KABUPATEN DOMPU
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Orientasi
Kabupaten Dompu, adalah
sebuah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Dompu. Kabupaten
ini berada di bagian tengah Pulau Sumbawa. Wilayahnya seluas 2.321,55 km² dan jumlah
penduduknya sekitar 241.836 jiwa (2021). Kabupaten Dompu berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan Teluk Saleh di sebelah Barat, Kabupaten Bima di sebelah Utara dan Timur serta Samudra Hindia di bagian Selatan.
Sejarah Singkat Kabupaten Dompu, Ini Yang Disampaikan Sekda
SetdaDompuKab – Sebagai generasi pewaris perjuangan para pendahulu bangsa dan daerah, generasi muda daerah Kabupaten Dompu tentu ingin mengetahui lebih jauh bagaimana perjalanan daerahnya dari masa ke masa.
Mengetahui dan memahami perjalanan sejarah daerah menjadi hal yang penting bagi generasi muda, dengan mengetahui dan memahami sejarah daerahnya membuat generasi muda memiliki kebanggaan tersendiri dan mampu percaya diri.
Berikutnya dengan mengetahui dan memahami sejarah daerah membuat generasi muda termotivasi untuk ikut ambil bagian mengisi dan melanjutkan perjuangan para pendahulu bangsa dan daerah untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih maju dari keadaan sebelumnya.
Bagaimana
perjalanan sejarah Kabupaten Dompu dari masa ke masa, saat Peringatan Hari Jadi
Ke-207, Senin (11/04/22) di Lapangan Beringin, dihadapan para tamu, undangan
dan seluruh peserta upacara yang hadir dalam peringatan tersebut, ini yang
disampaikan Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Dompu, Gatot Gunawan Perantauan
Putra, SKM., M.MKes:
Perjuangan terbentuknya Kabupaten Dompu berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama, mulai dari Sistem Pemerintahan Kerajaan/Kesultanan, Swapraja, hingga daerah Swatantra Tingkat II, hingga menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Dompu.
Kabupaten Dompu, sebelumnya merupakan Daerah Swapraja Tingkat II dari bagian Provinsi Sunda Kecil. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia dan mengalami beberapa kali proses perubahan sistem ketatanegaraan pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk daerah Swatantra Tingkat II Dompu.
Kemudian, secara resmi mendapat status sebagai Daerah Swapraja, sejak tanggal 12 september 1947, dan selanjutnya,pada tahun 1958, diangkat Sultan Dompu terakhir yaitu Sultan Muhammad Tajul Arifin Siradjuddin, sebagai Kepala Daerah Swapraja Dompu.
Daerah Swapraja Dompu berubah status, menjadi Daerah Swatantra Tingkat II Dompu, dengan Bupati Kepala Daerah, Sultan Dompu Bapak Muhammad Tajul Arifin Siradjuddin, sejak tahun 1958–1960.
Selanjutnya, pada tahun 1960 hingga 1966, Dompu berubah status menjadi Daerah Tingkat II Dompu, dengan Bupati Bapak H. Abdurrahman Mahmud, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, yakni pada tahun 1967, jabatan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Dompu, dijabat oleh pejabat sementara, yaitu Bapak I Gusti Ngurah.
Tahun 1967 hingga
1979, selama dua periode kepemimpinan, Kabupaten Dompu dipimpin oleh seorang
Perwira Menengah TNI Angkatan Darat, yakni Bapak Letkol. TNI H. Suwarno Atmojo,
selanjutnya pada tahun 1979 hingga 1984, Kabupaten Daerah Tingkat II Dompu, kembali
dipimpin oleh Perwira Menengah TNI Angkatan Darat, yakni Bapak Letkol. TNI H.
Heru Sugiyo.
Kemudian tahun 1984-1989, sejarah kepemimpinan Kabupaten Daerah Tingkat II Dompu, kembali dipimpin oleh seorang putra terbaik daerah, yakni Bapak Drs. H. Moh. Yakub, MT. Selanjutnya pada tahun 1989 hingga 1994, Bapak Drs. H. Umar Yusuf, dipilh dan diangkat untuk memimpin Kabupaten Daerah Tingkat II Dompu, yang kemudian kepemimpinan daerah, dilanjutkan oleh Drs. H. Hidayat Ali, pada tahun 1994 sampai tahun 1999.
Seiring dengan
era reformasi, Kabupaten Daerah Tingkat II Dompu, berubah status menjadi daerah
otonom hingga sekarang ini. Sejak berakhirnya kepemimpinan Drs. H. Hidayat Ali,
jabatan Bupati Dompu saat itu lowong dan diisi oleh pejabat sementara, yakni Bapak
Drs. H. Lalu Djafar Suryadi, antara tahun1999-2000.
Pejabat sementara Bupati, mengemban tugas penting, salah satunya, yakni menghantarkan masyarakat Dompu, untuk kembali memilih Bupati definitif, melalui pemilihan oleh wakil-wakil rakyat, yang duduk di Lembaga Legislatif DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Dompu saat itu.
Pada Bulan Februari tahun 2000, pemilihan Kepala Daerah Tingkat II Dompu, melalui lembaga legislatif, akhirnya menetapkan Bapak H. Abubakar Ahmad, SH, sebagai Bupati Kabupaten Dompu, untuk periode tahun 2000 hingga 2005. waktu terus berjalan, seiring berjalannya roda pemerintahan dan perkembangan kehidupan masyarakat di Dana Nggahi Rawi Pahu, maka pada tanggal 23 bulan maret tahun 2005, Jabatan Bapak H. Abubakar Ahmad, SH sebagai Bupati Kabupaten Dompu berakhir.
Selanjutnya, sambil menunggu pemilihan langsung Bupati dan Wakil Bupati Dompu, Jabatan Bupati Dompu saat itu, di jabat sementara oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTB, yakni oleh bapak Drh. H. Abdul Mutholib, kurang dari 6 bulan, Drh. H. Abdul Mutholib, mengendalikan roda pemerintahan di Kabupaten Dompu, sekaligus menghantarkan masyarakat dompu melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara langsung, untuk yang pertama kalinya. tanggal 9 agustus 2005, Bapak H. Abubakar Ahmad, SH, yang biasa disapa Ompu Beko, kembali memimpin Kabupaten Dompu, untuk Periode Ke-dua, berpasangan dengan Bapak H. Syaifurrahman Salman, SE.
Abubakar Ahmad, SH dan H. Syaifurrahman Salman, SE, merupakan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Dompu pertama, yang dipilih secara langsung oleh masyarakat Bumi Nggahi Rawi Pahu. waktu terus berjalan, lembaran – lembaran sejarah terus tertoreh, pada Bulan Juli tahun 2007, Bupati Dompu H. Aubakar Ahmad, SH, meletakkan jabatannya sebagai Bupati Dompu,
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, pada tanggal 31 Juli tahun 2007, Wakil Bupati Dompu Bapak H. Syaifurrahman Salman, SE, dilantik sebagai Bupati Dompu, menggantikan H. Abubakar Ahmad, SH, hingga masa akhir jabatannya, pada Bulan Agustus tahun 2010.
Dalam menghadapi pemilukada langsung yang Ke-II, Kabupaten Dompu dipimpin oleh Bapak H. Nasibun, SH., sebagai Penjabat Sementara Bupati Dompu, yaitu pada sejak tanggal 9 Agustus 2010, sampai dengan Pengambilan Sumpah Jabatan Bapak Drs. H. Bambang M. Yasin dan Bapak Ir. H. Syamsuddin, MM, sebagai Bupati Dompu dan Wakil Bupati Dompu, untuk periode 2010–2015, yakni pada tanggal 18 Oktober 2010.
Selanjutnya pada pemilukada serentak yang dilaksanakan Rabu, 9 Desember 2015, pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati bapak H. Bambang M. Yasin dan Bapak Arifuddin SH, meraih suara terbanyak, dan pada tanggal 17 Februari 2016, dilantik secara resmi oleh Gubernur Provinsi NTB sebagai Bupati dan Wakil Bupati Dompu, periode 2016–2021.
Sambil menunggu
dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati terpilih hasil pilkada serentak tahun 2020,
serta untuk menjaga kekosongan kepemimpinan di Kabupaten Dompu, pada tanggal 17
Februari 2021 sampai dengan 01 maret 2021, Drs. H. Muhibuddin, M.S, secara resmi
menjalankan tugas sebagai Pelaksana Harian (PLH) Bupati Dompu, melalui surat
perintah tugas Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 100/59/2021.
Hasil Pesta
Demokrasi Pilkada Kkabupaten Dompu, pada tanggal 9 Desember tahun 2020,
pasangan Bapak Kader Jaelani dan Bapak H. Syahrul Parsan, ST, MT., mendapat
kepercayaan dari masyarakat Dompu, untuk menjadi Bupati dan Wakil Bupati Dompu
periode 2021-2026, yang kemudian dilantik dan diambil sumpah oleh Gubernur
Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 26 Februari 2021.
Pada masa pemerintahan Bupati Dompu Drs. H. Umar Yusuf, pembahasan mengenai penetapan hari jadi dompu mulai digulirkan. Pada masa pemerintahan Bupati Dompu H. Abubakar Ahmad, SH (Periode Ppertama), penelusuran tentang Hari Jadi Dompu kembali dibahas oleh Tim dan DPRD Kabupaten Dompu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, serta bantuan dari salah seorang pakar sejarah nasional, kelahiran Dompu, yakni Prof. Dr. Helyus Syamsuddin, Ph.d, Guru Besar Sejarah pada IKIP Bandung, akhirnya Hari Jadi Dompu dapat disepakati, dan ditetapkan melalui Keputusan DPRD Kabupaten Dompu, yang selanjutnya dituangkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Dompu Nomor : 18 tanggal 19 Bulan Juni Tahun 2004, menetapkan Hari Jadi Dompu jatuh pada hari Selasa tanggal 11 April tahun 1815, atau bertepatan dengan 1 Jumadil Awal tahun 1230 Hijriah.
Penetapan hari Jdi Dompu yang jatuh pada tanggal 11 April 1815, dilatar belakangi oleh fenomena alam, yakni peristiwa meletusnya gunung tertinggi di Pulau Sumbawa yaitu Gunung Tambora pada tahun 1815. Sejarah mencatat, ketika Gunung Tambora, meletus dengan dahsyatnya tersebut, 3 (tiga) kerajaan di sekitar gunung tambora yakni Kerajaan Pekat, Sanggar dan Tambora, musnah.
Setelah sekian tahun berlalu, bekas Kerajaan Pekat dan Tambora, akhirnya bergabung menjadi satu dengan Kesultanan Dompu, sementara Kerajaan Sanggar bergabung dengan Wilayah Kesultanan Bima.
Sejak ditetapkannya tanggal 11 April sebagai Hari Jadi Dompu, maka selanjutnya setiap tanggal 11 April, pemerintah dan seluruh masyarakat Bumi Nggahi Rawi pahu, melaksanakan peringatan Hari Jadi Dompu, dengan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta serta bangga akan daerah, serta rasa syukur akan segala nikmat yang allah berikan, sehingga dengan rasa cinta yang dipenuhi syukur tersebut, daerah dan masyarakat Dompu tercinta ini, akan terus dalam lindungan dan naungan rahmat Allah SWT, menjadi Daerah yang Baldatun Thoyyibatun Warabbungafur. (Prokopim).
Pariwisata
Di Dompu terdapat beberapa objek wisata terkenal seperti Gunung Tambora, Pulau Satonda, Padang Savana Doroncanga, dan Pantai Lakey. Pantai Lakey sering dijadikan lokasi kompetisi surfing internasional sedangkan Padang Savana Doroncanga merupakan savana yang sangat unik sehingga membuat orang luar menjulukinya Africa van Sumbawa.
Dompu terkenal sebagai penghasil susu kuda liar dan madu. Selain itu Dompu saat ini Dompu juga dikenal sebagai daerah penghasil jagung dan sapi, dan kerbau yang dipasok untuk kebutuhan konsumsi maupun industri ke berbagai daerah. Dompu juga dikenal sebagai daerah yang kaya akan keragaman hayati maupun hewani seperti rusa Timor (maju ndere kala).
Kebudayaan
Budaya masyarakat Dompu sangat dekat dengan masyarakat Bima (Mbojo), demikian juga bahasanya. Bahasa yabg dituturkan penduduk Dompu sebenarnya memiliki variasi dialek yang berbeda dengan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Bima (Mbojo). Namun perbedaan dialek ini belum pernah diteliti sehingga sering kali dianggap sama dengan dialek masyarakat Bima. Misalnya: Jarimpi (Dompu) - Wide (Mbojo) : Bedhek Kajarasa (Dompu) - Nadu (Mbojo) : Bayam Kampaja (Dompu) - Panja (Mbojo) : Pepaya Kalanggo (Dompu) - Bue (Mbojo) : Kacang panjang Karoro (Dompu) - Kampi (Mbojo) : Karung Tune (Dompu) - Muja (Mbojo) : Dulang Dll
Tokoh Dompu
Tokoh yang berasal dari Dompu antara lain adalah Muhammad Feisal Tamin, Burhanuddin Magenda, dan beberapa lagi yang mempunyai tempat dalam pergulatan Nasional, bahkan internasional. Salah seorang gelandang Timnas Australia bernama Massimo Luongo, memiliki darah Dompu dari ibunya. Dompu juga merupakan daerah asal Syaikh Subuh bin Ismail, ayah dari Syaikh Abdul Ghani Bima Al-Jawi. Syaikh Abdul Ghani adalah guru dari Syaikh Nawawi Al-Bantani Al Jawi.
Dompu adalah salah satu daerah di Indonesia yang mengklaim asal usul dan makam Gajah Mada. Legenda tentang Gajah Mada sangat akrab di kalangan masyarakat asli Dompu bahkan sebuah makam di Kecamatan Hu'u dipercaya sebagai makam Gajah Mada. Namun legenda dan klaim ini sama sekali belum pernah diteliti oleh pihak luar.
Penduduk
Populasi penduduk asli Dompu berkurang drastis akibat letusan Gunung Tambora tahun 1815. Saat ini, sebagian besar penduduk Dompu adalah keturunan pendatang. Ada lebih dari separuh penduduk Dompu adalah migran dari Bima. Sehingga hal ini turut menentukan persepsi masyarakat dunia terhadap bahasa, budaya, dan sejarah Dompu.
Geografi
Geografi wilayah Kabupaten Dompu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keadaan kemiringan tanah dan ketinggian
Kemiringan tanah (lereng)
Berdasarkan data yang telah diklarifikasi dapat diketahui bahwa:
1. Lereng 0-2,5% (datar) seluas 42.950 ha atau 18,48%
2. Lereng 2,5-15% (landai) seluas 73.349 ha atau 31,55%
3. Lereng 15-40% (begelombang sampai dengan berbukit) seluas 87,911 ha atau 37,82%
4. Lereng di atas 40% (terjal) seluas 28.250 ha atau 12,15% masing-masing dari luas wilayah
Ketinggian
Ketinggian tempat dari permukaan air laut merupakan faktor yang perlu diperhatikan di dalam menilai fisik suatu wilayah/daerah terutama yang berhubungan dengan penyediaan sumber daya tanah. Bersumber pada perhitungan peta ketinggian Kabupaten Dompu pada skala 1:100.000, diperoleh data ketinggian sebagai berikut:
1. Ketinggian 0–100 m dpl seluas 7.705 ha (31,28%)
2. Ketinggian 100–500 m dpl seluas 107.815 ha (46,38%)
3. Ketinggian 500-1.000 m dpl seluas 34.150 ha (14,69%)
4. Ketinggian di atas 1.000 m dpl seluas 17.790 ha (7,65%)
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa wilayah Kabupaten Dompu terbesar berada pada ketinggian 100–500 m dpl, menyebar pada masing-masing kecamatan.
Iklim
Kabupaten Dompu termasuk daerah yang beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan musim hujan rata-rata bulan November sampai April setiap tahun, mempunyai tipe iklim D, E dan F (menurut Ferguson dan Smith). Pada musim kemarau, suhu udara relatif rendah (20 °C - 30 °C) pada siang hari dan di bawah 20 °C pada malam hari. Curah hujan di wilayah Kabupaten Dompu berkisar antara 900–1.400 mm per tahun dengan dengan jumlah hari hujan berkisar pada 60–120 hari hujan per tahun.
Air Tanah
Air cukup tersedia di Kabupaten Dompu. Persediaan air cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk kebutuhan pengairan bagi daerah pertanian. Di Kabupaten Dompu terdapat 19 buah sungai besar dengan debit yang bervariasi. Pada musim hujan sering terjadi kebanjiran yang kadang-kadang merusak tanaman pertanian ataupun pemukiman penduduk. Selanjutnya disamping 19 buah sungai besar tersebut masih ada beberapa buah sungai kecil serta mata air yang berair sepanjang tahun sebagai sumber penghidupan masyarakat.
Geologi
Berdasarkan peta Geologi Pulau Sumbawa keadaan geologi di Kabupaten Dompu adalah sebagai berikut:
1. Endapan permukaan, menyebar diseluruh wilayah kecamatan dengan luas areal 11.602 ha atau 5% dari luas wilayah. Endapan permukaan terdiri dari kerikil, pasir dan lempung.
2. Batuan gunung api, terdiri dari gunung api muda, hasil gunung api tua dan lebih tua. Tersebar di wilayah Kecamatan Pekat, Kecamatan Kempo dan Kecamatan Dompu bagian timur. Luas areal 113.557 ha atau 48,85% dari luas wilayah Kabupaten Dompu.
3. Batuan endapan, lempung tufan, tersebar di wilayah Kecamatan Pekat dengan luas areal penyebaran 1.562,5 ha.
Jenis tanah
Jenis tanah dijadikan sebagai dasar pemanfaatan tanah, terutama untuk menentukan jenis tanaman yang cocok sesuai dengan jenis tanahnya dan juga menentukan sifat fisik, yaitu kepekatan terdapat erosi sehingga sangat penting dalam menentukan fungsi lindung.
Berdasarkan peta Provinsi Nusa Tenggara Barat diperoleh data bahwa jenis tanah yang ada di Kabupaten Dompu antara lain kompleks litosal mediteran coklat, kompleks renzina dan litosal dengan luas areal 63.460 ha.
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar