Minggu, 16 September 2018

KISAH PERANG SALIB


KISAH PERANG SALIB


Orientasi
Sejarah Perang Salib Lengkap : Latar Belakang, Periode dan Dampaknya
Apa yang dimaksud dengan Perang Salib? Siapa pemenangnya? Bagaimana jalannya proses pertempuran periode pertama, 2 dan 3? Informasi mengenai beberapa pertanyaan tersebut akan kita bahas pada artikel kali ini dengan topik utama pembahasan terkait dengan "Sejarah Perang Salib". Oke, tanpa basa basi, simak selengkapnya berikut ini.

Perang Salib atau Crusade (dalam bahasa Inggris) dan Expedito Scara (Latin) adalah perang antar umat beragama yang terjadi pada abad pertengahan, tepatnya di kawasan Laut Tengah, berlangsung selama dua abad dari tahun 1092 sampai 1291 Masehi. Berdasarkan informasi dari wikipedia, Perang Salib merupakan pertempuran (peperangan) antara penganut agama Kristen dan Islam.

Kenapa dinamakan sebagai "Perang Salib"?
Perlu kalian ketahui, istilah Perang Salib baru muncul pada tahun 1760. Mengenai asal usul penamaan, karena saat pertempuran berlangsung pasukan Kristen menggunakan simbol "salib" yang merupakan tanda perang suci. Kata "Salib" berasal dari bahasa arab "Salibiyah" artinya kayu palang, tanda silang atau dua batang kayu saling bersilang sebagai tanda salib. Dari namanya saja mungkin kalian sudah bisa menebak, Perang Salib adalah suatu perang dalam bentuk barisan dengan memakai salib.

Pengertian Perang Salib Versi Islam
Menurut Ensiklopedia Islam, Perang Salib adalah sebuah gerakan serangan kelompok Kristen di Eropa terhadap kelompok Islam di daerah Palestina. Serangan dilakukan secara berulang, dimulai pada abad ke XI sampai XIII Masehi. Serangan bertujuan untuk menguasai Baitul Maqdis dari tangan Islam. Tujuan lain Perang Salib yaitu menyebarkan agama, mendirikan kerajaan dan gereja di wilayah timur. Ada 4 faktor yang menyebabkan pecahnya perang bersejarah terbesar di abad pertengahan ini, meliputi faktor agama, politik, sosial dan ekonomi.

Sejarah Perang Salib
Terjadinya Perang Salib berbanding terbalik dengan pembangunan yang begitu pesat di Eropa Barat tepat pada masa Abad Pertengahan. Pada perkembangan selanjutnya, umat Islam mengalami masa gemilang hebat, ditandai dengan berhasilnya menguasai daerah strategis kerajaan Kristen. Hal tersebut menimbulkan kebencian dan rasa ingin balas dendam yang tersulut dalam dada. Mereka pun menunggu waktu yang tepat untuk menguasai kembali daerah yang dikuasai Islam. Kemudian setelah Islam melemah, merupakan kesempatan bagi kaum kristen untuk membalaskan dendam dengan melakukan serangan dan berusaha menghancurkan kerajaan Islam melalui berbagai cara.

Sebenarnya benih permusuhan antara keduanya telah ada jauh sebelum perang terjadi. Tepatnya sejak tahun 632, saat kelompok Islam berhasil menguasai kota penting kaum kristen. Berikut ini penjelasan terkait dengan faktor penyebab atau latar belakang terjadinya Perang Salib.

Latar Belakang Perang Salib
Penyebab utama Perang Salib dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu faktor politik, agama dan ekonomi. Berikut ini penjelasannya secara singkat.
Ø Faktor Agama Terjadinya Perang Salib
Pada Abad Pertengahan gereja mempunyai peran dan pengaruh cukup besar terhadap masyarakat di Eropa. Pihak gereja menyatakan bahwa barang siapa melanggar aturan yang ditetapkan oleh gereja, maka akan mendapat hukuman. Padahal masyarakat saat itu banyak berbuat kesalahan dan melanggar aturan Gereja.

Untuk menyucikan diri dan bertobat dari kesalahan, pihak gereja menyarankan agar banyak berbuat baik dan berbakti menurut ajaran agama (Kristen), salah satunya adalah berziarah ke Baitul Maqdis di Jerusalem. Dari sinilah muncul ide untuk merebut Jerusalem yang notabene merupakan wilayah kekuasaan Islam.
Mereka yakin bahwasanya berziarah ke tanah suci saja mendapat pahala besar, sehingga dapat menebus dosa, apalagi jika berusaha melepaskan dan memerdekakan Jerusalem dari kekuasaan Islam, pasti pahalanya jauh lebih besar.
Ø Faktor Politik Terjadinya Perang Salib
Pengaruh dan kekuasaan Paus sangat besar terhadap raja-raja yang ada di bawah kekuasaannya. Paus juga mempunyai cita-cita untuk menguasai dunia timur dengan rencana mendirikan kerajaan Latin. Inilah salah satu faktor politik yang menyebabkan terjadinya Perang Salib.
Ø Faktor Ekonomi Terjadinya Perang Salib
Faktor ekonomi disebabkan karena pedagang dari kota Pisa, Genoa dan Venezuela berusaha menguasai perdagangan di wilayah selatan dan pantai timur laut tengah untuk meluaskan daerah perdagangan mereka. Hal inilah yang memicu terjadinya kongres dengan dalih membebaskan Baitul Maqdis, sehingga para pedagang mendukung pelaksanaan Perang Salib.

Periode Perang Salib
Perang Salib sebenarnya berlangsung selama 9 periode, tapi saya rangkum kedalam 3 periode yang terdiri dari periode pertama, 2 (perang salib 2) dan 3. Perang Salib berlangsung selama dua abad dan menjadi perang terlama abad pertengahan. Bahkan saking lamanya, banyak sejarawan kebingungan dalam membagi periode perang agama ini.

Berikut ini penjelasan mengenai 3 periode Perang Salib secara ringkas dan jelas.
Periode Pertama Perang Salib
Perang Salib Periode Pertama disebut dengan periode penaklukan, berlangsung dari tahun 1096 sampai 1144 masehi, berikut ini penjelasannya :
Ø Jalinan Kerjasama antara Kaisar Alexius dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangat Umat Kristen. Pada periode pertama Perang Salib dipimpin oleh God Frey of Bouillon, gerakan ini merupakan ekspedisi militer yang terorganisasi rapi. Mereka berhasil menduduki kota suci Palestina pada tanggal 7 Juni 1099. Pasukan dalam perang salib ini melakukan pembantaian besar-besaran selama kurang lebih satu minggu terhadap Islam. Disamping itu, mereka juga membumihanguskan bangunan-bangunan umat Islam.
Ø Sebelum memasuki Baitul Maqdis terlebih merebut Anatoli Selatan dan daerah di sekitarnya. Kemenangan Pasukan Salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan situasi di kawasan itu. Dari kemenangan tersebut, maka berdirilah kerajaan-kerajaan baru yakni Kerajaan Baitul Maqdis dan Kerajaan Tripoli. Itulah sedikit rangkuman dari periode pertama Perang Salib.

Perang Salib Periode 2 
Periode Perang Salib 2 terjadi pada tahun 1144 sampai 1192 Masehi :
Ø Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam kepada kaum salib pada saat Perang Salib periode pertama mengakibatkan kesadaran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan untuk menghadapi mereka. Kaum muslimin maju membendung serangan kaum kristen. Bahkan mereka berhasil merebut kota Aleppo dan Edessa pada tahun 1144.
Ø Keberhasilan kaum Islam dalam merebut kembali beberapa kota yang telah diduduki kaum salib dalam Perang Salib periode pertama setelah munculnya perjuangan Islam yang bernama Salahuddin Yusuf al Ayyubi. Salahuddin berhasil membebaskan Baitul Maqdis di Mesir, tepat pada 2 Oktober 1187. Hal inilah yang kembali membuat bangkitnya semangat kaum Salib untuk melakukan ekspedisi militer dengan pasukan kuat di bawah pimpinan Raja-raja Eropa. Sehingga terjadi perang yang begitu dahsyat antara pasukan Saladin dengan pasukan ekspedisi dari masing-masing raja Eropa tersebut.
Ø Namun akhirnya pasukan Kristen tidak dapat menghadapi pasukan Islam, sehingga akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk melakukan perjanjian dan gencatan senjata. Hasil dari perjanjian yaitu daerah pedalaman menjadi wilayah kelompok Islam dan kelompok kristen akan berziarah ke Baitul Maqdis akan dijamin keamanannya. Sementara itu, daerah yang berada di pesisir menjadi wilayah yang dikuasai tentara salib.

Perang Salib Periode 3 (Kehancuran Kaum Salib)
Pada periode ke tiga Perang Salib terjadi karena ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan, serta bersifat material daripada motivasi agama. Tujuan perang untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah mereka lupakan, dapat terlihat ketika pasukan salib yang mereka persiapkan untuk menyerang Mesir (1202-1204) ternyata membelokkan tujuannya ke Konstantinopel. Kota ini berhasil direbut dan diduduki oleh Baldawin yang kemudian dinobatkan sebagai raja Roma.

Namun Baitul Maqdis tidak pernah bisa direbut oleh tentara Salib, sampai wafatnya Salahuddin Yuzuf al-Ayyubi. Perang Salib berhenti dengan adanya beberapa perjanjian damai. Meskipun demikian, Perang Salib berikutnya selalu dikobarkan walaupun dalam sekala kecil.
Dari penjelasan periode perang tersebut, kalian bisa menganalisis siapa pemenang Perang Salib? Apakah dari umat Kristen dan Islam. 

Dampak Perang Salib 
Dampak Perang Salib terhadap Islam mencakup beberapa bidang kehidupan. Berdasarkan referensi yang diperoleh, penulis menyimpulkan beberapa dampak meliputi bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, militer dan pertanian. Secara garis besar, perang berdampak negatif pada bidang ekonomi. Untuk lebih jelas, berikut penjelasannya.

Dampak Ekonomi Perang Salib
Perang Salib sangat merugikan bagi negara Islam, hal ini disebabkan karena jalannya pertempuran berlangsung di wilayah atau daerah kekuasaan Islam, sehingga menguras habis perekonomian untuk tujuan perang.

Dampak Politik Perang Salib
Akibat terjadinya perang ini membuat melemahnya politik umat Islam. Menjadi terpecah-pecah dan banyak dinasti kecil yang memisahkan diri kemudian merdeka.

Dampak Ilmu Pengetahuan Perang Salib
Ilmu astronomi berkembang pesat khususnya di negara-negara barat. Ilmu ini sebenarnya telah dipelajari oleh umat Islam sekitar abad ke 9.

Dampak Militer Perang Salib
Dampak perang salib bidang militer membuat bangsa barat mengembangkan persenjataan dan strategi untuk berperang. Contohnya penggunaan bahan peledak, penggunaan kuda.

Dampak Bidang Pertanian
Dampak dalam bidang pertanian yakni ditemukannya sistem irigasi, tanaman buah/tumbuh-tumbuhan dan ditemukannya gula.

Demikian pembahasan mengenai sejarah Sejarah Perang Salib Lengkap : Latar Belakang, Periode dan Dampaknya yang begitu lengkap, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Jangan lupa share dan baca artikel lainnya.

Reorientasi
Perang Salib Pertama (1096–1099) merupakan yang pertama dari sejumlah perang salib yang berupaya untuk merebut Tanah Suci, disahkan oleh Paus Urbanus II pada tahun 1095. Perang ini dimulai sebagai suatu peziarahan yang meluas dalam Kekristenan Barat dan berakhir sebagai suatu ekspedisi militer oleh bangsa Eropa Katolik Roma untuk mendapatkan kembali Tanah Suci yang diambil dalam penaklukan kaum Muslim atas Levant (632–661). Pada akhirnya menyebabkan direbutnya kembali Yerusalem pada tahun 1099.

Perang Salib I dimaklumkan pada tanggal 27 November 1095 oleh Paus Urbanus II dengan tujuan utama menanggapi suatu permohonan dari Kaisar Bizantium Alexios I Komnenos, yang mana mengajukan permintaan agar para relawan dari barat datang untuk membantunya menghalau kaum Turki Seljuk dari Anatolia. Suatu tujuan tambahan segera menjadi sasaran utama, yaitu penaklukan kembali oleh kaum Kristen atas kota suci Yerusalem dan Tanah Suci serta membebaskan kaum Kristen Timur dari kekuasaan kaum Muslim.

Selama perang salib, para ksatria, petani, dan hamba dari banyak negara Eropa Barat melakukan perjalanan darat dan laut, pertama ke Konstantinopel dan kemudian menuju Yerusalem. Setelah tiba di Yerusalem, para tentara salib melancarkan serangan atas kota tersebut dan merebutnya pada bulan Juli 1099. Mereka juga mendirikan negara-negara tentara salib yaitu: Kerajaan Yerusalem, County Tripoli, Kepangeranan Antiokhia, dan County Edessa.

Perang Salib Pertama kemudian dilanjutkan dengan Perang Salib Kedua sampai Kesembilan. Peristiwa ini juga merupakan langkah besar pertama menuju pembukaan kembali perdagangan internasional sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat. Karena Perang Salib Pertama utamanya berkaitan dengan Yerusalem, suatu kota yang tidak berada di bawah kekuasaan kaum Kristen selama 461 tahun, dan bala tentara salib menolak untuk mengembalikan tanah tersebut ke dalam kendali Kekaisaran Bizantium, maka status Perang Salib Pertama sebagai sesuatu yang sifatnya defensif atau agresif masih menjadi kontroversi.

Asal Mula
Pada umumnya asal mula Perang-perang Salib, dan khususnya Perang Salib Pertama, diperdebatkan secara luas di kalangan sejarawan. Perang-perang Salib paling sering dikaitkan dengan situasi sosial dan politik di Eropa pada abad ke-11, timbulnya suatu gerakan reformasi di dalam kepausan, juga konfrontasi keagamaan dan politik antara Kekristenan dan Islam di Eropa dan Timur Tengah. Kekristenan telah menyebar di seluruh Eropa, Afrika, dan Timur Tengah pada Abad Kuno Akhir, tetapi pada awal abad ke-8 kekuasaan kaum Kristen di Eropa dan Anatolia menjadi terbatas setelah berbagai penaklukan oleh kaum Muslim.

Kekhalifahan Umayyah telah menaklukkan Suriah, Mesir, dan Afrika Utara dari Kekaisaran Bizantium yang didominasi kaum Kristen, serta Hispania dari Kerajaan Visigoth. Di Afrika Utara, Kekhalifahan Umayyah kemudian runtuh dan sejumlah kerajaan Muslim yang lebih kecil bermunculan, misalnya Aghlabiyyah yang menyerang Italia pada abad ke-9. Pisa, Genoa, dan Kepangeranan Catalunya mulai bertempur melawan berbagai kerajaan Muslim agar dapat menguasai Cekungan Mediterania, ditunjukkan dengan kampanye Mahdiya tahun 1087 serta pertempuran di Mallorca dan Sardinia.

Pada dasarnya, antara tahun 1096 dan 1011, bangsa Yunani Bizantium mengalami perang salib ini setibanya di Konstantinopel dalam tiga gelombang terpisah.  Pada awal musim panas tahun 1096, kelompok besar pertama yang sulit dikendalikan tiba di pinggiran Konstantinopel. Gelombang ini dikabarkan tidak disiplin dan tidak memiliki perlengkapan layaknya suatu pasukan sebagaimana dicatat dalam Perang Salib Rakyat. Kelompok pertama ini sering disebut sebagai Perang Salib Rakyat atau Petani, dipimpin oleh Peter sang Pertapa dan Gautier Sans-Avoir serta tidak mengetahui ataupun menghormati keinginan-keinginan Kaisar Bizantium Alexios I Komnenos. Gelombang kedua juga tidak berada di bawah komando sang Kaisar dan terdiri dari sejumlah pasukan dengan para komandan mereka masing-masing. Secara keseluruhan, kelompok ini dan gelombang pertama diperkirakan berjumlah 60.000.

Gelombang kedua dipimpin oleh Hugues I, Comte Vermandois, saudara Raja Philippe I dari Perancis. Selain itu dalam gelombang kedua juga ada Raymond IV, Comte Toulouse, dan pasukan dari Provença. "Adalah gelombang kedua para tentara salib ini yang kemudian melintasi Asia Kecil, merebut Antiokhia pada tahun 1098 dan akhirnya merebut Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099." Gelombang ketiga, yang mana terdiri atas kontingen-kontingen dari Lombardia, Perancis, dan Bavaria, tiba di Yerusalem pada awal musim panas tahun 1101.

Situasi di Eropa
Di pinggiran barat Eropa dan dalam menghadapi ekspansi kaum Islam, Reconquista di Semenanjung Iberia masih terus berlangsung pada abad ke-11; hal ini sesekali merupakan isu ideologis, sebagaimana dibuktikan oleh Kodeks Vigilanus yang disusun pada tahun 881. Pada abad ke-11 semakin banyak ksatria dari luar, kebanyakan dari Perancis, yang datang ke Iberia untuk membantu kaum Kristen dalam upaya-upaya mereka.  Sesaat menjelang Perang Salib Pertama, Paus Urbanus II telah mendorong kaum Kristen Iberia agar merebut kembali Tarragona dengan menggunakan banyak retorika dan simbolisme yang sama seperti yang digunakan kemudian untuk berkhotbah mengenai perang salib kepada orang-orang Eropa.

Jantung Eropa Barat dipandang telah dilakukan stabilisasi setelah Kristenisasi bangsa Hongaria, Viking, dan Saxon sampai akhir abad ke-10. Namun pemecahan Kekaisaran Karoling menimbulkan suatu kelas prajurit seluruhnya yang kini hanya sedikit melakukan sesuatu selain saling bertengkar sendiri. Kekerasan acak yang dilakukan oleh kelas kesatria ini secara teratur dikutuk oleh gereja tersebut, dan untuk menanggapinya dibuat penetapan Perdamaian dan Gencatan Senjata demi Allah (Peace and Truce of God) untuk melarang pertempuran pada hari-hari tertentu sepanjang tahun. Pada saat yang sama, kepausan yang berorientasi pada pembaharuan itu terlibat konflik dengan para Kaisar Romawi Suci, sehingga mengakibatkan Kontroversi Penobatan. Para Paus seperti Paus Gregorius VII membenarkan peperangan berikutnya untuk melawan para pedukung kaisar dalam aspek teologis. Kemudian hal ini menjadi dapat diterima bagi sang Paus untuk memanfaatkan para kesatria atas nama dunia Kristen, bukan hanya terhadap musuh-musuh politik Kepausan tersebut, tetapi juga terhadap Al-Andalus, atau, secara teoretis, terhadap Dinasti Seljuk di timur.

Di sebelah timur Eropa terdapat Kekaisaran Bizantium, terdiri dari kaum Kristen yang telah lama menggunakan suatu ritus Ortodoks tersendiri; Gereja Ortodoks Timur dan Katolik Roma telah mengalami perpecahan sejak tahun 1054. Para sejarawan berpendapat bahwa keinginan untuk memaksakan otoritas Gereja Roma di wilayah timur mungkin menjadi salah satu tujuan perang salib ini, kendati Urbanus II—yang mana mengawali Perang Salib Pertama—tidak pernah menyebut tujuan demikian dalam surat-suratnya mengenai praktik perang salib. Bangsa Turki Seljuk saat itu telah mengambil alih hampir seluruh Anatolia setelah kekalahan Bizantium dalam Pertempuran Manzikert tahun 1071. Bagaimanapun penaklukan mereka dilakukan satu demi satu dan dipimpin oleh para panglima perang semi-independen, bukan oleh sang sultan.

Suatu keruntuhan yang dramatis atas posisi kekaisaran pada malam menjelang Konsili Clermont membawa Bizantium menuju ambang kehancuran. Pada pertengahan tahun 1090-an, wilayah Kekaisaran Bizantium utamanya hanya sebatas Eropa bagian Balkan dan pinggiran barat laut Anatolia; mereka menghadapi musuh-musuhnya dari bangsa Norman di barat serta bangsa Turki di timur.  Sebagai tanggapan atas kekalahan di Manzikert dan berbagai kehilangan selanjutnya yang dialami Bizantium di Anatolia pada tahun 1074, Paus Gregorius VII memanggil milites Christi ("para prajurit Kristus") agar pergi untuk membantu Bizantium. Panggilan ini kebanyakan diabaikan dan bahkan ditentang.  Alasannya adalah walaupun kekalahan di Manzikert mengejutkan, namun hanya memiliki arti penting yang terbatas dan tidak menyebabkan kesulitan-kesulitan besar bagi Kekaisaran Bizanium, setidaknya dalam jangka pendek.

Situasi di Timur Tengah
Sampai kedatangan para tentara salib, kaum Bizantium terus berjuang melawan orang Seljuk dan dinasti Turki lainnya demi penguasaan atas Anatolia dan Suriah. Orang Seljuk, yang mana merupakan kaum Muslim Sunni yang ortodoks, sebelumnya memerintah Kesultanan Seljuk Raya, namun saat berlangsungnya Perang Salib Pertama telah terbagi-bagi menjadi beberapa negara kecil setelah wafatnya Malik-Shah I pada tahun 1092.

Malik-Shah digantikan oleh Kılıç Arslan I di Kesultanan Rûm di Anatolia, dan di Suriah oleh Tutuş I—yang kemudian wafat pada tahun 1095—saudaranya. Para putra Tutuş, yaitu Fahrülmülk Rıdvan dan Dukak berturut-turut mewarisi Aleppo dan Damaskus; mereka selanjutnya membagi-bagi Suriah di antara para amir yang saling bermusuhan, serta Kürboğa, atabeg dari Mosul.

Mesir dan banyak daerah Palestina berada dalam kendali Kekhalifahan Fatimiyah penganut Syi'ah Arab, yang mana wilayahnya lebih kecil secara signifikan sejak kedatangan orang Seljuk. Peperangan antara Fatimiyah dan Seljuk menyebabkan gangguan yang sangat besar bagi kaum Kristen setempat dan para peziarah dari Barat. Kekhalifahan Fatimiyah, yang mana secara nominal berada di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Musta'li namun sesungguhnya berada di bawah kendali Wazir Al-Afdhal Syahansyah, telah kehilangan Yerusalem karena direbut Kesultanan Seljuk pada tahun 1073 (kendati beberapa catatan yang lebih lama menyebutkan tahun 1076).  Mereka merebutnya kembali pada tahun 1098 dari Dinasti Artuqid, suatu suku bangsa Turki Seljuk yang lebih kecil, sesaat sebelum kedatangan para tentara salib.

Catatan :
Bangsa Norman yang dipimpin oleh Roger I dari Tosny tiba pada tahun 1018. Bantuan-bantuan lainnya dari luar untuk Aragon: Perang Barbastro pada tahun 1063; Moctadir dari Zaragoza mengkhawatirkan adanya suatu ekspedisi dengan bantuan asing pada tahun 1067; Ebles II dari Roucy merencanakan satu di antaranya pada tahun 1073; Guillaume VIII, Adipati Aquitaine, dikirim kembali dari Aragon pada tahun 1090; suatu pasukan Perancis datang membantu Sancho Ramírez pada tahun 1087 setelah Kastilia dikalahkan dalam Pertempuran Zallaqah; Centulle V dari Bigorre berada di Lembah Tena pada tahun 1088; dan terdapat suatu komponen Perancis yang utama dalam "perang salib" yang dilangsungkan terhadap Zaragoza oleh Pedro I dari Aragon dan Navarra pada tahun 1101.

Sumber : Google Wikipedia
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...