yang dipimpin Mu’adz bin Jabal.
Ø Utusan
dari Hamdan. Para utusan ini datang pada tahun 9 H, sepulang Nabi SAW dari
Perang Tabuk. Beliau menulis sebuah perjanjian bagi mereka dan memberikan apa
yang mereka minta. Beliau menunjuk Malik bin An-Namath sebagai pemimpin mereka,
khususnya bagi kaumnya yang telah masuk Islam. Beliau mengutus Khalid bin Walid
kepada keseluruhan dengan tugas menyeru mereka kepada Islam. Enam bulan dia
berada di sana untuk berdakwah, tetapi mereka tetap menolak ajakannya. Kemudian
beliau mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Khalid bin Walid. Dia
datang ke Hamdan, membacakan surat Rasulullah SAW menyeru mereka kepada Islam
dan akhirnya mereka pun masuk Islam semuanya. Ali menulis surat kepada beliau,
mengabarkan keislaman mereka. Setelah membacanya beliau melakukan sujud, lalu
mengangkat kepala seraya bersabda, “Kesejahteraan atas Hamdan. Kesejahteraan
atas Hamdan.”
Ø Utusan
Bani Fazarah. Para utusan ini datang pada tahun 9 H. Sepulang Rasulullah SAW
dari Perang Tabuk. Jumlah mereka ada sepuluh orang lebih untuk menyatakan
Islam. Mereka juga membawa misi untuk mengadukan masalah kekeringan yang
melanda wilayah mereka. Maka beliau naik ke atas mimbar, mengangkat kedua
tangan dan memintkan hujan. Nabi bersabda, “Ya Allah, turunkanlah hujan ke
negeri-Mu dan hewan ternak-Mu, sebarkanlah rahmat-Mu, hidupkanlah negeri-Mu
yang mati. Ya Allah turunkanlah hujan yang lebat, bermanfaat, menyenangkan,
susul menyusul, meluas, segera dan tidak ditunda-tunda, bermanfaat dan tidak
berbahaya. Ya Allah turunkanlah hujan berupa rahmat, bukan hujan berupa siksaan,
kehancuran, menenggelamkan, dan tidak memusnahkan. Ya Allah, turunkanlah hujan
kepada kami dan tolonglah kami dalam mengalahkan musuh.”
Para utusan datang kepada Rasulullah SAW
datang secara bergiliran dimulai dari tahun ke 5 H sampai dengan tahun ke 11 H dan
yang paling banyak utusan yang datang kepada Nabi datang pada tahun 9 H setelah
Perang Tabuk. Kedatangan para utusan secara terus-menerus dan bergiliran ini
menunjukkan sebarapa jauh dakwah Islam yang sudah bisa diterima secara
menyeluruh, kekuasaan dan pamornya di seluruh pelosok Jazirah Arab. Semua
bangasa Arab melihat ke Madinah dengan pandangan hormat sehingga tidak terlihat
satu penghalang untuk tunduk ke kuasa Madinah. Madinah sudah berubah menjadi
ibukota Jazirah Arab.
Kesimpulan
Perang Tabuk dapat dikatakan sebagai
kelanjutan dari Perang Mu`tah karena perang ini dilakukan antara pasukan
Muslimin dan pasukan Romawi yang pernah berperang juga ketika Perang Mu’tah,
namun dalam perang tersebut tidak ada pihak yang menang ataupun kalah dan
masing-masing ingin berebut pengaruh di wilayah Semenanjung Arab. Selain itu,
disebabkan oleh terbunuhnya tiga pejuang islam sehingga hal ini membuat kaum
muslimin menjadi terpacu semangatnya untuk berjihad di jalan Allah.
Dalam Perang Tabuk ini, kaum Muslimin menang
tanpa ada kontak fisik dengan bangsa Romawi karena mereka sudah ketakutan
terlebih dahulu melihat jumlah kaum muslimin yang besar dan akhirnya mundur
tanpa berperang. Perang Tabuk merupakan peperangan terakhir ketika zaman
Rasulullah dan membawa pengaruh yang besar bagi kaum Muslimin. Kedudukan mereka
semakin kuat di Jazirah Arab dan pengaruh Islam semakin kuat di kalangan mereka
dengan banyaknya orang yang berbondong-bondong masuk Islam.
Ekspedisi Tabuk
Ekspedisi Tabuk (Arab: غزوة تبوك; Perang
Tabuk/Pertempuran Tabuk),
adalah ekspedisi yang dilakukan umat Islam
pimpinan Muhammad pada 630 M atau 9 H, ke Tabuk,
yang sekarang terletak di wilayah Arab Saudi barat laut.
Latar Belakang
Pada September 629, pasukan Islam
gagal mengalahkan pasukan Bizantium (Romawi Timur)
dalam pertempuran Mu'tah. Banyak
yang menganggap hal ini sebagai tanda melemahnya kekuatan umat Islam, dan
memancing beberapa kabilah Arab menyerang umat Muslim di Madinah. Pada musim panas tahun 630, umat Muslim mendengar kabar bahwa
Bizantium dan sekutu Ghassaniyah-nya telah menyiapkan pasukan
besar untuk menginvasi Hijaz dengan kekuatan sekitar 40.000-100.000
orang. Di lain pihak, Kaisar Bizantium Heraclius menganggap bahwa kekuasaan kaum Muslimin di Jazirah Arab berkembang dengan pesat, dan daerah Arab harus
segera ditaklukkan sebelum orang-orang Muslim menjadi terlalu kuat dan dapat
menimbulkan masalah bagi Bizantium.
Ekspedi
Untuk melindungi umat Islam di Madinah, Muhammad memutuskan untuk melakukan aksi preventif, dan
menyiapkan pasukan. Hal ini disulitkan dengan adanya kelaparan di tanah Arab dan kurangnya kas
umat Muslimin. Namun, Muhammad berhasil mengumpulkan pasukan yang terdiri dari
70.000 orang, jumlah pasukan terbanyak yang pernah dimiliki umat Islam.
Setelah sampai di Tabuk, umat Islam tidak
menemukan pasukan Bizantium ataupun sekutunya. Menurut sumber-sumber Muslim,
mereka menarik diri ke utara setelah mendengar kedatangannya pasukan Muhammad.
Namun tidak ada sumber non-Muslim yang mengkonfirmasi hal ini. Pasukan Muslim
berada di Tabuk selama 10 hari. Ekspedisi ini dimanfaatkan Muhammad untuk
mengunjungi kabilah-kabilah yang ada di sekitar Tabuk. Hasilnya, banyak kabilah
Arab yang sejak itu tidak lagi mematuhi Kekaisaran Bizantium, dan berpihak
kepada Muhammad dan umat Islam. Dia juga berhasil mengumpulkan pajak dari
kabilah-kabilah tersebut.
Saat hendak pulang dari Tabuk, rombongan
Muhammad didatangi oleh para pendeta Kristen di Lembah Sinai.
Muhammad berdiskusi dengan mereka, dan terjadi perjanjian yang mirip dengan Piagam Madinah bagi kaum Yahudi. Piagam ini berisi perdamaian antara umat Islam dan
umat Kristen di daerah tersebut. Muhammad akhirnya kembali ke Madinah setelah
30 hari meninggalkannya. Umat Islam maupun Kekaisaran Bizantium tidak menderita
korban dari peristiwa ini, karena pertempuran tidak pernah terjadi.
Reorientasi
Perang Tabuk adalah
peperangan yang sangat masyhur, inilah perang terakhir yang diikuti oleh
Rasulullah SAW. Begitu tabahnya sahabat dalam melaksankan perintah Rasulullah
SAW dan mengharap ridha Allah dari peperangan ini. Sebab, saat kepergian mereka
ke medan perang bertepatan dengan masa panen.
Dikisahkan dari buku
“Himpunan Fadhilah Amal” karya
Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa awal mula dari perang
Tabuk ini, ketika sampailah berita kepada Nabi SAW bahwa Raja Romawi akan
menyerang Madinah Munawwarah dengan bala tentara yang besar melalui Syam.
Terhadap berita ini, maka pada hari Kamis tanggal 5 bulan Rajab tahun kesembilan
Hijriyah, Beliau telah berangkat dari Madinah untuk melawan penyerangan ini.
Ketika itu, cuaca
sangat panas dan musuh pun sangat besar. Nabi SAW mengumumkan kepada pasukan
Muslim bahwa mereka akan berangkat untuk menghadapi Raja Romawi dan
mempersiapkan diri sebaik mungkin. Maka untuk itu, Beliau menganjurkan
pengumpulan dana. Pertempuran inilah yang menyebabkan Abu Bakar ra mengorbankan
seluruh hartanya, sehingga ketika ia ditanya oleh Nabi SAW, “Apa yang kamu
tinggalkan di rumahmu? Ia menjawab, “Kutinggalkan Allah dan Rasul-Nya bersama
mereka.”
Umar ra juga telah
mengorbankan setengah hartanya. Begitupun dengan Utsman ra yang mengorbankan
perlengkapan perang untuk sepertiga pasukan. Beserta sahabat lainnya,
menginfakkan lebih dari kemampuan mereka. Padahal, pada masa itu keadaan para
sahabat sedang susah, sehingga seekor unta harus dikendarai oleh sepuluh orang
sahabat bergantian. Oleh sebab itu, perang ini pun disebut sebagai
Jaysyul-‘Usrah yaitu pasukan kesulitan.Jarak nya sangat jauh dan berlangsung pada
musim yang sangat panas. Seiring dengan itu, kebun-kebun kurma di Madinah
sendang musim panen, dan sebagian besar penduduk Madinah bergantung pada
bertanam kurma. Itulah jalan rezeki mereka selama setahun.
Inilah ujian iman
yang sangat berat bagi kaum Muslimin. Di satu sisi, rasa takwa kepada Allah dan
perintah Nabi SAW yang tidak mungkin mereka abaikan, dan di sisi lain berbagai
kesulitan yang setiap waktu datang menghadang, khususnya terhadap usaha mereka
selama setahun. Mereka telah berusaha keras terhadap tanaman mereka,
sehingga sulit untuk meninggalkan kebun yang dalam keadaan siap panen tersebut
tanpa ada yang memeliharanya. Namun, karena ketakwaan mereka kepada Allah lebih
besar dari hal-hal yang lain, mereka segera menyambut seruan Rasulullah SAW. Maka,
saat itu yang tinggal di Madinah hanyalah kaum munafik, orang-orang udzur,
perempuan, anak-anak, dan sebagian sahabat tidak ada kendaraan yang dapat
ditunggangi. Padahal, mereka sangat ingin menyertai pasukan itu. Hingga
mereka pun menangisi hal ini
Allah mengabadikan
hal ini dengan berfirman: “Mereka
kembali, sedangkan mata mereka bercucuran air mata karena sedih tidak
memperoleh apa yang akan mereka infakkan.” (At-Taubah:92)
Di tengah perjalanan,
mereka melewati puing-puing perkampungan kaum Tsamud. Nabi SAW menutupi
wajahnya yang penuh nur sambil mempercepat untanya dan memerintahkan para
sahabat berbuat serupa. Beliau bersabda, “Kita harus segera melewati tempat
ini. Menangislah dan tanamkan rasa takut setiap melewati tempat orang-orang
zhalim. Semoga adzab tersebut tidak diturunkan ke atas kalian, sebagaimana
telah diturunkan ke atas mereka.”
Walaupun Rasulullah
SAW adalah kekasih Allah, Beliau tetap merasa takut ketika melewati tempat
orang-orang yang pernah diadzab oleh Allah. Begitu pula para sahabat, walaupun
keadaan mereka sangat memprihatinkan, mereka tetap menunjukkan kesetiaan.
Beliau menyuruh mereka pergi sambil menangis, jangan-jangan adzab turun kepada
mereka. Inilah keistimewaan para sahabat dimata Allah dan Rasul-Nya. Mereka
siap menerima seruan Rasul dalam memperjuangkan agama Allah.
Perang Tabuk dan Kemunculan Orang-Orang Munafik
Tabuk saat itu bercuara panas. Pasukan Muslim
tengah bersiap menghadapi perang besar. Namun, di sinilah ujian Allah.
Dengan kondisi demikian itu, Allah akan menunjukkan siapa saja di antara kaum
Muslimin yang berlaku munafik dan beriman kepada Allah.
Orang-orang munafik berkata kepada sebagian
yang lain, janganlah kalian berperang di musim panas.” Sementara itu, sebagian
yang lain datang kepada Rasulullah SAW menyatakan, Berilah izin kepadaku dan
janganlah kamu menjerumuskan aku ke dalam fitnah. Demi Allah, kaumku tidak
mengenal orang yang lebih mengagumi wanita selain daripada aku. Aku khawatir
tidak dapat bersabar melihat wanita yang berambut pirang.”
Rasulullah SAW berpaling darinya dan
memberikan izin kepadanya. Dalam pada itu, Abdullah bin Ubay bin Salul telah
berkemah di sebuah tempat di Madinah bersama kelompok pendukung dan sekutunya.
Ketika Rasulullah SAW bergerak menuju Tabuk, ia (Abdullah bin Ubay) bersama rombongannya
tidak bersedia berangkat bersama Nabi SAW.
Di antara ayat Alquran yang diturunkan
berkenaan dengan sikap orang-orang munafik ini adalah:Orang-orang yang
ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka
di belakang Rasulullah SAW, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata, Janganlah kamu berangkat (pergi
berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah, Api neraka jahanam itu lebih
panas, jika mereka mengetahui.” (QS At-Taubah [9]: 81).
Di antara mereka ada orang yang berkata,
Berikanlah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya
terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam
fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang
kafir.” (QS At-Taubah 49).
Sedangkan kaum Muslimin datang kepada
Rasulullah SAW dari setiap pelosok. Dalam menghadapi peperangan ini Rasulullah
SAW telah mengimbau orang-orang kaya agar menyumbangkan dana dan kendaraan yang
mereka miliki sehingga banyak di antara mereka yang menyerahkan harta dan
perlengkapan. Usman RA menyerahkan 300 keping uang sebanyak 1.000 dinar yang
diletakkan di kamar Rasulullah SAW. Sedangkan Abu Bakar RA menyerahkan semua
hartanya dan Umar RA menyerahkan separuh dari hartanya.
Beberapa orang dari kaum Muslimin yang
dikenal dengan panggilan al-Buka‘un (orang-orang yang menangis) datang kepada
Rasulullah SAW meminta kendaraan guna pergi berjihad bersamanya, tetapi Nabi
SAW menjawab mereka, Aku tidak punya kendaraan lagi untuk membawa kalian.”
Kemudian mereka kembali dengan meneteskan air mata karena sedih tidak dapat
ikut serta berjihad.
Rasulullah SAW keluar bersama sekitar 30 ribu
personel kaum Muslimin. Di antara kaum Muslimin ada beberapa orang yang tidak
ikut berperang, bukan karena ragu dan bimbang, yaitu Ka’ab bin Malik, Murarah
bin Ar Rabi’, Hilal bin Umaiyah, dan Abu Khaitsamah. Mereka ini seperti
dikatakan oleh Ibnu Ishaq adalah orang-orang yang jujur dan tidak diragukan
lagi keislaman mereka. Hanya Abu Khaitsamah yang kemudian menyusul Rasulullah
SAW di Tabuk.
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar