Senin, 08 Oktober 2018

KISAH RONGGOLAWE


KISAH RONGGOLAWE

Orientasi
Ranggalawe atau Rangga Lawe (lahir: ? - wafat: 1295) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban sampai saat ini.

Peran Awal
Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat.

Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Konon, nama Rangga Lawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya karena berkaitan dengan penyediaan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kadiri atau juga mempunyai arti rangga berarti ksatria / pegawai kerajaan dan Lawe merupakan sinonim dari wenang, yang berarti "benang", atau dapat juga bermakna "kekuasaan" atau kemenangan. dan Ranggalawe kemudian diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut.

Penyerangan terhadap ibu kota Kediri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.

Jabatan Majapahit
Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.

Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.

Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit.  Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara.

Tahun Pemberontakan
Pararaton menyebut pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Menurut naskah ini, pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta. Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309. Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309, bukan 1295. Seolah-olah pengarang Pararaton melakukan kesalahan dalam penyebutan angka tahun.

Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau "raja muda" di istana Daha. Selain itu Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.  Fakta lain menunjukkan, nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara sama-sama terdapat dalam prasasti Kudadu tahun 1294, namun kemudian keduanya sama-sama tidak terdapat lagi dalam prasasti Sukamreta tahun 1296. Ini pertanda bahwa Arya Adikara alias Ranggalawe kemungkinan besar memang meninggal pada tahun 1295, sedangkan Arya Wiraraja diduga mengundurkan diri dari pemerintahan setelah kematian anaknya itu.

Jadi, kematian Ranggalawe terjadi pada tahun 1295 bertepatan dengan pengangkatan Jayanagara putra Raden Wijaya sebagai raja muda. Dalam hal ini pengarang Pararaton tidak melakukan kesalahan dalam menyebut tahun, hanya saja salah menempatkan pembahasan peristiwa tersebut.
Sementara itu Nagarakretagama yang dalam banyak hal memiliki data lebih akurat dibanding Pararaton sama sekali tidak membahas pemberontakan Ranggalawe. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah ini merupakan sastra pujian sehingga penulisnya, yaitu Mpu Prapanca merasa tidak perlu menceritakan pemberontakan seorang pahlawan yang dianggapnya sebagai aib.

Jalannya Pertempuran
Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahit karena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe. Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.

Ranggalawe yang bersifat pemberani dan emosional suatu hari menghadap Raden Wijaya di ibu kota dan langsung menuntut agar kedudukan Nambi digantikan Sora. Namun Sora sama sekali tidak menyetujui hal itu dan tetap mendukung Nambi sebagai patih. Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe membuat kekacauan di halaman istana. Sora keluar menasihati Ranggalawe, yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada raja. Namun Ranggalawe memilih pulang ke Tuban.

Mahapati yang licik ganti menghasut Nambi dengan melaporkan bahwa Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan di Tuban. Maka atas izin raja, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menghukum Ranggalawe.  Mendengar datangnya serangan, Ranggalawe segera menyiapkan pasukannya. Ia menghadang pasukan Majapahit di dekat Sungai Tambak Beras. Perang pun terjadi di sana. Ranggalawe bertanding melawan Kebo Anabrang di dalam sungai. Kebo Anabrang yang pandai berenang akhirnya berhasil membunuh Ranggalawe secara kejam. Melihat keponakannya disiksa sampai mati, Lembu Sora merasa tidak tahan. Ia pun membunuh Kebo Anabrang dari belakang. Pembunuhan terhadap rekan inilah yang kelak menjadi penyebab kematian Sora pada tahun 1300.

Silsilah Ronggolawe
Kidung Ranggalawe dan Kidung Panji Wijayakrama menyebut Ranggalawe memiliki dua orang istri bernama Martaraga dan Tirtawati. Mertuanya adalah gurunya sendiri, bernama Ki Ajar Pelandongan. Dari Martaraga lahir seorang putra bernama Kuda Anjampiani. Kedua naskah di atas menyebut ayah Ranggalawe adalah Arya Wiraraja. Sementara itu, Pararaton menyebut Arya Wiraraja adalah ayah Nambi. Kidung Harsawijaya juga menyebutkan kalau putra Wiraraja yang dikirim untuk membantu pembukaan Hutan Tarik adalah Nambi, sedangkan Ranggalawe adalah perwira Kerajaan Singhasari yang kemudian menjadi patih pertama Majapahit.

Uraian Kidung Harsawijaya terbukti salah karena berdasarkan prasasti Sukamreta tahun 1296 diketahui nama patih pertama Majapahit adalah Nambi, bukan Ranggalawe. Nama ayah Nambi menurut Kidung Sorandaka adalah Pranaraja. Sejarawan Dr. Brandes menganggap Pranaraja dan Wiraraja adalah orang yang sama. Namun, menurut Slamet Muljana keduanya sama-sama disebut dalam prasasti Kudadu sebagai dua orang tokoh yang berbeda. Menurut Slamet Muljana, Nambi adalah putra Pranaraja, sedangkan Ranggalawe adalah putra Wiraraja. Hal ini ditandai dengan kemunculan nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara dalam prasasti Kudadu, dan keduanya sama-sama menghilang dalam prasasti Sukamreta sebagaimana disinggung sebelumnya.

Versi Dongeng
Nama besar Ranggalawe rupanya melekat dalam ingatan masyarakat Jawa. Penulis Serat Damarwulan atau Serat Kanda, mengenal adanya nama Ranggalawe namun tidak mengetahui dengan pasti bagaimana kisah hidupnya. Maka, ia pun menempatkan tokoh Ranggalawe hidup sezaman dengan Damarwulan dan Menak Jingga. Damarwulan sendiri merupakan tokoh fiksi, karena kisahnya tidak sesuai dengan bukti-bukti sejarah, serta tidak memiliki prasasti pendukung.

Dalam versi dongeng ini, Ranggalawe dikisahkan sebagai adipati Tuban yang juga merangkap sebagai panglima angkatan perang Majapahit pada masa pemerintahan Ratu Kencanawungu. Ketika Majapahit diserang oleh Menak Jinggo adipati Blambangan, Ranggalawe ditugasi untuk menghadangnya. Dalam perang tersebut, Menak Jingga tidak mampu membunuh Ranggalawe karena selalu terlindung oleh payung pusakanya. Maka, Menak Jingga pun terlebih dulu membunuh abdi pemegang payung Ranggalawe yang bernama Wongsopati. Baru kemudian, Ranggalawe dapat ditewaskan oleh Menak Jingga. Tokoh Ranggalawe dalam kisah ini memiliki dua orang putra, bernama Siralawe dan Buntarlawe, yang masing-masing kemudian menjadi bupati di Tuban dan Bojonegoro.

Referensi
Ø Dalam Kidung Panji Wijayakrama, Kidung Sorandaka dan Prasasti Penanggungan disebutkan mengenai nama Rangga Lawe putra Arya Wiraraja merupakan nama hadiah dari Narrya Sanggramawijaya atau secara umum disebut dengan Raden Wijaya
Ø Terjemahan Lengkap Naskah Kakawin Nagarakretagama, dari situs sejarahnasional.org

Kepustakaan
Ø Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Ø Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan. Yogyakarta: LKIS
Ø Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LKIS


Reorientasi
Mengenal Ronggolawe, Sosok Penting Pendiri Majapahit yang Dibunuh Karena Memberontak
Kalau merelasikan Majapahit dengan para tokoh pentingnya, maka kita biasanya akan menyebut beberapa sosok terkenal. Misalnya Hayam Wuruk atau sang patih fenomenal Gajahmada. Tak salah memang, tapi tentu ada nama-nama lain yang jasanya juga sangat besar bagi Majapahit. Salah satunya adalah Ronggolawe.

Bagi kebanyakan orang nama ini tentu asing, tapi di mata para sejarawan justru Ronggolawe adalah sosok yang sangat dikenal, bahkan lebih terkenal dari Raden Wijaya alias raja pertama Majapahit. Alasannya sendiri ada beberapa hal. Pertama, Ronggolawe adalah salah satu pilar pertama Majapahit, dan yang kedua soal pemberontakannya yang sangat menghebohkan itu.  Soal pemberontakan, banyak yang justru membenarkan langkah Ronggolawe ini. Kenapa bisa begitu? Jawabannya bisa kamu temukan dalam deretan fakta berikut.

Asal Usul Ronggolawe
Sebelum lebih jauh mendalami sosok satu ini, maka kita harus tahu dulu siapa sebenarnya tokoh pendiri Majapahit itu. Mengenai asal usul, banyak literatur yang mengatakan jika ia adalah keturunan orang besar, lebih tepatnya adalah putra Arya Wiraraja. Sosok satu ini memang bukan bangsawan, tapi ia punya kedudukan yang sangat penting di Singasari yakni sebagai penasehat raja.  Selepas jadi orang terdekat raja, Arya Wiraraja kemudian ditugaskan untuk menjadi semacam bupati di daerah Sumenep. Nah, ketika memangku jabatan inilah Arya Wiraraja memiliki seorang anak laki-laki bernama Ronggolawe yang kelak akan jadi sosok besar.

Peran Penting Ronggolawe Bagi Majapahit
Awal mula Majapahit bisa dibilang ada di skenario hidup seorang Ronggolawe. Jadi, pada awalnya ia diutus oleh sang ayah untuk membantu Raden Wijaya membuka sebuah hutan. Hutan ini sendiri awalnya dipakai sebagai tempat berburu Jayakatwang, sang raja Kediri, namun nantinya jadi pusat pemerintah Majapahit.

Raden Wijaya dan Ronggolawe mungkin awalnya hanya sebagai orang suruhan raja Kediri saja. Namun, keduanya bertekad besar untuk bisa menggulingkan kerajaan ini dan mendirikan dinasti sendiri. Prosesnya tentu sangat susah dan berdarah-darah, namun berkat loyalitas seorang Ronggolawe, Raden Wijaya pada akhirnya sanggup memangku jabatan raja.

Kecerdikan Ronggolawe Menumpas Pasukan Kediri
Berdirinya Majapahit diawali dengan momentum runtuhnya kerajaan Kediri. Nah, dinasti itu bisa hancur setelah sekian lama, salah satunya adalah karena peran seorang Ronggolawe. Ya, sosok satu ini berhasil membuat pasukan Jayakatwang tinggal kenangan.Jadi, ceritanya ketika itu pasukan Tar-Tar datang ke Jawa untuk menuntut balas atas kejadian tak menyenangkan di masa lalu. Mendapati hal ini, Ronggolawe dan Raden Wijaya pun melakukan siasat cerdik dengan memanfaatkan pasukan Tar-Tar tersebut untuk menyerang Kediri. Strategi ini berhasil dan pada akhirnya meruntuhkan kejayaan Kediri. Tak hanya itu, setelahnya, Ronggolawe juga berjasa mengusir pasukan Tar-Tar dari tanah Jawa.

Awal Mula Pemberontakan Sang Pendiri Majapahit
Jasa Ronggolawe bisa dibilang sangat besar bagi Majapahit. Tapi, ketika kerajaan ini berdiri, ia justru tak mendapatkan tempat yang layak. Sejak awal Ronggolawe memang ingin menjadi patih dan mendampingi Raden Wijaya sampai akhir hayat. Sayangnya, cita-cita besar ini tak pernah dicapainya. Ronggolawe sangat marah dan tersinggung ketika seorang tokoh bernama Nambi diangkat sebagai patih. Nambi sendiri dianggap tak pernah memiliki jasa apa pun terhadap Majapahit. Marah, Ronggolawe pun memprotes keras keputusan Raden Wijaya tersebut. Hal ini pun jadi awal mula dari akhir kisah hidup sang tokoh besar itu.

Pemberontakan Berakhir Dengan Kematian
Raden Wijaya sebenarnya sangat menyesalkan tindakan Ronggolawe. Namun, ia juga sangat marah karena protes yang dilontarkan sang teman dekat itu sangat menghinanya. Hingga akhirnya diputuskan jika pasukan Majapahit harus memberangusnya, di samping Ronggolawe memang sudah berniat untuk melakukan pemberontakan besar-besaran.

Pertarungan antara Ronggolawe dan pasukan Majapahit tak bisa dihindarkan. Hingga akhirnya setelah duel-duel mematikan, sosok pembesar Majapahit ini pun tewas di tangan pasukan dari kerajaan yang dibangunnya dengan susah payah. Kisah ini tercatat sebagai pemberontakan pertama Majapahit.

Sekilas kita mungkin akan menganggap Ronggolawe adalah pengkhianat. Namun, kalau ditelusuri dari latar belakangnya, Ronggolawe bisa dibilang memang melakukan hal yang benar. Hal ini juga diyakini oleh masyarakat Tuban yang sampai hari ini konsisten menjunjung Ronggolawe sebagai sosok pahlawan besar yang patut untuk dikagumi.

Sumber : Google Wikipedia

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...