Selasa, 12 Mei 2020

SEJARAH KESULTANAN DEMAK


SEJARAH KESULTANAN DEMAK

SEJARAH KESULTANAN DEMAK
BAGIAN - 1

Orientasi
Asal-Usul Nama Kesultanan Demak

Kesultanan Demak adalah salah satu Kesultanan besar selepas runtuhnya Majapahit yang didirikan pada abad 15 (1480-1500 M). Kesultanan Demak juga didirikan oleh Raden Patah anak Raja Majapahit. Pada mulanya Raden Patah merupakan bangsawan Majapahit yang dianugerahi oleh ayahnya suatu daerah yang kini dikenal dengan Demak.

Selepas Brawijaya atau Prabu Kerthabhumi, ayah Raden Patah digulingkan dari tahta oleh Wikramawardana dalam sebuah kudeta di Majapahit, Raden Patah tampil sebagai bangsawan yang menyatakan penentangan. Wikramawardana dilawannya, sehingga kemudian Majapahit yang kala itu dibawah pemerintahan Wikramawardana dapat ia taklukan.

Beragam pendapat mengenai asal-usul munculnya nama Demak sehingga kemudian nama itu digunakan untuk menamai Kesultanan tertua di Jawa bahkan digunakan sebagai nama Kabupaten di Jawa Tengah hingga sekarang, Setidak-tidaknya ada delapan pendapat ahli mengenai asal-usul munculnya nama Demak, demikian penjelasannya;

1.     Demak berasal dari kata bahasa Arab “Dhima” yang artinya sesuatu yang mengandung air, dinamai demikian oleh pendirinya karena pada waktu itu daerah Demak merupakan daerah berawa yang banyak digenangi air. (Solichin Salam).

2.    Demak berasal dari kata bahasa Aab “Dama” yang artinya "air mata" dinamai demikian oleh pendirinya karena membangun Demak sebagai pusat pemerintahan Islam oleh pendirinya menguras air mata, penuh kesedihan meskipun pada akhirnya sukses (Hamka).

3.    Demak beasal dari kata "Damak/Demak" dalam bahasa jawa kuno, yang bermaksud tanah pemberian Raja kepada Raja Muda (Maksudnya Pemberian Brawijaya pada Raja bawahannya Raden Patah) (Kronik China dan babad tanah Jawi).

4.    Demak berasal dari kata "Delemek" dalam bahasa Sansekerta yang artinya tanah yang mengandung air, dinamai demikian oleh pendirinya karena pada waktu itu daerah Demak merupakan daerah berawa yang banyak digenangi air. (Purbajaraka).

5. Demak bermaksud "Anugrah", atau ganjaran/hadiah dari Prabu Kerthabhumi yang diberikan kepada Raden Patah atas bhumi hutan Gelagahwangi, dasarnya adalah Kitab Kakawin Ramayana yang mengandung kata “Wineh Demak Kapwa Yatha Karamannya” (Slamet Muljana).

6.    Penamaan Demak karena terispirasi dari nama Kota Kuno di Mesir “Dimyat” dinamai demikian oleh para pendirinya karena pada waktu itu para penyebar Islam di Demak merupakan alumni-alumni pelajar dari Dimyat (Oemar Amir Husain).


Menurut cerita tutur masyarakat, kata Demak berasal dari peristiwa Nyai Lembah yang berasal dari Rawa Pinang, kala itu Lesungnya tenggelam dimuara sungai Tuntang. Untuk mencari Lesungnya Nyai Lembah demek-demek atau dalam bahasa Indonesia bermaksud meraba-raba di dasar sungai untuk mencari lesungn-nya, dari kata Demek-demek itulah, muncul nama Demak.

Adapun pendapat terakhir yang didapat penulis, dinyatakan nama dan daerah Demak sudah ada semenjak era Pabu Hayam Wuruk dan Gajahmada, sebab berdasarkan prasasti yang ditemukan pada era itu. Demak disebut sebagai salah satu dari 33 pangkalan jaringan lalu lintas air Kerajaan Majapahit yang sudah eksis pada zaman Hayam Wuruk. (Hamid Aksyah)

Wajah Raden Patah dan Ampunan Bre Kertabumi

Raden Patah - Ada sisi melankonis dibalik turunnya ampunan Bre Kertabumi (Brawijaya V) kepada Raden Patah, sang Raja Majapahit itu urung menghukum Raden Patah selepas ia melihat wajahnya, meskipun sebelumnya pada 1477  Raden Patah membuat kerusuhan dengan mengobrak-abrik Semarang.

Dalam catatan Kronik Cina Kuil Sam Po Kong, Jin Bun (Raden Patah) pindah dari Surabaya ke Demak pada tahun 1475. Kemudian ia menaklukan Semarang pada tahun 1477. Hal ini membuat Brawijaya V emosi. Kemarahan sang Raja itu rupanya dapat diredam oleh Sunan Ampel, setelah peristiwa itu justru yang terjadi sebaliknya Brawijaya V mengakui Raden Patah sebagai Adipati Bintara dan menganugerahinya tanah Gelagahwangi.

Catatan singkat mengenai penobatan Raden Patah sebagai Adipati Bintara di atas rupanya juga terdapat dalam Babad Tanah Jawi, akan tetapi kisah dalam naskah tersebut dipaparkan lebih rinci. Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang, ia lebih memilih berkelana ke Jawa, dalam perantauannya ke Jawa ia ditemani oleh sudara tirinya Raden Kusen.

Sesampainya di Jawa, keduanya berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya, singkat cerita Raden Kusen mengajak Raden Patah untuk mengabdi ke Majapahit, akan tetapi Raden Patah memilih untuk menyebarkan Islam dan pindah ke Jawa Tengah. Raden Patah kemudian membuka hutan di Gelagahwangi dan mendirikan Pesantren di sana.

Makin lama, Pesantren Gelagahwangi makin maju. Brawijaya V di Majapahit merasa khawatir jika nantinya Raden Patah melakukan pemberontakan. Oleh karena itu Brawijaya kemudian mengutus Raden Kusen yang kala itu sudah menjadi Adipati di Terung untuk memanggil Raden Patah ke Istana.

Raden Patah kemudian dikisahkan pergi ke Majapahit untuk menghadap Raja, menghadap ayahnya sendiri. Dalam catatan naskah ini, dikisahkan bahwa sebelumnya antara Brawijaya V dan Raden Patah tidak pernah berjumpa. Dalam pertemuan antara ayah dan anak itu ternyata membuat geger seisi istana, sebab wajah Raden Patah Sangat mirip dengan Brawijaya V.

Selain itu, dikisahkan bahwa Brawijaya V sangat terkesan dengan Raden Patah, ia menganggap bahwa selain wajah yang mirip tingkah dan gaya Raden Patah juga identik sama dengan dirinya, inilah yang kemudian menyebabkan Brawijaya V merasa yakin seyakin-yakinnya bahwa Raden Patah sejatinya adalah anaknya sendiri, anak dari Banyowi seorang wanita Cina yang dahulu ia buang.

Sebagaimana diketahui bahwa, dahulu ketika Arya Damar dinobatkan menjadi Adipati Palembang, Brawijaya menghadiahkan salah satu selirnya untuk Arya Damar. Belakangan selir ini kedapatan sedang hamil muda ketika diserahkan kepada Arya Damar. Anak yang keluar dari Rahim Selir itu kelak dikenal dengan nama Raden Patah atau Jin Bun.

Selepas pertemuan antara ayah dan anak itu, Brawijaya V kemudian mengakui Raden Patah sebagai anaknya, pengakuan itu resmi ditetapkan di Istana dan diketahui banyak orang. Mulai setelah itu Raden Patah kemudian diangkat menjadi seorang Adipati. Gelagahwangi kemudian diubah namanya menjadi Demak.

Jika diamati secara seksama, rupanya kisah yang terdapat dalam kronik Cina dan Babad Tanah Jawi ini saling melengkapi, keduanya lebih banyak persamaannya ketimbang perbedaannya. Jika direkonstruksi maka kedua sumber sejarah itu mengisyaratkan bahwa;

“Pada mulanya Raden patah kecewa dengan ayahnya yang sama sekali tidak memperhatikannya, sehingga ia tidak ingin mengabdi menjadi Abdi Kerajaan Majapahit. Ia lebih memilih menjadi Penyebar Islam, setelah mendirikan Pesantren dan mendapatkan pengikut, Ia menarik perhatian ayahanya dengan cara menaklukan Semarang, dari Penaklukan ini ia kemudian dapat berjumpa dengan Ayahanya, disitulah Sang Prabu Majapahit kemudian mengakui bahwa Raden Patah adalah anaknya. Dahulu bagi seorang Putra Raja yang terbuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai Putra Raja itu tidak gampang, harus didahului usaha perjuangan yang menghebohkan, meskipun tanpa melakukan penaklukan Semarang Raden Patah tetap menjadi anak Brawijaya V, akan tetapi Raden Patah ingin lebih dari itu, yaitu ingin mendapatkan pengakuan langsung dari ayahnya sendiri bahkan pengakuan langsung dari Kerajaan”.

Memahami kisah di atas, maka dapatlah kemudian dipahami bahwa Gambaran Wajah Raden Patah rupanya seperti gambaran wajah orang Jawa pada umumnya, mirip dengan wajah ayahnya, meskipun tidak menutup kemungkinan matanya sedikit sipit atau kulitnya sedikit kuning menuruni mata dan kulit Ibunya yang seorang Cina.

Raden Patah, Istri dan Anak-Anaknya

Raden Patah adalah Sultan Demak yang pertama, pada saat menjadi Sultan Demak ia bergelar Senapati Jinbun Ningrat Abdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama, selain gelar tersebut adalagi dua gelar yang popular yaitu Sultan Syah Alam Akbar dan Sultan Surya Alam.

Raden Patah merupakan anak Brawijaya V (Raja Majapahit), Ibunya bernama Banyowi seorang Putri dari Cina. Banyowi ini kemudian dihadiahkan Brawijaya kepada Arya Damar. waktu kecil Raden Patah dikisahkan diasuh oleh Bapak Tirinya yang kala itu memerintah sebagai Adipati di Palembang.

Raden Patah atau dalam pelafan arabnya disebut “Fatah” mempunyai maksud pembuka, karena ia adalah Seorang Sultan yang pertama-tama membuka/medirikan Kerajaan Islam di Jawa pada 1479. Nama kecilnya sendiri adalah Jin Bun.

Raden Patah selama hidupnya dikisahkan memiliki tiga orang Istri, dari ketiga istrinya itu Raden Patah kemudian memperoleh lima orang anak, adapun pemaparan mengenai  istri-istri dan anak-anak Raden Patah adalah sebagai berikut:

Putri Bong Swi Hoo (Maksudnya Putri Sunan Ampel), adalah istri pertama Raden Patah, putri ini ketika menikah dengan Raden Patah dijadikan permaisuri utama. Dari Putri ini Raden Patah memiliki dua orang putra, yaitu :

(1) Raden Surya dikenal juga dengan nama Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor
(2) Raden Trenggono.

Kelak Patih Unus atau Pangeran Sbrang Lor yang wafat dalam pertempuran laut melawan Portugis itu menjadi Sultan Demak ke dua.

Sementara itu, kelak juga Raden Trenggono mengganntikan kakaknya yang wafat karena perang sebagai Sultan Demak ke tiga.

Putri Rangdu Sanga, adalah istri Raden Patah kedua, dari istri keduanya, Raden Patah memperoleh satu Putra yaitu Raden Kanduruwan. Tokoh Raden Kanduruwan ini adalah tokoh yang kelak disebut-sebut sebagai Penakluk Sumenep [Madura] pada masa Demak diperintah Raden Trenggono atau Sultan Trenggono.

Putri Dipati Jipang, adalah Istri ketiga Raden Patah, istri ketiganya ini dikisahkan Putri dari Adipati Jipang, dari perkawinan dengannya, Raden Patah kemudian memperoleh dua anak yaitu : 
(1) Raden Kikin atau Pangeran Sekar Seda Ing Lapen dan 
(2) Ratu Mas Nyawa. 

Kelak Raden Kikin itu kemudian melahirkan Arya Penangsang Sultan Demak ke V, sementara Ratu Nyawa kelak menikah dengan anak Sultan Cirebon [Sunan Gunung Jati].

Berikut ini gambaran silsilah keluraga Raden Patah, Sultan Demak pertama ditinjau dari istri dan anak-anaknya.
Catatan Kaki
[1] Gelar tersebut diperoleh dari Naskah Babad Tanah Jawi, Serat Panatiradya dan Hikayat Banjar
[2] Menurut Naskah Babad dan Serat di atas.

Pati Unus, Sultan Demak Ke Dua
Pati Unus adalah Sultan Demak kedua yang memerintah selepas kemangkatan ayahnya Raden Patah pada 1518. Pati Unus merupakan anak tertua Raden Patah dan Putri Bong Swi Hoo. Nama kecil Pati Unus adalah Raden Surya.

Pati Unus selama menjabat sebagai Sultan Demak terkenal dimana-mana, sebab ia turun langsung ke medan perang untuk mengusir Portugis dari Nusantara. Salah satu kiprahnya dalam memerangi Portugis itu kemudian mengantarkanya wafat dalam peristiwa peperangan dengan Portugis di laut selat Malaka. Sebab itulah Patih Unus ini kemudian dijuluki Pangeran Seda Ing Lautan atau Pangeran/Raja yang wafat di laut. Beliau juga dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor, maksudnya pangeran yang wafat di laut sebelah utara Jawa (Maksudnya Malaka).

Berkenaan dengan penyerbuan Demak yang dipimpin Pati Unus ke Malaka diberitakan  dalam berbagai catatan, dalam catatan Portugis disebutkan bahwa pada 1512 Pati Unus menyerang malaka, namun serangan itu gagal, katanya kapal-kapal Demak di Malaka musnah, dari 100 kapal hanya tersisa 7-8 kapal saja yang kembali Pulang ke Jawa.

Sementara dalam catatan Kronik Cina di Kuil Sam Po Kong Semarang disebutkan bahwa, Putra Raden Patah yaitu Pati Unus, suatu ketika pada tahun 1509 mendampingi ayahnya di galangan Kapal Semarang. Pada tahun 1512 Pati Unus sangat terburu-buru menyerang Malaka yang sudah dirbut oleh orang-orang biadap berambut merah yang mempunyai senjata api jarak jauh [maskudnya Portugis].

Pada saat Raden Pata masih hidup, Pati Unus tinggal di Jepara, ia menjadi adipati di Jepara, barulah setelah ayahnya wafat pati Unus tinggal di Demak. Sebelum menjadi seorang Sultan sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa memang Pati Unus ini sudah akrab dengan peperangan termasuk didalamnya ikut serta dalam melakukan penyerbuan Portugis di Malaka pada 1512.

Setelah naik tahta pada 1518, Pati Unus kemudian melakukan penyerbuan ulang ke Malaka peristiwa itu terjadi pada tahun 1521, dalam peristiwa itu Patih Unus wafat. Selepas kemangkatanya tahta Demak  kemudian dilanjutkan oleh adik Kandungnya Raden Trenggono.

Sultan Trenggono, Sultan Demak Ke Tiga
Sultan Trenggono yang mempunyai nama kecil Raden Trenggono adalah Sultan Demak ke tiga, beliau anak dari istri pertama Raden Patah. Selepas kemangkatan kakaknya Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus) ia kemudian naik tahta pada 1521. Gelar Sultan Trenggono ketika ia menjadi Sultan Demak adalah Sultan Ahmad Abdul Arifin.

Kakaknya yang mempunyai visi menjadikan Demak Kerajaan Maritim besar Nusantara menjadi inspirasinya untuk membangun Demak lebih serius, ia juga meneruskan cita-citanya kakaknya untuk terus menghantam Portugis yang kala itu  berusahan menaklukan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.
Dizaman Sultan Trenggono Demak mencapai puncak kejayaannya, sebab pada masa ini hampir seluruh Pulau Jawa menjadi wilayah kekuasannya, ditambah lagi  kerajaan-kerajaan lain diluar pulau Jawa semisi Madura, Sumatra dan Kalimantan.

Pada saat sebelum Sultan Trenggono naik tahta, sebenarnya terjadi persaingan ketat antara dirinya dan kakak tirinya Raden Kikin.  Pada waktu itu Raden Kikin digadang-gadang akan menggantikan Pati Unus yang telah wafat, sebab ia merupakan anak yang lebih tua dari Trenggono.

Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.

Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan ditepi sungai, sehingga selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.

Selepas tebunuhnya Raden Kikin, Trenggono kemudian melenggang bebas menjadi Raja Demak. Diawal mula pemerintahannya, banyak orang yang meragukan kemampuannya, namun semua itu dapat dibantahnya melalui kerja keras, oleh karena itu pada masa ini Demak menjelma menjadi Kerajaan tangguh dan terkuat di Jawa, bahkan Portugispun pikir-pikir untuk menyerbu Demak walaupun mereka beberapa kali diserang oleh Demak.

Pada masa Sultan Trenggono memerintah, datang seorang Pemuda pelarian dari Pasai, pemuda ini lari dari Negerinya karena negerinya telah dihancurkan Portugis, ia ingin mengabdi dan berlindung ke Demak, pemuda itu dikenal dengan nama “Fatahillah”. Sultan Trenggono rupanya senang pada Fatahillah sehingga pemuda Pasai itu pun kemudian dikawinkan dengan putrinya yang bernama Ratu Pembayun.

Melalui menantunya Fatahillah, Sultan Trenggono menjalankan misi-misi strategis Demak untuk menjadi Kerajaan terkuat di Jawa, melalui tangan Fattahillah kejayaan Demak kemudian dapat dicapai. Yaitu menaklukan Sunda Kalapa, dan seluruh kota-kota wilayah pesisir utara Jawa.

Selain di Jawa, pada masa Sultan trenggono juga melakukan ekspedisi ke luar pulau seperti ekspedisi ke Banjarmasin Kalimantan, dalam eksepdisi ke Banjarmasin itu dikisahkan Demak memperoleh kemenangan yang gemilang.

Di masa sepuhnya, ada beberapa wilayah di jawa yang masih membangkang terhadap Demak, yaitu kerajaan Majapahit dan Blambangan. Majapahit dikisahkan dapat ditaklukan, sementara Blambangan dikisahkan sulit untuk ditaklukan, oleh karena itu demi mengikis kekuatan Blambangan Sultan Trenggono kemudian melakukan eksepdisi ke Panarukan untuk merebut kota itu dari tangan Balambangan.

Penyerbuan ke Panarukan itu dikisahkan berhasil, namun pada saat penyerbuan itu Sultan Trenggono ternyata tewas terbunuh dalam tendanya. Sultan Trenggono wafat ditangan anak Adipati Surabaya yang sebenarnya baru berumur 10 tahun. Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546. Tahta Kesultanan Demak kemudian beralih ke anaknya Sunan Perwata (Raden Mukmin).

Keluarga Sultan Trenggono
Selama hidupnya, Sultan Trenggono dikiasahkan memiliki dua orang Permaisuri, yaitu Putri Nyai Ageng Malaka dan Putri Sunan Kalijaga, dari kedua istrinya Sultan Trenggono memperoleh Sembilan orang anak yaitu:

1.     Ratu Mas Pembayun
2.    Raden Mukmin (Panembahan Prawata)
3.    Ratu Mas Pamantingan
4.    Ratu Mas Kalinyamat
5.    Ratu Mas Arya Ing Surabaya
6.    Ratu Mas Katambang
7.    Ratu Mas Cempaka (Istri Hadiwijaya Sultan Pajang=Jaka Tingkir)
8.    Panambahan Mas Ing Madiun
9.    Ratu Mas Sekar Kedaton

Kematian Sultan Trenggono Dalam Catatan Portugis
Sultan Trenggono tingkah laku dan pergerakannya rupanya menjadi perhatian orang-orang Portugis setelah Sultan Demak ke III itu melakukan beberapa kali penyerangan terhadap Potrugis  di Malaka dan mengusir Portugis di Sunda Kelapa. Bukti kongkrit perhatian  orang-orang Portugis terhadap Sultan Trenggono adalah adanya catatan mengenai pergerakan Kesultanan Demak dibawah Sultan Trenggono, salah satu catatan tersebut bahkan memuat berita mengenai kematian Sultan Trenggono.

Berita mengenai kematian Sultan Trenggono yang tercatat dalam berita Portugis ditulis oleh seorang Portugis yang bernama Fernandez Menez Pinto . Menurut catatanya, pada tahun 1546 Sultan Trenggono menyerang Panarukan, Situbondo yang kala itu dibawah kekuasaan Blambangan.

Dalam upaya penaklukan Panarukan,  Demak dibantu oleh Cirebon, Sunan Gunung jati mengirimkan 7000 orang yang dipimpin oleh Fatahillah untuk membantu Sultan Trenggono. Selain itu dari 7000 pasukan Cirebon itu di dalamnya juga terdapat tentara Jayakarta dan Banten. Fernandez Menez Pinto dikisahkan ikut rombongan tentara itu bersama 40 orang tentara Banten.

Begitulah kisah kematian Sultan Trenggono Dalam Catatan Portugis, perlu dipahami bahwa dalam masa pemerintahan Sultan Trenggono ini Demak banyak melakukan ekspansi militer ke beberapa daerah serta melakukan hubungan bilateral dengan kerajaan-kerajaan Islam Nusantara untuk menghalau Portugis di Nusantara.

Diantara ekspansi Militer yang terkenal adalah Penyerangan ke Malaka dalam upaya mengusir portugis, Merebut Sunda Kelapa dari Tangan Kerajaan Sunda karena Sunda mengijinkan Portugis membuat Benteng disana, Penaklukan Majapahit, dan Ekspedisi Penaklukan ke Banjarmasin Kalimantan.

Semua gerakan dan ekspedisi Militer dari Sultan Trenggono ini dilancarkan demi untuk mengganggu Portugis yang kala itu berupaya menguasai Kerajaan-Kerajaan di Nusantara, dari itu Sultan Trenggono dikisahkan terkenal dikalangan orang-orang Portugis bahkan Pemerintah Kolonial Portugis itu sendiri.

Oleh karena itu berita mengenai pergerakan Sultan Trenggono ini selalu diburu oleh orang-Orang Portugis, salah satunya oleh  Fernandez Menez Pinto, bahkan saking ngebetnya memperoleh berita mengenai Sultan Demak ke III ini, Fernandez Menez Pinto rela ikut rombongan Banten dalam peristiwa penaklukan Panarukan.Itulah sebabnya Fernandez Menez Pinto mengetahui peristiwa penyerbuan Panarukan yang kebetulan menyebabkan wafatnya Trenggono.


Kerajaan Demak, Masa Pendirian, Kejayaan Dan Keruntuhan 1475-1554

Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam tertua di Jawa, kerajaan ini berdiri pada abad ke 15 masehi tepatnya pada Tahun 1475 masehi, Kerajaan Demak berdiri selama 79 Tahun yaitu dari tahun 1475 sampai tahun 1554.

Sebagai sebuah kerajaan yang telah menjadi sejarah, tentunya Demak mengalami masa pendirian, kejayaan serta keruntuhannya. Oleh karena itu dalam artikel ini akan dibahas mengenai Kerajaan Demak pada masa Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya.

Masa Pendirian

Demak sebagai sebuah kerajaan merdeka didirikan oleh Jin Bun atau Raden Fatah beserta Wali Songo pada Tahun 1475 Masehi, pada tahun ini Demak memproklamirkan merdeka dari kekuasaan Majapahit. Sebelum Tahun 1475 Demak merupakan Keadipatian bawahan Majapahit, yang dikepalai oleh seorang Adipati dan Sekertarisnya (Pecut Tandha).

Demak pada mulanya adalah merupakan daerah dengan rawa-rawa yang berlumpur, sebab itulah daerah ini dinamakan Demak atau Demek, sebab memang kata tersebut dalam bahasa Jawa bermaksud daerah yang berlumpur.

Proklamasi Demak sebagai sebuah kerajaan yang merdeka dari Majapahit dipercaya timbul akibat ke-tidakbecus-an Majapahit dalam mengurusi daerah bawahannya, Pejabat-pejabat tinggi kerajaan Majapahit cenderung korup, sementara Raja dan keluarganya saling berebut tahta, sehingga rakyat kemudian terabaikan dan nestapa. Pada saat kedaan kacau seperti itulah Demak kemudian memisahkan diri dari Majapahit dengan membentuk Kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.

Mendapati daerah kekuasaannya memerdekakan diri sebenarnya Majapahit tidak tinggal diam begitu saja, meskipun internal Majapahit sedang kacau, tercatat Majapahit pernah melakukan upaya-upaya pengambil-alihan Demak dengan cara melakukan penyerangan ke Demak. Namun Demak rupanya terlalu tangguh untuk Majapahit, sehingga pada akhirnya justru Majapahit yang kemudian dapat dikalahkan oleh Demak, sebab memang Demak ini ternyata mempunyai jaringan persekutuan dengan Daerah-Daerah Islam di Nusantara.

Kisah peperangan Demak Vs Majapahit banyak dikisahkan dalam naskah-naskah klasik yang berasal dari pulau Jawa, dan salah satunya dikisahkan dalam Naskah Mertasinga yang berasal dari Cirebon. Untuk dapat memahami kisah mengenai peperangan antara Demak Vs Majapahit yang dikisahkan dalam Naskah Mertasinga silahkan anda baca dalam artikel kami yang berjudul “Serangan Demak Ke Majapahit Ternyata Melibatkan Banyak Negara”.

Berdsarkan hal-hal tersebut dapatlah kemudian dipahami bahwa pendirian Demak sebagai sebuah kerajaan terjadi pada tahun 1475 Masehi adapun tokoh-tokoh utama pendirinya adalah Raden Fatah dan Wali Songo.

Masa Kejayaan

Titik awal kejayaan Demak sebenarnya dimulai  dari peristiwa ditaklukannya Majapahit oleh Demak, sebab dari peristiwa penaklukan itu pada nyatanya membuat mata kerajaan-kerajaan di Nusantara menjadi tertunduk memandang kekuatan Demak, setelah peristiwa itu pula juga negara-negara bawahan Majapahit yang tersebar di Nusantara secara otomatis menjadi bawahan Demak.

Luasnya kekuasaan Majapahit yang diwarisi oleh kerajaan Demak ini rupanya dimanfaatkan benar-benar oleh Demak, Demak memanfaatkan upeti yang didapat dari kerajaan-kerajaan Bawahannya untuk memperkuat armada tempurnya, kekuatan tempur Demak tercatat pada peristiwa pengiriman Ribuan tentara disertai beberapa puluh Kapal perang Demak ke Malaka untuk menyerang Portugis dan peristiwa penyerangan Demak ke Galuh, Sunda Kelapa dan Banten bersama sekutunya kerajaan Cirebon.

Selain itu juga kekayaan Demak yang dihasilkan dari penerimaan upeti dari kerajaan-kerajaan bawahannya ternyata digunakan juga untuk membiyayai ongkos penyebaran agama Islam. Bahkan saking seriusnya Demak membuat semacam tim pendakwah yang ditugaskan Khusus untuk menyebarkan Islam dipulau Jawa yang diketuai oleh Wali 9 (Walisongo), dan benar saja ternyata pada akhirnya seluruh Jawa dapat di Islamkan oleh Demak melalui kiprah tim pendakwah yang diketuai para wali 9 (Walisongo) itu. Masa inilah yang disebut sebagai masa Kejayaan Kerajaan  Demak, yaitu ketika Demak diperintah oleh Sultan ke I hingga Sultan ke III (Raden Fatah, Pati Unus dan Sultan Trenggana), dari mulai tahun 1475 sampai dengan 1546 masehi.

Masa Keruntuhan

Keruntuhan kerjaaan  Demak dimulai setelah peristiwa kemangkatan Sultan Ke 3 Demak Sultan Trenggana. Setelah kewafatannya pada Tahun 1546, yang menjadi Sultan Demak selanjutnya adalah Sunan  Perwata anak dari Terenggana. Ketika Sunan Perwata menjadi Raja Demak yang ke 4 inilah peristiwa tak terduga-duga terjadi. Rupanya Sunan Petwata bersama istrinya dibunuh oleh Arya Penangsang melalui pengikutnya.

Perlu diketahui bahwa Arya Penangsang ini sebenarnya anak dari Pangeran Surawiyata, yang dahulu dibunuh oleh Sultan Trenggana, Dahulu yang berhak menjadi Sultan ke 3 Demak sebenarnya bukan Trengana melainkan ayah dari Arya Penangsang, namun demikian ayah Arya Penangsang dibunuh oleh Trenggana sebelum naik tahta, sehingga pada waktu itu yang naik tahta menjadi Raja ke 3 Demak adalah  Trenggana.

Dengan demikian maka dapatlah dipahami bahwa Arya Penangsang sebagai pihak yang merebut hak tahtanya dari keturunan Trenggana. Setelah peristiwa Pembunuhan itu kemudian Arya Penangsang memproklamirkan diri menjadi Raja ke 5 Demak. Namun untuk menghindari balas Dendam dari keluarga Trenggana, mulai saat itu pusat pemerintahan kerajaan dialihkan ke Jipang.

Ketika menjadi Raja Demak yang berkedudukan di Jipang, Arya Penangsang bersikap keras terhadap para Adipati yang masih Pro Keluarga Trenggana bahkan beberapa Adipati yang kedapatan masih Pro Keluarga Trenggana kemudian dibunuhnya.

Menghadapi tingkah Arya Penangsang yang keras tersebut, akhirnya para Adipati yang tidak menyukai Arya Penangsang bersekutu melakukan pemberontakan, pemberontakan ini dipimpin oleh Adipati Pajang yang bernama Jaka Tingkir. Pemberontakan yang dipimpin Adipati Pajang kemudian sukses, bahkan dalam pemberintaan ini Arya Penangsang dapat dibunuh.

Setelah peristiwa terbunuhnya Raja Demak ke 5 itu, kemudian kerajaan Demak dinyatakan musnah. Sebab setelah peristiwa suksesnya pemberontakan itu, ternyata Adipati Pajang kemudian memproklamirkan Pajang sebagai kerajaan baru pengganti Demak dan ia menobatkan dirinya menjadi Raja Pajang pertama.

Terungkap, Penyerangan Demak Ke Majapahit Melibatkan Banyak Negara

Jika pada masa kejayaannya Majapahit melakukan banyak sekali invasi militer ke berbagai Negara yang ada diwilayah Nusantara, salah satunya Invasi Majapahit Ke Kerajaan-Kerajaan di Pulau Sumatera, maka dalam masa kemundurannya, Majapahit rupanya juga diruntuhkan oleh orang-orang dari negara-negara yang dahulu pernah ditaklukan.

Orang-orang luar negeri yang terlibat dalam upaya peruntuhan Majapahit itu adalah  orang-orang dari Malaka, Pasai, Andalis dan lain sebagainya. Dan kisah mengenai peruntuhan Majapahit ini dapat ditemui dalam Naskah Mertasinga salah satu naskah Cirebon yang didalamnya membahas mengenai sejarah.

Ilustrasi Tentara Majapahit. Img Froom Google

Dalam Naskah Mertasinga Pupuh XIII.16-27 dikisahkan mengenai peristiwa persiapan Arya Bintara (Raden Fatah) untuk menggempur Majapahit. Dalam Naskah ini dijelaskan mengenai komposisi pasukan-pasukan yang terlibat dalam rencana penyerangan tersebut.

Komposisi pasukan-pasukan yang dipersiapkan Demak untuk menyerang Majapahit tersebut melibatkan banyak pasukan dari Negara lain. Adapun yang menjadi duta pengambilan tentara Asing dalam serangan ke Majapahit menurut Naskah Mertasinga adalah sebagai berikut:

1.     Sunan Bonang - Mendatangkan 40 Prajurit berpengalaman dari Campa
2.    Syekh Majagung - Mendatangkan 7 Perwira tempur dari Pulau Pinang
3.    Sunan Gungjati-Mendatangkan Prajurit dari Banisrail. Tidak disebutkan banyaknya
4.    Sunan Kali Jaga - Mendatangkan Prajurit dari Tuban. Tidak disebutkan banyaknya
5.    Syekh Bentong - Mendatangkan 40 Prajurit Ahli (Pasukan Khusus) dari Surandil
6.    Maulana Magribi - Mendatangkan 7 Prajurit Ahli Perang dari Andalis
7.    Syekh Lemah Abang (Syekh Siti Jenar) - Mendatangkan 7 Prajurit Ahli dari Malaka
8.    Syekh Sunan Giri Gajah - Mendatangkan 40 Prajurit Ahli dari Pasai
9.    Sunan Kudus - Mendatangkan 40 Prajurit Ahli Perang dari Mesir

Sementara itu Naskah Mertasinga juga menyebutkan bahwa pengambilan tentara-tentara luar Negeri tersebut dilakukan ketika Majapahit dijabat oleh  Raja Brawijaya yang tak lain merupakan ayah dari Raja Demak itu sendiri.

Selain itu dalam Naskah ini juga, dikisahkan bahwa Brawijaya sudah mengetahui prihal persiapan Demak untuk melakukan penyerangan ke Majapahit. Oleh sebab itu Brawijaya mempersiapkan juga tentaranya untuk menghadapi Demak. Adapun Pasukan Majapahit tersebut dipimpin oleh Arya Pecat Tanda dan Adipati Terung.

Adipati Terung ini mempunyai nama lain Raden Husain (Kusen dalam Pelafalan Jawa) yang tak lain merupakan adik dari Raden Fatah itu sendiri. Jalannya pertempuran Demak Vs Majapahit yang terdapat dalam Naskah Mertasinga dipaparkan dalam artikel yang berjudul Riwayat Raden Husain Sang Adpati Terung Panglima Perang Kerajaan Majapahit Terakhir.

Demikian foto Naskah Alih Aksara yang menceritakan komposisi pasukan asing dalam rencana penyerangan Demak dengan sekutunya ke Majapahit;

Sumber : Google Wikipedia



JEJAK ISTANA KERAJAAN DEMAK
DITEMUKAN SETELAH HILANG RATUSAN TAHUN
BAGIAN - 2

Orientasi
Peninggalan Kerajaan Demak selama ini berupa Masjid Agung Demak yang berada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang mengindikasikan bahwa pusat pemerintahan Kasultanan Demak Bintara yang didirikan Raden Bagus Hasan atau Panembahan Jin Bun bergelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah (Raden Patah) berada di Kabupaten Demak yang sekarang. Namun ada temuan baru yang menyatakan bahwa jejak istana dan pusat pemerintahan Kasultanan Demak Bintoro berada di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Temuan tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Romdhoni, dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang yang saat ini tengah menyelesaikan studi doktoral di Heilongjiang University, China. Menurutnya, seperti yang ditulis dalam bukunya, Istana Prawoto: Jejak Pusat Kasultanan Demak, pusat pemerintahan Kerajaan Demak yang didirikan Raden Patah tersebut berada di sebuah wilayah perbukitan atau dataran tinggi yang saat ini terletak di Desa Prawoto.

Desa Prawoto berada di ujung selatan Kabupaten Pati dan berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Purwodadi (Grobogan). Di sana, ada makam Raden Bagus Mukmin atau Sunan Prawoto yang menjadi raja keempat Kasultanan Demak, setelah Sultan Trenggono lengser keprabon akibat terbunuh dalam ekspedisi perluasan ke wilayah timur.

Bahkan, makam ini sering didatangi bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningrat setiap peringatan haul Sunan Prawoto setiap setahun sekali. Artinya, pihak Kraton Surakarta mengakui bahwa makam Sultan keempat Kerajaan Demak tersebut berada di Desa Prawoto.

Dilansir historyofjava.com dari youtube Lismanian Channel, Ali Romdhoni mengatakan bahwa selama ini sudah ada sekitar 5-7 riset yang meneliti dan mengkaji dimana sebetulnya pusat Kasultanan Demak. Hasilnya, ketika pencarian jejak Kasultanan Demak dibatasi di sekitar Masjid Agung di Kabupaten Demak yang sekarang, kesimpulannya tidak ditemukan benda arkeologis yang bisa didudukkan sebagai serpihan bekas istana atau keraton.

Hal itu terjadi menurut Dhoni karena telah membatasi lokus penelitian yang sempit. Padahal jika dilihat sejak lama secara geografis, Demak yang saat ini dulu merupakan lautan sehingga wajar jika tidak ditemukan jejak arkeologis. Karena itu, Dhoni mengajak untuk memperluas lokus dan medan penelitian tentang pencarian jejak Kasultanan Demak sehingga memiliki kemungkinan yang lebih luas, salah satunya di Desa Prawoto.

"Jejaknya atau petanya jelas kok. Beberapa serat dan babad misalnya Serat Centhini, Babad Tanah Jawi dan Babad Pajang, itu memberikan peta kajian yang jelas bahwa Prawoto pernah menjadi istana pusat Kasultanan Demak. Maka dari itu ketika di (Kabupaten) Demak yang sekarang mengalami kebuntuan dalam pencarian (jejak kraton), saya menyodorkan jejak yang di Prawoto," ujar Dhoni.

Dhoni mengaku prihatin karena beberapa pakar yang berusaha membuat narasi atau kesimpulan yang menyatakan bahwa Kerajaan Demak tidak berjejak atau bahkan hilang. Karena itu, Dhoni menyatakan bahwa Kasultanan Demak adalah kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara pada masanya dan itu dipastikan jejaknya ada.

Banyaknya pihak yang tidak setuju atau bahkan menghujat temuan Ali Romdhoni tersebut. Tapi ia justru meminta untuk saling membandingkan data sejarah maupun data arkeologis. Jika ada yang tidak setuju, dia meminta kepada siapapun untuk menunjukkan data yang sebanding dengan data yang ia miliki.

"Yang saya lakukan adalah menawarkan bukti baru berdasarkan hasil riset saya, maka saya akan memberikan kepada publik. Ini temuan saya, data saya ini, kalau tidak setuju, silakan cek data yang saya ambil. Sebaliknya, kalau Anda menyatakan nota tidak setuju, maka pastikan Anda memiliki data yang sebanding dengan saya. Jadi tidak bisa, hasil atau kesimpulan yang dibangun dari data, hanya dihadapi dengan suka atau tidak suka, apalagi ungkapan-ungkapan yang tidak memberikan pencerahan," ungkapnya.

Sumber : Google Wikipedia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA

    KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA Orientasi Asahan ( Jawi : اسهن ) adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi S...