KISAH
KERAJAAN INDRAPRAHASTA
Orientasi
Kerajaan
Indraprahasta
Kerajaan
Indraparahasta adalah sebuah kerajaan bercorak hindu yang berkedudukan di
Cirebon Girang atau Cirebon Selatan, Kabupaten Cirebon sekarang. Kerajaan
tersebut didirikan pada tahun 363 Masehi oleh Sang Maharesi Santanu, seorang
maharesi dari Kali Gangga India. Kerajaan Ini sempat menjadi kerajaan besar
pada saat kekuasaan Maharesi Santanu seiring dengan melemahnya pamor Kerajaan
Salakanagara. Namun pada tahun 399 Masehi kerajaan Indraprahasta harus mengakui
kekuasaan Sri Maharaja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara. Sejak saat itu
lah kerajaan Indraprahasta menjadi bawahan dari Kerajaan Tarumanegara.
Raja-raja Kerajaan indraprahasta
Nama Kerajaan
|
:
|
Indraprahasta
|
Pendiri
|
:
|
Maharesi Santanu
|
Raja Terkenal
|
:
|
Maharaja Wiryabanyu
|
Tahun Berdiri
|
:
|
363-723 M (360 tahun)
|
Raja yang berkuasa
|
:
|
14 raja
|
Agama Kerajaan
|
:
|
Hindu
|
Agama Penduduk
|
:
|
Hindu, Budha, Hyang
|
Pusat Kerajaan
|
:
|
Cirebon
|
Raja-raja Kerajaan indraprahasta
1.
Resi Santanu
(363-398 M)
Seperti halnya Sang Maharesi
Jayasingawarman pendiri Tarumanegara, Sang Maharesi Santanu beserta para
pengikutnya meninggalkan negeri asalnya untuk menyelamatkan diri dari serangan
Kerajaan Samudera Gupta Maurya. Sebelum mendarat di Jawa Barat, Maharesi
Santanu terlebih dahulu singgah di Srilangka dan Benggala. Ketika Maharesi
Santanu mendarat di Jawa Barat saat itu Jawa Barat berada dalam kekuasaan
Kerajaan Salakanagara yang dipimpin oleh Maharaja Prabu Darmawirya Dewawarman
VIII. Sang Maharesi Sentanu menjadi Raja pertama Lerajaan Indraprahasata
(363-398 M) dengan gelar Praburesi Indraswara Sakala Kretabuwana.
Sang Maharesi Santanu menikah dengan
Dewi Indari, putri dari Prabu Darmawirya dewawarman VIII. Karena pernikahan
tersebut, Sang Maharesi Santanu mempunyai pertalian kekeluargaan dengan
Maharaja Deawawrman VIII. Dan saat itu Maharesi Santani diizinkan mendirikan desa
diwilayah kerajaan Salakanagara. Sang Maharesi Santanu membangunsebuah desa di
tepi Kali Cirebon, yang diberi nama Indraprahasta. Gunung Ceremai, yang berdiri
di dekat negerinya diberi nama Gunung Indrakila, dan Kali Cirebon yang melewati
daerahnya diberi nama Kali Gangganadi. Di bagian alur sungai sang diperlebar
dan diperdalam sehingga mirip danau, dinamakan penduduk setempat sebagai setu
Gangga (danau Gangga). Ditempat itu lah diadalakan upacara mandi suci, seperti
kebviasaan di daerah asal sang Maharesi Santanu, lembah Sungai Gaganga, India.
Reduplikasi Semacam itu merupakan suatu pengabdian untuk mengenang tanah
kelahirannya.
2.
Prabu Jayasatyanagara
(398-421 M)
Raja Kerajaan Indra Prahasta
selanjutnya adalah Jayasatyanagara, putra sulung Maharesi Santanu dari
permaisuri Dewi Indari. Pada Tahun 399 Masehi, Jayasatyanagara harus mengakui
kekuatan Maharaja Purnawarman dari Tarumanegara. Sejak itulah indraprahasta
menjadi bawahan Tarumanegara. Permaisuri Jayasatyanagara bernama Ratna Manik
puteri Sang Wisnu Bhumi, aja Kerajaan Malabar, di Kaki Gunung Malabar, Bandung,
selatan. Dari permaisurinya, Jayasatya nagaramemperoleh putra bernama
Wiryabanyu.
3.
Prabu Wiryabanyu
(421-444 M)
Penguasa ke tiga Kerajaan
Indraprahasata adalah Sang Maharaja Wiryabanyu, putera Jayasatyanagara dari
permaisurinya Ratna Manik. Sang Wiryabanyu merupakan seorang pahlawan yang
menumpas pemberontakan Sang Mahamantri Cakrawarman di zaman pemerintahan Sri
Maharaja Wisnuwarman, yang terjadi di Tarumanegara pada tahun 437 M.
Permaisuri Maharaja Wiryabanyu
adalah Nilem Sari, puteri raja Kerajaan Manukrawa yang berkedudukan di
Indramayu dan kemudian memiliki seorang putri bernama Saklawati dan dijadikan
permaisuri oleh Maharaja Wisnuwarman, Raja tarumanegara keempat.
4.
Prabu Warma
Dewaji (444-471 M)
Beliau merupakan putra dari
Wiryabanyu dan menjadi pengfuasa ke empat Indraprahasta.
5.
Prabu Raksahariwangsa
(471-507 M)
Penguasa kelima Indraprahasta adalah
putera Warma Dewaji yaitu Raksa Hariwangsa dengan nobat Abhiseka Prabu Raksahariwangsa
Jayabhuana. Permaisuri Sang Raksahariwangsa adalah Dewi Rasmi puteri raja
Kerajaan Sangarung dan memiliki puteri yang bernama Dewi Rasmi. Dewi Rasmi
kemudian dipersunting oleh Tirtamanggala putera ke dua Raja Kerajaan
Aghrabinta.
6.
Prabu
Tirtamanggala (507-526 M)
Penguasa Indraprahasta ke enam
adalah menantu dari Sang Raksahariwangsa yakni Tirtamanggala. Tirtamanggala
bersama permaisurinya Dewi Rasmi memerintah sampai 526 Masehi. Beliau
dikaruniai dua putera, yakni Astadewa dan Jayagranagara.
7.
Prabu Astadewa
(526-540 M)
Penguasa selanjutnya adalah Astadewa
putera pertama dari Prabu tirtamanggala. Beliau mempunyai putra bernama
Rajaresi Padmayasa.
8.
Prabu Jayagranagara
(540-546 M)
Penguasa kedelapan adalah
Jayagranagara adiknya Astadewa. Beliau menjadi raja sementara menunggu Rajaresi
Padmayasa yang belum cukup umur untuk memegang tampuk pemerintahan.
9. Prabu Padmayasa
(546-590 M)
10. Prabu
Andabuwana (590-636 M)
11. Prabu Wisnumurti
(636-661 M)
Penguasa selanjutnya adalah
Wisnumurti. Beliau dikaruniai satu orang puteri dan satu orang putera. Yang
putri bernama Dewi ganggasari yang diperistri oleh Maharaja Linggawarman, raja
Kerajaan Tariumanegara ke 12. Sedangkan yang putera yang bernama Tunggulnagara
diangkat menjadi penguasa Indreaprahasta ke 12.
12. Prabu Tunggulnagara (661-707 M)
13. Resi Guru Padmahariwangsa (707-719 M)
Penguasa ke 13 adalah Resi Guru
Padmahariwangsa, beliau dikaruniai dua orang puteri dan satu orang putera. Yang
pertama Citrakirana, beliau dipersunting oleh Purbasora. Yang Kedua, yakni
Wiratara melanjutkan tahta kekuasaan Indraprahasta. Dan yang ke tiga
Ganggakirana diperistri oleh Adipati Kosala dari Kerajaan Wanagiri, Bawahan
Idraprahasta.
14. Prabu Wiratara (719-723 M)
Penguasa ke empatbelas dan terakhir Indraprahasta
adalah sang Wiratara. Prabu Wiratara beserta Seluruh pihak Kerajaan
Indraprahasta dibinasakan oleh Sang Sanjaya karena ikut membantu pemberontakan
Sang Purbasora merebut kekuasaan Kerajaan Galuh dari Prabu Senna.
Kehancuran
Indraprahasta
ketika itu berada diposisi Purbasora, mengingat Purbasora menantu dari padma
hariwangsa, raja Indraprahasta ke 13, karena Purbasora menikahi menikahi
Citrakirana, adik dari Wiratara yang kelak menjadi menjadi raja Kerajaan
Indraprahasta. Purbasora hampir sama mengikuti cara-cara yang digunakan
Wisnuwarman (Taruma) yang menggunakan pasukan Indraprahasta sebagai bayangkara
yang langsung dibawah kontrol Patih Balangantrang. Konon pasukan inilah yang
memporak porandakan kekuatan Sena, hingga Sena pun terpaksa melarikan diri ke
Kalingga.
Kekuatan
pasukan Indraprhasta pun terbaca oleh Sanjaya, anak dari Sena yang kemudian
menjadi Raja Yang di Pertuan di Pulau Jawa. Hingga suatu ketika pada saat
Senjaya menuntut balas, pasukan Sunda dikerahkan untuk menggembur pasukan
Indraprahasta dan negaranya ikut dibumi hanguskan, berikut Wiratara, ketika itu
raja Indrapahasta.
Peristiwa
ini diabadikan dalam Nusantara III/2, intinya menggambarkan, bahwa :
“Ikang rajya
Indraprahasta wus
sirna dening Rahyang
Sanjaya
mapan kasoran yuddha
nira. Rajya
Indraprahasta kebehan
nira
kaprajaya sapinasuk
kadatwan
syuhdrawa pinaka tan
hana rajya
manih i mandala Carbon
Ghirang.
Wadyanbala, sang
pameget,
nanawidhakara
janapada, manguri,
sang pinadika, meh
sakweh ira
pejah nirawaceca.
Kawalya pirang
siki lumayu humot ring
wana, giri,
iwah, luputa sakeng
satrwikang
tan hana karunya budhi
pinaka
satwakura.”
Artinya
: Kerajaan Indraprahasta itu telah musnah oleh Rahyang Sanjaya karena kalah
perangnya. Seluruh Kerajaan Indraprahasta ditundukan termasuk keratonya hancur
lumat seakan-akan tidak ada lagi kerajaan didaerah Cirebon Girang. Angkatan
perang, pembesar kerajaan, seluruh golongan penduduk, penghuni istana, para
terkemuka, hampir seluruhnya binasa tanpa sisa. Hanya beberapa orang yang
berhasil melarikan diri bersembunyi di hutan, gunung dan sungai yang terluput
dari musuh yang tidak mengenal belas kasihan seperti binatang buas.
Biar
bagaimanapun Indraprahasta masih memiliki kerabat di negara lainnya. Mungkin
alasan politis inilah kemudian Senjaya menyerahkan Indraprahasta kepada menantu
Padmahariwangsa, raja Indraprahasta ke-13, yakni Adipati Kusala raja Wanagiri,
suami dari Gangga Kirana. Kerajaan Wanagiri kemudian menggantikan Indraprahasta
dan berada dibawah kekuasaan Galuh. Kemudian pada abad kelima belas praktis
Wanagiri menjadi Kerajaan Cirebon Girang, saat ini hanya berbekas sebuah desa
dengan nama Cirebon Gir
Kerajaan
Indraprahasta Cirebon Girang adalah suatu kerajaan di pulau Jawa. Berlokasi di
Cirebon Girang lereng gunung Cereme (gunung Indrakila). Awalnya
berupa kemandalaan yang bernama Mandala Indraprahasta. Selanjutnya
kemandalaan Indraprahasta ini berkembang menjadi kerajaan. Nama Mandala atau
kerajaan Indraprahasta ini mirip dengan nama kerajaan yang berada di India.
Sejarah
Dalam naskah "Negara Kretabhumi’ sargah I
parwa I" disebutkan ‚ sejak tahun 80 saka hingga 230 saka (308 M), banyak kelompok pendatang yang
menumpang berbagai perahu dari negeri Bharata dan Bhenggali yang bermukim di Nusantara. Tiba dari daerah Gangga India. Di
antara mereka yang berasal dari negeri Bharata (India) terdapat Resi Waisnawa,
mereka mengajarkan agamanya kepada penghulu masyarakat, tempat mereka bermukim,
khususnya di Jawa Barat. Sedangkan Resi Syaiwa banyak yang bermukim di Jawa
Timur. Di antara penganut agama Hindu sekte pemuja Batara Wisnu tersebut adalah
Maharesi Sentanu Murti yang bermukim di Desa Krandon, Kecamatan Talun Kabupaten
Cirebon.
Wilayah Kecamatan Talun adalah daerah yang dialiri
tiga hulu sungai, yaitu Sungai Grampak yang mengalir dari Desa Sarwadadi ke
Desa Sampiran. Kemudian Sungai Suba yang mengalir dari Desa Patapan menuju
Sampiran, serta Sungai Cirebon Girang yang mengalir dari Desa Cirebon Girang
juga menuju ke Sampiran. Di Desa
Sampiran itulah ketiga hulu sungai tersebut bertemu menjadi satu, yang diberi
nama Maharesi Sentanu dengan nama Gangganadi. Selanjutnya ‘Naskah Pustaka Rajya-rajya I Bumi
Nusantara’ juga menyebutkan bahwa Indraprahasta didirikan Maharesi Sentanu yang
berasal dari kawasan Sungai Gangga India. Kedatangannya ke pulau jawa karena
mengungsi akibat negaranya diserang pasukan Samudra Gupta.
Indraprahasta didirikan 363 M dan Maharesi Sentanu
berkuasa sampai tahun 398 M, dengan gelar Prabu Indaswara Sakalakretabuwana.
Kekuasaanya berdampingan dengan Kerajaan
Salakanagara yang dipimpin Prabu Darmawirya Dewawarman VIII. Disebutkan
pula Maharesi Sentanu ini kemudian menikah dengan putri Prabu Darmawirya
Dewawarman VIII yang bernama Dewi Indari. Wilayah Indraprahasta kala itu kini
meliputi Desa Sarwadadi Kecamatan Sumber (sebagai pusat pemerintahan),
Cimandung di Desa Krandon Kecamatan Talun dan Desa Cirebon Girang.
Kala itu duplikasi tempat-tempat di India
diaplikasikan untuk menamai Gunung Cireme sebagai Indrakila, sungai yang
melintasi wilayahnya diberi nama Gangganadi, termasuk memperdalam sungai yang
kemudian diberi nama Setu Gangga.
Raja-raja Indraprasta Cirebon Girang
Raja-raja Indraprahasta (perubahan bentuk dari Mandala
Indraprahasta) 285 – 645 Caka (398 – 747 Masehi) :
1. Maharesi Sentanu yeng menjadi Raja Pertama
Indraprahasta. Berkuasaja sejak tahun 285 – 320 Caka (398 – 432 Masehi): 15
tahun.Penobatan di Indraprahasta ke 1 sebagai bawahan Kerajaan
Salakanagara. Raja Prabu Maharesi Santanu.bergelar Prabursi Indraswara Salakakretabuwana.
Permaisuri Indari adalah putri Dewawarman VIII. Prabu Maharsei Sentanu berputra
Jayasatyanagara. Kerajaan ini berada di lereng gunung Cereme (gunung Indrakila);
2.
Jayasatyanagara Raja ke-2 Kerajaan Indraprahasta.
Berkuasa mulai tahun 320 – 343 Caka (432 – 454 Masehi): 23 tahun. Penobatannya
di Indraprahasta sebagai kerajaan bawahan Kerajaan Tarumanagara. Permaisuri Ratna
Manik, putri Wisnubumi, raja dari Kerajaan
Malabar. Berputra Wiryabanyu
3. Wiryabanyu raja ke-3 Kerajaan Indraprahasta . Berkuasa
mulai tahun 343 – 366 Caka (454 – 476 M): 23 tahun. Penobatan di Indraprahasta.
Permaisuri Nilem Sari, putri kerajaan
Manukrawa. Berputra (1) Suklawati, diperistri oleh Wisnuwarman,
putra Purnawarman; (2) Warna Dewaji. Sejak raja Indraprahasta ke-2,
Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara.
4. Warna Dewaji raja ke- 4 Kerajaan Indraprahasta.
Berkuasa mulai tahun 366 – 393 Caka (476 – 503 Masehi): 27 tahun. Penobatan di
Indraprahasta. Berputra Raksahariwangsa.
5. Raksahariwangsa raja ke-4 Kerajaan Indraprahasta.
Berkuasa mulai tahun 393 – 429 Caka (503 – 538 Masehi): 36 tahun. Penobatan di
Indraprahasta. Setelah penobatan, bergelar Prabu Raksahariwangsa Jayabhuwana. Permaisuri putri raja
Sanggarung. Berputra Dewi Rasmi, bersuami Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan
Agrabintapura.
6. Dewi Rasmi ratu ke-6 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa
mulai tahun 429 – 448 Caka (538 – 556 Masehi): 19 tahun. Penobatan di
Indraprahasta. Dewi Rasmi menikah dengan Tirtamanggala, putra kedua raja Kerajaan
Agrabintapura. Bergelar Prabu
Tirtamanggala Darmagiriswara. Berputra (1).Astadewa (2).Jayagranagara.
7. Astadewa raja ke-7 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa
mulai tahun 448 – 462 Caka (556 – 570 Masehi): 14 tahun. Penobatan di
Indraprahasta. Berputra Rajaresi Padmayasa (ia memilih menjadi pertapan,
penerus pamannya di Mandala
Indraprahasta). Sebagai catatan Jayagranagara adalah adik Astadewa,
penerus raja-raja Indrprahasta adalah dari anak bungsu.
8. Jayagranagara raja ke-8 Kerajaan Indraprahasta.
Berkuasa mulai tahun 462 – 468 Caka (570 – 575 Masehi): 6 tahun. Penobatan di
Indraprahasta. Sebagai catatan Ia adalah adik Astadewa, raja Indraprahasta 7
9.
Rajaresi Padmayasa raja ke-9 Kerajaan indraprahasta.
Berkuasa mulai tahun 468 – 512 Caka (575 – 618 Masehi): 44 tahun. Penobatan di
Indraprahasta. Berputra Anak
Andabuwana. Catatan Raja Rajaresi
Padmayasa adalah putra Astadewa, raja Indraprahasta ke 7. Ia
menggantikan kedudukan pamannya.
10. Andbuana raja
ke-10 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 512 – 558 Caka (618 – 663
Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Anak Wisnumurti.
11. Wisnumurti raja
ke-11 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 558 – 583 Caka (663 – 688
Masehi): 25 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra (1) Dewi Ganggasari,
diperistri oleh Linggawarman, yang kelak menjadi raja Tarumanagara ke 12 (2)
Tunggulnagara, melanjutkan warisan ayahnya.
12. Tunggalnagara
raja ke-12 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 583 – 629 Caka (688 –
732 Masehi): 46 tahun. Penobatan di Indraprahasta. ia adiknya Ganggasari; Anak
Padmahariwangsa. Gangasari ialah putri sulung Prabu Indraprahasta ke 11 yang
diperistri oleh Prabu Tarumanagara 12.
13. Resiguru
Padmahariwangsa raja ke-13 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 629 –
641 Caka (732 – 744 Masehi): 12 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra (1)
Citrakirana, yang diperistri oleh Purbasora.(2)
Wiratara, yang menjadi penerus ayahnya (3) Ganggakirana, yang menjadi Adipati
Kusala dari kerajaan
Wanagiri, bawahan Indraprahasta.
14. Prabu Wiratara
raja ke-14 Kerajaan Indraprahasta. Berkuasa mulai tahun 641 – 645 Caka (743 –
747 Masehi): 4 tahun. Penobatan di Indraprahasta. Berputra Raksadewa. Peristiwa
yang terjadi dalam pemerintahan Prabu Wiratara ialah Ia membantu Purbasora
merebut kekuasaan Galuh dari Prabu Sena. Sementara itu, Kakak Wiratara, yang
bernama putri Citrakirana, diperistri oleh Purbasora.
Tahun 645 Caka (748 Masehi), terjadi peristiwa Kerajaan Sunda menyerbu Indraprahasta.
Terjadi juga ekspansi kekuasan Sanjaya dengan menyerang Galuh. Galuh
ditaklukkan, Sanjaya menumpas pendukung Purbasora. Terutama kerajaan
Indraprahasta, yang turut membantu Purbasora waktu merebut kekuasaan Galuh dari
Sena. Indraprahasta yang didirikan sejak jaman Tarumanagara, ahirnya diratakan
dengan tanah oleh Sanjaya, seolah tidak pernah ada kerajaan disitu.”Indraprahasta
sirna ing bhumi”.
Kurun waktu tahun 645 – 649 Caka (748 – 751 Masehi): 4
tahun; Penobatan di Indraprahasta digabungkan dengan Kerajaan
Wanagiri. Penguasanya dalah Adipati Kulasa. Berputra Raksadewa.
Peristiwa Bekas kawasan Indraprahasta digabungkan dengan Wanagiri oleh Adipati
Kulasa sebagai negara baru bawahan Galuh. Kulasa menjadi ratunya.
Kerajaan Indraprahasta menjadi salah satu kerajaan
tertua di Nusantara.
ASAL USUL KERAJAAN INDRAPRAHASTA SIRNA
Reorientasi
Kerajaan Indraprahasta terletak di Cirebon Girang atau
Cirebon Selatan Kabupaten Cirebon Sekarang. Kerajaan tersebut didirikan pada
tahun 363 Masehi oleh Sang Maharesi Santanu, seorang maharesi dari daerah
sungai gangga india. Seperti halnya Sang maharesi Jayasingawarman pendiri
Tarumanegara, Sang maharesi Sentanu beserta para pengiringnya meninggalkan
negeri asalnya untuk menyelamtkan diri dari kerajaan pasukan Samudra Gupta
Maurya. Ia singgah di Srilangka dan Benggala, baru kemudian menuju Jawa barat,
yang waktu itu merupakan Salakanagara yang diperintah oleh Prabu Darmawirya
Dewawarman VIII. Sang Maharesi masih mempunyai pertalian kekeluargaan dengan
Sang Dewawarman VIII. Karena itu, Sang Maharesi santanu diizinkan mendirikan
desa diwilayah kerajaanya.
Sang Maharesi Santanu membangun sebuah desa ditepi
kali Cirebon, yang diberi nama Indraprahasta. Gunung Ciremai yang berdiri di
dekat daerahnya, diberinama Indrakila dan kali Cirebon yang melewati daerahnya
diberi nama Gangganadi. Di bagian alur sungai diperlebar dan diperdalam
sehingga mirip danau, dinamakan penduduk setempat sebagai Setu Gangga ( Danau
Gangga ). Ditempat itulah diadakan upacara mandi suci, seperti kebiasaan
didaerah asal Sang Maharesi Santanu lembah Sungai Gangga India. Reduplikasi
semacam itu merupakan suatu pengabdian untuk mengenang tanah kelahiranya, tidak
mengherankan jika orang Cirebon beranggapan bahwa Pandawa itu sebenarnya
berkerajaan di Cirebon.
Kerajaan Indraprahasta kemudian berkembang menjadi
kerajaan besar. Maharesi Santanu menjadi rajanya yang pertama (363-398 M)
dengan gelar Praburesi Indraswara Sakala Kretabuwana. Pengganti Maharesi
santanu, jayasatyanagara, putera sulung dari permaisuri Indari. Jayastyanagara
menjadi raja kedua Indraprahasta (398-421 M). Pada tahun 399 Masehi
Jayasatyanagara harus mengakui kekuasaan Sri Maharaja Purnawarman dari
Tarumanagara. Sejak itulah Indraprahasta menjadi bawahan Tarumanagara
Permaisuri Jayasatyanagara bernama Ratna Manik puteri Sang Wisnubumi, raja
Malabar, dikaki gunung Malabar Bandung Selatan sekarang. Dari permaisurinya,
Jayasatyanagara memperoleh putera bernama Wiryabanyu, sebagai penguasa
Indraprahasta ketiga (421-444 M). Sang Wiryabanyu adalah tokoh yang menumpas
pemberontakan Sang Cakrawarman di zaman pemerintahan Sri Majaraja Wisnuwarman,
yang terjadi di Tarumanegara pada tahun 437 Masehi.
Permaisuri Sang Wiryabanyu berasal dari kerajaan
Manukrawa (mungkin ditepi sungai Cimanuk) bernama Nilem Sari, yang kemudian
memperoleh seorang puteri bernama Suklawati dan dijadikan permaisuri oleh Sri
Maharaja Wisnuwarman, RajaTarumanegara keempat. Sang Padmahariwangasa yang
menjadi pendukung utama perebutan kekuasaan di Galuh yang dilakukan oleh Sang
Purbasora adalah raja ke-13 Indraprahasta. Sang Padmahriwangsa mempunyai
seorang putera dan dua orang puteri 1. Yang Sulung, Citrakirana diperistri oleh
Sang Purbasora 2. Yang kedua, Witara calon pengganti tahta kerajaan
Indraprahasta dan 3. Yang bungsu, Ganggakirana diperistri oleh Adipati Kosala
Raja wanagiri bawahan Indraprahasta. Sang Purbasora hanya mengulang kisah Sri
Maharaja Wisnuwarman, membentuk pasukan bayangkara dari prajurit-prajurit
Indraprahasta. Pasukan tersebut berada langsung dibawah komando Patih Senapati
Bimaraksa.
Sang Purbasora mengadakan kesiagaan dan kewaspadaan,
ia memperhitungkan kemungkinan Sang Sena yang lolos ke Jawa tengah, akan
mengadakan serangan balasan, dengan mempergunakan kekuatan pasukan Bumi Mataram
dan Bumi sambara. Sang Purbasora menyadari dengan merebut tahta Galuh dari Sang
Sena berarti hubungan Galuh-Kalingga yang pernah dibina oleh kakeknya ( Sang
Wretikandayun) menjadi terputus, bahkan menjadi permusuhan. Sebenarnya yang
membakar Sang Purbasora untuk merebut Tahta Galuh adalah permaisurinya
Citrakirana. Permaisuri ini pula yang membujuk ayahnya, Rajaresi padmahariwangsa
untuk membantu upaya suaminya menjadi penguasa galuh. Sang Purbasora,
seharusnya menjadi penguasa Indraprahasta bersama-sama isterinya yang menjadi
puteri mahkota.
Akan tetapi raja Indraprahasta yang sudah tua itu
melihat kepentingan lain. Bila menantunya ( sang Purbasora ) menjadi penguasa
Galuh, puteranya Sang Wiratara mempunyai peluang menjadi penguasa Indraprahasta
yang ke-14. Peluang tersebut memang terjadi, Sang Wirata dinobatkan menjadi
pengganti ayahnya pada tahun 719 M. Sang Sanjaya mengetahui bahwa tulang
punggung yang dijadikan andalan keberhasilan gerakan Sang Purbasora ialah
pasukan Kerajaan Indraprahasta. Sang Sanjaya menganggap bahwa Indraprahasta
merupakan sumber petaka yang menimpa ayahnya. Sang Sanjaya sangat menghormati
ayahnya lebih-lebih setelah ia mengethui bahwa para pemuka agama seperti
Rabuyut Sawai pun sangat menghormatinya. Dengan dendam membara Sang Sanjaya
menggerakan pasukannya ke Indraprahasta yang terletak dilereng Gunung Ciremai
Cirebon. Keamanan di Galuh untuk sementara dipercayakan kepada Patih Anggada
bersama sebagian pasukan sunda yang dipimpinnya. Sang Wirata raja Indraprahasta
ketika itu ikut menggempur Galuh pada tahun 716 M, berperan sebagai salah
seorang senopati Sang Purbasora. Ia harus menerima pembalasan dendam putera
Prabu Sena.
Seluruh kerajaan Indraprahasta ditundukan, termasuk
keratonnya hancur lantak, seakan-akan tidak pernah ada kerajaan didaerah
Cirebon Girang. Angkatan Perang, pembesar kerajaan, seluruh golongan penduduk,
penghuni istana, kaum terkemuka, hamper seluruhnya binasa tanpa sisa. Hanya
beberapa orang yang berhasil melarikan diri, bersembunyi dihutan, digunung, dan
disungai, luput dari musuh yang tidak mengenal belas kasihan. Prabu Wirata Raja
Indraprahasta ke-14, gugur dalam pertempuran dan seluruh anggota keluarganya
binasa. Kerajaan warisan sang Maharesi Sentanu yang didirikan tahun 363 Masehi
itu lenyap dari muka bumi (Sirna Ing Bumi). Kedudukannya sebagai Darmasima
(Negara mereka yang dilindungi sebagai Negara leluhur) telah berakhir. Bekas
kawasan Indraprahasta oleh sang Sanjaya diserahkan kepada Adipati Kusala Raja
wanagiri, menantu Sang Padmahariwangsa suami Ganggakirana. Kerajaan Wanagiri
pengganti kerajaan Indraprahasta di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Pada abad
ke-15 Masehi kerajaan Wanagiri menjadi Kerajaan Cirebon Girang.
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar