KABUPATEN SIKKA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Orientasi
Kabupaten Sikka adalah sebuah kabupaten yang
terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten Sikka adalah Maumere.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sikka tahun 2021, penduduk kabupaten ini pada berjumlah
321.953 jiwa (2020) dengan kepadatan 186 jiwa/km².
Sejarah
Dahulu Kabupaten Sikka merupakan sebuah Onderafdeling dan kemudian menjadi Swapraja yang dipimpin oleh 12 raja dan ratu secara turun temurun. Yakni sejak pemerintahan Portugis saat dipimpin oleh Raja Don Alesu Ximenes da Silva hingga masa pemerintahan Belanda oleh Raja Andreas Djati da Silva pada tahun 1874. Saat kepemimpinan Raja J. Nong Meak da Silva pada tahun 1902 sistem pemerintahan Swapraja Sikka diubah dengan sistem Desentralisasi. Hingga kemudian berlakunya Undang - undang nomor 69 tahun 1958 tentang pembentukan daerah tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur maka pada tanggal 1 Maret 1958, daerah Swapraja Sikka dijadikan Daerah Tingkat II dengan ibu kotanya Maumere dengan kepala daerah pertama pada masa itu adalah D. P. C. Ximenes da Silva.
Penyelengaraan pemerintahannya di dasarkan atas Undang - undang nomor I tahun 1957 tentang pokok - pokok pemerintahan daerah. Pada tahun 1967 daerah tingkat II Swapraja Sikka di ganti namanya menjadi Kabupaten Sikka dengan kepala daerahnya Laurensius Say.
Sejarah Kabupaten Sikka
Sikka adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia , di pulau Flores . Ini mencakup area seluas 1.731,91 km 2 dan memiliki populasi 300.301 pada sensus 2010. Ibukotanya adalah kota Maumere , yang terdiri dari kabupaten Alok Barat, Alok dan Alok Timur (walaupun dua yang terakhir juga mencakup sejumlah pulau di utara Flores).
Distrik administratif
Kabupaten ini dibagi menjadi dua puluh satu kabupaten ( kecamatan ), ditabulasikan di bawah ini dengan wilayah dan jumlah penduduknya pada sensus 2010 dan sensus 2020. Tabel tersebut juga mencantumkan lokasi pusat pemerintahan kabupaten, jumlah desa (desa dan kelurahan) di setiap kabupaten, dan kode posnya.
Portugis adalah negara Eropa pertama yang menaklukkan sejumlah wilayah di Nusantara. Wilayah yang ditaklukkan oleh Portugis kemudian direbut oleh Belanda dengan perang, negosiasi, tipu daya, adu mulut dan jual beli dengan kedok tukar menukar wilayah jajahan. Wilayah-wilayah yang diperebutkan oleh Portugis dan Belanda kemudian menjadi bagian dari negara kepulauan terbesar di dunia, yang disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kehadiran bangsa Portugis pada abad XV hingga XVII di sejumlah wilayah Nusantara, antara lain Aceh, Jawa, Ternate, Tidore, Makasar, Manado, Solor, Adonara, Alor dan sekitarnya, pulau Timor dan Flores pada umumnya, khususnya di kabupaten Sikka, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia tidak terlepas dari misi bangsa penjajah Portugis saat itu, yaitu Feitaria, fortaleza, a Igreja yang berarti perdagangan, penguasaan militer dan penginjilan. Dalam versi bahasa Inggris dari Feitaria, Fortaleza, seorang Igreja kemudian ditafsirkan sebagai Emas, Kemuliaan, Injil.
Di Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur selain dari desa Sikka dan Paga yang dikenal luas sebagai bekas wilayah jajahan Portugis yang diatur dalam suatu perjanjian yang disebut Tratado Demarcação E Troca De Algumas Possessoes Portugis E Neerlandezas No Archipelago De Solor E Timor yang berarti Persetujuan Penataan dan Pertukaran Beberapa Kepemilikan Portugis dan Belanda di Kepulauan Solor dan Timor yang ditandatangani oleh Dom Pedro V dan Mauricio Helderwier pada tanggal 20 April 1859, ternyata masih ada beberapa tempat lain yang Setidaknya memiliki pengaruh Portugis, seperti Kecamatan Bola dan Kecamatan Kewapate dan sumber air tawar di pantai utara pulau Flores bernama Wair Noke Rua yang berarti mata air suci.Jarak 12 km dari kota Maumere ke arah utara pulau Flores, tempat tersebut diyakini sebagai tempat singgah Santo Fransiskus Xaverius dalam perjalanannya dari Ternate ke Malaka saat itu untuk mengisi perbekalan.
Meski saat ini belum ada penjajahan di seluruh dunia, namun jejak dan pengaruh Portugis di Kabupaten Sikka dapat ditemukan saat ini, yaitu Gereja Tua di desa Sikka, sejumlah benda pusaka yang dibawa oleh Raja Dom Alexius Ximenes da Silva dari Malaka seperti helm, 2 kalung, tongkat kerajaan yang semuanya terbuat dari emas. Pusaka tersebut diberikan oleh Portugis padasaat menobatkan Dom Alexius Ximenes da Silva sebagai raja. Sebagai bentuk rasa terima kasih, Portugis kemudian diberikan sejumlah barang tersebut beserta hak hegemoni parsial di dalam dan sekitar Sikka. Selain itu terdapat tanah kosong yang diyakini oleh masyarakat setempat di Paga sebagai tempat didirikannya Gereja oleh orang Portugis yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Gereja Manu, sebuah batu nisan. tempat yang diyakini sebagai tempat pemakaman 2 orang portugis,
Di kabupaten Sikka juga terdapat batu karang di pesisir selatan Laut Sawu di kecamatan Bola. Pada abad XVI Portugis menanam salib di atas batu yang oleh masyarakat setempat disebut Watu Cruz (Batu Salib), dan juga nama kecamatan Queva–Pantai (Kewapante) dan marga Portugis seperti Da Gama, Da Silva, Da Gomez, Da Cunha, Da Lopez, Da Costa, Da Rato, Parera, Fernandez, Carwayu (Carvalho), Rodriquez Kondi (Conde) serta sejumlah nama panggilan seperti Samador (Semeador), Don, Ximenes, Menina, Soares, Alvares, Tavares, Pedro, Jasinta, Jose, Maria, Edmundus (Edmundo), dan lain-lain.
Selain itu, salah satu warisan kolonial Portugis yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat kabupaten Sikka dan masyarakat pulau Flores, Indonesia adalah agama Katolik. Perjalanan agama Katolik di pulau Flores, Solor, Adonara, Lembata dan sekitarnya memiliki sejarah yang panjang.
Pada saat perundingan untuk menindaklanjuti kesepakatan penjualan wilayah jajahan Portugis di seluruh pulau Flores, Timor Barat, Solor, Adoara, Alor dan Pantar yang kemudian dikenal sebagai Tratado Demarcação E Troca De Algumas Possessoes Portugis E Neerlandezas No Archipelago De Solor E Timor, yang berarti Perjanjian Demarkasi dan Pertukaran Beberapa Kepemilikan Portugis dan Belanda di Kepulauan Solor dan Timor yang telah ditandatangani oleh Dom Pedro V dan Mauricio Helderwier pada tanggal 20 April 1859, Parlemen Belanda keberatan karena dalam perjanjian tersebut Portugis tidak memberikan kebebasan kepada Belanda untuk menjalankan misi Protestan (Zendeling) di pulau Flores dan sekitarnya. Sebaliknya, Portugis tetap pada pendiriannya bahwa agama Katolik yang telah diperkenalkan kepada masyarakat di pulau Flores dan sekitarnya harus tetap menjadi agama masyarakat.
Sebaliknya, Belanda diberi kebebasan untuk menjalankan misi Protestan di bagian barat pulau Timor dan pulau-pulau sekitarnya. Penyebaran Protestantisme dapat dilihat dari identitas masyarakat di provinsi Nusa Tenggara Timur di bagian barat pulau Timor, yaitu bagian dari kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Kupang, Sabu, Rote, Sumba dan kepulauan Alor, di mana mayoritas masyarakat modern saat ini beragama Protestan. Sedangkan masyarakat Flores, Solor, Adonara, Lembata dan pulau-pulau sekitarnya beragama Katolik.
Geografi
Secara geografis, luas wilayah Kabupaten Sikka 7.553,24 Km² terdiri atas luas daratan (Pulau Flores) 1.614,80 km² dan pulau-pulau kecil sebanyak 18 buah 117,11 km² serta luas lautan 5.821,33 Km². Luas daratan Kabupaten Sikka dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur maka hanya sebesar 3,66% dari luas wilayah NTT atau seluas 47.349,91 km². Kabupaten Sikka terletak di antara 8°22'–8°50' Lintang Selatan dan 121°55'40"–122°41'30" Bujur Timur.
Batas wilayah
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Topografi
Keadaan topografi sebagian besar berbukit, bergunung, dan berlembah dengan lereng-lereng yang curam yang umumnya terletak di daerah pantai. Keadaan tersebut di atas dapat dirinci: topografi dengan ketinggian 0–25 m dpl, yaitu dengan luas 29.863 ha atau sekitar 17,24% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, meliputi daerah pesisir pantai utara (sebagian besar) dan daerah pesisir pantai selatan serta daerah pesisir pantai pulau-pulau kecil lainnya. Topografi dengan ketinggian 25–100 m dpl, yaitu dengan luas 20.843 ha atau sekitar 12,03% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lanjutan daerah pesisir yang sebagian besar juga terdapat di bagian utara wilayah Kabupaten Sikka dan sebagian kecilnya di bagian selatan dan pulau-pulau kecil lainnya.
Topografi dengan ketinggian 100-500 mdpl, yaitu seluas 48.171 ha atau sekitar 27,81% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lereng atau kaki gunung dan perbukitan yang juga merupakan daerah peralihan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau pegunungan. Sementara itu, topografi dengan ketinggian 500–1000 m dpl, yaitu seluas 70.216 ha atau sekitar 40,54% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan daerah pegunungan. Selanjutnya, topografi dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl, yaitu seluas 4.098 ha atau sekitar 2,37% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan daerah pegunungan atau dataran tinggi dan hanya terdapat di beberapa kecamatan saja.
Kondisi kemiringan tanah (kelerengan) di wilayah Kabupaten Sikka cukup bervariasi, berkisar dari 0% hingga 70% dan didominasi oleh kemiringan tanah yang lebih besar dari 40% dengan luas 81.167 ha atau sekitar 46,87% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka.
Iklim
Kabupaten Sikka beriklim tropis seperti pada daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya dengan tipe iklim sabana tropis (Aw) yang memiliki dua musim, musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Sikka biasanya berlangsung selama 7 hingga 8 bulan (April/Mei–Oktober/November) dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung kurang lebih selama 4–5 bulan (November/Desember–Maret/April). Curah hujan di wilayah ini berkisar antara 1.000–1.500 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan sebesar 60-120 hari per tahun. Suhu udara di wilayah Sikka berkisar antara 20 °C-33 °C. Tingkat kemebapan kelembaban nisbi 64%-86%. Kecepatan angin rata-rata 12–20 knots.
Demografi
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, mencatat penduduk Kabupaten Sikka berdasarkan agama yakni Kristen 89,60%, dengan mayoritas Katolik sebanyak 87,95% dan selebihnya Protestan 1,65.[2] Sejak tahun 2005, Sikka menjadi keuskupan baru, yakni keuskupan Maumere, di bawah Keuskupan Agung Ende dengan Uskup pertamanya Mgr. Vincentius Sensi Potokota.
Agama Islam cukup signifikan di kabupaten Sikka yakni 10,32%. Sebagian lagi beragama Hindu 0,06% dan Buddha 0,02% Kawasan pesisir utara cukup banyak dihuni oleh warga keturunan etnik Bajo, Buton, Bugis, Jawa dan ada sebagian Tionghoa dan Bali.
Kawasan berpenduduk padat adalah di kawasan utara yang berbatasan dengan Laut Flores, sedang kawasan selatan yang berbatasan dengan Laut Sawu/Lautan Hindia berpenduduk jarang. Konsentrasi penduduk perkotaan ada di kota Maumere, termasuk ke dalam kecamatan Alok, Alok Timur dan Alok Barat, dan kawasan Geliting di Kewapante.
Perkantoran
Beberapa perusahaan papan atas skala Nasional yang sudah masuk di Maumere - Flores adalah Adira Finance (Jl Anggrek), Apotek K-24, Lab. Prodia, Apotek Kimia Farma, Batavia Air, Telkomsel, Bank Danamon, Bank BNI 46, Bank Mandiri, Gramedia, Bank Sinarmas dan sisanya lagi adalah perusahaan lokal atau daerah provinsi.
Bencana
Pada 12 Desember 1992 Maumere dilanda gempa dengan kekuatan 6,8 SR yang menyebabkan terjadinya tsunami, mengakibatkan sekitar 2000 penduduk meninggal dunia. Gempa tersebut disebabkan oleh penunjaman Lempeng Eurasia-Lempeng Indo-Australia yang terletak di sisi utara Maumere, yakni di Laut Flores. Korban terbanyak berasal dari penduduk yang tinggal di pulau-pulau di teluk Maumere, seperti Pulau Pemana, Pulau Besar dan Pulau Babi.
Transportasi
Kota Maumere dapat diakses via udara dari Denpasar (transit dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar), Ende, Kupang dan Labuan Bajo. Bandara bernama Wai Oti yang sejak bulan Juli 2010 telah megalami pergantian nama menjadi Bandar Udara Frans Seda dengan panjang landasan aspal 2250 meter, dan dapat didarati oleh jenis pesawat Boeing seri 737-500. saat ini terdapat 3 maskapai penerbangan yang melayani mobilitas penduduk antar pulau dan aktivitas ekspor dan impor. transportasi laut dapat diakses melalui pelabuhan laut Laurensius Say.
Kekayaan Alam
Kawasan ini memiliki potensi kekayaan alam yang cukup beragam, misalnya:
1. Ikan laut
2. Jambu mente (organik)
3. Kakao (organik)
4. Rumput laut
5. Kemiri
6. Asam
Pariwisata
Tempat Wisata
Kabupaten Sikka juga memiliki tempat tujuan wisata yang layak untuk dikunjungi, yaitu:
1. Wisata Selam dan Pantai (Eko-Wisata) di Kojogete, Pulau Pemanaa, Pulau Babi, Pantai Magepanda dan Pantai Paga.
2. Wisata Lansekap atau Saujana (Eko-Wisata) Gunung Api Egon dan Gunung Kimangbuleng.
3. Wisata Budaya di gereja antic, peninggalan Portugis di Lela, Katedral St. Yosef di Maumere dan regalia peninggalan raja-raja Sikka.
----- ooooo oOo ooooo -----
Sumber : Google Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar