Jumat, 09 November 2018

KISAH KERAJAAN INDRAPRAHASTA

KISAH KERAJAAN INDRAPRAHASTA

Orientasi
Kerajaan Indraprahasta
Kerajaan Indraparahasta adalah sebuah kerajaan bercorak hindu yang berkedudukan di Cirebon Girang atau Cirebon Selatan, Kabupaten Cirebon sekarang. Kerajaan tersebut didirikan pada tahun 363 Masehi oleh Sang Maharesi Santanu, seorang maharesi dari Kali Gangga India. Kerajaan Ini sempat menjadi kerajaan besar pada saat kekuasaan Maharesi Santanu seiring dengan melemahnya pamor Kerajaan Salakanagara. Namun pada tahun 399 Masehi kerajaan Indraprahasta harus mengakui kekuasaan Sri Maharaja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara. Sejak saat itu lah kerajaan Indraprahasta menjadi bawahan dari Kerajaan Tarumanegara.

Nama Kerajaan
:
Indraprahasta
Pendiri           
:
Maharesi Santanu
Raja Terkenal
:
Maharaja Wiryabanyu
Tahun Berdiri
:
363-723 M (360 tahun)
Raja yang berkuasa
:
14 raja
Agama Kerajaan
:
Hindu
Agama Penduduk
:
Hindu, Budha, Hyang
Pusat Kerajaan
:
Cirebon
 

Raja-raja Kerajaan indraprahasta
1.        Resi Santanu (363-398 M)
Seperti halnya Sang Maharesi Jayasingawarman pendiri Tarumanegara, Sang Maharesi Santanu beserta para pengikutnya meninggalkan negeri asalnya untuk menyelamatkan diri dari serangan Kerajaan Samudera Gupta Maurya. Sebelum mendarat di Jawa Barat, Maharesi Santanu terlebih dahulu singgah di Srilangka dan Benggala. Ketika Maharesi Santanu mendarat di Jawa Barat saat itu Jawa Barat berada dalam kekuasaan Kerajaan Salakanagara yang dipimpin oleh Maharaja Prabu Darmawirya Dewawarman VIII. Sang Maharesi Sentanu menjadi Raja pertama Lerajaan Indraprahasata (363-398 M) dengan gelar Praburesi Indraswara Sakala Kretabuwana.

Sang Maharesi Santanu menikah dengan Dewi Indari, putri dari Prabu Darmawirya dewawarman VIII. Karena pernikahan tersebut, Sang Maharesi Santanu mempunyai pertalian kekeluargaan dengan Maharaja Deawawrman VIII. Dan saat itu Maharesi Santani diizinkan mendirikan desa diwilayah kerajaan Salakanagara. Sang Maharesi Santanu membangunsebuah desa di tepi Kali Cirebon, yang diberi nama Indraprahasta. Gunung Ceremai, yang berdiri di dekat negerinya diberi nama Gunung Indrakila, dan Kali Cirebon yang melewati daerahnya diberi nama Kali Gangganadi. Di bagian alur sungai sang diperlebar dan diperdalam sehingga mirip danau, dinamakan penduduk setempat sebagai setu Gangga (danau Gangga). Ditempat itu lah diadalakan upacara mandi suci, seperti kebviasaan di daerah asal sang Maharesi Santanu, lembah Sungai Gaganga, India. Reduplikasi Semacam itu merupakan suatu pengabdian untuk mengenang tanah kelahirannya.

2.        Prabu Jayasatyanagara (398-421 M)
Raja Kerajaan Indra Prahasta selanjutnya adalah Jayasatyanagara, putra sulung Maharesi Santanu dari permaisuri Dewi Indari. Pada Tahun 399 Masehi, Jayasatyanagara harus mengakui kekuatan Maharaja Purnawarman dari Tarumanegara. Sejak itulah indraprahasta menjadi bawahan Tarumanegara. Permaisuri Jayasatyanagara bernama Ratna Manik puteri Sang Wisnu Bhumi, aja Kerajaan Malabar, di Kaki Gunung Malabar, Bandung, selatan. Dari permaisurinya, Jayasatya nagaramemperoleh putra bernama Wiryabanyu.

3.        Prabu Wiryabanyu (421-444 M)
Penguasa ke tiga Kerajaan Indraprahasata adalah Sang Maharaja Wiryabanyu, putera Jayasatyanagara dari permaisurinya Ratna Manik. Sang Wiryabanyu merupakan seorang pahlawan yang menumpas pemberontakan Sang Mahamantri Cakrawarman di zaman pemerintahan Sri Maharaja Wisnuwarman, yang terjadi di Tarumanegara pada tahun 437 M.
Permaisuri Maharaja Wiryabanyu adalah Nilem Sari, puteri raja Kerajaan Manukrawa yang berkedudukan di Indramayu dan kemudian memiliki seorang putri bernama Saklawati dan dijadikan permaisuri oleh Maharaja Wisnuwarman, Raja tarumanegara keempat.

4.        Prabu Warma Dewaji (444-471 M)
Beliau merupakan putra dari Wiryabanyu dan menjadi pengfuasa ke empat Indraprahasta.

5.        Prabu Raksahariwangsa (471-507 M)
Penguasa kelima Indraprahasta adalah putera Warma Dewaji yaitu Raksa Hariwangsa dengan nobat Abhiseka Prabu Raksahariwangsa Jayabhuana. Permaisuri Sang Raksahariwangsa adalah Dewi Rasmi puteri raja Kerajaan Sangarung dan memiliki puteri yang bernama Dewi Rasmi. Dewi Rasmi kemudian dipersunting oleh Tirtamanggala putera ke dua Raja Kerajaan Aghrabinta.

6.        Prabu Tirtamanggala (507-526 M)
Penguasa Indraprahasta ke enam adalah menantu dari Sang Raksahariwangsa yakni Tirtamanggala. Tirtamanggala bersama permaisurinya Dewi Rasmi memerintah sampai 526 Masehi. Beliau dikaruniai dua putera, yakni Astadewa dan Jayagranagara.

7.        Prabu Astadewa (526-540 M)
Penguasa selanjutnya adalah Astadewa putera pertama dari Prabu tirtamanggala. Beliau mempunyai putra bernama Rajaresi Padmayasa.

8.        Prabu Jayagranagara (540-546 M)
Penguasa kedelapan adalah Jayagranagara adiknya Astadewa. Beliau menjadi raja sementara menunggu Rajaresi Padmayasa yang belum cukup umur untuk memegang tampuk pemerintahan.

9.    Prabu Padmayasa (546-590 M)

10. Prabu Andabuwana (590-636 M)

11.  Prabu Wisnumurti (636-661 M)
Penguasa selanjutnya adalah Wisnumurti. Beliau dikaruniai satu orang puteri dan satu orang putera. Yang putri bernama Dewi ganggasari yang diperistri oleh Maharaja Linggawarman, raja Kerajaan Tariumanegara ke 12. Sedangkan yang putera yang bernama Tunggulnagara diangkat menjadi penguasa Indreaprahasta ke 12.

12.  Prabu Tunggulnagara (661-707 M)

13. Resi Guru Padmahariwangsa (707-719 M)
Penguasa ke 13 adalah Resi Guru Padmahariwangsa, beliau dikaruniai dua orang puteri dan satu orang putera. Yang pertama Citrakirana, beliau dipersunting oleh Purbasora. Yang Kedua, yakni Wiratara melanjutkan tahta kekuasaan Indraprahasta. Dan yang ke tiga Ganggakirana diperistri oleh Adipati Kosala dari Kerajaan Wanagiri, Bawahan Idraprahasta.

14. Prabu Wiratara (719-723 M)
Penguasa ke empatbelas dan terakhir Indraprahasta adalah sang Wiratara. Prabu Wiratara beserta Seluruh pihak Kerajaan Indraprahasta dibinasakan oleh Sang Sanjaya karena ikut membantu pemberontakan Sang Purbasora merebut kekuasaan Kerajaan Galuh dari Prabu Senna.

Kehancuran
Indraprahasta ketika itu berada diposisi Purbasora, mengingat Purbasora menantu dari padma hariwangsa, raja Indraprahasta ke 13, karena Purbasora menikahi menikahi Citrakirana, adik dari Wiratara yang kelak menjadi menjadi raja Kerajaan Indraprahasta. Purbasora hampir sama mengikuti cara-cara yang digunakan Wisnuwarman (Taruma) yang menggunakan pasukan Indraprahasta sebagai bayangkara yang langsung dibawah kontrol Patih Balangantrang. Konon pasukan inilah yang memporak porandakan kekuatan Sena, hingga Sena pun terpaksa melarikan diri ke Kalingga.
Kekuatan pasukan Indraprhasta pun terbaca oleh Sanjaya, anak dari Sena yang kemudian menjadi Raja Yang di Pertuan di Pulau Jawa. Hingga suatu ketika pada saat Senjaya menuntut balas, pasukan Sunda dikerahkan untuk menggembur pasukan Indraprahasta dan negaranya ikut dibumi hanguskan, berikut Wiratara, ketika itu raja Indrapahasta.
Peristiwa ini diabadikan dalam Nusantara III/2, intinya menggambarkan, bahwa :

“Ikang rajya Indraprahasta wus
sirna dening Rahyang Sanjaya
mapan kasoran yuddha nira. Rajya
Indraprahasta kebehan nira
kaprajaya sapinasuk kadatwan
syuhdrawa pinaka tan hana rajya
manih i mandala Carbon Ghirang.
Wadyanbala, sang pameget,
nanawidhakara janapada, manguri,
sang pinadika, meh sakweh ira
pejah nirawaceca. Kawalya pirang
siki lumayu humot ring wana, giri,
iwah, luputa sakeng satrwikang
tan hana karunya budhi pinaka
satwakura.”

Artinya : Kerajaan Indraprahasta itu telah musnah oleh Rahyang Sanjaya karena kalah perangnya. Seluruh Kerajaan Indraprahasta ditundukan termasuk keratonya hancur lumat seakan-akan tidak ada lagi kerajaan didaerah Cirebon Girang. Angkatan perang, pembesar kerajaan, seluruh golongan penduduk, penghuni istana, para terkemuka, hampir seluruhnya binasa tanpa sisa. Hanya beberapa orang yang berhasil melarikan diri bersembunyi di hutan, gunung dan sungai yang terluput dari musuh yang tidak mengenal belas kasihan seperti binatang buas.

Biar bagaimanapun Indraprahasta masih memiliki kerabat di negara lainnya. Mungkin alasan politis inilah kemudian Senjaya menyerahkan Indraprahasta kepada menantu Padmahariwangsa, raja Indraprahasta ke-13, yakni Adipati Kusala raja Wanagiri, suami dari Gangga Kirana. Kerajaan Wanagiri kemudian menggantikan Indraprahasta dan berada dibawah kekuasaan Galuh. Kemudian pada abad kelima belas praktis Wanagiri menjadi Kerajaan Cirebon Girang, saat ini hanya berbekas sebuah desa dengan nama Cirebon Gir

Kerajaan Indraprahasta Cirebon Girang adalah suatu kerajaan di pulau Jawa. Berlokasi di Cirebon Girang lereng gunung Cereme (gunung Indrakila). Awalnya berupa kemandalaan yang bernama Mandala Indraprahasta. Selanjutnya kemandalaan Indraprahasta ini berkembang menjadi kerajaan. Nama Mandala atau kerajaan Indraprahasta ini mirip dengan nama kerajaan yang berada di India.

Sejarah
Dalam naskah "Negara Kretabhumi’ sargah I parwa I" disebutkan ‚ sejak tahun 80 saka hingga 230 saka (308 M), banyak kelompok pendatang yang menumpang berbagai perahu dari negeri Bharata dan Bhenggali yang bermukim di Nusantara. Tiba dari daerah Gangga India. Di antara mereka yang berasal dari negeri Bharata (India) terdapat Resi Waisnawa, mereka mengajarkan agamanya kepada penghulu masyarakat, tempat mereka bermukim, khususnya di Jawa Barat. Sedangkan Resi Syaiwa banyak yang bermukim di Jawa Timur. Di antara penganut agama Hindu sekte pemuja Batara Wisnu tersebut adalah Maharesi Sentanu Murti yang bermukim di Desa Krandon, Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

Wilayah Kecamatan Talun adalah daerah yang dialiri tiga hulu sungai, yaitu Sungai Grampak yang mengalir dari Desa Sarwadadi ke Desa Sampiran. Kemudian Sungai Suba yang mengalir dari Desa Patapan menuju Sampiran, serta Sungai Cirebon Girang yang mengalir dari Desa Cirebon Girang juga menuju ke Sampiran.  Di Desa Sampiran itulah ketiga hulu sungai tersebut bertemu menjadi satu, yang diberi nama Maharesi Sentanu dengan nama Gangganadi.  Selanjutnya ‘Naskah Pustaka Rajya-rajya I Bumi Nusantara’ juga menyebutkan bahwa Indraprahasta didirikan Maharesi Sentanu yang berasal dari kawasan Sungai Gangga India. Kedatangannya ke pulau jawa karena mengungsi akibat negaranya diserang pasukan Samudra Gupta.
Indraprahasta didirikan 363 M dan Maharesi Sentanu berkuasa sampai tahun 398 M, dengan gelar Prabu Indaswara Sakalakretabuwana. Kekuasaanya berdampingan dengan Kerajaan Salakanagara yang dipimpin Prabu Darmawirya Dewawarman VIII. Disebutkan pula Maharesi Sentanu ini kemudian menikah dengan putri Prabu Darmawirya Dewawarman VIII yang bernama Dewi Indari. Wilayah Indraprahasta kala itu kini meliputi Desa Sarwadadi Kecamatan Sumber (sebagai pusat pemerintahan), Cimandung di Desa Krandon Kecamatan Talun dan Desa Cirebon Girang.
Kala itu duplikasi tempat-tempat di India diaplikasikan untuk menamai Gunung Cireme sebagai Indrakila, sungai yang melintasi wilayahnya diberi nama Gangganadi, termasuk memperdalam sungai yang kemudian diberi nama Setu Gangga.

Raja-raja Indraprasta Cirebon Girang
Raja-raja Indraprahasta (perubahan bentuk dari Mandala Indraprahasta) 285 – 645 Caka (398 – 747 Masehi) :

1.      Maharesi Sentanu yeng menjadi Raja Pertama Indraprahasta. Berkuasaja sejak tahun 285 – 320 Caka (398 – 432 Masehi): 15 tahun.Penobatan di Indraprahasta ke 1 sebagai bawahan Kerajaan Salakanagara. Raja Prabu Maharesi Santanu.bergelar Prabursi Indraswara Salakakretabuwana. Permaisuri Indari adalah putri Dewawarman VIII. Prabu Maharsei Sentanu berputra Jayasatyanagara. Kerajaan ini berada di lereng gunung Cereme (gunung Indrakila);

2.        Jayasatyanagara Raja ke-2 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 320 – 343 Caka (432 – 454 Masehi): 23 tahun. Penobatannya di Indraprahasta sebagai kerajaan bawahan Kerajaan Tarumanagara. Permaisuri Ratna Manik, putri Wisnubumi, raja dari Kerajaan Malabar. Berputra Wiryabanyu

3.      Wiryabanyu raja ke-3 Kerajaan Indraprahasta . Berkuasa mulai tahun 343 – 366 Caka (454 – 476 M): 23 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Permaisuri Nilem Sari, putri kerajaan Manukrawa. Berputra (1) Suklawati, diperistri oleh Wisnuwarman, putra Purnawarman; (2) Warna Dewaji. Sejak raja Indraprahasta ke-2, Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.

4.      Warna Dewaji raja ke- 4 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 366 – 393 Caka (476 – 503 Masehi): 27 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Raksahariwangsa.

5.       Raksahariwangsa raja ke-4 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 393 – 429 Caka (503 – 538 Masehi): 36 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Setelah penobatan, bergelar Prabu Raksahariwangsa Jayabhuwana. Permaisuri putri raja Sanggarung. Berputra Dewi Rasmi, bersuami Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan Agrabintapura.

6.      Dewi Rasmi ratu ke-6 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 429 – 448 Caka (538 – 556 Masehi): 19 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Dewi Rasmi menikah dengan Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan Agrabintapura. Bergelar Prabu Tirtamanggala Darmagiriswara. Berputra (1).Astadewa (2).Jayagranagara.

7.     Astadewa raja ke-7 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 448 – 462 Caka (556 – 570 Masehi): 14 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Rajaresi Padmayasa (ia memilih menjadi pertapan, penerus pamannya di Mandala Indraprahasta). Sebagai catatan Jayagranagara adalah adik Astadewa, penerus raja-raja Indrprahasta adalah dari anak bungsu.

8.       Jayagranagara raja ke-8 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 462 – 468 Caka (570 – 575 Masehi): 6 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Sebagai catatan Ia adalah adik Astadewa, raja Indraprahasta 7

9.        Rajaresi Padmayasa raja ke-9 Kerajaan indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 468 – 512 Caka (575 – 618 Masehi): 44 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Anak Andabuwana. Catatan Raja Rajaresi Padmayasa adalah putra Astadewa, raja Indraprahasta ke 7. Ia menggantikan kedudukan pamannya.

10.    Andbuana raja ke-10 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 512 – 558 Caka (618 – 663 Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Anak Wisnumurti.
11.    Wisnumurti raja ke-11 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 558 – 583 Caka (663 – 688 Masehi): 25 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra (1) Dewi Ganggasari, diperistri oleh Linggawarman, yang kelak menjadi raja Tarumanagara ke 12 (2) Tunggulnagara, melanjutkan warisan ayahnya.

12.    Tunggalnagara raja ke-12 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 583 – 629 Caka (688 – 732 Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. ia adiknya Ganggasari; Anak Padmahariwangsa. Gangasari ialah putri sulung Prabu Indraprahasta ke 11 yang diperistri oleh Prabu Tarumanagara 12.

13.    Resiguru Padmahariwangsa raja ke-13 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 629 – 641 Caka (732 – 744 Masehi): 12 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra (1) Citrakirana, yang diperistri oleh Purbasora.(2) Wiratara, yang menjadi penerus ayahnya (3) Ganggakirana, yang menjadi Adipati Kusala dari kerajaan Wanagiri, bawahan Indraprahasta.

14.    Prabu Wiratara raja ke-14 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 641 – 645 Caka (743 – 747 Masehi): 4 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Raksadewa. Peristiwa yang terjadi dalam pemerintahan Prabu Wiratara ialah Ia membantu Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Prabu Sena. Sementara itu, Kakak Wiratara, yang bernama putri Citrakirana, diperistri oleh Purbasora.

Tahun 645 Caka (748 Masehi), terjadi peristiwa Kerajaan Sunda menyerbu Indraprahasta. Terjadi juga ekspansi kekuasan Sanjaya dengan menyerang Galuh. Galuh ditaklukkan, Sanjaya menumpas pendukung Purbasora. Terutama kerajaan Indraprahasta, yang turut membantu Purbasora waktu merebut kekuasaan Galuh dari Sena. Indraprahasta yang didirikan sejak jaman Tarumanagara, ahirnya diratakan dengan tanah oleh Sanjaya, seolah tidak pernah ada kerajaan disitu.”Indraprahasta sirna ing bhumi”.

Kurun waktu tahun 645 – 649 Caka (748 – 751 Masehi): 4 tahun; Penobatan di Indraprahasta digabungkan dengan Kerajaan Wanagiri. Penguasanya dalah Adipati Kulasa. Berputra Raksadewa. Peristiwa Bekas kawasan Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri oleh Adipati Kulasa sebagai negara baru bawahan Galuh. Kulasa menjadi ratunya.
Kerajaan Indraprahasta menjadi salah satu kerajaan tertua di Nusantara.

ASAL USUL KERAJAAN INDRAPRAHASTA SIRNA
Reorientasi
Kerajaan Indraprahasta terletak di Cirebon Girang atau Cirebon Selatan Kabupaten Cirebon Sekarang. Kerajaan tersebut didirikan pada tahun 363 Masehi oleh Sang Maharesi Santanu, seorang maharesi dari daerah sungai gangga india. Seperti halnya Sang maharesi Jayasingawarman pendiri Tarumanegara, Sang maharesi Sentanu beserta para pengiringnya meninggalkan negeri asalnya untuk menyelamtkan diri dari kerajaan pasukan Samudra Gupta Maurya. Ia singgah di Srilangka dan Benggala, baru kemudian menuju Jawa barat, yang waktu itu merupakan Salakanagara yang diperintah oleh Prabu Darmawirya Dewawarman VIII. Sang Maharesi masih mempunyai pertalian kekeluargaan dengan Sang Dewawarman VIII. Karena itu, Sang Maharesi santanu diizinkan mendirikan desa diwilayah kerajaanya.

Sang Maharesi Santanu membangun sebuah desa ditepi kali Cirebon, yang diberi nama Indraprahasta. Gunung Ciremai yang berdiri di dekat daerahnya, diberinama Indrakila dan kali Cirebon yang melewati daerahnya diberi nama Gangganadi. Di bagian alur sungai diperlebar dan diperdalam sehingga mirip danau, dinamakan penduduk setempat sebagai Setu Gangga ( Danau Gangga ). Ditempat itulah diadakan upacara mandi suci, seperti kebiasaan didaerah asal Sang Maharesi Santanu lembah Sungai Gangga India. Reduplikasi semacam itu merupakan suatu pengabdian untuk mengenang tanah kelahiranya, tidak mengherankan jika orang Cirebon beranggapan bahwa Pandawa itu sebenarnya berkerajaan di Cirebon.

Kerajaan Indraprahasta kemudian berkembang menjadi kerajaan besar. Maharesi Santanu menjadi rajanya yang pertama (363-398 M) dengan gelar Praburesi Indraswara Sakala Kretabuwana. Pengganti Maharesi santanu, jayasatyanagara, putera sulung dari permaisuri Indari. Jayastyanagara menjadi raja kedua Indraprahasta (398-421 M). Pada tahun 399 Masehi Jayasatyanagara harus mengakui kekuasaan Sri Maharaja Purnawarman dari Tarumanagara. Sejak itulah Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara Permaisuri Jayasatyanagara bernama Ratna Manik puteri Sang Wisnubumi, raja Malabar, dikaki gunung Malabar Bandung Selatan sekarang. Dari permaisurinya, Jayasatyanagara memperoleh putera bernama Wiryabanyu, sebagai penguasa Indraprahasta ketiga (421-444 M). Sang Wiryabanyu adalah tokoh yang menumpas pemberontakan Sang Cakrawarman di zaman pemerintahan Sri Majaraja Wisnuwarman, yang terjadi di Tarumanegara pada tahun 437 Masehi.

Permaisuri Sang Wiryabanyu berasal dari kerajaan Manukrawa (mungkin ditepi sungai Cimanuk) bernama Nilem Sari, yang kemudian memperoleh seorang puteri bernama Suklawati dan dijadikan permaisuri oleh Sri Maharaja Wisnuwarman, RajaTarumanegara keempat. Sang Padmahariwangasa yang menjadi pendukung utama perebutan kekuasaan di Galuh yang dilakukan oleh Sang Purbasora adalah raja ke-13 Indraprahasta. Sang Padmahriwangsa mempunyai seorang putera dan dua orang puteri 1. Yang Sulung, Citrakirana diperistri oleh Sang Purbasora 2. Yang kedua, Witara calon pengganti tahta kerajaan Indraprahasta dan 3. Yang bungsu, Ganggakirana diperistri oleh Adipati Kosala Raja wanagiri bawahan Indraprahasta. Sang Purbasora hanya mengulang kisah Sri Maharaja Wisnuwarman, membentuk pasukan bayangkara dari prajurit-prajurit Indraprahasta. Pasukan tersebut berada langsung dibawah komando Patih Senapati Bimaraksa.

Sang Purbasora mengadakan kesiagaan dan kewaspadaan, ia memperhitungkan kemungkinan Sang Sena yang lolos ke Jawa tengah, akan mengadakan serangan balasan, dengan mempergunakan kekuatan pasukan Bumi Mataram dan Bumi sambara. Sang Purbasora menyadari dengan merebut tahta Galuh dari Sang Sena berarti hubungan Galuh-Kalingga yang pernah dibina oleh kakeknya ( Sang Wretikandayun) menjadi terputus, bahkan menjadi permusuhan. Sebenarnya yang membakar Sang Purbasora untuk merebut Tahta Galuh adalah permaisurinya Citrakirana. Permaisuri ini pula yang membujuk ayahnya, Rajaresi padmahariwangsa untuk membantu upaya suaminya menjadi penguasa galuh. Sang Purbasora, seharusnya menjadi penguasa Indraprahasta bersama-sama isterinya yang menjadi puteri mahkota.

Akan tetapi raja Indraprahasta yang sudah tua itu melihat kepentingan lain. Bila menantunya ( sang Purbasora ) menjadi penguasa Galuh, puteranya Sang Wiratara mempunyai peluang menjadi penguasa Indraprahasta yang ke-14. Peluang tersebut memang terjadi, Sang Wirata dinobatkan menjadi pengganti ayahnya pada tahun 719 M. Sang Sanjaya mengetahui bahwa tulang punggung yang dijadikan andalan keberhasilan gerakan Sang Purbasora ialah pasukan Kerajaan Indraprahasta. Sang Sanjaya menganggap bahwa Indraprahasta merupakan sumber petaka yang menimpa ayahnya. Sang Sanjaya sangat menghormati ayahnya lebih-lebih setelah ia mengethui bahwa para pemuka agama seperti Rabuyut Sawai pun sangat menghormatinya. Dengan dendam membara Sang Sanjaya menggerakan pasukannya ke Indraprahasta yang terletak dilereng Gunung Ciremai Cirebon. Keamanan di Galuh untuk sementara dipercayakan kepada Patih Anggada bersama sebagian pasukan sunda yang dipimpinnya. Sang Wirata raja Indraprahasta ketika itu ikut menggempur Galuh pada tahun 716 M, berperan sebagai salah seorang senopati Sang Purbasora. Ia harus menerima pembalasan dendam putera Prabu Sena.

Seluruh kerajaan Indraprahasta ditundukan, termasuk keratonnya hancur lantak, seakan-akan tidak pernah ada kerajaan didaerah Cirebon Girang. Angkatan Perang, pembesar kerajaan, seluruh golongan penduduk, penghuni istana, kaum terkemuka, hamper seluruhnya binasa tanpa sisa. Hanya beberapa orang yang berhasil melarikan diri, bersembunyi dihutan, digunung, dan disungai, luput dari musuh yang tidak mengenal belas kasihan. Prabu Wirata Raja Indraprahasta ke-14, gugur dalam pertempuran dan seluruh anggota keluarganya binasa. Kerajaan warisan sang Maharesi Sentanu yang didirikan tahun 363 Masehi itu lenyap dari muka bumi (Sirna Ing Bumi). Kedudukannya sebagai Darmasima (Negara mereka yang dilindungi sebagai Negara leluhur) telah berakhir. Bekas kawasan Indraprahasta oleh sang Sanjaya diserahkan kepada Adipati Kusala Raja wanagiri, menantu Sang Padmahariwangsa suami Ganggakirana. Kerajaan Wanagiri pengganti kerajaan Indraprahasta di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Pada abad ke-15 Masehi kerajaan Wanagiri menjadi Kerajaan Cirebon Girang.
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
Sumber : Google Wikipedia
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...