KABUPATEN ROTE NDAO
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Orientasi
Kabupaten Rote Ndao adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di beranda
terselatan Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Baa. Kabupaten in memiliki luas wilayah
1.280,10 km² dan berpenduduk sebanyak 165.807 jiwa (2020). Kabupaten
Rote Ndao merupakan kabupaten sekaligus wilayah paling selatan di Indonesia, bahkan benua Asia secara keseluruhan.
Kabupaten ini memiliki 107 pulau kecil dan enam di antaranya merupakan pulau-pulau yang berpenghuni. Wilayah utama kabupaten ini terdapat di pulau Rote, sebagai pulau yang paling besar di antara 107 pulau yang termasuk wilayah administratif kabupaten Rote Ndao. Enam pulau kecil lain yang berpenghuni adalah pulau Usu, Ndana, Ndao, Landu, Nuse, Do’o.
Sejarah
Wilayah Rote Ndao semula adalah bagian dari Wilayah Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang yang dibentuk berdasarkan Undang - Undang Nomor 69 Tahun 1958. Wilayah Rote Ndao terdiri dari 3 wilayah pemerintahan kecamatan yaitu Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Rote Tengah dan Kecamatan Rote Barat. Selanjutnya setelah berjalan 4 tahun lamanya, maka terjadilah pemekaran wilayah di Rote Ndao menjadi 8 kecamatan sehubungan dengan adanya keinginan masyarakat untuk membentuk Kabupaten Otonom bagi Rote Ndao.
Namun karena situasi keuangan Negara yang tidak memungkinkan sehingga pembentukan Kabupaten Otonom Rote Ndao belum dapat dilakukan. Untuk itu, pada tahun 1968 Gubernur Nusa Tenggara Timur mengeluarkan keputusan agar wilayah Rote Ndao dibentuk sebagai Wilayah Koordinator Schap dalam wilayah hukum Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang dan menunjuk D.C. Saudale, sebagai Bupati.
Pada tahun 1979 terjadi perubahan status Wilayah Koordinator Schap Rote Ndao menjadi wilayah pembantu Bupati Kupang untuk Rote Ndao. Setelah tujuh kali berganti periode kepemimpinan maka dalam tahun 2000 timbul keinginan kuat dari masyarakat, baik yang berada di wilayah Rote Ndao maupun dukungan dari orang Rote yang berada di Kupang dan di Jakarta mengusulkan agar Wilayah Pemerintahan Pembantu Bupati Rote Ndao ditingkatkan menjadi Kabupaten definitif.
Usulan tersebut didukung dengan adanya pernyataan sikap dari 300 tokoh masyarakat, tokoh adat yang mewakili masyarakat dari 19 Nusak, kepada pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Dalam Negeri, melalui Pemerintah Kabupaten Kupang (sebagai Kabupaten Induk). Atas dasar usulan tersebut maka setelah melalui pengkajian dan mekanisme pembahasan sesuai Peraturan Perundang - undangan yang berlaku maka pada tanggal 10 April 2002 oleh Pemerintah Pusat dan DPR - RI menetapkan Undang - Undang Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Christian Nehemia Dillak, SH sebagain Bupati Rote Ndao.
Sejarah Kabupaten Rote Ndao
Kabupaten Rote Ndao adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia, terutama terdiri dari pulau Rote , terletak di barat daya ujung barat Timor Barat, bersama dengan pulau-pulau kecil lepas pantai termasuk Ndao. Kursi kabupaten berada di desa Ba'a (atau Baadale), yang terletak di Distrik Lobalain. Jumlah penduduk Kabupaten ini adalah 119.908 pada sensus 2010 dan 143.764 pada Sensus 2020.
Sejarah
Didirikan pada tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang ( Undang-Undang ) RI No.9 tanggal 10 April 2002, sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Kupang .
Pada tahun 1962, itu dibagi menjadi 4 distrik; Rote Barat, Timur, Selatan, dan Tengah. Kemudian pada tahun 1967 dimekarkan menjadi 8 kecamatan untuk memenuhi syarat menjadi kabupaten yang merdeka. Cita-cita ini akhirnya terwujud pada tahun 2002 setelah pemerintah pusat ditekan oleh sekitar 300 tokoh budaya dari 19 daerah adat di daerah tersebut.
Infrastruktur
Terdapat 542.48 kilometer jalan di kabupaten ini, di mana 314.745 kilometer telah diaspal pada tahun 2020. Kabupaten ini dilayani oleh Bandara David Constantijn Saudale dengan 1.200 meter landasan pacu tunggal, terletak sekitar 7 kilometer dari kursi kabupaten.
Ada empat pelabuhan di kabupaten tersebut, yang terbesar dan tersibuk adalah Pelabuhan Ba'a, yang menangani 55% lalu lintas kapal di kawasan itu pada 2019. Pelabuhan Ba'a juga terhubung dengan rute program tol laut Presiden Joko Widodo TL13 yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan dan ekonomi antar daerah terpencil. Pemerintah Indonesia juga membangun fasilitas laboratorium dan karantina di pelabuhan pada tahun 2019 sebagai bagian dari perluasan pelabuhan secara besar-besaran.
Kabupaten ini memiliki satu rumah sakit daerah milik pemerintah kabupaten, selain 12 puskesmas , 381 puskesmas, 14 rumah bersalin, dan empat apotek. Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Daerah Ba'a terletak di kursi kabupaten. Ini diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas D oleh Kementerian Kesehatan Indonesia . Sarana pendidikan di kabupaten ini terdiri dari 65 TK, 145 SD, 53 SMP, 10 SMA, 5 SMK, dan satu SLB . Ada juga satu perguruan tinggi yaitu Universitas Nusa Lontar Rote .
Tepatnya ada 456 gereja Protestan , 13 gereja Katolik , 11 masjid, dan satu candi Hindu .Pada tahun 2020, sebagian besar kabupaten memiliki akses ke layanan internet 4G dan layanan telekomunikasi lainnya. Satu-satunya penyedia layanan serat optik di kabupaten ini adalah IndiHome , yang merupakan milik negara di bawah Telkomsel .
Ekonomi
Kegiatan ekonomi utama di wilayah tersebut pada tahun 2019 adalah pertanian. Ada 22.684 ha sawah di kabupaten ini. 50,36% tenaga kerja kabupaten bekerja di sektor pertanian dan berkontribusi 47,12% terhadap perekonomian kabupaten. Komoditi penting lainnya adalah bawang merah , yang pada tahun 2019 dihasilkan oleh kabupaten 34.257 kwintal. Komoditas lain seperti kelapa dan jambu biji juga ada yang diproduksi kabupaten 3.445 ton dan rangkap 45 ton. Sektor pertambangan dan energi berkontribusi sekitar 12% terhadap perekonomian kabupaten pada 2019. Industri pengolahan makanan juga telah hadir di wilayah ini dan mempekerjakan sekitar 5.000 pekerja pada 2019.
Pariwisata adalah sektor kecil namun berkembang di kabupaten ini. Terdapat 21 homestay dan 33 hotel dengan kualitas pelayanan yang berbeda-beda di kabupaten tersebut hingga 2019. Pada tahun yang sama, kabupaten ini dikunjungi tepat 4.988 wisatawan, yang lebih dari separuhnya berasal dari luar negeri. Ini merupakan peningkatan dari tahun 2018, di mana kabupaten ini melihat 3.861 wisatawan berkunjung ke wilayah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,23%, sedikit menurun dari tahun sebelumnya sebesar 5,42%. Sektor yang tumbuh paling cepat adalah gas alam dan energi dengan kenaikan 18% pada tahun yang sama. Pada saat yang sama, tingkat pengangguran adalah 2,03%.
Geografi
Kabupaten ini dikelilingi perairan, berbatasan dengan Laut Sawu di utara, Samudera Hindia di selatan dan barat, serta Selat Pukuafu di timur. Terdiri dari 107 pulau, 8 di antaranya berpenghuni dan 99 tidak berpenghuni. Topografinya bervariasi dari datar membentuk 35% wilayahnya hingga perbukitan sekitar 25%, dari 0 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Sekitar 60% wilayahnya berada di ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.
Administrasi
Kabupaten ini semula terdiri dari enam kecamatan ( kecamatan ), namun kemudian mengalami reorganisasi menjadi delapan kecamatan, dan pada tahun 2012 menjadi sepuluh kecamatan. Wilayah mereka (dalam km 2 ) dan populasi Sensus 2010 dan 2020 mereka tercantum di bawah ini. Tabel tersebut juga mencakup lokasi pusat pemerintahan kabupaten, jumlah desa ( desa dan kelurahan ) di setiap kabupaten, dan kode posnya.
Kilas Sejarah: Awalnya Rote dan Sabu Mau Digabung jadi Satu Kabupaten
Kupang, RNC – Tak banyak yang mengetahui sejarah perjalanan Rote Ndao menjadi sebuah daerah otonom. Perjuangan Rote Ndao menjadi kabupaten sebetulnya sudah ada sejak tahun 1958 saat pembentukan Provinsi NTT.
Dilansir dari
berbagai sumber, salah satu tokoh pembentukan Kabupaten Rote Ndao yang juga
sebagai Sekretaris Panitia Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Jakarta, Soudi
Lian mengisahkan sejarah perjalanan Rote Ndao menjadi kabupaten.
Menurutnya, selama ini banyak pihak, termasuk Pemda Rote Ndao, salah kaprah soal hari lahir Rote Ndao sebagai kabupaten. Perayaan HUT selalu dilakukan pada tanggal 2 Juli. Namun, sesuai fakta, hari lahir Kabupaten Rote Ndao adalah 10 April yakni pada saat pengesahan UU Nomor 9 tahun 2002 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Rote Ndao.
Soudi menjelaskan, pada tahun 1958 ada kesempatan emas bagi Sabu Raijua dan Rote Ndao untuk menjadi satu kabupaten. Namun, tidak terlaksana lantaran ada pro dan kontra soal ibu kota apakah di Ba’a (Rote) atau Seba (Sabu).
Karena tak menemui kata sepakat, akhirnya Rote Ndao dan Sabu Raijua diputuskan bergabung dengan Kabupaten Kupang. Rote Ndao saat itu diberi status Wilayah Pembantu Bupati Kupang sama dengan Lembata yang saat itu menjadi Wilayah Pembantu Bupati Flores Timur.
Selama 39 tahun lamanya, masyatakat Rote Ndao tidak putus asa. Dan ketika Lembata resmi disahkan menjadi kabupaten, perjuangan untuk menjadikan Rote Ndao sebagai kabupaten pun lebih keras. Lebih berkobar dengan hebat.
“Saya teringat
malam hari tanggal 7 Oktober 1997, tepat hari pernikahan adik bungsu saya,
Carly Lian di rumah pak Frans Taek di Ba’a. Saat itu, Pak Benyamin Mesakh
memberi kata-kata nasihatnya sebagai orang tua,” beber Soudi.
Usai ramah-tamah itu, Benyamin Mesakh kemudian menarik Soudi Lian ke pojok tenda dan meminta dengan serius agar ia membantu memperjuangkan aspirasi masyarakat untuk pembentukan Kabupaten Rote Ndao.
“Saat itu saya bagi tugas. Saya meminta pak Pembantu Bupati kumpulkan tanda tangan para tokoh masyarakat sebagai lampiran dokumen permohonan pembentukan Kabupaten Rote Ndao kepada pemerintah pusat, dengan tembusan kepada Bupati Kupang dan Gubernur NTT,” jelasnya.
Setelah itu, Soudi dan keluarga kemudian balik ke Kupang. Di sana Soudi kemudian bertemu dua tokoh penting asal NTT, yakni Th. Hermanus saat itu menjabat Sekda NTT dan Melkianus Adoe yang menjabat sebagai Ketua DPRD NTT.
Menurut Soudi, kedua tokoh tersebut sepakat dan kembali menganjurkan agar dibentuk Panitia Pembentukan Kabupaten Rote Ndao di Rote, Kupang dan Jakarta. Mell Adoe saat itu membentuk panitia di Kupang, sementara Soudi membentuk panitia di Jakarta.
Dalam waktu singkat, terbentuklah susunan panitia. Di Rote diketuai oleh Hakim S. Panie, dan Sekretaris M. L. Henukh dan Bendahara S. Henukh. Di Kupang diketuai Mell Adoe, Sekretaris Asiel Soruh dan Bendahara Markus Ndun.
Dilansir dari ERSU Youtube Channel, Panitia Jakarta diketuai oleh Mayor Jenderal Benyamin Balukh yang saat itu menjabat sebagai Ketua Komisi V DPR RI, Sekretaris Soudi Lian yang saat itu sedang menempuh pendidikan pascasarjana di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta dan Bendahara E.C.W. Neloe.
Para sesepuh Rote yang lain duduk sebagai penasehat di antaranya; JN Manafe (Anggota DPR RI), Anton Adi (mantan Bupati Kupang), Agus Tupu dan Yusuf Meruk (pengusaha), kemudian Dokter Pelokilla dan Dr. Mboeik, rohaniwan Petrus Oktavianus, David Fanggidae dan Alfaris Lian, serta Ir. Saudale.
Dari luar negeri pun tak mau kalah dan ikut bergabung dalam perjuangan tersebut, yakni Adrianus Mooy mantan Gubernur BI dari Thailand dan pengusaha muda Yes Pella.
“Saya juga singgah di Surabaya bentuk panitia perjuangan Kabupaten Rote Ndao di Surabaya, ketuanya Pak Dethan, dulu menjabat Kepala Agraria Kabupaten Kupang. Ini disambut baik oleh diaspora orang Rote di Surabaya dan malamnya saya tembak langsung Jakarta,” cerita Soudi.
Selain itu, dibentuk pula Tim Penyusun Draf Proposal Usulan Pembentukan Kabupaten Rote Ndao terdiri dari para pegawai yang sedang mengikuti tugas belajar dari NTT di Program S2 di IIP. Mereka adalah Domi Bandi yang sekarang pejabat di Bappeda Sumba Timur, El Ndun Kepala Dinas PPMD Nagekeo, Ren Dano, camat di Kabupaten Kupang, dan Lery Rupidara Kepala Biro di Kantor Gubernur NTT.
Para sesepuh Rote Ndao yang lainnya duduk sebagai penasihat, seperti JN Manafe, Anton Adi, Agus Tupu Yusuf Meruk, Dr. Pelokilla dan dr. Mboeik, rohaniwan Petrus Oktavianus, David Fanggidae, Alfaris Lian, Ir. Saudale, Adrianus Mooy dan Yes Pella.
“Ada juga putra NTT yang bukan orang Rote, tapi ikut berjuang di antaranya Khris Praing dari Sumba Timur, Imanuel Ani dan Beny Ngalu pejabat di Pemda Belu,” kata Lian.
Selain para tokoh dan sesepuh, ada juga generasi muda yang ikut mendukung panitia antara lain Sofie Nggebu, Pace Djo, Chemsye Lian, Yep Ndolu, Esa Nggebu, Jhoni Pena, Yos Nggebu, Yani Nggebu, John Seme, Yos Sanu, Alfred Messah dan lainnya.
Menurut Soudi, meskipun panitia sudah terbentuk saat itu, tapi pecahnya gelombang demonstrasi reformasi di tahun 1998 membuat perjuangan ini senyap sementara. Setelah mereda pada masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati, perjuangan dilanjutkan kembali.
“Tadinya rapat-rapat perjuangan berlangsung di petakan Betawi, tempat kos saya. Setelah itu mulai berpindah dari hotel dan gedung karena para sesepuh turun tangan,” ungkapnya.
Dalam masa perjuangan itu, tak jarang mereka yang tergabung sebagai panitia harus urunan untuk membeli makanan. Selain itu, untuk akses, mobilisasi menggunakan mobil sumbangan dari Yes Pella, Sofie Nggebu dan John Seme, serta sepeda motor vespa tua milik Soudi. Terkadang juga harus makan di pinggir jalan.
“Setelah sesepuh turun tangan, sudah bisa makan di restoran, kendaraan untuk operasional juga bertambah lewat sumbangan para sesepuh. Saat itu sudah bisa naik mobil Volvo dan Marcedes Bens milik Agus Tupu dan Yusuf Merukh. Ya, memang Tuhan sungguh baik saat itu,” kata Soudi. Pada saat yang sama, Bupati Kupang waktu itu, Ibrahim Agustinus Medah yang akrab dipanggil Iban Medah adalah seorang politisi senior yang brilian dan sangat matang. Ia begitu hati-hati dan sama sekali tidak gegabah sedikit pun dalam merespon api perjuangan.
“Bahkan untuk
memastikan bahwa perjuangan ini serius, beliau (Ibrahim Medah) dengan piawai
melempar pertanyaan menggelitik di media
“apakah orang yang berjuang untuk Rote jadi kabupaten ini tidak sedang mabuk?”
ungkap Lian menirukan pernyataan Ibrahim Medah.
Sontak saja, pernyataan Iban Medah yang cerdas itu membuat semua pejuang kebakaran jenggot. Marah, kecewa, panik, frustrasi, semua campur aduk menjadi satu. Keadaan menjadi genting saat itu. Betapa tidak, karena semua sadar sehebat apapun nyala api perjuangan di Rote, Kupang dan Jakarta, akan menemui kehampaan kalau syarat prinsip rekomendasi dukungan dan Legal Proposal usulan pembentukkan Kabupaten Rote Ndao tidak ditandatangani oleh Bupati Kupang Iban Medah dan Ketua DPRD Kabupaten Kupang saat itu, Ruben Funay.
Panitia Jakarta kembali menggelar rapat di Hotel Kemang. Ketua Panitia Jakarta Mayjen Benyamin Balukh didampingi Ren Dano diutus berangkat ke Kupang untuk menjelaskan kepada Iban Medah bahwa panitia Jakarta sudah siap untuk mendukung perjuangan pembentukan Kabupaten Rote Ndao.
“Puji Tuhan Iban Medah akhirnya yakin bahwa perjuangan ini serius bertepatan dengan momentum merebaknya semangat Otonomi Daerah di seluruh nusantara,” ucap Soudi. Usai pertemuan itu, Bupati Iban Medah bergerak cepat didukung sepenuhnya oleh seluruh Anggota DPRD Kabupaten Kupang, Sekretaris Daerah, Kepala Badan dan Dinas terkait bahu membahu memenuhi segala persyaratan yang dibutuhkan. “Saya merapat ke Kupang bertemu Kabag Pemerintahan Kabupaten Kupang, Sony Said untuk pemaduan data sehingga draf proposal usulan bisa tersusun rapi,” kata Soudi.
Namun, saat disampaikan ke pusat, proposal tersebut tersendat cukup lama di Kementerian Otonomi Daerah, karena saat itu mulai diberlakukan PP Nomor 129 tentang syarat-syarat pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan kabupaten. “Saya menghadap Menteri Otonomi Daerah Ryas Rasyid di Kantor Kebon Sirih meminta nasehat dan beliau menyerahkan foto copy dokumen PP 129 Tahun 2000 tersebut sambil menasihati supaya segera berangkat ke Kupang dan kerja cepat menyiapkan seluruh persyaratan yang ditetapkan dalam PP yang baru itu,” katanya.
Saat itu juga, Soudi Lian langsung menelepon Bupati Iban Medah yang sedang berada di Surabaya mendampingi ibu Ance Medah Amalo yang sedang menderita sakit. Medah kemudian menyarankan Soudi Lian untuk ikut ke Surabaya, sementara para pejabat terkait Kabupaten Kupang diarahkan ke Surabaya untuk menyelesaikan penyusunan Legal Proposal. Tetapi, saat itu Soudi Lian menolak dengan alasan bahwa kriteria yang dipersyarakan untuk menyusun proposal membutuhkan data otentik dan perhitungan statistik, sehingga menurut Soudi, lebih efektif kalau dirinya turun langsung ke Kantor Bupati Kupang.
“Selain itu, saya harus meminta tanda tangan rekomendasi Gubernur NTT Pak Piet A. Tallo dan Ketua DPRD NTT, Pak Dan Woda Pale, serta Ketua DPRD Kabupaten Kupang Pak Ruben Funay,” jelasnya. Tiba di Kantor Bupati Kupang, Soudi Lian bertemu Sekda Barnabas nDjurumana, Asisten Christian Nehemia Dillak, Kepala Badan Statistik Kupang, serta Kepala Bagian Pemerintahan yang baru saja menggantikan Sony Said yaitu Muhamad Idin, mantan Camat Rote Timur.
Diceritakan Soudi Lian, dalam waktu dua hari seluruh dokumen selesai. Dia pun langsung ke Kantor Gubernur didampingi Mell Adoe. Tak sampai satu jam, rekomendasi sudah ditandatangani oleh Gubernur dan Ketua DPRD Provinsi NTT. “Minggu pagi saya mampir di rumah Ketua DPRD Kabupaten Kupang Pak Ruben Funay untuk minta tanda tangan beliau. Saya kemudian pamit dengan kalungan selimut Timor yang manis dari ibu Funay,” ungkap Lian.
Sehabis ibadah Minggu sore di Kupang, Soudi Lian langsung terbang ke Surabaya bertemu Bupati Iban Medah untuk menandatangani seluruh dokumen tersebut. Tepat pukul 11 malam Soudi kemudian pamit dan langsung menuju bandara. Keesokan harinya, seluruh dokumen pembentukan Kabupaten Rote Ndao langsung diserahkan oleh Soudi Lian ke tangan Menteri Otonomi Daerah Ryaas Rasyid. Hubungan emosional Soudi dan Ryaas cukup mendalam. Ketika Ryaas menjadi Rektor IIP, Soudi adalah Ketua Senat Mahasiswa. Tidak sebatas itu, Ryaas juga menjadi pembimbing dan promotor sejak Soudi di Program S1 dan Magister Institut Ilmu Politik Jakarta. Bahkan keduanya banyak terlibat dalam diskusi baik formal maupun informal.
“Saya gugah hatinya. Saya bilang hadiah sepanjang masa yang saya minta dari bapak adalah persembahkanlah kepada kaum keluarga di tempat kampung kelahiran saya sebuah kabupaten yaitu Kabupaten Rote Ndao sebagai pagar selatan nusantara,” ujar Soudi. Dalam waktu relatif singkat, dokumen usulan Kabupaten Rote Ndao sudah sampai di Senayan, tepatnya di Komisi II DPR RI yang diketuai oleh Ferry Mursydan Baldan. Untuk menguji kelayakan proposal, dibentuklah Dewan Pakar yang direkrut dari para guru besar perguruan tinggi dan berhimpun di Hotel Wisata Kebun Kacang, Jakarta Pusat.
Menurut Soudi, saat itu Bupati Kupang Ibrahim Agustinus Medah tampil begitu prima dan dengan kecerdasan yang tidak biasa. Medah mempertahankan poposal pembentukan Kabupaten Rote Ndao di hadapan Dewan Pakar. Hasilnya, dalam sidang yang dipimpin oleh Guritno di Ruang Sidang DPR RI Senayan Jakarta pada tanggal 10 April 2002, palu pun diketuk. Rote Ndao resmi menjadi kabupaten.
Hari itu, tanggal 10 April 2002, seluruh pejuang dari panitia Rote, Kupang dan Jakarta serta masyarakat perantauan Rote Ndao se-Jabodetabek bersama Bupati Kupang dan para sesepuh merayakan hari sukacita dengan ibadah syukur di Hotel Kemang. Sofie Nggebu selaku Ketua Yayasan Putri Mata Air mengemas acara syukuran tersebut dengan nuansa adat budaya Rote. Sementara Firman Tuhan disampaikan oleh Pdt. Jans Jeferson. Bupati Iban Medah menyampaikan pidato yang disambut dengan tepuk tangan gemuruh.
Terbitlah Undang-undang Nomor 9 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002 yang ditandatangani langsung oleh Presiden RI saat itu Megawati Soekarno Putri dan dinyatakan berlaku pada saat yang sama. “Ketika saya dan El Ndun menjemput dokumen resmi Undang-undang No. 9 Tahun 2002 itu di Sekretariat Perundang-undangan 2, Sekretariat Negara Medan Merdeka Utara, tangan kami gemetar mencium dokumen bersejarah itu sambil meneteskan air mata,” kata Soudi.
Tanggal 10 April 2002
Melihat fakta selama ini bahwa hari ulang tahun Kabupaten Rote Ndao dirayakan pada 2 Juli, menurut Soudi adalah sangat keliru. Tanggal 2 Juli sebenarnya merupakan tanggal dimana Asisten II Setda Kabupaten Kupang, Christian Nehemia Dillak dilantik sebagai Penjabat Bupati Rote Ndao.
“Tanggal 2 Juli
2002 itu Gubernur Piet Tallo dan para pejabat provinsi, Bupati Iban Medah dan
pejabat kabupaten hadir. Panitia Kupang dan orang Rote di Kupang turun secara
beramai-ramai,” ungkap Soudi. Dari panitia Jakarta, jelas Soudi, dirinya
bersama Agus Tupu, Yes Pella, Sofie Nggebu, Lerry Rupidara, Yos Rote, Obbie
Messakh ikut hadir di Ba’a. Dan untuk pertama kalinya pesta semeriah itu
digelar di Rote.
Kerena itu, dalam berbagai kesempatan, Soudi selalu mengatakan untuk sepatutnya meluruskan kembali cerita sejarah terbentuknya Kabupaten Rote Ndao yang sesungguhnya.
“Apa susahnya
kalau perayaan hari ulang tahun pembentukan Kabupaten Rote Ndao diselenggarakan
pada tanggal 10 April,” kata Soudi.
Geografi
Secara geografis, Kabupaten Rote Ndao terletak pada 10°25'52"–11°00'27" Lintang Selatan dan 122°38'33"–123°26'29" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Rote Ndao terdiri dari 107 pulau meliputi Pulau Rote sebagai pulau utamanya serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.280,10 km² dan berada di ketinggian antara 0-444 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dengan titik tertinggi di Bukit Musaklain (444 mdpl) di selatan Pulau Rote. Seluruh wilayahnya dibatasi oleh perairan meliputi Selat Rote, Laut Sawu, Laut Timor dan Samudra Hindia. Sungai-sungai besar yang ada di Kabupaten Rote Ndao antara lain Sungai Kuli dan Sungai Batulilok.
Batas wilayah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Topografi
Wilayah Kabupaten Rote Ndao memiliki topografi yang relatif datar, berombak, sampai bergelombang. Sebagian besar topografi merupakan daratan, berbukit bukit dengan tingkat kemiringan rata-rata mencapai 45° dengan ketinggian dari permukaan laut (dpl) 0–500 meter. Proporsi dataran tinggi terluas di Kabupaten Rote Ndao terdapat di kecamatan Rote Timur, Rote Tengah, Rote Selatan dan Pantai Baru, kecamatan-kecamatan ini adalah kecamatan-kecamatan yang berdampingan. Keseluruhan topografi pulau Rote melandai dari arah timur ke barat. Sedangkan kecamatan Rote Tengah, Rote Selatan, Pantai Baru dan Rote Timur juga mempunyai bagian wilayah yang rendah dengan ketinggian berkisar 0-7 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dataran rendah yang paling luas terletak di wilayah kecamatan Rote Tengah, Rote Selatan, Pantai Baru, dan Rote Timur mengarah sepanjang pesisir pantai Utara ke bagian tengah wilayah.
Kemiringan lahan di wilayah pulau Rote, khususnya kecamatan Rote Barat dan Rote Timur lebih landai dari kecamatan lainnya di pulau Rote. Lereng dengan kemiringan lebih dari 40% hanya terdapat di kecamatan Rote Timur sebesar 0,33% dari luas wilayahnya, Kecamatan Pantai Baru 47,74% dari luas wilayahnya kemiringannya 2–15%, 38% berkemiringan 15-40%, sedangkan 11,70% dari luas wilayahnya berkemiringan 0–2%. Kecamatan Rote Tengah merupakan daerah yang berbukit-bukit dan bergunung, dilihat dari kemiringan lahan 15% sampai 40% luas lahannya 49,3 % dari luas lahan secara keseluruhan di kabupaten Rote Ndao. Dan dari luas lahan yang memiliki kemiringan >40% terdapat di Kecamatan Rote Tengah dengan persentase luas 70% dari luas wilayah secara keseluruhan.
Hidrologi
Potensi hidrologi kabupaten Rote Ndao relatif terbatas. Sumber mata air yang ada pada umumnya berasal dari perbukitan dengan debit air menurun pada musim kemarau sehingga kebutuhan air pada musim kemarau merupakan kendala untuk wilayah ini. Jumlah sungai yang berair sepanjang tahun hanya berjumlah 12 buah. Sungai terbesar adalah Sungai Menggelama, dengan panjang sungai 32 km. Sementara jumlah danau yang berair sepanjang tahun ada 6 (enam) buah, dengan total volume 7 (tujuh) juta meter kubik (m³). Selain air permukaan, potensi air tanah juga sudah diidentifikasi. Pada tahun 2005, terdapat 30 unit sumur bor sudah dibangun di Kabupaten Rote Ndao, dengan debit bervariasi antara 0,90 dan 343,38 L/detik, dan kedalaman bervariasi antara 2,8 dan 28,4 meter.
Iklim
Wilayah Kabupaten Rote Ndao mempunyai iklim yang serupa dengan sebagian besar kabupaten & kota lain di provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu beriklim sabana tropis (Aw) yang kering. Seperti wilayah beriklim tropis lainnya, wilayah kabupaten ini memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Oleh karena jenis iklim yang kering, Musim penghujan berlangsung singkat dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung sangat panjang dari bulan April hingga pekan-pekan pertama bulan November setiap tahunnya. Rata-rata curah hujan per tahun di kabupaten ini adalah 800–1600 milimeter dan jumlah hari hujan berkisar antara 70 hingga 130 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah kabupaten ini berkisar antara 20°–34 °C dengan tingkat kelembapan di wilayah ini berkisar antara 60% sampai dengan 88%.
Pemerintahan
Adapun para pejabat yang memimpin di Rote Ndao dari masa ke masa saat masih bergabung di Kabupaten induk, Kabupaten Kupang, dengan nomenklatur Koordinatorschap Rote Ndao, Pembantu Bupati Wilayah Rote Ndao maupun Bupati Rote Ndao adalah sebagai berikut:
Periode Koordinatorschap Rote Ndao
No. |
Nama |
Mulai Jabatan |
Akhir Jabatan |
Keterangan |
Wakil Bupati |
1. |
D. C. Saudale, BA |
1969 |
1974 |
- |
|
2. |
Drs. R.A.D Chandra Hasyim |
1974 |
1976 |
- |
|
1. |
Drs. Th. M. Hermanus |
1976 |
1983 |
- |
|
2. |
Drs. G. Bait |
1983 |
1988 |
- |
|
3. |
Drs. Ruben Izaac |
1988 |
1994 |
- |
|
4. |
Benyamin Messakh, BA |
1994 |
2001 |
- |
|
- |
Christian Nehemia Dillak, SH |
Juli 2002 |
Agustus 2003 |
Penjabat Bupati |
- |
- |
Piet A. Tallo |
Agustus 2003 |
Desember 2003 |
Penjabat Bupati |
- |
1. |
Christian Nehemia Dillak, SH |
2003 |
2008 |
Bupati dan Wakil Bupati Definitif Pertama |
Bernad E. Pelle, S.IP |
2. |
Drs. Leonard Haning, MM |
2009 |
2014 |
Drs. Marthen Luther Saek |
|
2014 |
14 Februari 2019 |
Jonas Cornelius Lun, S.Pd |
|||
3. |
Paulina Haning-Bullu, SE |
14 Februari 2019 |
14 Februari 2024 |
Stefanus M. Saek, SE, M.Si |
Dewan Perwakilan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Rote Ndao
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Rote Ndao dalam dua periode terakhir.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Rote Ndao merupakan lembaga legislatif unikameral yang menjadi mitra kerja Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. DPRD Rote Ndao memiliki 25 anggota yang tersebar dalam 10 partai politik, dengan perolehan suara mayoritas diraih oleh Partai NasDem.
Pimpinan DPRD Kabupaten Rote Ndao terdiri atas satu orang ketua dan dua orang wakil ketua yang berasal dari partai politik yang memiliki suara terbanyak di dewan. Untuk periode 2019–2024, jabatan ketua diisi oleh Alfred Saudila dari Partai NasDem. Dua orang wakil ketua, masing-masing ialah Yosia A. Lau dari Partai Golongan Karya dan Paulus Henuk dari Partai Persatuan Indonesia.
Pulau-Pulau
Kabupaten Rote Ndao memiliki luas wilayah 1280,10 km². Dari 96 pulau yang ada di Kabupaten Rote Ndao, hanya 6 pulau yang berpenghuni, yaitu:
1. Pulau Rote dengan luas 97.854 Ha;
2. Pulau Usu dengan luas 1.940 Ha;
3. Pulau Nuse dengan luas 566 Ha;
4. Pulau Ndao dengan luas 863 Ha;
5. Pulau Landu dengan luas 643 Ha;
6. Pulau Do'o dengan luas 192 Ha;
7. Pulau Pamana dengan luas 1.419 Ha, juga disebut "Dana", "Dona" atau "Ndana", merupakan pulau terluar paling selatan dalam wilayah Indonesia serta benua Asia secara keseluruhan.
Demografi
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2013 tercatat sebanyak 147.781 jiwa terdiri dari 75.292 jiwa Laki-laki dan 72.486 jiwa Perempuan, mengalami pertumbuhan sebesar 3,99% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 26.107 rumah tangga. Kepadatan penduduk Kabupaten Rote Ndao sebesar sekitar 100 jiwa/km², dengan Kecamatan Ndao Nuse merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 268 jiwa/km² dan Kecamatan Rote Tengah merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 61 jiwa/km². Penduduknya berasal dari Suku Rote dan berbahasa sehari-hari menggunakan Bahasa Rote.
Agama
Pada tahun 2020, penduduk kabupaten ini berjumlah 165.608 jiwa dengan sebagian besar penduduk Kabupaten Rote Ndao menganut agama Kekristenan yakni 94,59% dimana mayoritas Protestan yakni 92,86% dan Katolik 1,73%. Kemudian sebagian lagi memeluk agama Islam yakni 5,38% dan sebagian kecil memeluk agama Hindu yakni 0,02% dan lainnya 0,01%. Mata pencaharian penduduk umumnya berladang, beternak, berdagang, nelayan, menyadap nira, pengrajin kerajinan lontar, dan sebagian lainnya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pariwisata
Tempat Wisata :
1. Pantai Nembrala
2. Pantai Bo'a
3. Pantai Oeseli
4. Pantai Tolanamon
5. Pantai Mulut Seribu
6. Pantai Laviti
7. Danau Laut Mati
8. Bukit Manda'o
9. Pemandian Mata Air Oemau
10. Pemandian Oesamboka - Lelain
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar