SEJARAH
KESULTANAN DEMAK
SEJARAH
KESULTANAN DEMAK
BAGIAN - 1
Orientasi
Asal-Usul
Nama Kesultanan Demak
Kesultanan Demak adalah salah satu Kesultanan besar
selepas runtuhnya Majapahit yang didirikan pada abad 15 (1480-1500 M).
Kesultanan Demak juga didirikan oleh Raden Patah anak Raja Majapahit. Pada
mulanya Raden Patah merupakan bangsawan Majapahit yang dianugerahi oleh ayahnya
suatu daerah yang kini dikenal dengan Demak.
Selepas
Brawijaya atau Prabu Kerthabhumi, ayah Raden Patah digulingkan dari tahta oleh
Wikramawardana dalam sebuah kudeta di Majapahit, Raden Patah tampil sebagai
bangsawan yang menyatakan penentangan. Wikramawardana dilawannya, sehingga kemudian Majapahit yang kala itu
dibawah pemerintahan Wikramawardana dapat ia taklukan.
Beragam
pendapat mengenai asal-usul munculnya nama Demak sehingga kemudian nama itu
digunakan untuk menamai Kesultanan tertua di Jawa bahkan digunakan sebagai nama
Kabupaten di Jawa Tengah hingga sekarang, Setidak-tidaknya ada delapan pendapat
ahli mengenai asal-usul munculnya nama Demak, demikian penjelasannya;
1. Demak
berasal dari kata bahasa Arab “Dhima” yang artinya sesuatu yang mengandung air,
dinamai demikian oleh pendirinya karena pada waktu itu daerah Demak merupakan
daerah berawa yang banyak digenangi air. (Solichin Salam).
2. Demak berasal dari kata bahasa Aab “Dama” yang artinya
"air mata" dinamai demikian oleh pendirinya karena membangun Demak
sebagai pusat pemerintahan Islam oleh pendirinya menguras air mata, penuh
kesedihan meskipun pada akhirnya sukses (Hamka).
3. Demak
beasal dari kata "Damak/Demak" dalam bahasa jawa kuno, yang bermaksud
tanah pemberian Raja kepada Raja Muda (Maksudnya Pemberian Brawijaya pada Raja
bawahannya Raden Patah) (Kronik China dan babad tanah Jawi).
4. Demak
berasal dari kata "Delemek" dalam bahasa Sansekerta yang artinya
tanah yang mengandung air, dinamai demikian oleh pendirinya karena pada waktu
itu daerah Demak merupakan daerah berawa yang banyak digenangi air.
(Purbajaraka).
5. Demak
bermaksud "Anugrah", atau ganjaran/hadiah dari Prabu Kerthabhumi yang
diberikan kepada Raden Patah atas bhumi hutan Gelagahwangi, dasarnya adalah
Kitab Kakawin Ramayana yang mengandung kata “Wineh Demak Kapwa Yatha
Karamannya” (Slamet Muljana).
6. Penamaan
Demak karena terispirasi dari nama Kota Kuno di Mesir “Dimyat” dinamai demikian
oleh para pendirinya karena pada waktu itu para penyebar Islam di Demak
merupakan alumni-alumni pelajar dari Dimyat (Oemar Amir Husain).
Menurut cerita tutur masyarakat, kata Demak berasal
dari peristiwa Nyai Lembah yang berasal dari Rawa Pinang, kala itu Lesungnya
tenggelam dimuara sungai Tuntang. Untuk mencari Lesungnya Nyai Lembah
demek-demek atau dalam bahasa Indonesia bermaksud meraba-raba di dasar sungai
untuk mencari lesungn-nya, dari kata Demek-demek itulah, muncul nama Demak.
Adapun
pendapat terakhir yang didapat penulis, dinyatakan nama dan daerah Demak sudah
ada semenjak era Pabu Hayam Wuruk dan Gajahmada, sebab berdasarkan prasasti
yang ditemukan pada era itu. Demak disebut
sebagai salah satu dari 33 pangkalan jaringan lalu lintas air Kerajaan
Majapahit yang sudah eksis pada zaman Hayam Wuruk. (Hamid Aksyah)
Wajah Raden Patah dan Ampunan Bre Kertabumi
Raden Patah - Ada sisi melankonis dibalik turunnya ampunan Bre Kertabumi (Brawijaya V)
kepada Raden Patah, sang Raja Majapahit itu urung menghukum Raden Patah selepas
ia melihat wajahnya, meskipun sebelumnya pada 1477 Raden Patah membuat kerusuhan dengan
mengobrak-abrik Semarang.
Dalam catatan Kronik Cina Kuil Sam Po Kong, Jin Bun
(Raden Patah) pindah dari Surabaya ke Demak pada tahun 1475. Kemudian ia
menaklukan Semarang pada tahun 1477. Hal ini membuat Brawijaya V emosi.
Kemarahan sang Raja itu rupanya dapat diredam oleh Sunan Ampel, setelah
peristiwa itu justru yang terjadi sebaliknya Brawijaya V mengakui Raden Patah
sebagai Adipati Bintara dan menganugerahinya tanah Gelagahwangi.
Catatan singkat mengenai penobatan Raden Patah sebagai
Adipati Bintara di atas rupanya juga terdapat dalam Babad Tanah Jawi, akan
tetapi kisah dalam naskah tersebut dipaparkan lebih rinci. Menurut Babad Tanah
Jawi, Raden Patah menolak menggantikan Arya Damar menjadi Adipati Palembang, ia
lebih memilih berkelana ke Jawa, dalam perantauannya ke Jawa ia ditemani oleh
sudara tirinya Raden Kusen.
Sesampainya di Jawa, keduanya berguru kepada Sunan
Ampel di Surabaya, singkat cerita Raden Kusen mengajak Raden Patah untuk
mengabdi ke Majapahit, akan tetapi Raden Patah memilih untuk menyebarkan Islam
dan pindah ke Jawa Tengah. Raden Patah kemudian membuka hutan di Gelagahwangi
dan mendirikan Pesantren di sana.
Makin lama, Pesantren Gelagahwangi makin maju.
Brawijaya V di Majapahit merasa khawatir jika nantinya Raden Patah melakukan
pemberontakan. Oleh karena itu Brawijaya kemudian mengutus Raden Kusen yang
kala itu sudah menjadi Adipati di Terung untuk memanggil Raden Patah ke Istana.
Raden Patah kemudian dikisahkan pergi ke Majapahit
untuk menghadap Raja, menghadap ayahnya sendiri. Dalam catatan naskah ini,
dikisahkan bahwa sebelumnya antara Brawijaya V dan Raden Patah tidak pernah
berjumpa. Dalam pertemuan antara ayah dan anak itu ternyata membuat geger seisi
istana, sebab wajah Raden Patah Sangat mirip dengan Brawijaya V.
Selain itu, dikisahkan bahwa Brawijaya V sangat
terkesan dengan Raden Patah, ia menganggap bahwa selain wajah yang mirip tingkah
dan gaya Raden Patah juga identik sama dengan dirinya, inilah yang kemudian
menyebabkan Brawijaya V merasa yakin seyakin-yakinnya bahwa Raden Patah sejatinya
adalah anaknya sendiri, anak dari Banyowi seorang wanita Cina yang dahulu ia
buang.
Sebagaimana diketahui bahwa, dahulu ketika Arya Damar
dinobatkan menjadi Adipati Palembang, Brawijaya menghadiahkan salah satu
selirnya untuk Arya Damar. Belakangan selir ini kedapatan sedang hamil muda
ketika diserahkan kepada Arya Damar. Anak yang keluar dari Rahim Selir itu
kelak dikenal dengan nama Raden Patah atau Jin Bun.
Selepas pertemuan antara ayah dan anak itu, Brawijaya
V kemudian mengakui Raden Patah sebagai anaknya, pengakuan itu resmi ditetapkan
di Istana dan diketahui banyak orang. Mulai setelah itu Raden Patah kemudian
diangkat menjadi seorang Adipati. Gelagahwangi kemudian diubah namanya menjadi
Demak.
Jika diamati secara seksama, rupanya kisah yang terdapat
dalam kronik Cina dan Babad Tanah Jawi ini saling melengkapi, keduanya lebih
banyak persamaannya ketimbang perbedaannya. Jika direkonstruksi maka kedua
sumber sejarah itu mengisyaratkan bahwa;
“Pada mulanya Raden patah kecewa dengan ayahnya yang sama
sekali tidak memperhatikannya, sehingga ia tidak ingin mengabdi menjadi Abdi
Kerajaan Majapahit. Ia lebih memilih menjadi Penyebar Islam, setelah mendirikan
Pesantren dan mendapatkan pengikut, Ia menarik perhatian ayahanya dengan cara
menaklukan Semarang, dari Penaklukan ini ia kemudian dapat berjumpa dengan
Ayahanya, disitulah Sang Prabu Majapahit kemudian mengakui bahwa Raden Patah
adalah anaknya. Dahulu bagi seorang Putra Raja yang terbuang untuk mendapatkan
pengakuan sebagai Putra Raja itu tidak gampang, harus didahului usaha
perjuangan yang menghebohkan, meskipun tanpa melakukan penaklukan Semarang
Raden Patah tetap menjadi anak Brawijaya V, akan tetapi Raden Patah ingin lebih
dari itu, yaitu ingin mendapatkan pengakuan langsung dari ayahnya sendiri
bahkan pengakuan langsung dari Kerajaan”.
Memahami kisah di atas, maka dapatlah kemudian
dipahami bahwa Gambaran Wajah Raden Patah rupanya seperti gambaran wajah orang
Jawa pada umumnya, mirip dengan wajah ayahnya, meskipun tidak menutup
kemungkinan matanya sedikit sipit atau kulitnya sedikit kuning menuruni mata
dan kulit Ibunya yang seorang Cina.
Raden Patah, Istri dan Anak-Anaknya
Raden Patah adalah Sultan Demak yang pertama, pada saat menjadi Sultan Demak ia
bergelar Senapati Jinbun Ningrat Abdurahman Panembahan Palembang Sayidin
Panatagama, selain gelar tersebut adalagi dua gelar yang popular yaitu Sultan
Syah Alam Akbar dan Sultan Surya Alam.
Raden Patah merupakan anak Brawijaya V (Raja
Majapahit), Ibunya bernama Banyowi seorang Putri dari Cina. Banyowi ini
kemudian dihadiahkan Brawijaya kepada Arya Damar. waktu kecil Raden Patah
dikisahkan diasuh oleh Bapak Tirinya yang kala itu memerintah sebagai Adipati
di Palembang.
Raden Patah atau dalam pelafan arabnya disebut “Fatah”
mempunyai maksud pembuka, karena ia adalah Seorang Sultan yang pertama-tama
membuka/medirikan Kerajaan Islam di Jawa pada 1479. Nama kecilnya sendiri
adalah Jin Bun.
Raden Patah selama hidupnya dikisahkan memiliki tiga
orang Istri, dari ketiga istrinya itu Raden Patah kemudian memperoleh lima
orang anak, adapun pemaparan mengenai
istri-istri dan anak-anak Raden Patah adalah sebagai berikut:
Putri Bong Swi Hoo (Maksudnya Putri Sunan Ampel),
adalah istri pertama Raden Patah, putri ini ketika menikah dengan Raden Patah
dijadikan permaisuri utama. Dari Putri ini Raden Patah memiliki dua orang
putra, yaitu :
(1) Raden Surya dikenal juga dengan nama Pati Unus
atau Pangeran Sabrang Lor
(2) Raden Trenggono.
Kelak Patih Unus atau Pangeran Sbrang Lor yang wafat
dalam pertempuran laut melawan Portugis itu menjadi Sultan Demak ke dua.
Sementara itu, kelak juga Raden Trenggono
mengganntikan kakaknya yang wafat karena perang sebagai Sultan Demak ke
tiga.
Putri Rangdu Sanga, adalah istri Raden Patah kedua,
dari istri keduanya, Raden Patah memperoleh satu Putra yaitu Raden Kanduruwan.
Tokoh Raden Kanduruwan ini adalah tokoh yang kelak disebut-sebut sebagai
Penakluk Sumenep [Madura] pada masa Demak diperintah Raden Trenggono atau
Sultan Trenggono.
Putri Dipati Jipang, adalah Istri ketiga Raden Patah,
istri ketiganya ini dikisahkan Putri dari Adipati Jipang, dari perkawinan
dengannya, Raden Patah kemudian memperoleh dua anak yaitu :
(1) Raden Kikin atau Pangeran Sekar Seda Ing Lapen dan
(2) Ratu Mas Nyawa.
Kelak Raden Kikin itu kemudian melahirkan Arya Penangsang Sultan Demak ke V, sementara Ratu Nyawa kelak menikah dengan anak Sultan Cirebon [Sunan Gunung Jati].
(1) Raden Kikin atau Pangeran Sekar Seda Ing Lapen dan
(2) Ratu Mas Nyawa.
Kelak Raden Kikin itu kemudian melahirkan Arya Penangsang Sultan Demak ke V, sementara Ratu Nyawa kelak menikah dengan anak Sultan Cirebon [Sunan Gunung Jati].
Berikut ini gambaran silsilah keluraga Raden Patah,
Sultan Demak pertama ditinjau dari istri dan anak-anaknya.
Catatan Kaki
[1] Gelar tersebut diperoleh dari Naskah Babad Tanah
Jawi, Serat Panatiradya dan Hikayat Banjar
[2] Menurut Naskah Babad dan Serat di atas.
Pati Unus, Sultan Demak Ke Dua
Pati Unus adalah Sultan Demak kedua yang memerintah
selepas kemangkatan ayahnya Raden Patah pada 1518. Pati Unus merupakan anak
tertua Raden Patah dan Putri Bong Swi Hoo. Nama kecil Pati Unus adalah Raden
Surya.
Pati Unus selama menjabat sebagai Sultan Demak
terkenal dimana-mana, sebab ia turun langsung ke medan perang untuk mengusir Portugis dari Nusantara.
Salah satu kiprahnya dalam memerangi Portugis itu kemudian mengantarkanya wafat
dalam peristiwa peperangan dengan Portugis di laut selat Malaka. Sebab itulah
Patih Unus ini kemudian dijuluki Pangeran Seda Ing Lautan atau Pangeran/Raja yang
wafat di laut. Beliau juga dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor, maksudnya
pangeran yang wafat di laut sebelah utara Jawa (Maksudnya Malaka).
Berkenaan dengan penyerbuan Demak yang dipimpin Pati
Unus ke Malaka diberitakan dalam
berbagai catatan, dalam catatan Portugis disebutkan bahwa pada 1512 Pati Unus
menyerang malaka, namun serangan itu gagal, katanya kapal-kapal Demak di Malaka
musnah, dari 100 kapal hanya tersisa 7-8 kapal saja yang kembali Pulang ke
Jawa.
Sementara dalam catatan Kronik Cina di Kuil Sam Po
Kong Semarang disebutkan bahwa, Putra Raden Patah yaitu Pati Unus, suatu ketika
pada tahun 1509 mendampingi ayahnya di galangan Kapal Semarang. Pada tahun 1512
Pati Unus sangat terburu-buru menyerang Malaka yang sudah dirbut oleh orang-orang
biadap berambut merah yang mempunyai senjata api jarak jauh [maskudnya
Portugis].
Pada saat Raden Pata masih hidup, Pati Unus tinggal di
Jepara, ia menjadi adipati di Jepara, barulah setelah ayahnya wafat pati Unus
tinggal di Demak. Sebelum menjadi seorang Sultan sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya bahwa memang Pati Unus ini sudah akrab dengan peperangan
termasuk didalamnya ikut serta dalam melakukan penyerbuan Portugis di Malaka
pada 1512.
Setelah naik tahta pada 1518, Pati Unus kemudian melakukan
penyerbuan ulang ke Malaka peristiwa itu terjadi pada tahun 1521, dalam
peristiwa itu Patih Unus wafat. Selepas kemangkatanya tahta Demak kemudian dilanjutkan oleh adik Kandungnya
Raden Trenggono.
Sultan Trenggono, Sultan Demak Ke Tiga
Sultan Trenggono yang mempunyai nama kecil Raden
Trenggono adalah Sultan Demak ke tiga, beliau anak dari istri pertama Raden
Patah. Selepas kemangkatan kakaknya Pangeran
Sabrang Lor (Pati Unus) ia kemudian naik tahta pada 1521. Gelar Sultan
Trenggono ketika ia menjadi Sultan Demak adalah Sultan Ahmad Abdul Arifin.
Kakaknya yang mempunyai visi menjadikan Demak Kerajaan
Maritim besar Nusantara menjadi inspirasinya untuk membangun Demak lebih
serius, ia juga meneruskan cita-citanya kakaknya untuk terus menghantam Portugis yang kala itu berusahan menaklukan Kerajaan-Kerajaan Islam
di Nusantara.
Dizaman Sultan Trenggono Demak mencapai puncak
kejayaannya, sebab pada masa ini hampir seluruh Pulau Jawa menjadi wilayah
kekuasannya, ditambah lagi
kerajaan-kerajaan lain diluar pulau Jawa semisi Madura, Sumatra dan Kalimantan.
Pada saat sebelum Sultan Trenggono naik tahta,
sebenarnya terjadi persaingan ketat antara dirinya dan kakak tirinya Raden
Kikin. Pada waktu itu Raden Kikin
digadang-gadang akan menggantikan Pati Unus yang telah wafat, sebab ia
merupakan anak yang lebih tua dari Trenggono.
Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah
itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai
Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan
kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.
Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu
kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu
Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan ditepi sungai, sehingga
selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda
Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.
Selepas tebunuhnya Raden Kikin, Trenggono kemudian
melenggang bebas menjadi Raja Demak. Diawal mula pemerintahannya, banyak orang
yang meragukan kemampuannya, namun semua itu dapat dibantahnya melalui kerja
keras, oleh karena itu pada masa ini Demak menjelma menjadi Kerajaan tangguh
dan terkuat di Jawa, bahkan Portugispun pikir-pikir untuk menyerbu Demak
walaupun mereka beberapa kali diserang oleh Demak.
Pada masa Sultan Trenggono memerintah, datang seorang
Pemuda pelarian dari Pasai, pemuda ini lari dari Negerinya karena negerinya
telah dihancurkan Portugis, ia ingin mengabdi dan berlindung ke Demak, pemuda
itu dikenal dengan nama “Fatahillah”. Sultan Trenggono rupanya senang pada
Fatahillah sehingga pemuda Pasai itu pun kemudian dikawinkan dengan putrinya
yang bernama Ratu Pembayun.
Melalui menantunya Fatahillah, Sultan Trenggono
menjalankan misi-misi strategis Demak untuk menjadi Kerajaan terkuat di Jawa,
melalui tangan Fattahillah kejayaan Demak kemudian dapat dicapai. Yaitu
menaklukan Sunda Kalapa, dan seluruh kota-kota wilayah pesisir utara Jawa.
Selain di Jawa, pada masa Sultan trenggono juga
melakukan ekspedisi ke luar pulau seperti ekspedisi ke Banjarmasin Kalimantan,
dalam eksepdisi ke Banjarmasin itu dikisahkan Demak memperoleh kemenangan yang
gemilang.
Di masa sepuhnya, ada beberapa wilayah di jawa yang masih membangkang terhadap Demak, yaitu
kerajaan Majapahit dan Blambangan. Majapahit dikisahkan dapat ditaklukan,
sementara Blambangan dikisahkan sulit untuk ditaklukan, oleh karena itu demi
mengikis kekuatan Blambangan Sultan Trenggono kemudian melakukan eksepdisi ke
Panarukan untuk merebut kota itu dari tangan Balambangan.
Penyerbuan ke Panarukan itu dikisahkan berhasil, namun
pada saat penyerbuan itu Sultan Trenggono ternyata tewas terbunuh dalam
tendanya. Sultan Trenggono wafat ditangan anak Adipati Surabaya yang sebenarnya
baru berumur 10 tahun. Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546. Tahta Kesultanan
Demak kemudian beralih ke anaknya Sunan Perwata (Raden Mukmin).
Keluarga Sultan Trenggono
Selama hidupnya, Sultan Trenggono dikiasahkan memiliki dua orang Permaisuri, yaitu Putri Nyai
Ageng Malaka dan Putri Sunan Kalijaga, dari kedua istrinya Sultan Trenggono
memperoleh Sembilan orang anak yaitu:
1. Ratu Mas Pembayun
2. Raden Mukmin (Panembahan Prawata)
3. Ratu Mas Pamantingan
4. Ratu Mas Kalinyamat
5. Ratu Mas Arya Ing Surabaya
6. Ratu Mas Katambang
7. Ratu Mas Cempaka (Istri Hadiwijaya Sultan Pajang=Jaka
Tingkir)
8. Panambahan Mas Ing Madiun
9. Ratu Mas Sekar Kedaton
Kematian Sultan Trenggono Dalam Catatan Portugis
Sultan Trenggono tingkah laku dan pergerakannya
rupanya menjadi perhatian orang-orang Portugis setelah Sultan Demak ke III itu
melakukan beberapa kali penyerangan terhadap Potrugis di Malaka dan mengusir Portugis di Sunda
Kelapa. Bukti kongkrit perhatian orang-orang Portugis terhadap Sultan Trenggono
adalah adanya catatan mengenai pergerakan Kesultanan Demak dibawah Sultan
Trenggono, salah satu catatan tersebut bahkan memuat berita mengenai kematian
Sultan Trenggono.
Berita mengenai kematian Sultan Trenggono yang
tercatat dalam berita Portugis ditulis oleh seorang Portugis yang bernama
Fernandez Menez Pinto . Menurut catatanya, pada tahun 1546 Sultan Trenggono
menyerang Panarukan, Situbondo yang kala itu dibawah kekuasaan Blambangan.
Dalam upaya penaklukan Panarukan, Demak dibantu oleh Cirebon, Sunan Gunung jati
mengirimkan 7000 orang yang dipimpin oleh Fatahillah untuk membantu Sultan
Trenggono. Selain itu dari 7000 pasukan Cirebon itu di dalamnya juga terdapat tentara Jayakarta dan Banten.
Fernandez Menez Pinto dikisahkan ikut rombongan tentara itu bersama 40 orang
tentara Banten.
Begitulah kisah kematian Sultan Trenggono Dalam
Catatan Portugis, perlu dipahami bahwa dalam masa pemerintahan Sultan Trenggono
ini Demak banyak melakukan ekspansi militer ke beberapa daerah serta melakukan
hubungan bilateral dengan kerajaan-kerajaan Islam Nusantara untuk menghalau
Portugis di Nusantara.
Diantara ekspansi Militer yang terkenal adalah
Penyerangan ke Malaka dalam upaya mengusir portugis, Merebut Sunda Kelapa dari
Tangan Kerajaan Sunda karena Sunda mengijinkan Portugis membuat Benteng disana,
Penaklukan Majapahit, dan Ekspedisi Penaklukan ke Banjarmasin Kalimantan.
Semua gerakan dan ekspedisi Militer dari Sultan
Trenggono ini dilancarkan demi untuk mengganggu Portugis yang kala itu berupaya
menguasai Kerajaan-Kerajaan di Nusantara, dari itu Sultan Trenggono dikisahkan
terkenal dikalangan orang-orang Portugis bahkan Pemerintah Kolonial Portugis
itu sendiri.
Oleh karena itu berita mengenai pergerakan Sultan
Trenggono ini selalu diburu oleh orang-Orang Portugis, salah satunya oleh Fernandez Menez Pinto, bahkan saking
ngebetnya memperoleh berita mengenai Sultan Demak ke III ini, Fernandez Menez
Pinto rela ikut rombongan Banten dalam peristiwa penaklukan Panarukan.Itulah
sebabnya Fernandez Menez Pinto mengetahui peristiwa penyerbuan Panarukan yang
kebetulan menyebabkan wafatnya Trenggono.
Kerajaan Demak, Masa Pendirian, Kejayaan Dan
Keruntuhan 1475-1554
Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam tertua di Jawa,
kerajaan ini berdiri pada abad ke 15 masehi tepatnya pada Tahun 1475 masehi,
Kerajaan Demak berdiri selama 79 Tahun yaitu dari tahun 1475 sampai tahun 1554.
Sebagai sebuah kerajaan yang telah menjadi sejarah,
tentunya Demak mengalami masa pendirian, kejayaan serta keruntuhannya. Oleh
karena itu dalam artikel ini akan dibahas mengenai Kerajaan Demak pada masa
Pendirian, Kejayaan dan Keruntuhannya.
Masa Pendirian
Demak sebagai sebuah kerajaan merdeka didirikan oleh
Jin Bun atau Raden Fatah beserta Wali Songo pada Tahun 1475 Masehi, pada tahun
ini Demak memproklamirkan merdeka dari kekuasaan Majapahit. Sebelum Tahun 1475
Demak merupakan Keadipatian bawahan Majapahit, yang dikepalai oleh seorang
Adipati dan Sekertarisnya (Pecut Tandha).
Demak pada mulanya adalah merupakan daerah dengan
rawa-rawa yang berlumpur, sebab itulah daerah ini dinamakan Demak atau Demek,
sebab memang kata tersebut dalam bahasa Jawa bermaksud daerah yang berlumpur.
Proklamasi Demak sebagai sebuah kerajaan yang merdeka
dari Majapahit dipercaya timbul akibat ke-tidakbecus-an Majapahit dalam mengurusi daerah bawahannya,
Pejabat-pejabat tinggi kerajaan Majapahit cenderung korup, sementara Raja dan
keluarganya saling berebut tahta, sehingga rakyat kemudian terabaikan dan
nestapa. Pada saat kedaan kacau seperti itulah Demak kemudian memisahkan diri
dari Majapahit dengan membentuk Kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.
Mendapati daerah kekuasaannya memerdekakan diri
sebenarnya Majapahit tidak tinggal diam begitu saja, meskipun internal
Majapahit sedang kacau, tercatat Majapahit pernah melakukan upaya-upaya pengambil-alihan Demak dengan cara melakukan penyerangan ke
Demak. Namun Demak rupanya terlalu tangguh untuk Majapahit, sehingga pada akhirnya justru Majapahit yang kemudian dapat dikalahkan
oleh Demak, sebab memang Demak ini ternyata mempunyai jaringan persekutuan
dengan Daerah-Daerah Islam di Nusantara.
Kisah peperangan Demak Vs Majapahit banyak dikisahkan
dalam naskah-naskah klasik yang berasal dari pulau Jawa, dan salah satunya
dikisahkan dalam Naskah Mertasinga yang berasal dari Cirebon. Untuk dapat
memahami kisah mengenai peperangan antara Demak Vs Majapahit yang dikisahkan
dalam Naskah Mertasinga silahkan anda baca dalam artikel kami yang berjudul “Serangan
Demak Ke Majapahit Ternyata Melibatkan Banyak Negara”.
Berdsarkan hal-hal tersebut dapatlah kemudian dipahami
bahwa pendirian Demak sebagai sebuah kerajaan terjadi pada tahun 1475 Masehi
adapun tokoh-tokoh utama pendirinya adalah Raden Fatah dan Wali Songo.
Masa Kejayaan
Titik awal kejayaan Demak sebenarnya dimulai dari peristiwa ditaklukannya Majapahit oleh
Demak, sebab dari peristiwa penaklukan itu pada nyatanya membuat mata
kerajaan-kerajaan di Nusantara menjadi tertunduk memandang kekuatan Demak, setelah peristiwa itu pula juga negara-negara bawahan
Majapahit yang tersebar di Nusantara secara otomatis menjadi bawahan Demak.
Luasnya kekuasaan Majapahit yang diwarisi oleh
kerajaan Demak ini rupanya dimanfaatkan benar-benar oleh Demak, Demak
memanfaatkan upeti yang didapat dari kerajaan-kerajaan Bawahannya untuk
memperkuat armada tempurnya, kekuatan tempur Demak tercatat pada peristiwa
pengiriman Ribuan tentara disertai beberapa puluh Kapal perang Demak ke Malaka
untuk menyerang Portugis dan peristiwa penyerangan Demak ke Galuh, Sunda Kelapa
dan Banten bersama sekutunya kerajaan Cirebon.
Selain itu juga kekayaan Demak yang dihasilkan dari
penerimaan upeti dari kerajaan-kerajaan bawahannya ternyata digunakan juga untuk membiyayai ongkos penyebaran agama
Islam. Bahkan saking seriusnya Demak membuat semacam tim pendakwah yang ditugaskan Khusus untuk menyebarkan
Islam dipulau Jawa yang diketuai oleh Wali 9 (Walisongo), dan benar saja ternyata pada akhirnya seluruh Jawa dapat di Islamkan oleh Demak melalui kiprah tim
pendakwah yang diketuai para wali 9 (Walisongo) itu. Masa inilah yang disebut sebagai masa Kejayaan Kerajaan Demak, yaitu ketika Demak diperintah oleh
Sultan ke I hingga Sultan ke III (Raden Fatah, Pati Unus dan Sultan Trenggana), dari mulai tahun 1475 sampai dengan
1546 masehi.
Masa Keruntuhan
Keruntuhan kerjaaan
Demak dimulai setelah peristiwa kemangkatan Sultan Ke 3 Demak Sultan Trenggana. Setelah kewafatannya pada Tahun 1546, yang menjadi Sultan Demak
selanjutnya adalah Sunan Perwata anak
dari Terenggana. Ketika Sunan Perwata menjadi Raja Demak yang ke 4 inilah
peristiwa tak terduga-duga terjadi. Rupanya Sunan Petwata bersama istrinya
dibunuh oleh Arya Penangsang melalui pengikutnya.
Perlu diketahui bahwa Arya Penangsang ini sebenarnya
anak dari Pangeran Surawiyata, yang dahulu dibunuh oleh Sultan Trenggana,
Dahulu yang berhak menjadi Sultan ke 3 Demak sebenarnya bukan Trengana
melainkan ayah dari Arya Penangsang, namun demikian ayah Arya Penangsang
dibunuh oleh Trenggana sebelum naik tahta, sehingga pada waktu itu yang naik
tahta menjadi Raja ke 3 Demak adalah
Trenggana.
Dengan demikian maka dapatlah dipahami bahwa Arya
Penangsang sebagai pihak yang merebut hak tahtanya dari keturunan Trenggana.
Setelah peristiwa Pembunuhan itu kemudian Arya Penangsang memproklamirkan diri
menjadi Raja ke 5 Demak. Namun untuk menghindari balas Dendam dari keluarga
Trenggana, mulai saat itu pusat pemerintahan kerajaan dialihkan ke Jipang.
Ketika menjadi Raja Demak yang berkedudukan di Jipang,
Arya Penangsang bersikap keras terhadap para Adipati yang masih Pro Keluarga
Trenggana bahkan beberapa Adipati yang kedapatan masih Pro Keluarga Trenggana
kemudian dibunuhnya.
Menghadapi tingkah Arya Penangsang yang keras
tersebut, akhirnya para Adipati yang tidak menyukai Arya Penangsang bersekutu
melakukan pemberontakan, pemberontakan ini dipimpin oleh Adipati Pajang yang
bernama Jaka Tingkir. Pemberontakan yang dipimpin Adipati Pajang kemudian sukses,
bahkan dalam pemberintaan ini Arya Penangsang dapat dibunuh.
Setelah peristiwa terbunuhnya Raja Demak ke 5 itu,
kemudian kerajaan Demak dinyatakan musnah. Sebab setelah peristiwa
suksesnya pemberontakan itu, ternyata Adipati Pajang kemudian memproklamirkan
Pajang sebagai kerajaan baru pengganti Demak dan ia menobatkan dirinya menjadi
Raja Pajang pertama.
Terungkap, Penyerangan Demak Ke Majapahit Melibatkan
Banyak Negara
Jika pada masa kejayaannya Majapahit melakukan banyak
sekali invasi militer ke berbagai Negara yang ada diwilayah Nusantara, salah satunya Invasi
Majapahit Ke Kerajaan-Kerajaan di Pulau Sumatera, maka dalam masa kemundurannya, Majapahit rupanya juga diruntuhkan
oleh orang-orang dari negara-negara yang dahulu pernah ditaklukan.
Orang-orang luar negeri yang terlibat dalam upaya
peruntuhan Majapahit itu adalah
orang-orang dari Malaka, Pasai, Andalis dan lain sebagainya. Dan kisah mengenai
peruntuhan Majapahit ini dapat ditemui dalam Naskah Mertasinga salah satu naskah Cirebon yang didalamnya membahas
mengenai sejarah.
Ilustrasi Tentara Majapahit. Img Froom Google
Dalam Naskah Mertasinga Pupuh XIII.16-27 dikisahkan
mengenai peristiwa persiapan Arya Bintara (Raden Fatah) untuk
menggempur Majapahit. Dalam Naskah ini dijelaskan mengenai komposisi
pasukan-pasukan yang terlibat dalam rencana penyerangan tersebut.
Komposisi pasukan-pasukan yang dipersiapkan Demak
untuk menyerang Majapahit tersebut melibatkan banyak pasukan dari Negara lain.
Adapun yang menjadi duta pengambilan tentara Asing dalam serangan ke Majapahit
menurut Naskah Mertasinga adalah sebagai berikut:
1. Sunan Bonang - Mendatangkan 40 Prajurit berpengalaman dari Campa
2. Syekh Majagung - Mendatangkan 7 Perwira tempur dari Pulau Pinang
3. Sunan Gungjati-Mendatangkan Prajurit dari Banisrail. Tidak disebutkan banyaknya
4. Sunan Kali Jaga - Mendatangkan Prajurit dari Tuban. Tidak disebutkan banyaknya
5. Syekh Bentong - Mendatangkan 40 Prajurit Ahli (Pasukan Khusus) dari Surandil
6. Maulana Magribi - Mendatangkan 7 Prajurit Ahli Perang dari Andalis
7. Syekh Lemah Abang (Syekh Siti Jenar) - Mendatangkan 7 Prajurit Ahli dari Malaka
8. Syekh Sunan Giri Gajah - Mendatangkan 40 Prajurit Ahli dari Pasai
9. Sunan Kudus - Mendatangkan 40 Prajurit Ahli Perang dari Mesir
Sementara itu Naskah Mertasinga juga menyebutkan bahwa
pengambilan tentara-tentara luar Negeri tersebut dilakukan ketika Majapahit dijabat oleh Raja Brawijaya
yang tak lain merupakan ayah dari Raja Demak itu sendiri.
Selain itu dalam Naskah ini juga, dikisahkan bahwa
Brawijaya sudah mengetahui prihal persiapan Demak untuk melakukan penyerangan
ke Majapahit. Oleh sebab itu Brawijaya mempersiapkan juga tentaranya untuk menghadapi Demak. Adapun Pasukan Majapahit
tersebut dipimpin oleh Arya Pecat Tanda dan Adipati Terung.
Adipati Terung ini mempunyai nama lain Raden Husain
(Kusen dalam Pelafalan Jawa) yang tak lain merupakan adik dari Raden Fatah itu
sendiri. Jalannya pertempuran Demak Vs Majapahit yang terdapat dalam Naskah
Mertasinga dipaparkan dalam artikel yang berjudul Riwayat Raden Husain Sang
Adpati Terung Panglima Perang Kerajaan Majapahit Terakhir.
Demikian foto Naskah Alih Aksara yang menceritakan
komposisi pasukan asing dalam rencana penyerangan Demak dengan sekutunya ke
Majapahit;
Sumber
: Google Wikipedia
JEJAK ISTANA
KERAJAAN DEMAK
DITEMUKAN
SETELAH HILANG RATUSAN TAHUN
BAGIAN - 2
Orientasi
Peninggalan
Kerajaan Demak selama ini berupa Masjid Agung Demak yang berada di Kabupaten
Demak, Jawa Tengah, yang mengindikasikan bahwa pusat pemerintahan Kasultanan
Demak Bintara yang didirikan Raden Bagus Hasan atau Panembahan Jin Bun bergelar
Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah (Raden Patah) berada di Kabupaten Demak yang
sekarang. Namun ada temuan baru yang menyatakan bahwa jejak istana dan pusat
pemerintahan Kasultanan Demak Bintoro berada di Desa Prawoto, Kecamatan
Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Temuan
tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Romdhoni, dosen
Universitas Wahid Hasyim Semarang yang saat ini tengah menyelesaikan studi
doktoral di Heilongjiang University, China. Menurutnya, seperti yang ditulis
dalam bukunya, Istana Prawoto: Jejak Pusat Kasultanan Demak, pusat pemerintahan
Kerajaan Demak yang didirikan Raden Patah tersebut berada di sebuah wilayah
perbukitan atau dataran tinggi yang saat ini terletak di Desa Prawoto.
Desa
Prawoto berada di ujung selatan Kabupaten Pati dan berbatasan dengan Kabupaten
Kudus dan Purwodadi (Grobogan). Di sana, ada makam Raden Bagus Mukmin atau
Sunan Prawoto yang menjadi raja keempat Kasultanan Demak, setelah Sultan
Trenggono lengser keprabon akibat terbunuh dalam ekspedisi perluasan ke wilayah
timur.
Bahkan,
makam ini sering didatangi bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningrat setiap
peringatan haul Sunan Prawoto setiap setahun sekali. Artinya, pihak Kraton
Surakarta mengakui bahwa makam Sultan keempat Kerajaan Demak tersebut berada di
Desa Prawoto.
Dilansir
historyofjava.com dari youtube Lismanian Channel, Ali Romdhoni mengatakan bahwa
selama ini sudah ada sekitar 5-7 riset yang meneliti dan mengkaji dimana
sebetulnya pusat Kasultanan Demak. Hasilnya, ketika pencarian jejak Kasultanan
Demak dibatasi di sekitar Masjid Agung di Kabupaten Demak yang sekarang,
kesimpulannya tidak ditemukan benda arkeologis yang bisa didudukkan sebagai
serpihan bekas istana atau keraton.
Hal
itu terjadi menurut Dhoni karena telah membatasi lokus penelitian yang sempit.
Padahal jika dilihat sejak lama secara geografis, Demak yang saat ini dulu
merupakan lautan sehingga wajar jika tidak ditemukan jejak arkeologis. Karena
itu, Dhoni mengajak untuk memperluas lokus dan medan penelitian tentang
pencarian jejak Kasultanan Demak sehingga memiliki kemungkinan yang lebih luas,
salah satunya di Desa Prawoto.
"Jejaknya
atau petanya jelas kok. Beberapa serat dan babad misalnya Serat Centhini, Babad
Tanah Jawi dan Babad Pajang, itu memberikan peta kajian yang jelas bahwa
Prawoto pernah menjadi istana pusat Kasultanan Demak. Maka dari itu ketika di
(Kabupaten) Demak yang sekarang mengalami kebuntuan dalam pencarian (jejak
kraton), saya menyodorkan jejak yang di Prawoto," ujar Dhoni.
Dhoni
mengaku prihatin karena beberapa pakar yang berusaha membuat narasi atau
kesimpulan yang menyatakan bahwa Kerajaan Demak tidak berjejak atau bahkan
hilang. Karena itu, Dhoni menyatakan bahwa Kasultanan Demak adalah kerajaan yang
pernah berjaya di Nusantara pada masanya dan itu dipastikan jejaknya ada.
Banyaknya
pihak yang tidak setuju atau bahkan menghujat temuan Ali Romdhoni tersebut.
Tapi ia justru meminta untuk saling membandingkan data sejarah maupun data
arkeologis. Jika ada yang tidak setuju, dia meminta kepada siapapun untuk
menunjukkan data yang sebanding dengan data yang ia miliki.
"Yang
saya lakukan adalah menawarkan bukti baru berdasarkan hasil riset saya, maka
saya akan memberikan kepada publik. Ini temuan saya, data saya ini, kalau tidak
setuju, silakan cek data yang saya ambil. Sebaliknya, kalau Anda menyatakan
nota tidak setuju, maka pastikan Anda memiliki data yang sebanding dengan saya.
Jadi tidak bisa, hasil atau kesimpulan yang dibangun dari data, hanya dihadapi
dengan suka atau tidak suka, apalagi ungkapan-ungkapan yang tidak memberikan
pencerahan," ungkapnya.
Sumber
: Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar